Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3433 | 24 Oct 2024
Klinis : pasien datang ke igd untuk suntik tetanus, luka tertusuk paku berkarat, luka sudah di bersihkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang ke IGD dengan luka tertusuk paku berkarat, maka terdapat risiko infeksi yang perlu diantisipasi. Pasien telah mendapatkan tindakan pembersihan luka, namun masih berisiko terkena infeksi akibat kontaminasi dari paku berkarat.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kerentanan terhadap invasi dan perkembangbiakan mikroorganisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam pengelolaan Risiko Infeksi antara lain:
1. Tidak terjadi infeksi pada luka
2. Tidak terjadi peradangan pada luka
3. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengelola Risiko Infeksi antara lain:
1. Perawatan Luka
2. Pemberian Antibiotik
3. Pemantauan tanda-tanda infeksi
4. Edukasi tentang perawatan luka dan tanda infeksi -
Article No. 3434 | 24 Oct 2024
Klinis : Resiko Tinggi untuk mengalami Gangguan Persepsi (Waham)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko tinggi mengalami gangguan persepsi (waham).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Persepsi: Waham
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Persepsi: Waham adalah kondisi di mana individu mengalami keyakinan atau persepsi yang tidak sesuai dengan realitas, yang dapat disebabkan oleh faktor biologis, psikologis, sosial, atau spiritual.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah individu dapat mengenali wahamnya, dapat mengatasi wahamnya, dan dapat mempertahankan perilaku yang sesuai dengan realitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani risiko gangguan persepsi: waham antara lain:
a. Pengkajian komprehensif terhadap faktor-faktor yang menyebabkan waham.
b. Pemberian terapi psikososial, seperti terapi kognitif-perilaku atau terapi realitas.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti psikiater, untuk pemberian terapi farmakologis jika diperlukan.
d. Edukasi kepada individu dan keluarga terkait waham dan cara mengelolanya.
e. Penciptaan lingkungan yang mendukung untuk meminimalkan risiko terjadinya waham.
Saya berharap penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran umum terkait diagnosa keperawatan dan standar PPNI yang dapat diterapkan untuk kondisi risiko tinggi mengalami gangguan persepsi (waham). Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya akan dengan senang hati membantu. -
Article No. 3435 | 24 Oct 2024
Klinis : inkontinensia fekal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Fekal
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Inkontinensia Fekal didefinisikan sebagai tidak terkendalinya pengeluaran feses secara tidak sengaja. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelemahan otot sfingter anal, gangguan saraf, atau penyakit lainnya.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan beberapa luaran yang dapat dicapai dalam menangani kondisi ini, antara lain:
1. Pengendalian Inkontinensia Fekal
2. Integritas Kulit
3. Kenyamanan
4. Proses Pencernaan
Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyarankan beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti:
1. Manajemen Inkontinensia Fekal
2. Perawatan Kulit
3. Manajemen Kenyamanan
4. Manajemen Pencernaan
Penerapan standar-standar ini dalam praktik keperawatan akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar bagi pasien dengan kondisi inkontinensia fekal. -
Article No. 3436 | 24 Oct 2024
Klinis : inkontinensia fekal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Inkontinensia Fekal
Penjelasan singkat:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Inkontinensia fekal adalah ketidakmampuan untuk menahan atau mengontrol pengeluaran feses secara tidak sengaja.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari penanganan inkontinensia fekal adalah:
a. Pemulihan fungsi eliminasi fekal
b. Pemulihan kontrol eliminasi fekal
c. Pemulihan integritas kulit perianal
d. Peningkatan kualitas hidup terkait inkontinensia fekal
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani inkontinensia fekal antara lain:
a. Manajemen inkontinensia fekal
b. Perawatan kulit perianal
c. Edukasi terkait inkontinensia fekal
d. Latihan otot dasar panggul
e. Terapi biofeedback
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menetapkan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang dapat digunakan sebagai panduan dalam praktik keperawatan di Indonesia untuk menangani kondisi inkontinensia fekal. -
Article No. 3437 | 24 Oct 2024
