Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3419 | 24 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan merasa sedih akan keadaan bayinya yang meninggal dan merasa takut untuk persalinan pervaginam, Pasien tampak tegang dan sedih, Suara bergetar, Tekanan darah 112/72 mmHg, Nadi 91 bpm, Suhu 36,3 celcius, SpO2 97%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Berduka Disfungsional
Penjelasan:
Berduka Disfungsional adalah respon individu terhadap kehilangan yang ditandai dengan ekspresi emosi yang tidak sesuai, maladaptif, atau tidak efektif. Dalam kasus ini, pasien menunjukkan gejala-gejala seperti merasa sedih akan keadaan bayinya yang meninggal dan merasa takut untuk persalinan pervaginam. Pasien juga tampak tegang dan sedih, serta suaranya bergetar.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Berduka Disfungsional didefinisikan sebagai "Respon individu terhadap kehilangan yang ditandai dengan ekspresi emosi yang tidak sesuai, maladaptif, atau tidak efektif".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan untuk Berduka Disfungsional adalah:
1. Pasien dapat mengekspresikan perasaan berduka secara efektif.
2. Pasien dapat menerima kehilangan yang dialami.
3. Pasien dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk Berduka Disfungsional meliputi:
1. Memberikan dukungan emosional
2. Memfasilitasi penerimaan kehilangan
3. Membantu pasien mengekspresikan perasaan berduka
4. Membantu pasien mengatasi rasa takut
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu pasien dalam menghadapi dan mengelola perasaan berduka yang dialaminya. -
Article No. 3420 | 24 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan mendengar suatu suara
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, yaitu pasien mengatakan mendengar suatu suara, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
Penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ini:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran adalah persepsi palsu atau distorsi terhadap suara yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor biologis, psikologis, atau faktor lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dengan diagnosa ini adalah pasien dapat mengenali halusinasinya, mampu mengontrol halusinasi, dan tidak merespon halusinasi secara berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi tipe, frekuensi, dan karakteristik halusinasi.
2. Berikan lingkungan yang tenang dan aman.
3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengontrol halusinasi.
4. Libatkan keluarga dalam proses perawatan.
5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi.
Dengan pendekatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengatasi halusinasi yang dialaminya dan mencapai perbaikan kondisi. -
Article No. 3421 | 24 Oct 2024
Klinis : dandy walker syndrome
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Dandy-Walker Syndrome.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan: Dandy-Walker Syndrome dapat menyebabkan akumulasi cairan di dalam otak, yang dapat menghambat aliran udara dan mengganggu fungsi pernafasan.
2. Risiko Terjadinya Kerusakan Integritas Kulit
Penjelasan: Pasien dengan Dandy-Walker Syndrome mungkin mengalami peningkatan tekanan intrakranial, yang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit dan jaringan di sekitar area kepala.
3. Gangguan Mobilitas Fisik
Penjelasan: Dandy-Walker Syndrome dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan dan kontrol motorik pada pasien, yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Dalam kasus Dandy-Walker Syndrome, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, Risiko Terjadinya Kerusakan Integritas Kulit, dan Gangguan Mobilitas Fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk kasus Dandy-Walker Syndrome, luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, Integritas Kulit Terjaga, dan Mobilitas Fisik Membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan. Intervensi yang dapat dilakukan untuk pasien dengan Dandy-Walker Syndrome antara lain:
- Pemantauan Fungsi Pernafasan
- Perawatan Kulit
- Terapi Fisik
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Dandy-Walker Syndrome telah dipaparkan. Sebagai perawat profesional, saya siap untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi bagi pasien dengan kondisi ini. -
Article No. 3422 | 24 Oct 2024
Klinis : Data Subyektif: Ny. R mengatakan sering merasa sedih dan hampa setiap harinya. Data Obyektif: sangat terlihat kurang bersemangat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir: Depresi
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia - Standar Luaran Keperawatan Indonesia - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Proses Pikir: Depresi adalah kondisi emosional yang ditandai dengan perasaan sedih, hampa, tidak berharga, kehilangan minat, dan terjadi perubahan pola tidur serta nafsu makan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas Emosi
2. Persepsi Diri: Harga Diri
3. Koping
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Reminiscence
2. Terapi Suportif
3. Manajemen Depresi
Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang diberikan, Ny. R menunjukkan tanda-tanda depresi seperti merasa sedih dan hampa setiap hari, serta terlihat kurang bersemangat. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah terapi reminiscence untuk membantu Ny. R mengingat dan menceritakan pengalaman positif di masa lalu, terapi suportif untuk memberikan dukungan emosional, dan manajemen depresi untuk membantu Ny. R mengelola gejala depresi yang dialami. -
Article No. 3423 | 24 Oct 2024
Klinis : Data Subyektif: Ny. R mengatakan sering merasa sedih dan hampa setiap harinya. Data Obyektif: sangat terlihat kurang bersemangat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir : Depresi
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Proses Pikir : Depresi adalah keadaan seseorang yang menunjukkan perasaan sedih, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau tidak berharga, gangguan tidur atau selera makan, dan penurunan konsentrasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mengenali dan mengekspresikan perasaan dengan baik, pasien dapat beraktivitas secara optimal, dan pasien dapat mempertahankan harga diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitor tanda dan gejala depresi
2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan terapeutik
3. Libatkan pasien dalam aktivitas yang menyenangkan
4. Berikan dukungan emosional dan psikolonial
5. Ajarkan teknik relaksasi
6. Kolaborasi dengan terapis jiwa untuk pemberian terapi obat jika diperlukan
Jadi, berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, pasien Ny. R kemungkinan mengalami depresi yang ditandai dengan perasaan sedih dan hampa setiap hari serta kurang bersemangat. Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengatasi gejala depresi yang dialami pasien. -
Article No. 3424 | 24 Oct 2024
Klinis : Data Subyektif: Ny. R mengatakan sering merasa sedih dan hampa setiap harinya. Data Obyektif: sangat terlihat kurang bersemangat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Ny. R.
