Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3362 | 24 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan mual muntah dan diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit didefinisikan sebagai kondisi dengan potensi perubahan volume, komposisi, atau distribusi cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari masalah ini adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat, ditandai dengan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan, dan hasil laboratorium dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Kaji status cairan dan elektrolit pasien secara komprehensif.
2. Pantau intake dan output cairan, tanda-tanda vital, dan hasil laboratorium.
3. Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja secara profesional dan kolaboratif untuk memastikan pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat, sehingga dapat membantu pemulihan kondisi pasien. -
Article No. 3363 | 24 Oct 2024
Klinis : ansietas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ansietas
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ansietas:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respon otonom, perasaan tegang yang memperingatkan seseorang akan adanya bahaya dan memungkinkan seseorang untuk bertindak menghadapi ancaman.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Kemampuan mengatasi ansietas meningkat
3. Gejala fisiologis ansietas menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen ansietas
2. Terapi relaksasi
3. Terapi kognitif
4. Terapi spiritual
5. Edukasi tentang ansietas
Sebagai perawat profesional, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap kondisi pasien, mengidentifikasi faktor penyebab, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada upaya mengurangi tingkat kecemasan, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi ansietas, dan menurunkan gejala fisiologis yang menyertainya. Intervensi yang akan dilakukan mencakup terapi relaksasi, terapi kognitif, pendekatan spiritual, serta edukasi terkait ansietas dan cara mengatasinya. Tujuannya adalah membantu pasien mencapai kondisi yang lebih tenang, nyaman, dan mampu mengelola kecemasannya secara efektif. -
Article No. 3364 | 24 Oct 2024
Klinis : Gangguan Proses Pikir ( Delusi )
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Gangguan Proses Pikir (Delusi) dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir (Delusi)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Proses Pikir (Delusi) adalah keyakinan palsu yang tidak berdasar pada kenyataan dan tidak dapat dikoreksi, meskipun bukti yang bertentangan disajikan. Pasien dapat mempercayai delusi dengan sangat kuat, yang dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pasien dengan Gangguan Proses Pikir (Delusi) adalah: Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan pikiran yang tidak realistis, Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi delusi, dan Pasien dapat menerapkan strategi koping yang efektif untuk mengatasi delusi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Gangguan Proses Pikir (Delusi) meliputi: Menciptakan lingkungan yang aman dan terapeutik, Mengidentifikasi dan mendiskusikan delusi pasien, Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, Melibatkan keluarga dalam perawatan, dan Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan yang komprehensif. -
Article No. 3365 | 24 Oct 2024
Klinis : Gangguan Persepsi Sensori ( Halusinasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi):
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman merasakan sensasi palsu tanpa adanya stimulus eksternal yang dapat diverifikasi.
- Karakteristik: Melaporkan mendengar, melihat, mencium, merasakan, atau mengecap sesuatu yang tidak ada.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat mengenali dan mengelola halusinasi.
- Kriteria hasil: Klien dapat menjelaskan pengalaman halusinasi, mengidentifikasi pemicu halusinasi, dan menggunakan strategi untuk mengendalikan halusinasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan:
a. Observasi: Mengidentifikasi tipe, frekuensi, durasi, dan isi halusinasi.
b. Terapi Realitas: Membantu klien untuk membedakan realita dan halusinasi.
c. Manajemen Halusinasi: Mengajarkan klien strategi untuk mengendalikan halusinasi.
d. Pemberian Obat: Memberikan obat sesuai dengan indikasi medis.
e. Edukasi: Menjelaskan tentang halusinasi dan pengelolaannya.
f. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan dan empati pada klien.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk menangani kondisi gangguan persepsi sensori, khususnya halusinasi, pada pasien. -
Article No. 3366 | 24 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien berumur 30 tahun di bawa ke RSJ. Dengan keluhan mendengar suara suara, pasien terkadang bicara sendiri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan keluhan yang disampaikan oleh pasien berusia 30 tahun, yaitu mendengar suara-suara dan terkadang berbicara sendiri, maka dapat diberikan kode diagnosis dan tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F22
- Deskripsi: Gangguan waham
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.11
- Deskripsi: Pemeriksaan psikiatri, wawancara dan evaluasi status mental
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 F22 (Gangguan waham) sesuai dengan keluhan pasien yang mendengar suara-suara dan terkadang berbicara sendiri, yang dapat mengarah pada adanya waham atau keyakinan palsu yang tidak berdasar pada realita.
