Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3332 | 24 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan pertukaran gas.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi darah dan/atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme tubuh.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pertukaran Gas dicirikan oleh adanya perubahan status oksigenasi, ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan nilai oksigen dan karbon dioksida dalam darah, serta perubahan mekanisme pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Pertukaran Gas antara lain tercapainya status oksigenasi yang adekuat, stabilitas hemodinamik, dan kemampuan bernapas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk menangani Gangguan Pertukaran Gas meliputi pemantauan status pernapasan dan oksigenasi, pemberian oksigen, manajemen ventilasi, manajemen airway, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pemantauan yang ketat dan tindakan cepat dalam menangani gangguan pertukaran gas untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. Kolaborasi yang erat dengan tenaga kesehatan lain, terutama dokter, juga merupakan aspek penting dalam penanganan yang efektif. -
Article No. 3333 | 24 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan pertukaran gas, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk melakukan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat yang dibutuhkan.
Faktor Terkait:
- Penyakit paru-paru (seperti asma, PPOK, pneumonia)
- Gangguan kardiovaskular (seperti gagal jantung, emboli paru)
- Trauma dada
- Perubahan mekanika pernapasan
Gejala dan Tanda:
- Perubahan frekuensi napas
- Perubahan irama napas
- Perubahan kedalaman napas
- Sianosis
- Dispnea
- Kelelahan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan "Gangguan Pertukaran Gas" merupakan salah satu diagnosis yang tercantum dalam SDKI. SDKI menyediakan definisi, faktor terkait, dan gejala/tanda untuk setiap diagnosa keperawatan, termasuk Gangguan Pertukaran Gas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI menyediakan luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk mengatasi Gangguan Pertukaran Gas, seperti:
- Pertukaran gas yang adekuat
- Pola napas yang efektif
- Oksigenasi jaringan yang adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pertukaran Gas, seperti:
- Manajemen jalan napas
- Manajemen oksigenasi
- Manajemen ventilasi
- Manajemen kelelahan
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan luaran, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien dengan Gangguan Pertukaran Gas. -
Article No. 3334 | 24 Oct 2024
Klinis : Tb on oat + anemia + hipokalemia + hiponatremia. Tensi 160/88. Nadi 87. SPO2 99.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tuberkulosis (TB) dan anemia.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan hipokalemia dan hiponatremia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan TB dan anemia.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tuberkulosis (TB) dan anemia.
- SDKI: Kode A-00103, Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Kode B-00101, Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Kode I-00101, Definisi: Intervensi untuk mempertahankan status nutrisi yang optimal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan hipokalemia dan hiponatremia.
- SDKI: Kode C-00101, Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- SLKI: Kode D-00101, Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- SIKI: Kode J-00101, Definisi: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan TB dan anemia.
- SDKI: Kode G-00101, Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Kode H-00101, Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin.
- SIKI: Kode M-00101, Definisi: Intervensi untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
Dengan kondisi pasien yang diberikan, yaitu Tb on oat + anemia + hipokalemia + hiponatremia, Tensi 160/88, Nadi 87, SPO2 99, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah yang saya jelaskan di atas. Setiap diagnosa keperawatan tersebut memiliki definisi dan intervensi yang terstandar berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 3335 | 24 Oct 2024
