Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3451 | 24 Oct 2024
Klinis : nyeri post operasi op payudara
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan Nyeri Akut antara lain:
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol.
2. Pasien mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengelola Nyeri Akut pasca operasi payudara antara lain:
1. Manajemen nyeri, seperti pemberian analgetik, teknik relaksasi, distraksi, terapi dingin/panas.
2. Monitoring tanda-tanda vital.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk penanganan lebih lanjut.
Penjelasan secara akademis:
Nyeri akut pasca operasi payudara merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan setelah tindakan operasi. Pengelolaan nyeri akut ini menjadi sangat penting untuk memfasilitasi pemulihan pasien dan mencegah komplikasi yang dapat timbul. Perawat memiliki peran penting dalam manajemen nyeri akut ini melalui pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, serta evaluasi yang terus-menerus untuk memastikan pasien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 3452 | 24 Oct 2024
Klinis : nyeri post operasi op payudara
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai tenaga medis, saya akan memberikan informasi yang diminta dengan format yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: G89.18
- Deskripsi: Nyeri pasca-operasi lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 85.20-85.23
- Deskripsi: Operasi payudara, termasuk mastektomi parsial atau total, operasi rekonstruktif payudara, dan prosedur payudara lainnya.
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 G89.18 (Nyeri pasca-operasi lainnya) digunakan untuk mengkodekan kondisi nyeri yang terjadi setelah operasi payudara. Kode ini mencakup nyeri yang muncul setelah prosedur operatif pada payudara, termasuk mastektomi, operasi rekonstruktif, dan tindakan payudara lainnya.
2. Kode ICD-9-CM yang berkaitan dengan operasi payudara adalah 85.20-85.23, yang mencakup:
- 85.20: Mastektomi parsial
- 85.21: Mastektomi total
- 85.22: Operasi rekonstruktif payudara
- 85.23: Prosedur payudara lainnya
Kode-kode ini digunakan untuk mengkodekan berbagai jenis tindakan operatif yang dilakukan pada payudara, termasuk prosedur pengangkatan sebagian atau seluruh payudara, serta operasi rekonstruktif untuk memperbaiki atau membentuk kembali payudara. -
Article No. 3453 | 24 Oct 2024
Klinis : Rina ber usia 6 tahun dibawa ke rumasakit mengeluh mudah berdarah dan memar di tubuhnya.Rina mengalami pendarahan dari hidung dan gusi selama 2 minggu terakhir. Keluarga melaporkan bahwa Rina mengalami memar yang tidak jelas penyebabnya. Tidak ada riwayat penyakit serupa dalam keluarga.Rina mengalami keterlambatan perkembangan bicara, tetapi aktif bermain dengan teman sebaya.Tanda Vital: • Tekanan darah: 100/60 mmHg • Nadi: 90 kali/menit • Suhu: 36,7°C • Respirasi: 22 kali/menit Pemeriksaan Fisik: • Kulit: Terdapat beberapa memar di lengan dan kaki, serta petechiae pada kulit. • Mukosa: Pendarahan gusi, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. • Hasil pemeriksaan laboratorium: • Trombosit: 30.000/uL (normal: 150.000 - 450.000/uL) • Hemoglobin: 12 g/dL • Leukosit: 5.000/uL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi Rina adalah:
1. Risiko Perdarahan (SDKI)
Definisi: Rentan mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari sistem vaskuler dalam tubuh.
Penjelasan: Rina mengalami pendarahan dari hidung dan gusi serta memar yang tidak jelas penyebabnya, yang menunjukkan adanya risiko perdarahan. Pemeriksaan laboratorium juga mengonfirmasi trombositopenia (jumlah trombosit rendah).
2. Keterlambatan Perkembangan (SDKI)
Definisi: Kemampuan fisik, kognitif, sosio-emosional, dan/atau bahasa yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Penjelasan: Rina mengalami keterlambatan perkembangan bicara, meskipun aktif bermain dengan teman sebaya.