2. Kode ICD-9-CM 94.11 (Pemeriksaan psikiatri, wawancara dan evaluasi status mental) merupakan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kondisi mental pasien, termasuk untuk menegakkan diagnosis gangguan waham.
Pemeriksaan psikiatri, wawancara, dan evaluasi status mental dapat mencakup anamnesis riwayat penyakit, observasi perilaku, serta tes-tes psikologis jika diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan merencanakan tatalaksana yang sesuai bagi pasien. -
Article No. 3367 | 24 Oct 2024
Klinis : Terapi sosial
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: Z73.3
- Deskripsi: Masalah terkait gaya hidup, terapi sosial
Dalam kasus terapi sosial, tidak terdapat kode ICD-9-CM spesifik untuk prosedur atau tindakan medis. Terapi sosial merupakan intervensi non-medis yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi sosial individu, mengatasi masalah terkait gaya hidup, dan mendukung proses penyembuhan atau adaptasi terhadap kondisi kesehatan. Kode ICD-10 Z73.3 digunakan untuk mengidentifikasi masalah terkait gaya hidup, termasuk kebutuhan akan terapi sosial. Kode ini dapat digunakan dalam dokumentasi medis untuk mencatat rencana atau pelaksanaan intervensi terapi sosial sebagai bagian dari pengelolaan masalah kesehatan pasien. -
Article No. 3368 | 24 Oct 2024
Klinis : Terapi sosial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi terapi sosial:
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial
Definisi SDKI:
Kondisi di mana individu mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitar secara efektif.
Faktor Terkait SDKI:
- Perubahan peran
- Keterbatasan kemampuan komunikasi
- Keterbatasan dukungan sosial
- Perubahan lingkungan
Batasan Karakteristik SDKI:
- Menarik diri dari orang lain
- Menghabiskan waktu sendirian
- Melaporkan merasa kesepian
- Keterlibatan sosial yang terbatas
Intervensi SLKI:
1. Fasilitasi Interaksi Sosial
2. Dukungan Emosional
3. Peningkatan Komunikasi
Aktivitas SIKI:
- Identifikasi penyebab isolasi sosial
- Bantu klien mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif
- Libatkan klien dalam aktivitas kelompok
- Dorong klien untuk membangun hubungan sosial
- Berikan dukungan emosional selama proses
Dalam kondisi terapi sosial, perawat berperan untuk memfasilitasi interaksi sosial, memberikan dukungan emosional, serta meningkatkan kemampuan komunikasi klien agar dapat terlibat secara efektif dengan orang lain di lingkungannya. Tujuannya adalah untuk mengatasi isolasi sosial yang dialami klien. -
Article No. 3369 | 24 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien berumur 30 tahun di bawa ke RSJ. Dengan keluhan mendengar suara suara, pasien terkadang bicara sendiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan deskripsi kondisi pasien yang berusia 30 tahun dengan keluhan mendengar suara-suara dan terkadang berbicara sendiri, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
Halusinasi Pendengaran
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Halusinasi Pendengaran: Persepsi sensorik yang salah terhadap suara-suara yang tidak nyata.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perilaku Halusinasi Terkendali: Kemampuan pasien untuk mengendalikan dan mengatasi halusinasi yang dialaminya.