Klinis : Pasien Ny. M usia 56 tahun datang ke poli bedah onkologi RSUDAM dengan keluhan muncul benjolan pada leher bagian kiri. Benjolan muncul sejak 4 bulan sebelum pasien datang ke RSAM. Benjolan berbentuk bulat dan awalnya sebesar kelereng atau sekitar 1 cm, tetapi lama- kelamaan benjolan tersebut membesar. Saat datang ke poli benjolan tersebut berukuran kurang lebih 8 cm. Benjolan terasa keras apabila diraba tetapi benjolan tersebut tidak terasa nyeri ataupun gatal. Benjolan berwarna seperti kulit sekitarnya dan tidak pernah berwarna kemerahan ataupun kehitaman. Pasien tidak mengalami kesulitan bernapas ataupun kesulitan dalam menelan. Berdebar-debar di dada dan mudah lelah disangkal. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan drastis tanpa penyebab yang jelas. Sebelumnya, yaitu pada tahun 2016, 5 tahun yang lalu pasien pernah mengalami benjolan pada leher sebelah kiri. Benjolan berukuran sekitar 10 cm dan dioperasi karena mulai menyebabkan pasien merasa tidak nyaman. Pasien sempat meminum obat selama beberapa bulan lalu berhenti tetapi pasien tidak membawa dan tidak ingat nama obatnya. Riwayat alergi, Riwayat penyakit sistemik, dan keluhan serupa pada keluarga di sangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, nadi 70x/menit, respirasi 20x/menit, suhu aksila 36,6°C. Pada pemeriksaan kepala leher didapatkan massa di leher sebelah kiri berukuran kurang lebih 8x6 cm, teraba keras, berbatas tegas, immobile, berwarna kulit, dan pasien tidak merasakan nyeri. Pemeriksaan fisik thoraks, abdomen, dan ekstremitas tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan penunjang pasien diperoleh hasil pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dengan hasil Hb 13,1 g/dL, Ht 41%, Leukosit 8.100/µL, Eritrosit 4,5 juta/µL, Trombosit 404.000/µL, MCV 89 fl, MCH 29 pg, MCHC 32 g/dL, LED 13 mm/jam. Hitung jenis basophil 0%, Eosinofil 0%, Batang 0%, Segmen 61%, Limfosit 33%, Monosit 6%. Pemeriksaan kimia darah yaitu SGOT 23 U/L, SGPT 34 U/L, GDS 97 mg/dL, Ureum 21 mg/dL, Creatinin 0,64 mg/dl, Natrium 140 mmol/L, Kalium 3,6 mmol/L, Kalsium 8,7 mg/dl, Klorida 111 mmol/L, CT 8 menit, BT 2 menit. Pemeriksaan fungsi tiroid T3 1,48 nmol/L dan 77.950 nmol/L. Hasil pemeriksaan rontgen thorax dalam batas normal. Hasil pemeriksaan FNAB makroskopis yaitu Benjolan submandibular kiri, 2 tahun kistik isi cairan 10cc encer kuning. Hasil pemeriksaan mikroskopis adalah sediaan sitologi dari submandibular terdiri atas tumor kistik yang mengandung sel makrofag, kista dan sedikit kelompokan sel epitel dengan kesan yaitu adanya kista retensi yang dapat berasal dari kelenjar liur dd/kista sisa perkembangan. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosis pada pasien ini adalah karsinoma tiroid dengan direncanakan untuk tindakan operasi yaitu RND. Pada kunjungan preoperatif didapatkan kondisi pasien tampak sakit sedang dengan skor American Society of Anesthesiologist (ASA) II. Hasil pemeriksaan laboratorium pasien memperoleh hasil dalam batas normal. Pemeriksaan pasien meliputi identitas pasien, persetujuan operasi, lembaran konsultasi anestesi, obat-obatan dan alat- alat uang diperlukan. Pasien dan keluarganya dijelaskan mengenai prosedur anestesi yang akan dilakukan. Pasien telah berpuasa selama 12 jam sebelum operasi. Pasien di instruksikan untuk menjaga oral hygiene, mengosongkan kandung kemih dan berdoa. Pasien dipastikan tidak menggunakan gigi palsu dan melepaskan perhiasan, lensa kontak maupun aksesoris lainnya. Kemudian pasien mengganti pakaian dengan pakaian operasi. Pasien juga dipasangkan akses intravena loading cairan kristaloid (Ringer Laktat) dengan menggunakan set tranfusi No. 18 telah terpasang di tangan kiri dan kanan dan menetes lancar. Lalu, pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi telentang. Di kamar operasi, pasien dipasang tensimeter dan saturasi oksigen untuk evaluasi nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen. Pada pasien ini didapatkan nadi pre-anastesi 70 kali/menit, tekanan darah 157/91 mmHg, dan saturasi oksigen 98%. Alat yang dipersiapkan di kamar operasi adalah mesin anestesi, monitor, selang penghubung (connector), face mask, tensimeter, oksimeter, memastikan selang gas O2 dan N2O terhubung dengan sumber sentral, mengisi vaporizer sevoflurane. Sebelum dilakukan induksi, pasien diberikan fentanyl 100 mcg yang berfungsi sebagai analgetik. Pasien juga di injeksi degan propofol 120 mg sebagai sedasi. Pasien diinduksi menggunakan gas oksigen dan sevofluran sebanyak 2% yang dialirkan ke sungkup dan ditempelkan terlebih dahulu ke wajah pasien sambal dilakukan Jaw Thrust dan melihat pergerakan dinding dadanya. Pasien dilakukan intubasi ETT nomor 7 dengan teknik intubasi apneu dengan muscle relaxant yaitu atracurium bromide 35 mg. Selama operasi, anestesi dipelihara dengan oksigen dan sevoflurane 2%. Operasi berlangsung kurang lebih selama 2 jam. Saat operasi hemodinamik pasien stabil, nadi dan saturasi dalam batas normal. Setelah operasi selesai, pasien dilakukan ekstubasi dan pasien dapat bernafas spontan regular dengan tanda- tanda vital yang dipertahankan stabil.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat untuk kondisi pasien Ny. M menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ansietas (SDKI)
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang dirasakan tidak mampu ditangani.
Gejala dan tanda mayor: Perubahan pola tidur, cemas, mudah terkejut.
Gejala dan tanda minor: Merasa tidak berdaya, gemetar, takut akan kondisi yang akan terjadi.