Diagnosa Keperawatan:
Respon Emosional Negatif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Respon Emosional Negatif didefinisikan sebagai perasaan atau emosi yang tidak menyenangkan, seperti sedih, takut, marah, cemas, dan depresi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kondisi ini adalah klien dapat menunjukkan ekspresi emosi yang sesuai, mempertahankan suasana hati yang positif, dan mampu mengatasi masalah emosional yang dihadapi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi emosi dan penyebab munculnya
2. Berikan dukungan emosional dan empati
3. Ajarkan teknik manajemen stres dan relaksasi
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (psikolog, psikiater) jika diperlukan
Berdasarkan data subyektif dan objektif yang diberikan, Ny. R menunjukkan tanda-tanda respon emosional negatif seperti sering merasa sedih dan hampa, serta terlihat kurang bersemangat. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Respon Emosional Negatif, dan intervensi yang dapat dilakukan adalah identifikasi emosi, pemberian dukungan emosional, serta pembelajaran teknik manajemen stres dan relaksasi. -
Article No. 3425 | 24 Oct 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien tersebut adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.0
- Deskripsi: Infark miokard anterior akut
Pasien mengalami gejala-gejala yang khas untuk infark miokard akut, dengan nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin. Elektrokardiogram (EKG) juga menunjukkan adanya infark miokard akut. Selain itu, pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 00.66
- Deskripsi: Dilatasi dan perbaikan pembuluh darah koroner dengan stent, tanpa tromboektomi
Dalam kasus ini, pasien mungkin memerlukan tindakan intervensi koroner seperti pemasangan stent untuk mengatasi sumbatan pembuluh darah koroner yang menyebabkan infark miokard akut. Kode ICD-9-CM 00.66 dapat digunakan untuk mencatat tindakan tersebut, jika dilakukan. -
Article No. 3426 | 24 Oct 2024
Klinis : ketidakstabilan kadar glukosa darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakstabilan kadar glukosa darah:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Keadaan dimana asupan nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kadar Glukosa Darah Terkendali
2. Pengetahuan Pasien tentang Manajemen Diabetes Meningkat
3. Intake Nutrisi Adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Diabetes Melitus
2. Edukasi Gizi
3. Monitor Kadar Glukosa Darah
Intervensi kunci yang dapat dilakukan perawat:
- Lakukan pemantauan kadar glukosa darah secara rutin
- Berikan edukasi terkait manajemen diabetes, diet, dan gaya hidup sehat
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan kontrol glukosa darah pasien
Tujuan utamanya adalah untuk membantu pasien mencapai kadar glukosa darah yang stabil, mengurangi risiko komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 3427 | 24 Oct 2024
Klinis : Ny. B datang ke IGD RS tanggal 2 oktober 2024 pukul 15.00 dengan keluhan mengalami flek sampai mengeluarkan darah merah sejak kemarin 1 oktober 2024 pukul 02.00, pasien mengeluh lelah saat beraktivitas. Kulit pasien teraba kering, wajah tampak pucat Usia kehamilan Ny. B 8 minggu. Diagnosa medis pasien abortus imminens, Setelah dilakukan pemeriksaan USG didapatkan hasil bahwa konsepsi masih baik dan berada dalam uterus, ukuran uterus sesuai dengan kehamilan. Pasien mengeluh nyeri pada bagian pinggang bagian bawah, nyeri seperi ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 nyeri berlangsung selama 30 detik, nyeri hilang timbul. . Pasien tampak meringis, dan sulit tidur karena nyeri, pasien tampak gelisah. Pasien merasa khawatir dengan kondisi janinnya sekarang dan mengatakan sulit tidur. Pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD: 120/80 mmHg. Nadi: 71x/ menit, suhu 37,1 RR: 20x/ menit. Hb 10,7 g/dL, Leukosit 10, 6 ribu, trombosit: 374 ribu. HbsAg: negatif. Pasien dirawat di rumah sakit dan dianjurkan oleh dokter untuk bedrest.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. B:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan abortus imminens
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Risiko Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap kehamilan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Manajemen Kecemasan
- SIKI: Konseling Kecemasan
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Uterus berhubungan dengan perdarahan
- SDKI: Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SLKI: Optimalisasi Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Perdarahan
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Abortus Imminens:
- Pasien mengeluh nyeri pada bagian pinggang bawah yang terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 4.