Rencana Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan (SLKI)
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemantauan status perdarahan
- Pencegahan cedera
- Kolaborasi penanganan medis (misalnya pemberian obat-obatan untuk meningkatkan trombosit)
2. Keterlambatan Perkembangan (SLKI)
- Stimulasi perkembangan anak
- Edukasi kepada keluarga tentang tahap perkembangan anak
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk intervensi yang sesuai
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Perdarahan:
- Monitoring tanda-tanda vital
- Pemantauan status perdarahan
- Pencegahan cedera
- Koordinasi dengan tim medis untuk penanganan medis
2. Keterlambatan Perkembangan:
- Stimulasi perkembangan anak
- Edukasi kepada keluarga tentang perkembangan anak
- Kolaborasi dengan tim rehabilitasi untuk intervensi yang sesuai -
Article No. 3454 | 24 Oct 2024
Klinis : Rina ber usia 6 tahun dibawa ke rumasakit mengeluh mudah berdarah dan memar di tubuhnya.Rina mengalami pendarahan dari hidung dan gusi selama 2 minggu terakhir. Keluarga melaporkan bahwa Rina mengalami memar yang tidak jelas penyebabnya. Tidak ada riwayat penyakit serupa dalam keluarga.Rina mengalami keterlambatan perkembangan bicara, tetapi aktif bermain dengan teman sebaya.Tanda Vital: • Tekanan darah: 100/60 mmHg • Nadi: 90 kali/menit • Suhu: 36,7°C • Respirasi: 22 kali/menit Pemeriksaan Fisik: • Kulit: Terdapat beberapa memar di lengan dan kaki, serta petechiae pada kulit. • Mukosa: Pendarahan gusi, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. • Hasil pemeriksaan laboratorium: • Trombosit: 30.000/uL (normal: 150.000 - 450.000/uL) • Hemoglobin: 12 g/dL • Leukosit: 5.000/uL
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: D69.6
- Deskripsi: Trombositopenia, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Rina, seorang anak usia 6 tahun, menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan trombositopenia, yaitu mudah berdarah, memar tanpa sebab yang jelas, serta pendarahan dari hidung dan gusi. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai trombosit yang rendah (30.000/uL), jauh di bawah nilai normal (150.000 - 450.000/uL), sehingga dapat diklasifikasikan sebagai trombositopenia yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.52
- Deskripsi: Pemeriksaan hematologi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Dalam kasus ini, dibutuhkan pemeriksaan hematologi untuk mengevaluasi kondisi Rina, termasuk pengukuran kadar trombosit, hemoglobin, dan leukosit. Prosedur ini sesuai dengan kode ICD-9-CM 89.52, yaitu pemeriksaan hematologi yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Dokter atau perekam medis akan menggunakan kode-kode tersebut untuk mencatat diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan pada kasus Rina dalam rekam medis. -
Article No. 3455 | 24 Oct 2024
Klinis : nyeri pst op operasi payudara tampak terpasang drain pada payudara dan berwarna kemerahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, pasien mengalami nyeri akut pascaoperasi operasi payudara. Hal ini ditandai dengan adanya tanda-tanda inflamasi seperti payudara yang berwarna kemerahan dan terpasang drain. Nyeri akut ini merupakan respons fisiologis normal terhadap cedera atau trauma pada jaringan yang terjadi selama prosedur operasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang merupakan indikasi kerusakan aktual atau potensial pada jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1605
Judul: Kontrol Nyeri
Definisi: Tingkat kenyamanan individu yang dapat dipertahankan dengan mencegah atau mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 1400
Judul: Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengenali, menangani, dan mencegah nyeri.