2. Risiko Perdarahan (SDKI)
Definisi: Rentan mengalami kehilangan darah melebihi volume normal yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor risiko: Riwayat operasi, efek obat-obatan.
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Gejala dan tanda mayor: Kelelahan, kelemahan.
Gejala dan tanda minor: Napas pendek, palpitasi.
Intervensi Keperawatan (SLKI dan SIKI):
1. Ansietas:
- Manajemen Ansietas (SLKI)
- Terapi Relaksasi (SIKI)
- Pengurangan Kecemasan (SIKI)
2. Risiko Perdarahan:
- Manajemen Perdarahan (SLKI)
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital (SIKI)
- Pemberian Obat (SIKI)
3. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Intoleransi Aktivitas (SLKI)
- Peningkatan Toleransi Aktivitas (SIKI)
- Monitoring Tanda-Tanda Vital (SIKI)
Penjelasan singkat:
1. Ansietas: Pasien mengalami kecemasan terkait kondisi penyakitnya dan rencana operasi yang akan dilakukan. Intervensi diarahkan untuk mengelola kecemasan, memberikan terapi relaksasi, dan mengurangi kecemasan.
2. Risiko Perdarahan: Pasien berisiko mengalami perdarahan terkait riwayat operasi sebelumnya dan efek dari obat-obatan. Intervensi diarahkan untuk mengelola perdarahan, melakukan pemantauan tanda-tanda vital, dan pemberian obat-obatan.
3. Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas rutin terkait kelelahan dan kelemahan. Intervensi diarahkan untuk mengelola intoleransi aktivitas, meningkatkan toleransi aktivitas, dan memonitor tanda-tanda vital. -
Article No. 3336 | 24 Oct 2024
Klinis : Pasien Ny. M usia 56 tahun datang ke poli bedah onkologi RSUDAM dengan keluhan muncul benjolan pada leher bagian kiri. Benjolan muncul sejak 4 bulan sebelum pasien datang ke RSAM. Benjolan berbentuk bulat dan awalnya sebesar kelereng atau sekitar 1 cm, tetapi lama- kelamaan benjolan tersebut membesar. Saat datang ke poli benjolan tersebut berukuran kurang lebih 8 cm. Benjolan terasa keras apabila diraba tetapi benjolan tersebut tidak terasa nyeri ataupun gatal. Benjolan berwarna seperti kulit sekitarnya dan tidak pernah berwarna kemerahan ataupun kehitaman. Pasien tidak mengalami kesulitan bernapas ataupun kesulitan dalam menelan. Berdebar-debar di dada dan mudah lelah disangkal. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan drastis tanpa penyebab yang jelas. Sebelumnya, yaitu pada tahun 2016, 5 tahun yang lalu pasien pernah mengalami benjolan pada leher sebelah kiri. Benjolan berukuran sekitar 10 cm dan dioperasi karena mulai menyebabkan pasien merasa tidak nyaman. Pasien sempat meminum obat selama beberapa bulan lalu berhenti tetapi pasien tidak membawa dan tidak ingat nama obatnya. Riwayat alergi, Riwayat penyakit sistemik, dan keluhan serupa pada keluarga di sangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, nadi 70x/menit, respirasi 20x/menit, suhu aksila 36,6°C. Pada pemeriksaan kepala leher didapatkan massa di leher sebelah kiri berukuran kurang lebih 8x6 cm, teraba keras, berbatas tegas, immobile, berwarna kulit, dan pasien tidak merasakan nyeri. Pemeriksaan fisik thoraks, abdomen, dan ekstremitas tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan penunjang pasien diperoleh hasil pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dengan hasil Hb 13,1 g/dL, Ht 41%, Leukosit 8.100/µL, Eritrosit 4,5 juta/µL, Trombosit 404.000/µL, MCV 89 fl, MCH 29 pg, MCHC 32 g/dL, LED 13 mm/jam. Hitung jenis basophil 0%, Eosinofil 0%, Batang 0%, Segmen 61%, Limfosit 33%, Monosit 6%. Pemeriksaan kimia darah yaitu SGOT 23 U/L, SGPT 34 U/L, GDS 97 mg/dL, Ureum 21 mg/dL, Creatinin 0,64 mg/dl, Natrium 140 mmol/L, Kalium 3,6 mmol/L, Kalsium 8,7 mg/dl, Klorida 111 mmol/L, CT 8 menit, BT 2 menit. Pemeriksaan fungsi tiroid T3 1,48 nmol/L dan 77.950 nmol/L. Hasil pemeriksaan rontgen thorax dalam batas normal. Hasil pemeriksaan FNAB makroskopis yaitu Benjolan submandibular kiri, 2 tahun kistik isi cairan 10cc encer kuning. Hasil pemeriksaan mikroskopis adalah sediaan sitologi dari submandibular terdiri atas tumor kistik yang mengandung sel makrofag, kista dan sedikit kelompokan sel epitel dengan kesan yaitu adanya kista retensi yang dapat berasal dari kelenjar liur dd/kista sisa perkembangan. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosis pada pasien ini adalah karsinoma tiroid dengan direncanakan untuk tindakan operasi yaitu RND. Pada kunjungan preoperatif didapatkan kondisi pasien tampak sakit sedang dengan skor American Society of Anesthesiologist (ASA) II. Hasil pemeriksaan laboratorium pasien memperoleh hasil dalam batas normal. Pemeriksaan pasien meliputi identitas pasien, persetujuan operasi, lembaran konsultasi anestesi, obat-obatan dan alat- alat uang diperlukan. Pasien dan keluarganya dijelaskan mengenai prosedur anestesi yang akan dilakukan. Pasien telah berpuasa selama 12 jam sebelum operasi. Pasien di instruksikan untuk menjaga oral hygiene, mengosongkan kandung kemih dan berdoa. Pasien dipastikan tidak menggunakan gigi palsu dan melepaskan perhiasan, lensa kontak maupun aksesoris lainnya. Kemudian pasien mengganti pakaian dengan pakaian operasi. Pasien juga dipasangkan akses intravena loading cairan kristaloid (Ringer Laktat) dengan menggunakan set tranfusi No. 18 telah terpasang di tangan kiri dan kanan dan menetes lancar. Lalu, pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi telentang. Di kamar operasi, pasien dipasang tensimeter dan saturasi oksigen untuk evaluasi nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen. Pada pasien ini didapatkan nadi pre-anastesi 70 kali/menit, tekanan darah 157/91 mmHg, dan saturasi oksigen 98%. Alat yang dipersiapkan di kamar operasi adalah mesin anestesi, monitor, selang penghubung (connector), face mask, tensimeter, oksimeter, memastikan selang gas O2 dan N2O terhubung dengan sumber sentral, mengisi vaporizer sevoflurane. Sebelum dilakukan induksi, pasien diberikan fentanyl 100 mcg yang berfungsi sebagai analgetik. Pasien juga di injeksi degan propofol 120 mg sebagai sedasi. Pasien diinduksi menggunakan gas oksigen dan sevofluran sebanyak 2% yang dialirkan ke sungkup dan ditempelkan terlebih dahulu ke wajah pasien sambal dilakukan Jaw Thrust dan melihat pergerakan dinding dadanya. Pasien dilakukan intubasi ETT nomor 7 dengan teknik intubasi apneu dengan muscle relaxant yaitu atracurium bromide 35 mg. Selama operasi, anestesi dipelihara dengan oksigen dan sevoflurane 2%. Operasi berlangsung kurang lebih selama 2 jam. Saat operasi hemodinamik pasien stabil, nadi dan saturasi dalam batas normal. Setelah operasi selesai, pasien dilakukan ekstubasi dan pasien dapat bernafas spontan regular dengan tanda- tanda vital yang dipertahankan stabil.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien Ny. M:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan akibat tumor.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat efek tumor.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
4. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Keadaan individu dengan asupan nutrisi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan asupan nutrisi sesuai kebutuhan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah perubahan nutrisi, seperti edukasi diet, monitor intake nutrisi, konsultasi gizi.
2. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Keadaan individu dengan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan toleransi aktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi intoleransi aktivitas, seperti manajemen energi, latihan aktivitas, dan edukasi aktivitas.
3. Risiko infeksi
- SDKI: Keadaan individu dengan peningkatan risiko terinfeksi.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengelola risiko infeksi, seperti monitor tanda infeksi, perawatan luka, edukasi pencegahan infeksi.
4. Ansietas
- SDKI: Keadaan individu dengan perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh sumber yang dapat diidentifikasi.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi dan mencegah ansietas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi ansietas, seperti terapi relaksasi, terapi kognitif, dan dukungan emosional.