- Nyeri berlangsung selama 30 detik dan hilang timbul.
- Pasien tampak meringis dan sulit tidur karena nyeri.
2. Risiko Kecemasan berhubungan dengan Ancaman Terhadap Kehamilan:
- Pasien merasa khawatir dengan kondisi janin dan mengatakan sulit tidur.
- Pasien tampak gelisah.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Uterus berhubungan dengan Perdarahan:
- Pasien mengalami perdarahan berupa flek sampai mengeluarkan darah merah sejak sehari sebelum datang ke IGD.
- Pasien tampak pucat dan kulit teraba kering, yang dapat mengindikasikan adanya ketidakefektifan perfusi jaringan uterus.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan diagnosa di atas antara lain:
- Manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, kompres hangat, dan teknik relaksasi.
- Konseling untuk mengurangi kecemasan, seperti penyampaian informasi, dukungan emosional, dan latihan teknik relaksasi.
- Pemantauan tanda-tanda vital, perdarahan, dan perfusi jaringan uterus, serta kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan abortus imminens. -
Article No. 3428 | 24 Oct 2024
Klinis : Ny. B datang ke IGD RS tanggal 2 oktober 2024 pukul 15.00 dengan keluhan mengalami flek sampai mengeluarkan darah merah sejak kemarin 1 oktober 2024 pukul 02.00, pasien mengeluh lelah saat beraktivitas. Kulit pasien teraba kering, wajah tampak pucat Usia kehamilan Ny. B 8 minggu. Diagnosa medis pasien abortus imminens, Setelah dilakukan pemeriksaan USG didapatkan hasil bahwa konsepsi masih baik dan berada dalam uterus, ukuran uterus sesuai dengan kehamilan. Pasien mengeluh nyeri pada bagian pinggang bagian bawah, nyeri seperi ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 nyeri berlangsung selama 30 detik, nyeri hilang timbul. . Pasien tampak meringis, dan sulit tidur karena nyeri, pasien tampak gelisah. Pasien merasa khawatir dengan kondisi janinnya sekarang dan mengatakan sulit tidur. Pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD: 120/80 mmHg. Nadi: 71x/ menit, suhu 37,1 RR: 20x/ menit. Hb 10,7 g/dL, Leukosit 10, 6 ribu, trombosit: 374 ribu. HbsAg: negatif. Pasien dirawat di rumah sakit dan dianjurkan oleh dokter untuk bedrest.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis pada kasus yang Anda sampaikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O20.0
- Deskripsi: Abortus imminens
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 74.91
- Deskripsi: Ultrasonografi (USG) pelvis, transvaginal
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Ny. B datang ke IGD rumah sakit dengan keluhan mengalami perdarahan (flek sampai mengeluarkan darah merah) sejak kemarin, 1 Oktober 2024 pukul 02.00, serta mengeluh lelah saat beraktivitas. Pada pemeriksaan fisik, kulit pasien teraba kering dan wajahnya tampak pucat. Usia kehamilan Ny. B saat itu adalah 8 minggu.
Setelah dilakukan pemeriksaan USG, ditemukan bahwa konsepsi masih baik dan berada dalam uterus, dengan ukuran uterus sesuai dengan kehamilan. Pasien juga mengeluh nyeri pada bagian pinggang bawah, dengan karakteristik nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala 4, dan berlangsung selama 30 detik dengan nyeri hilang timbul. Pasien tampak meringis dan sulit tidur karena nyeri, serta merasa khawatir dengan kondisi janinnya.
Berdasarkan temuan di atas, diagnosis yang sesuai adalah Abortus imminens (kode ICD-10: O20.0), yang menggambarkan kondisi terancamnya kehamilan akibat perdarahan pada awal kehamilan.
Untuk tindakan medis, pada kasus ini dilakukan Ultrasonografi (USG) pelvis, transvaginal (kode ICD-9-CM: 74.91) untuk mengevaluasi kondisi kehamilan secara lebih rinci.
Pasien kemudian dirawat di rumah sakit dan dianjurkan untuk bedrest sesuai dengan rekomendasi dokter.