Klinis : Pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 20.30 pasien bernama An. D seorang anak perempuan berusia 5 tahun berasal dari suku jawa datang dengan kedua orang tuanya ke IGD RSUA. Pasien lahir pada tanggal 25 Januari 2016. Ayah klien bernama Tn. A usia 31 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai seorang pedagang di pasar. Sedangkan sang ibu Ny. T, berusia 29 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT). An. D datang dengan keluhan kejang. Ny. T mengatakan An. D demam sejak pukul 07.00 wita, kemudian diberikan obat paracetamol. Demam An. D sempat turun, namun pada sore hari An. D kembali demam dan disertai nyeri kepala. Pada pukul 19.30 wita An. D kejang di rumah dengan durasi ± 2 menit pada saat kejang bibir An. D membiru, dan klien tampak pucat sehingga keluarga langsung membawa An. D ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, klien kejang di mobil sekitar pukul 20.20 wita dengan durasi ± 2 menit. Setelah tiba di IGD rumah sakit, dokter kemudian memeriksa keadaan klien, dan saat diperiksa klien tiba – tiba kejang lagi untuk yang ke tiga kalinya dengan durasi ± 1 menit, tampak bibir klien membiru, pucat, dan tidak memberikan respon apapun saat diberikan rangsangan, didapatkan juga keadaan tubuh dan kulit klien teraba hangat. Keadaan umum klien tampak lemah, dan lemas. Hasil pemeriksaan fisik diketahui Suhu klien 39,3°C, SPO2 94%, Nadi 112 kali/menit, TD: 90/60 mmHg, RR: 35x/menit, berat badan saat ini 20 Kg, Tinggi Badan saat ini 106cm. Dengan kesadaran Apatis. Ny. T mengatakan klien pernah mengalami demam tinggi dan kejang pada saat klien berusia 2 tahun dan pada saat itu klien hanya diberikan obat dari klinik karena saat itu klien dan keluarganya sedang mudik di rumah nenek & kakek klien yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Ny. T juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien An. D:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera akut berhubungan dengan kejang
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kejang
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Cedera Akut Berhubungan dengan Kejang
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko cedera akut adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kerusakan fisik yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien tidak mengalami cedera selama kejang.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah menjaga keselamatan pasien selama kejang, seperti memindahkan pasien ke tempat yang aman, menjauhkan benda-benda keras, dan memberikan bantuan oksigen jika diperlukan.
2. Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Kejang
- SDKI: Ketidakefektifan pola napas adalah kondisi di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif selama dan setelah kejang.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, memberikan oksigen, dan melakukan suction jika diperlukan untuk mempertahankan jalan napas.
Dalam kasus ini, pasien An. D mengalami kejang berulang dengan durasi yang bervariasi. Hal ini dapat menyebabkan risiko cedera akut dan ketidakefektifan pola napas yang perlu dikelola dengan baik oleh perawat untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. -
Article No. 3438 | 24 Oct 2024
Klinis : Pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 20.30 pasien bernama An. D seorang anak perempuan berusia 5 tahun berasal dari suku jawa datang dengan kedua orang tuanya ke IGD RSUA. Pasien lahir pada tanggal 25 Januari 2016. Ayah klien bernama Tn. A usia 31 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai seorang pedagang di pasar. Sedangkan sang ibu Ny. T, berusia 29 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT). An. D datang dengan keluhan kejang. Ny. T mengatakan An. D demam sejak pukul 07.00 wita, kemudian diberikan obat paracetamol. Demam An. D sempat turun, namun pada sore hari An. D kembali demam dan disertai nyeri kepala. Pada pukul 19.30 wita An. D kejang di rumah dengan durasi ± 2 menit pada saat kejang bibir An. D membiru, dan klien tampak pucat sehingga keluarga langsung membawa An. D ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, klien kejang di mobil sekitar pukul 20.20 wita dengan durasi ± 2 menit. Setelah tiba di IGD rumah sakit, dokter kemudian memeriksa keadaan klien, dan saat diperiksa klien tiba – tiba kejang lagi untuk yang ke tiga kalinya dengan durasi ± 1 menit, tampak bibir klien membiru, pucat, dan tidak memberikan respon apapun saat diberikan rangsangan, didapatkan juga keadaan tubuh dan kulit klien teraba hangat. Keadaan umum klien tampak lemah, dan lemas. Hasil pemeriksaan fisik diketahui Suhu klien 39,3°C, SPO2 94%, Nadi 112 kali/menit, TD: 90/60 mmHg, RR: 35x/menit, berat badan saat ini 20 Kg, Tinggi Badan saat ini 106cm. Dengan kesadaran Apatis. Ny. T mengatakan klien pernah mengalami demam tinggi dan kejang pada saat klien berusia 2 tahun dan pada saat itu klien hanya diberikan obat dari klinik karena saat itu klien dan keluarganya sedang mudik di rumah nenek & kakek klien yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Ny. T juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Integritas Selaput Lendir terkait demam dan kejang
2. Nyeri Akut terkait demam dan sakit kepala
3. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral terkait kejang
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Kerusakan Integritas Selaput Lendir terkait demam dan kejang
Demam dan kejang dapat menyebabkan dehidrasi dan kerusakan pada selaput lendir, sehingga terdapat risiko terjadinya kerusakan integritas selaput lendir.