Secara umum, diagnosa keperawatan dan intervensi yang dirumuskan bertujuan untuk mengatasi permasalahan nutrisi, aktivitas, risiko infeksi, dan ansietas yang mungkin dialami oleh pasien Ny. M terkait dengan kondisi tumor yang dideritanya. -
Article No. 3337 | 24 Oct 2024
Klinis : 3.1 Studi Kasus Tn. R adalah seorang manajer di perusahaan IT, dan istrinya, Ny. L, bekerja sebagai dosen di universitas swasta. Mereka memiliki seorang anak perempuan bernama Citra, yang berusia 5 tahun. Citra memiliki tinggi badan 115 cm dan berat badan 22 kg, yang masih dalam rentang normal untuk anak seusianya. Dalam enam bulan terakhir, Citra mulai menunjukkan perubahan yang mencolok dalam perilaku. Orang tuanya memperhatikan bahwa ia lebih sering murung dan sulit diajak bicara. Tidurnya cukup teratur, yaitu sekitar 9 jam per hari, tetapi sering terbangun di tengah malam dan tampak cemas. Selain itu, Citra mengalami penurunan minat dalam kegiatan bermain yang dulu ia sukai, seperti menggambar dan bermain boneka, dan lebih banyak menghabiskan waktu menonton video di perangkat elektronik. Di sekolah, guru melaporkan bahwa Citra tampak kesulitan mengikuti pelajaran. Ia sering tidak fokus dan tampak gelisah saat berada di kelas. Citra juga menjadi lebih pemalu dan cenderung menjauh dari teman-temannya. Saat jam istirahat, ia lebih sering duduk sendirian atau bermain dengan satu atau dua teman saja, dan kurang bersemangat saat berinteraksi dengan kelompok besar. Ada juga laporan bahwa Citra mudah menangis ketika mendapat tekanan atau ketika diminta melakukan sesuatu yang tidak ia sukai. Menurut orang tuanya, Citra dulu adalah anak yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, selalu bertanya dan tertarik pada hal-hal baru. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, ia menjadi lebih tertutup dan sering menolak jika diajak berbicara tentang perasaannya. Orang tuanya merasa khawatir, terutama karena mereka merasa tidak tahu bagaimana membantu Citra mengatasi perubahan emosional ini. Mereka juga mulai memikirkan apakah Citra memerlukan bantuan dari profesional untuk mengatasi masalahnya. Sumber Koping Sistem pendukung keluarga Citra cukup baik secara umum, namun orang tuanya tampak kesulitan dalam mengatasi perubahan emosional yang dialami anak mereka. Orang tuanya memiliki pemahaman dasar tentang cara mendukung anak, tetapi merasa perlu lebih banyak panduan dalam hal manajemen emosi dan strategi mengatasi kecemasan pada anak. Faktor Biologis dan Kognitif Secara fisik, Citra tumbuh dengan baik dan menerima imunisasi sesuai jadwal. Gizi dan aktivitas fisiknya juga terjaga. Namun, dari sisi kognitif, walaupun ia seharusnya mulai aktif belajar membaca dan menulis, fokus dan perhatiannya yang terganggu membuatnya tertinggal di beberapa bidang. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksinya dengan orang lain juga menurun, yang mengindikasikan adanya hambatan dalam perkembangan sosial dan emosional. Faktor Sosial dan Emosional Secara psikososial, Citra tampak mengalami kesulitan dalam membangun rasa percaya diri dan mengekspresikan emosi secara sehat. Ia tampak kurang mampu mengatasi frustrasi dan cenderung menarik diri ketika menghadapi masalah. Rasa cemas dan ketidakmampuannya mengungkapkan perasaan membuatnya menjadi lebih tertutup. Keterampilan koping yang kurang baik terlihat dari kecenderungannya untuk melarikan diri ke kegiatan yang pasif, seperti menonton video, daripada berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dukungan Sosial Orang tua Citra memberikan dukungan yang cukup dari segi material dan waktu, namun tampaknya mereka membutuhkan bantuan lebih lanjut untuk memahami dan membantu perkembangan emosional dan sosial Citra. Konseling anak atau bimbingan psikologis dari profesional mungkin dapat membantu Citra dalam mengatasi rasa cemas dan kesulitan bersosialisasi. Dukungan dari sekolah, terutama dalam hal strategi manajemen kelas yang mendukung kebutuhan emosional anak, juga bisa menjadi faktor penting. Aset Material Keluarga Citra berada dalam situasi keuangan yang stabil. Penghasilan orang tuanya memungkinkan mereka mengakses layanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, fokus utama keluarga ini dapat diarahkan pada pencarian solusi untuk mendukung kesehatan emosional dan perilaku Citra, seperti konseling atau terapi anak yang sesuai.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan dalam studi kasus, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Citra:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Berpikir Anak: Perubahan Emosional
2. Kecemasan Anak
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Proses Berpikir Anak: Perubahan Emosional
- SDKI: Respon Emosional Tidak Efektif
- SLKI: Manajemen Emosi Anak
- SIKI: Intervensi untuk Memfasilitasi Ekspresi Emosional Anak
Citra menunjukkan perubahan emosional yang signifikan, seperti menjadi lebih murung, sulit diajak bicara, dan mengalami penurunan minat dalam kegiatan yang biasanya ia sukai. Hal ini mengindikasikan gangguan dalam proses berpikir dan regulasi emosi yang berdampak pada perilakunya.
2. Kecemasan Anak
- SDKI: Kecemasan Anak
- SLKI: Manajemen Kecemasan Anak
- SIKI: Intervensi untuk Menurunkan Kecemasan Anak
Citra menunjukkan gejala kecemasan, seperti sering terbangun di tengah malam, tampak gelisah di sekolah, dan mudah menangis saat menghadapi tekanan. Kecemasan ini dapat berdampak pada kemampuan belajar, interaksi sosial, dan perkembangan emosional Citra.