- Integritas Personal: Kemampuan pasien untuk mempertahankan konsep diri yang positif.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Halusinasi: Intervensi untuk membantu pasien dalam mengendalikan dan mengatasi halusinasi yang dialaminya.
- Peningkatan Harga Diri: Intervensi untuk membantu pasien dalam mempertahankan konsep diri yang positif.
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut adalah Halusinasi Pendengaran, dengan fokus intervensi pada manajemen halusinasi dan peningkatan harga diri pasien. -
Article No. 3370 | 24 Oct 2024
Klinis : Pada tanggal 23 Oktober 2023, pasien laki-laki Tn. H 63 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan nyeri di wajah yang menjalar ke area dahi dengan Visual Analog Scale (VAS) 8 yang dirasakan bertambah berat. Muntah, penurunan kesadaran, kejang disangkal. Pasien juga mengeluhkan lemas sejak satu minggu sebelumnya. Pasien kesulitan untuk mengunyah dan menelan dan berat badan turun 20 kg dalam empat bulan terakhir. Sejak empat bulan lalu muncul keluhan nyeri di belakang hidung. Pasien memperoleh obat nyeri di rumah sakit, namun tidak membaik. Nyeri di wajah dirasakan makin hebat. Sejak dua bulan, pasien mengeluh nyeri di wajah memberat dengan VAS 7-8. Sejak satu bulan sebelum perawatan, pasien mengeluh mulai sulit menelan, pasien hanya bisa konsumsi makanan dalam bentuk cair. Keluhan nyeri di wajah dan pandangan kabur dirasakan masih sama seperti sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit berat, kesadaran somnolen, dan keadaan gizi buruk. Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 36,7 C, dan pernapasan 22 x/menit.Ditemukan ptosis mata kiri, deviasi septum nasi, nyeri tekan sinus, dan perdarahan pada hidung. Pada pemeriksaan CT scan, ditemukan massa padat karakteristik maligna di regio nasofaring dengan perluasan ke parafaring bilateral, sinus ethmoid dan sphenoid bilateral, dan perluasan intrakranial regio sellaparasella bilateral dan sisterna prepontine. Hasil biopsi massa tumor menemukan sel kanker nasofaring stadium lokal lanjut. Pasien diberikan Morphine Immediate Release (MIR) 10 mg per oral dan gabapentin 2 x 200 mg per oral untuk mengatasi keluhan nyeri. Pasien mengaku rasa nyeri membaik setelah diberi obat, namun terkadang nyeri masih dirasakan hilang timbul (VAS 3-4). Pasien lebih sering tertidur di siang hari dan seringkali merasa gelisah di malam hari sehingga sulit untuk tertidur. Pasien juga mengeluh mengalami sembelit. Dokter mempertimbangkan untuk memberikan terapi non- farmakologis sebagai terapi komplementer terkait keluhan nyeri tersebut.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan kode yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C11.3
- Deskripsi: Karsinoma nasofaring, bagian posterior
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 40.11
- Deskripsi: Biopsi nasofaring
Penjelasan:
Pasien laki-laki usia 63 tahun datang dengan keluhan nyeri wajah yang menjalar ke daerah dahi, kesulitan mengunyah dan menelan, serta penurunan berat badan yang signifikan dalam empat bulan terakhir. Pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya massa padat di daerah nasofaring dengan perluasan ke struktur sekitarnya, dan hasil biopsi mengkonfirmasi diagnosis karsinoma nasofaring stadium lokal lanjut (C11.3).