2. Nyeri Akut terkait demam dan sakit kepala
Pasien mengalami demam dan sakit kepala, yang dapat menyebabkan nyeri akut.
3. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral terkait kejang
Kejang dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke otak, sehingga terdapat risiko penurunan perfusi jaringan serebral.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Kerusakan Integritas Selaput Lendir
- Nyeri Akut
- Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Integritas Selaput Lendir Terjaga
- Kontrol Nyeri
- Perfusi Jaringan Serebral Memadai
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Hipertermia
- Manajemen Nyeri
- Manajemen Kejang
Dengan menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 3439 | 24 Oct 2024
Klinis : Pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 20.30 pasien bernama An. D seorang anak perempuan berusia 5 tahun berasal dari suku jawa datang dengan kedua orang tuanya ke IGD RSUA. Pasien lahir pada tanggal 25 Januari 2016. Ayah klien bernama Tn. A usia 31 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai seorang pedagang di pasar. Sedangkan sang ibu Ny. T, berusia 29 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT). An. D datang dengan keluhan kejang. Ny. T mengatakan An. D demam sejak pukul 07.00 wita, kemudian diberikan obat paracetamol. Demam An. D sempat turun, namun pada sore hari An. D kembali demam dan disertai nyeri kepala. Pada pukul 19.30 wita An. D kejang di rumah dengan durasi ± 2 menit pada saat kejang bibir An. D membiru, dan klien tampak pucat sehingga keluarga langsung membawa An. D ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, klien kejang di mobil sekitar pukul 20.20 wita dengan durasi ± 2 menit. Setelah tiba di IGD rumah sakit, dokter kemudian memeriksa keadaan klien, dan saat diperiksa klien tiba – tiba kejang lagi untuk yang ke tiga kalinya dengan durasi ± 1 menit, tampak bibir klien membiru, pucat, dan tidak memberikan respon apapun saat diberikan rangsangan, didapatkan juga keadaan tubuh dan kulit klien teraba hangat. Keadaan umum klien tampak lemah, dan lemas. Hasil pemeriksaan fisik diketahui Suhu klien 39,3°C, SPO2 94%, Nadi 112 kali/menit, TD: 90/60 mmHg, RR: 35x/menit, berat badan saat ini 20 Kg, Tinggi Badan saat ini 106cm. Dengan kesadaran Apatis. Ny. T mengatakan klien pernah mengalami demam tinggi dan kejang pada saat klien berusia 2 tahun dan pada saat itu klien hanya diberikan obat dari klinik karena saat itu klien dan keluarganya sedang mudik di rumah nenek & kakek klien yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Ny. T juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko Kejang Berhubungan dengan Demam Tinggi
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit
Penjelasan:
1. Resiko Kejang Berhubungan dengan Demam Tinggi
- SDKI: Resiko Kejang
- SLKI: Manajemen Kejang
- SIKI: Manajemen Demam
Pasien mengalami kejang berulang yang disebabkan oleh demam tinggi. Kejang merupakan kondisi darurat yang perlu penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang berbahaya.