Dalam penanganan kasus ini, perawat dapat menggunakan standar praktik SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengarahkan intervensi yang komprehensif, meliputi:
- Memfasilitasi ekspresi emosional Citra dan membantu keluarga dalam memahami perubahan emosionalnya.
- Mengembangkan strategi manajemen kecemasan untuk Citra, termasuk teknik relaksasi dan komunikasi terapeutik.
- Memberikan dukungan dan edukasi bagi orang tua dan pihak sekolah dalam mendukung perkembangan emosional dan sosial Citra.
- Melibatkan profesional kesehatan mental, seperti konselor atau terapis anak, untuk memberikan intervensi yang lebih spesifik.
Dengan pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien, diharapkan Citra dapat memperoleh dukungan yang tepat untuk mengatasi perubahan emosional dan kecemasan yang dialaminya. -
Article No. 3338 | 24 Oct 2024
Klinis : 3.1 Studi Kasus Tn. R adalah seorang manajer di perusahaan IT, dan istrinya, Ny. L, bekerja sebagai dosen di universitas swasta. Mereka memiliki seorang anak perempuan bernama Citra, yang berusia 5 tahun. Citra memiliki tinggi badan 115 cm dan berat badan 22 kg, yang masih dalam rentang normal untuk anak seusianya. Dalam enam bulan terakhir, Citra mulai menunjukkan perubahan yang mencolok dalam perilaku. Orang tuanya memperhatikan bahwa ia lebih sering murung dan sulit diajak bicara. Tidurnya cukup teratur, yaitu sekitar 9 jam per hari, tetapi sering terbangun di tengah malam dan tampak cemas. Selain itu, Citra mengalami penurunan minat dalam kegiatan bermain yang dulu ia sukai, seperti menggambar dan bermain boneka, dan lebih banyak menghabiskan waktu menonton video di perangkat elektronik. Di sekolah, guru melaporkan bahwa Citra tampak kesulitan mengikuti pelajaran. Ia sering tidak fokus dan tampak gelisah saat berada di kelas. Citra juga menjadi lebih pemalu dan cenderung menjauh dari teman-temannya. Saat jam istirahat, ia lebih sering duduk sendirian atau bermain dengan satu atau dua teman saja, dan kurang bersemangat saat berinteraksi dengan kelompok besar. Ada juga laporan bahwa Citra mudah menangis ketika mendapat tekanan atau ketika diminta melakukan sesuatu yang tidak ia sukai. Menurut orang tuanya, Citra dulu adalah anak yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, selalu bertanya dan tertarik pada hal-hal baru. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, ia menjadi lebih tertutup dan sering menolak jika diajak berbicara tentang perasaannya. Orang tuanya merasa khawatir, terutama karena mereka merasa tidak tahu bagaimana membantu Citra mengatasi perubahan emosional ini. Mereka juga mulai memikirkan apakah Citra memerlukan bantuan dari profesional untuk mengatasi masalahnya. Sumber Koping Sistem pendukung keluarga Citra cukup baik secara umum, namun orang tuanya tampak kesulitan dalam mengatasi perubahan emosional yang dialami anak mereka. Orang tuanya memiliki pemahaman dasar tentang cara mendukung anak, tetapi merasa perlu lebih banyak panduan dalam hal manajemen emosi dan strategi mengatasi kecemasan pada anak. Faktor Biologis dan Kognitif Secara fisik, Citra tumbuh dengan baik dan menerima imunisasi sesuai jadwal. Gizi dan aktivitas fisiknya juga terjaga. Namun, dari sisi kognitif, walaupun ia seharusnya mulai aktif belajar membaca dan menulis, fokus dan perhatiannya yang terganggu membuatnya tertinggal di beberapa bidang. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksinya dengan orang lain juga menurun, yang mengindikasikan adanya hambatan dalam perkembangan sosial dan emosional. Faktor Sosial dan Emosional Secara psikososial, Citra tampak mengalami kesulitan dalam membangun rasa percaya diri dan mengekspresikan emosi secara sehat. Ia tampak kurang mampu mengatasi frustrasi dan cenderung menarik diri ketika menghadapi masalah. Rasa cemas dan ketidakmampuannya mengungkapkan perasaan membuatnya menjadi lebih tertutup. Keterampilan koping yang kurang baik terlihat dari kecenderungannya untuk melarikan diri ke kegiatan yang pasif, seperti menonton video, daripada berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dukungan Sosial Orang tua Citra memberikan dukungan yang cukup dari segi material dan waktu, namun tampaknya mereka membutuhkan bantuan lebih lanjut untuk memahami dan membantu perkembangan emosional dan sosial Citra. Konseling anak atau bimbingan psikologis dari profesional mungkin dapat membantu Citra dalam mengatasi rasa cemas dan kesulitan bersosialisasi. Dukungan dari sekolah, terutama dalam hal strategi manajemen kelas yang mendukung kebutuhan emosional anak, juga bisa menjadi faktor penting. Aset Material Keluarga Citra berada dalam situasi keuangan yang stabil. Penghasilan orang tuanya memungkinkan mereka mengakses layanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, fokus utama keluarga ini dapat diarahkan pada pencarian solusi untuk mendukung kesehatan emosional dan perilaku Citra, seperti konseling atau terapi anak yang sesuai.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus Citra adalah:
1. Gangguan Proses Pikir (SDKI: Gangguan Proses Pikir)
- Definisi: Gangguan dalam kemampuan berpikir, memfokuskan, dan menerima informasi baru.
- Faktor terkait: Kecemasan, perubahan emosional, kesulitan berinteraksi sosial.
- Gejala: Sulit fokus, gelisah, kemunduran dalam kemampuan akademik.
2. Risiko Gangguan Emosional (SDKI: Risiko Gangguan Emosional)
- Definisi: Kerentanan terhadap ketidakstabilan emosi yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari.
- Faktor terkait: Perubahan perilaku, emosi yang tidak sesuai usia, kesulitan mengekspresikan perasaan.
- Gejala: Sering murung, sulit diajak bicara, penurunan minat dalam aktivitas yang biasa disukai.
3. Gangguan Interaksi Sosial (SIKI: Gangguan Interaksi Sosial)
- Definisi: Hambatan dalam kemampuan membina hubungan interpersonal yang memuaskan.
- Faktor terkait: Menarik diri, pemalu, kesulitan berinteraksi dalam kelompok.
- Gejala: Lebih suka menyendiri, menghindari interaksi dengan teman-teman.
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Proses Pikir: Citra menunjukkan tanda-tanda kesulitan dalam memusatkan perhatian dan menerima informasi baru, yang mungkin disebabkan oleh kecemasan dan perubahan emosional yang dialaminya.
2. Risiko Gangguan Emosional: Perubahan perilaku dan emosi yang ditunjukkan Citra, seperti sering murung, sulit mengekspresikan perasaan, dan penurunan minat dalam aktivitas, mengindikasikan adanya risiko gangguan emosional.
3. Gangguan Interaksi Sosial: Citra cenderung menarik diri, pemalu, dan kesulitan berinteraksi dengan teman-teman, yang menunjukkan adanya gangguan dalam kemampuan membangun hubungan sosial yang memuaskan.
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosis keperawatan tersebut dapat menjadi dasar untuk perencanaan dan intervensi keperawatan yang tepat dalam menangani permasalahan yang dialami Citra. -
Article No. 3339 | 24 Oct 2024
Klinis : DS : Pasien mengatakan jumlah urinnya berkurang dari pada sebelum sakit. Pasien mengatakan mual muntah sejak 3 hari yang lalu DO : Keadaan umum : lemas Ada edema ekstermitas Balans cairan +200mL Hasil lab: BUN 112,8mg/dL Kreatinin 17,98mg/dL Hb 8.7g/dL Kalium 5,2 TD: 169/87mmHg N: 71x/menit S: 37℃ RR: 20 x/menit Hasil rotgen thorax : Cardiomegaly
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Aliran Urin
2. Intoleransi Aktivitas
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Penurunan Aliran Urin
SDKI: Berkurangnya pengeluaran urin dari ginjal.
SLKI: Mempertahankan Fungsi Vesika Urinaria.
SIKI: Manajemen Cairan.
2. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
SLKI: Pemulihan Kemampuan Fisik.
SIKI: Manajemen Energi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Mempertahankan Berat Badan.
SIKI: Manajemen Nutrisi.
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, pasien menunjukkan gejala penurunan aliran urin, kelemahan umum, dan kemungkinan ketidakseimbangan nutrisi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah penurunan aliran urin, intoleransi aktivitas, dan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Standar asuhan keperawatan yang dapat digunakan adalah SDKI, SLKI, dan SIKI.
Silakan tanyakan jika Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut. -
Article No. 3340 | 24 Oct 2024
Klinis : diagnosa medis PGK dengan hemodialisis. terpasang kateter double lumen. Keadaan umum : lemas Ada edema ekstermitas Balans cairan +200mL Hasil lab: BUN 112,8mg/dL Kreatinin 17,98mg/dL Hb 8.7g/dL Kalium 5,2 TD: 169/87mmHg N: 71x/menit S: 37℃ RR: 20 x/menit Hasil rotgen thorax : Cardiomegaly
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan diagnosa medis Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dengan hemodialisis, terpasang kateter double lumen, dan kondisi umum pasien:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan energi.
- Penyebab: Proses penyakit, anemia, edema, ketidakseimbangan elektrolit.
- Manifestasi Klinis: Kelelahan, lemah, sesak napas, dan intoleransi terhadap aktivitas.
2. Kelebihan Volume Cairan (SDKI)
- Definisi: Keadaan di mana terdapat kelebihan cairan total dalam tubuh.
- Penyebab: Asupan cairan melebihi kemampuan eliminasi, ketidakseimbangan mekanisme pengaturan cairan dan elektrolit.
- Manifestasi Klinis: Edema, peningkatan berat badan, peningkatan tekanan darah, sesak napas, dan perubahan status mental.
3. Risiko Infeksi (SDKI)
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel, jaringan, atau sistem.
- Penyebab: Prosedur invasif (kateter double lumen), gangguan pertahanan tubuh.
- Manifestasi Klinis: Peningkatan tanda dan gejala infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh, leukositosis, dan hasil kultur positif.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI dan SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Intervensi: Monitoring tanda-tanda vital, pembatasan aktivitas, pemberian energi melalui nutrisi dan cairan, rehabilitasi.
- Luaran: Peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan tanda-tanda vital, peningkatan kemampuan fungsional.
2. Kelebihan Volume Cairan
- Intervensi: Monitor input dan output cairan, pembatasan asupan cairan, pemberian diuretik, hemodialisis.
- Luaran: Keseimbangan cairan, penurunan edema, stabilitas tanda-tanda vital.
3. Risiko Infeksi
- Intervensi: Perawatan akses vaskular, pemberian antibiotik, monitor tanda infeksi, pencegahan kontaminasi.
- Luaran: Tidak ada tanda-tanda infeksi, hasil kultur negatif, tidak ada komplikasi.
Ingat, asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan dikolaborasikan dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 3341 | 24 Oct 2024
Klinis : Tn.N umur 60 tahun, suku padang, agama Islam, pensiunan pegawai negeri gol.II, riwayat pendidikan tamat SMP, istri sudah meninggal 2 tahun lalu, dan saat ini Tn.N tinggal dengan anak pertamanya. Tn.N dirawat di ruang perawatan neurologi Rumah Sakit MC, Tn.N dirawat hari yang ketiga.Tn. dirawat di ruang tersebut dengan diagnosa medis stroke iskemic, dengan kondisi saat masuk kesadaran menurun, GCS: 10, TD: 170/100, RR: 30 x/mt, N: 68 x/mt. Nafas tampak cepat dan terdengar suara ngorok. Kondisi pada saat ini (hari 3) perawatan dan didapatkan data sebagai berikut: Kesadaran conpos mentis, GCS 13, TD: 160/100, N: 68 x/mnt, RR: 28, terdengar bunyi ronki basal kiri/kanan. kelumpuhan anggota gerak bagian atas dan bawah kanan (hemiparese dextra), bicara tidak jelas (pelo), tetapi bila diajak bicara Tn.T dapat mengerti dan dapat menjawab pertanyaan dengan menganggukan kepala dan bicara tetapi tidak jelas (pelo). Tn.N tidak dapat menelan sehingga terpasang NGT untuk memasukan makanannya, masih terpasang oksigen kanul 3 lt/mnt, terpasang IV line cairan NaCl 20 tts/mnt, pada saat ini juga Tn.N sudah dianjutkan untuk melakukan aktivitas ringan yang dapat dilakukan dan melakukan ROM aktif pada daerah yang tidak terjadi kelumpuhan dan dilakukan ROM pasif pada daerah yang mengalami kelumpuhan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan/minum, toileting/bab dan bak, mandi dan dalam melakukan aktifitas Tn.N harus selalu dibantu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah beberapa Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang dapat diterapkan pada Tn. N:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
- SDKI: Gangguan aliran darah ke otak yang mengurangi asupan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
- SLKI: Meningkatkan aliran darah ke otak, mempertahankan oksigenasi otak, mencegah komplikasi.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen oksigen, manajemen cairan, terapi aktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
- SLKI: Meningkatkan kekuatan dan rentang gerak, mempertahankan fungsi muskuloskeletal, mencegah komplikasi.
- SIKI: Terapi aktivitas, terapi latihan, manajemen nyeri.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Komunikasi Verbal
- SDKI: Keterbatasan dalam mengekspresikan atau menerima informasi melalui bahasa lisan.
- SLKI: Mempertahankan kemampuan komunikasi, meningkatkan kemampuan berbahasa, mencegah komplikasi.
- SIKI: Terapi wicara, manajemen komunikasi, terapi aktivitas.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Aspirasi
- SDKI: Risiko masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
- SLKI: Mempertahankan fungsi menelan, mencegah aspirasi, mencegah komplikasi.
- SIKI: Manajemen menelan, manajemen nutrisi, manajemen oksigen.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menjelaskan definisi dan karakteristik dari diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menjelaskan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menjelaskan rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dengan memahami SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan sesuai dengan standar profesi keperawatan di Indonesia.