Persona: Sebagai seorang perawat profesional, saya menjelaskan diagnosa keperawatan dan pembahasannya secara akademis dan terperinci, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 3456 | 24 Oct 2024
Klinis : Ananda B, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, TB: 110cm, BB: 24kg, dibawa ke klinik oleh ibunya, Ny. S, dengan keluhan kesulitan dalam bersosialisasi dan cenderung menarik diri saat berada di sekolah. Ibu Ananda B menjelaskan bahwa anaknya sering menangis saat ditinggal di sekolah dan menolak untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Di rumah, Ananda B lebih suka bermain sendiri dan menunjukkan ketergantungan yang kuat pada ibunya, terutama sejak kelahiran adik barunya beberapa bulan yang lalu. Menurut ibunya, Ananda B menunjukkan tanda-tanda kecemburuan terhadap adiknya. Ia sering menolak untuk berbagi perhatian dengan adiknya dan tampak frustasi ketika ibunya memberikan perhatian lebih kepada sang adik. Hal ini menyebabkan Ananda B sering menangis tanpa alasan yang jelas, terutama saat keinginannya tidak terpenuhi. Dalam aspek fisik, Ananda B mampu melakukan aktivitas dasar seperti makan dan mandi sendiri, namun belum mampu mengayuh sepeda roda dua. Perkembangan motorik halusnya cukup baik, tetapi perkembangan motorik kasar masih perlu ditingkatkan. Dari sisi kognitif, Ananda B tampak tertarik pada aktivitas kreatif seperti menggambar dan mewarnai, namun ia masih mengalami kesulitan dalam merangkai kalimat yang panjang dan cenderung lebih banyak diam ketika diajak berbicara oleh orang dewasa atau orang lain di luar keluarganya. Secara psikososial, Ananda B memiliki keterbatasan dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Ia lebih banyak bermain sendiri dan malu ketika berada di tempat umum atau sekolah. Ananda B juga menunjukkan tanda-tanda sibling rivalry yang kuat, di mana ia merasa terganggu dengan kehadiran adik barunya dan sering merasa cemburu. Hal ini tampak mempengaruhi emosinya yang mudah tersulut dan sering kali menunjukkan perilaku menarik diri ketika frustasi. Riwayat kehamilan ibu normal, tanpa komplikasi, dan Ananda B mendapatkan imunisasi lengkap. Ibu Ananda B mengakui bahwa pola asuh yang diterapkan cenderung protektif, sehingga Ananda B menjadi sangat bergantung padanya. Selain itu, kurangnya kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak lain di luar rumah juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial Ananda B. Tindakan yang direncanakan mencakup terapi bermain untuk membantu Ananda B mengembangkan keterampilan sosial dan emosionalnya, serta edukasi bagi orang tua tentang cara mengatasi sibling rivalry dan mendukung kemandirian anak. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan Ananda B dapat meningkatkan kemampuannya dalam bersosialisasi dan mengelola emosi secara lebih baik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Sosialisasi
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk terlibat dalam interaksi sosial yang memadai dan memuaskan.
- Karakteristik Utama: Penarikan diri dari interaksi sosial, kurangnya inisiatif untuk memulai interaksi sosial, kesulitan dalam mempertahankan hubungan interpersonal.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Klien mampu terlibat dalam interaksi sosial yang memuaskan.
- Indikator Luaran: Klien mampu memulai dan mempertahankan kontak sosial, klien mampu mengekspresikan emosi secara tepat, klien merasa nyaman dalam situasi sosial.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Terapi bermain, Edukasi orang tua, Peningkatan harga diri, Bimbingan peran orang tua.
- Tujuan Intervensi: Meningkatkan kemampuan klien dalam bersosialisasi, meningkatkan kepercayaan diri klien, membantu klien dalam mengelola emosi, dan mendukung orang tua dalam menerapkan pola asuh yang tepat.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara perawat, orang tua, dan tenaga kesehatan lainnya, diharapkan Ananda B dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi, mengelola emosi, dan membangun kemandirian yang lebih baik. -
Article No. 3457 | 24 Oct 2024
Klinis : Pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 20.30 pasien bernama An. D seorang anak perempuan berusia 5 tahun berasal dari suku jawa datang dengan kedua orang tuanya ke IGD RSUA. Pasien lahir pada tanggal 25 Januari 2016. Ayah klien bernama Tn. A usia 31 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai seorang pedagang di pasar. Sedangkan sang ibu Ny. T, berusia 29 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT). An. D datang dengan keluhan kejang. Ny. T mengatakan An. D demam sejak pukul 07.00 wita, kemudian diberikan obat paracetamol. Demam An. D sempat turun, namun pada sore hari An. D kembali demam dan disertai nyeri kepala. Pada pukul 19.30 wita An. D kejang di rumah dengan durasi ± 2 menit pada saat kejang bibir An. D membiru, dan klien tampak pucat sehingga keluarga langsung membawa An. D ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, klien kejang di mobil sekitar pukul 20.20 wita dengan durasi ± 2 menit. Setelah tiba di IGD rumah sakit, dokter kemudian memeriksa keadaan klien, dan saat diperiksa klien tiba – tiba kejang lagi untuk yang ke tiga kalinya dengan durasi ± 1 menit, tampak bibir klien membiru, pucat, dan tidak memberikan respon apapun saat diberikan rangsangan, didapatkan juga keadaan tubuh dan kulit klien teraba hangat. Keadaan umum klien tampak lemah, dan lemas. Hasil pemeriksaan fisik diketahui Suhu klien 39,3°C, SPO2 94%, Nadi 112 kali/menit, TD: 90/60 mmHg, RR: 35x/menit, berat badan saat ini 20 Kg, Tinggi Badan saat ini 106cm. Dengan kesadaran Apatis. Ny. T mengatakan klien pernah mengalami demam tinggi dan kejang pada saat klien berusia 2 tahun dan pada saat itu klien hanya diberikan obat dari klinik karena saat itu klien dan keluarganya sedang mudik di rumah nenek & kakek klien yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Ny. T juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko kejang berhubungan dengan demam tinggi
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Kejang adalah kondisi ketidakmampuan otak untuk mengontrol aktivitas elektrik neuron secara normal yang menimbulkan perubahan perilaku sementara yang tidak terkontrol.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan adalah pasien akan bebas dari episode kejang selama perawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, memberikan antikonvulsan sesuai instruksi medis, mencegah cedera saat kejang, dan mengobservasi pola kejang.
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi pasien An. D yang mengalami demam tinggi dan kejang berulang, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Kejang berhubungan dengan demam tinggi. Hal ini dikarenakan demam tinggi dapat menjadi pencetus terjadinya kejang pada anak. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, memberikan obat antikonvulsan sesuai instruksi medis, mencegah cedera saat kejang, dan mengobservasi pola kejang. Tujuan yang diharapkan adalah pasien akan bebas dari episode kejang selama perawatan. -
Article No. 3458 | 24 Oct 2024
Klinis : Pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 20.30 pasien bernama An. D seorang anak perempuan berusia 5 tahun berasal dari suku jawa datang dengan kedua orang tuanya ke IGD RSUA. Pasien lahir pada tanggal 25 Januari 2016. Ayah klien bernama Tn. A usia 31 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai seorang pedagang di pasar. Sedangkan sang ibu Ny. T, berusia 29 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT). An. D datang dengan keluhan kejang. Ny. T mengatakan An. D demam sejak pukul 07.00 wita, kemudian diberikan obat paracetamol. Demam An. D sempat turun, namun pada sore hari An. D kembali demam dan disertai nyeri kepala. Pada pukul 19.30 wita An. D kejang di rumah dengan durasi ± 2 menit pada saat kejang bibir An. D membiru, dan klien tampak pucat sehingga keluarga langsung membawa An. D ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, klien kejang di mobil sekitar pukul 20.20 wita dengan durasi ± 2 menit. Setelah tiba di IGD rumah sakit, dokter kemudian memeriksa keadaan klien, dan saat diperiksa klien tiba – tiba kejang lagi untuk yang ke tiga kalinya dengan durasi ± 1 menit, tampak bibir klien membiru, pucat, dan tidak memberikan respon apapun saat diberikan rangsangan, didapatkan juga keadaan tubuh dan kulit klien teraba hangat. Keadaan umum klien tampak lemah, dan lemas. Hasil pemeriksaan fisik diketahui Suhu klien 39,3°C, SPO2 94%, Nadi 112 kali/menit, TD: 90/60 mmHg, RR: 35x/menit, berat badan saat ini 20 Kg, Tinggi Badan saat ini 106cm. Dengan kesadaran Apatis. Ny. T mengatakan klien pernah mengalami demam tinggi dan kejang pada saat klien berusia 2 tahun dan pada saat itu klien hanya diberikan obat dari klinik karena saat itu klien dan keluarganya sedang mudik di rumah nenek & kakek klien yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Ny. T juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kejang (NANDA-I)
- SDKI: Gangguan Regulator Suhu
- SLKI: Stabilitas Neurovaskular
- SIKI: Manajemen Kejang
Penjelasan:
1. Risiko Kejang
- SDKI: Gangguan Regulator Suhu
Gangguan pada sistem pengaturan suhu tubuh yang menyebabkan ketidakstabilan suhu tubuh, seperti demam tinggi yang dialami pasien.
- SLKI: Stabilitas Neurovaskular
Gangguan pada stabilitas fungsi saraf dan pembuluh darah yang menyebabkan risiko terjadinya kejang.
- SIKI: Manajemen Kejang
Intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengendalikan episode kejang yang dialami pasien.
Standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mencakup:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
yang menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan proses keperawatan. -
Article No. 3459 | 24 Oct 2024
Klinis : Ananda B, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, TB: 110cm, BB: 24kg, dibawa ke klinik oleh ibunya, Ny. S, dengan keluhan kesulitan dalam bersosialisasi dan cenderung menarik diri saat berada di sekolah. Ibu Ananda B menjelaskan bahwa anaknya sering menangis saat ditinggal di sekolah dan menolak untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Di rumah, Ananda B lebih suka bermain sendiri dan menunjukkan ketergantungan yang kuat pada ibunya, terutama sejak kelahiran adik barunya beberapa bulan yang lalu. Menurut ibunya, Ananda B menunjukkan tanda-tanda kecemburuan terhadap adiknya. Ia sering menolak untuk berbagi perhatian dengan adiknya dan tampak frustasi ketika ibunya memberikan perhatian lebih kepada sang adik. Hal ini menyebabkan Ananda B sering menangis tanpa alasan yang jelas, terutama saat keinginannya tidak terpenuhi. Dalam aspek fisik, Ananda B mampu melakukan aktivitas dasar seperti makan dan mandi sendiri, namun belum mampu mengayuh sepeda roda dua. Perkembangan motorik halusnya cukup baik, tetapi perkembangan motorik kasar masih perlu ditingkatkan. Dari sisi kognitif, Ananda B tampak tertarik pada aktivitas kreatif seperti menggambar dan mewarnai, namun ia masih mengalami kesulitan dalam merangkai kalimat yang panjang dan cenderung lebih banyak diam ketika diajak berbicara oleh orang dewasa atau orang lain di luar keluarganya. Secara psikososial, Ananda B memiliki keterbatasan dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Ia lebih banyak bermain sendiri dan malu ketika berada di tempat umum atau sekolah. Ananda B juga menunjukkan tanda-tanda sibling rivalry yang kuat, di mana ia merasa terganggu dengan kehadiran adik barunya dan sering merasa cemburu. Hal ini tampak mempengaruhi emosinya yang mudah tersulut dan sering kali menunjukkan perilaku menarik diri ketika frustasi. Riwayat kehamilan ibu normal, tanpa komplikasi, dan Ananda B mendapatkan imunisasi lengkap. Ibu Ananda B mengakui bahwa pola asuh yang diterapkan cenderung protektif, sehingga Ananda B menjadi sangat bergantung padanya. Selain itu, kurangnya kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak lain di luar rumah juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial Ananda B. Tindakan yang direncanakan mencakup terapi bermain untuk membantu Ananda B mengembangkan keterampilan sosial dan emosionalnya, serta edukasi bagi orang tua tentang cara mengatasi sibling rivalry dan mendukung kemandirian anak. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan Ananda B dapat meningkatkan kemampuannya dalam bersosialisasi dan mengelola emosi secara lebih baik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan interaksi sosial anak berhubungan dengan keterbatasan keterampilan sosial, ditandai dengan kesulitan bersosialisasi dan cenderung menarik diri di lingkungan sekolah.
2. Kecemburuan anak berhubungan dengan kehadiran adik baru, ditandai dengan penolakan untuk berbagi perhatian, tangis tanpa alasan jelas, dan perilaku menarik diri.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan interaksi sosial anak:
- SDKI: Gangguan interaksi sosial
- SLKI: Kemampuan berinteraksi secara efektif dengan orang lain
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial
Anak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dan cenderung menarik diri di lingkungan sekolah, yang dapat disebabkan oleh keterbatasan keterampilan sosial. Intervensi keperawatan diperlukan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
2. Kecemburuan anak:
- SDKI: Kecemburuan
- SLKI: Kemampuan mengelola emosi
- SIKI: Intervensi untuk mengatasi kecemburuan dan meningkatkan kemampuan mengelola emosi
Anak menunjukkan tanda-tanda kecemburuan yang kuat terhadap adik barunya, seperti penolakan untuk berbagi perhatian, tangis tanpa alasan jelas, dan perilaku menarik diri. Intervensi keperawatan diperlukan untuk membantu anak mengelola emosinya dan mengatasi kecemburuan yang dialami.
Dengan pendekatan yang tepat, seperti terapi bermain dan edukasi bagi orang tua, diharapkan anak dapat meningkatkan kemampuan bersosialisasi, mengelola emosi, dan mengembangkan kemandirian secara lebih baik. -
Article No. 3460 | 24 Oct 2024
Klinis : Pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 20.30 pasien bernama An. D seorang anak perempuan berusia 5 tahun berasal dari suku jawa datang dengan kedua orang tuanya ke IGD RSUA. Pasien lahir pada tanggal 25 Januari 2016. Ayah klien bernama Tn. A usia 31 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai seorang pedagang di pasar. Sedangkan sang ibu Ny. T, berusia 29 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT). An. D datang dengan keluhan kejang. Ny. T mengatakan An. D demam sejak pukul 07.00 wita, kemudian diberikan obat paracetamol. Demam An. D sempat turun, namun pada sore hari An. D kembali demam dan disertai nyeri kepala. Pada pukul 19.30 wita An. D kejang di rumah dengan durasi ± 2 menit pada saat kejang bibir An. D membiru, dan klien tampak pucat sehingga keluarga langsung membawa An. D ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, klien kejang di mobil sekitar pukul 20.20 wita dengan durasi ± 2 menit. Setelah tiba di IGD rumah sakit, dokter kemudian memeriksa keadaan klien, dan saat diperiksa klien tiba – tiba kejang lagi untuk yang ke tiga kalinya dengan durasi ± 1 menit, tampak bibir klien membiru, pucat, dan tidak memberikan respon apapun saat diberikan rangsangan, didapatkan juga keadaan tubuh dan kulit klien teraba hangat. Keadaan umum klien tampak lemah, dan lemas. Hasil pemeriksaan fisik diketahui Suhu klien 39,3°C, SPO2 94%, Nadi 112 kali/menit, TD: 90/60 mmHg, RR: 35x/menit, berat badan saat ini 20 Kg, Tinggi Badan saat ini 106cm. Dengan kesadaran Apatis. Ny. T mengatakan klien pernah mengalami demam tinggi dan kejang pada saat klien berusia 2 tahun dan pada saat itu klien hanya diberikan obat dari klinik karena saat itu klien dan keluarganya sedang mudik di rumah nenek & kakek klien yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Ny. T juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Otak berhubungan dengan kejang demam
2. Hipertermi berhubungan dengan demam
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kejang dan demam
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Kerusakan Otak
- Definisi: Keadaan rentan mengalami cedera atau disfungsi pada sistem saraf pusat yang dapat mengganggu fungsi normal otak.
- Faktor yang berhubungan: Riwayat kejang demam.
- Karakteristik: Kejang, penurunan kesadaran, perubahan tanda-tanda vital.
2. Hipertermi
- Definisi: Keadaan suhu tubuh melebihi batas normal.
- Faktor yang berhubungan: Demam.
- Karakteristik: Suhu tubuh meningkat, kulit hangat, wajah kemerahan.
3. Gangguan Pola Tidur
- Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari.
- Faktor yang berhubungan: Demam, nyeri kepala, kejang.
- Karakteristik: Tidur terganggu, sulit memulai tidur, sering terbangun.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Kerusakan Otak: Tidak terjadi kerusakan otak, mempertahankan fungsi saraf pusat.
2. Hipertermi: Suhu tubuh kembali normal.
3. Pola Tidur: Tidur sesuai kebutuhan, tidak terjadi gangguan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Kerusakan Otak:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemberian terapi antikonvulsi
- Pencegahan cedera
2. Hipertermi:
- Manajemen demam
- Pemberian obat antipiretik
- Perawatan suhu tubuh
3. Gangguan Pola Tidur:
- Pengaturan lingkungan tidur yang nyaman
- Manajemen nyeri
- Terapi relaksasi
Dengan penanganan yang tepat sesuai diagnosis keperawatan dan intervensi yang diberikan, diharapkan pasien dapat pulih dan tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.