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit
- SDKI: Hipertermia
- SLKI: Manajemen Hipertermia
- SIKI: Manajemen Demam
Pasien mengalami demam tinggi (39,3°C) yang merupakan tanda adanya proses penyakit. Hipertermia perlu diatasi segera untuk mencegah komplikasi yang dapat membahayakan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang digunakan untuk menetapkan tujuan dan hasil yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang digunakan untuk merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas sesuai dengan praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 3440 | 24 Oct 2024
Klinis : RR: 35X/Menit SPO2 94% Pola napas abnormal/cepat (Takipnea) Penggunaan otot bantu pernapasan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami Pola Nafas Tidak Efektif. Hal ini ditandai dengan:
- Laju pernapasan yang cepat (35x/menit)
- Saturasi oksigen yang rendah (94%)
- Penggunaan otot bantu pernapasan
Pola nafas tidak efektif adalah keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau ritme pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi efektif.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigenasi
- Faktor Terkait: Gangguan mekanis pada sistem pernapasan, kelelahan otot pernapasan, kecemasan
- Gejala dan Tanda: Takipnea, penggunaan otot bantu pernapasan, SPO2 menurun
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Pola napas efektif, Adaptasi pernapasan memadai, Bebas dari distres pernapasan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan: Monitoring tanda-tanda vital, Pemberian oksigen, Manajemen pernapasan, Manajemen kelelahan
Sebagai perawat, saya akan memantau kondisi pasien secara ketat, memberikan oksigen, dan melakukan intervensi untuk membantu pasien mempertahankan pola napas yang efektif. -
Article No. 3441 | 24 Oct 2024
Klinis : hiperglikemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hiperglikemia.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kadar Glukosa Darah Tinggi (Hiperglikemia)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan kadar glukosa darah yang melebihi batas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pola makan, stres, dan gangguan metabolisme.
- Karakteristik Utama: Kadar glukosa darah yang meningkat.
- Faktor Terkait: Diet tidak adekuat, stres, aktivitas fisik tidak adekuat, gangguan metabolisme.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Klien dapat mencapai kadar glukosa darah normal.
- Indikator:
a. Kadar glukosa darah dalam batas normal.
b. Tidak terjadi komplikasi akibat hiperglikemia.
c. Klien dapat mengelola diet dan aktivitas fisik.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Hiperglikemia
- Pemantauan kadar glukosa darah secara teratur.
- Pemberian insulin atau obat antihiperglikemik sesuai indikasi.
- Pengaturan pola makan dan aktivitas fisik.
b. Edukasi Kesehatan
- Edukasi tentang penyebab, tanda-tanda, dan pencegahan hiperglikemia.
- Edukasi tentang pengelolaan diet, aktivitas fisik, dan penggunaan obat.
c. Manajemen Stres
- Identifikasi sumber stres.
- Penggunaan teknik relaksasi dan manajemen stres.
Sebagai pakar keperawatan, saya harap penjelasan singkat ini dapat membantu Anda memahami standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterapkan di Indonesia untuk menangani kondisi hiperglikemia. -
Article No. 3442 | 24 Oct 2024
Klinis : Ibu klien mengatakan demam An. D hilang timbul sejak pagi Do: Suhu: 39,3°C Suhu tubuh diatas nilai normal Kejang Takipnea Kulit klien teraba hangat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda berikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh respon fisiologis tubuh terhadap infeksi atau proses peradangan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari perawatan hipertermia adalah: Suhu tubuh kembali normal, Tanda-tanda vital dalam batas normal, Tidak terjadi komplikasi, Klien dan keluarga memahami penanganan hipertermia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk hipertermia meliputi:
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
c. Pemberian obat penurun demam (antipiretik) sesuai indikasi
d. Menjaga suhu tubuh tetap normal dengan menggunakan kompres hangat/dingin
e. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
f. Edukasi kepada klien dan keluarga terkait penanganan hipertermia
Dalam kondisi yang Anda berikan, yaitu Ibu klien mengatakan demam An. D hilang timbul sejak pagi, suhu tubuh 39,3°C, kejang, takipnea, dan kulit klien teraba hangat, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat penurun demam, kompres hangat/dingin, dan edukasi kepada klien serta keluarga.