Tindakan medis yang dilakukan adalah biopsi nasofaring (kode ICD-9-CM 40.11) untuk konfirmasi diagnosis. Selain itu, pasien juga mendapatkan terapi farmakologis berupa Morphine Immediate Release (MIR) dan gabapentin untuk mengatasi keluhan nyeri. Dokter juga mempertimbangkan untuk memberikan terapi non-farmakologis sebagai terapi komplementer terkait keluhan nyeri yang dialami pasien. -
Article No. 3371 | 24 Oct 2024
Klinis : Pada tanggal 23 Oktober 2023, pasien laki-laki Tn. H 63 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan nyeri di wajah yang menjalar ke area dahi dengan Visual Analog Scale (VAS) 8 yang dirasakan bertambah berat. Muntah, penurunan kesadaran, kejang disangkal. Pasien juga mengeluhkan lemas sejak satu minggu sebelumnya. Pasien kesulitan untuk mengunyah dan menelan dan berat badan turun 20 kg dalam empat bulan terakhir. Sejak empat bulan lalu muncul keluhan nyeri di belakang hidung. Pasien memperoleh obat nyeri di rumah sakit, namun tidak membaik. Nyeri di wajah dirasakan makin hebat. Sejak dua bulan, pasien mengeluh nyeri di wajah memberat dengan VAS 7-8. Sejak satu bulan sebelum perawatan, pasien mengeluh mulai sulit menelan, pasien hanya bisa konsumsi makanan dalam bentuk cair. Keluhan nyeri di wajah dan pandangan kabur dirasakan masih sama seperti sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit berat, kesadaran somnolen, dan keadaan gizi buruk. Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 36,7 C, dan pernapasan 22 x/menit.Ditemukan ptosis mata kiri, deviasi septum nasi, nyeri tekan sinus, dan perdarahan pada hidung. Pada pemeriksaan CT scan, ditemukan massa padat karakteristik maligna di regio nasofaring dengan perluasan ke parafaring bilateral, sinus ethmoid dan sphenoid bilateral, dan perluasan intrakranial regio sellaparasella bilateral dan sisterna prepontine. Hasil biopsi massa tumor menemukan sel kanker nasofaring stadium lokal lanjut. Pasien diberikan Morphine Immediate Release (MIR) 10 mg per oral dan gabapentin 2 x 200 mg per oral untuk mengatasi keluhan nyeri. Pasien mengaku rasa nyeri membaik setelah diberi obat, namun terkadang nyeri masih dirasakan hilang timbul (VAS 3-4). Pasien lebih sering tertidur di siang hari dan seringkali merasa gelisah di malam hari sehingga sulit untuk tertidur. Pasien juga mengeluh mengalami sembelit. Dokter mempertimbangkan untuk memberikan terapi non- farmakologis sebagai terapi komplementer terkait keluhan nyeri tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan progresi penyakit kanker nasofaring
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, efek samping obat, dan kecemasan
3. Gangguan menelan berhubungan dengan massa tumor di nasofaring
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan integumen (hidung, sinus) akibat perluasan tumor
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan menelan dan anoreksia
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Kronis: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu.
2. Gangguan Pola Tidur: Keluhan kuantitas dan kualitas tidur yang tidak adekuat.
3. Gangguan Menelan: Ketidakmampuan atau kesulitan untuk menelan makanan, cairan, atau obat-obatan melalui mulut ke dalam lambung.
4. Risiko Infeksi: Peningkatan rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
5. Defisit Nutrisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri, Kenyamanan Fisik
2. Pola Tidur, Pengetahuan Perawatan Diri
3. Integritas Selaput Mukosa, Kemampuan Menelan
4. Respon Infeksi, Pengetahuan Perawatan Diri
5. Status Nutrisi, Kemampuan Makan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri, Terapi Komplementer
2. Manajemen Pola Tidur, Edukasi Kesehatan
3. Manajemen Disfagia, Perawatan Mulut
4. Pencegahan Infeksi, Perawatan Luka
5. Asuhan Gizi, Edukasi Nutrisi
Dalam kasus ini, pendekatan keperawatan komprehensif diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami pasien, termasuk penanganan nyeri kronis, gangguan pola tidur, kesulitan menelan, risiko infeksi, dan defisit nutrisi. Kolaborasi tim kesehatan yang baik sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien.