Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3568 | 25 Oct 2024
Klinis : PASIEN DENGAN ASMA Pasien bernama An.R ,umur 5,3 tahun dibawa orang tuanya ke rumah sakit pada hari sabtu tanggal 8 Maret 2014 dengan keluhan sesak napas, batuk berdahak selama 2 hari. Pasien di diagnosa oleh dokter : Asma. Pasien lahir pada tanggal 7 April 2009, pasien beragam islam, beralamat di Banjarsari Surakarta. Pengkajian Keperawatan Keluhan utama, ibu pasien mengatakan klien Sesak nafas, batuk berdahak selama 2 hari. Keluarga merasa khawatir dan sedih mengenai kondisi penyakit anak mereka. Riwayat penyakit sekarang, Ibu pasien mengatakan anaknya sesak napas, batuk berdahak sudah 2 hari, kemudian oleh Ibunya diperiksakan di Poliklinik RSU PKU Jatinom, menurut hasil dari pemeriksaan anak di diagnosa Asma sehingga anaknya harus menjalani pengobatan dan dokter menganjurkan agar anak dirujuk ke RSDM. Pada tanggal 10 Maret 2014 oleh keluarga klien dibawa ke IGD RSDM, pemeriksaan didapatkan hasil yaitu Airway meliputi batuk berdahak, wheezing, ronchi di seluruh lapang paru. Breathing meliputi sesak nafas, respirasi 45 kali per menit, irama nafas tidak teratur. Circulation meliputi gelisah, nadi 110 kali per menit, suhu 36,9 0C, lalu dipasang terapi infus D5- 1/2 15 Tpm, kemudian pasien dipindah dan dirawat inap di bangsal Melati II kamar 2C.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.9
- Deskripsi: Asma, tidak spesifik
Penjelasan:
Kode ICD-10 J45.9 adalah kode untuk "Asma, tidak spesifik", yang sesuai dengan diagnosis yang ditetapkan pada pasien An.R. Asma adalah penyakit pernapasan kronis yang ditandai dengan gejala seperti sesak napas, batuk, dan mengi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Pemberian oksigen
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien An.R mendapatkan terapi pemberian cairan infus D5-1/2 15 Tpm. Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, pemberian oksigen juga kemungkinan dilakukan sebagai bagian dari penatalaksanaan asma. Oleh karena itu, kode ICD-9-CM 99.04 untuk "Pemberian oksigen" dapat diaplikasikan.
Secara umum, penanganan asma pada anak-anak biasanya meliputi pemberian bronkodilator, kortikosteroid, dan oksigen jika diperlukan, serta edukasi dan perawatan suportif lainnya. -
Article No. 3569 | 25 Oct 2024
Klinis : Pasien juga mengatakan bingung cara menyusui dengan baik dan benar karena pada anak sebelumnya ibu tidak menyusui dikarenakan ASI tidak keluar dengan lancar, ditambah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Menyusui (Ineffective Breastfeeding)
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan ini menggambarkan masalah yang dihadapi pasien terkait dengan kesulitan dalam menyusui bayinya secara efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pengetahuan atau pengalaman ibu dalam teknik menyusui yang benar, serta permasalahan terkait produksi ASI yang tidak lancar.
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Pola Nutrisi
- Kelas: Asupan Nutrisi
- Diagnosa: Ketidakefektifan Menyusui
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Domain: Pola Nutrisi
- Kelas: Asupan Nutrisi
- Luaran: Kemampuan Menyusui Efektif
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Domain: Pola Nutrisi
- Kelas: Asupan Nutrisi
- Intervensi:
1. Konseling Laktasi
2. Manajemen Laktasi
3. Pemberian ASI Eksklusif
Dalam kondisi ini, perawat berperan penting dalam memberikan edukasi, konseling, dan dukungan kepada pasien terkait teknik menyusui yang benar, serta membantu mengatasi masalah produksi ASI yang tidak lancar. Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat menyusui bayinya secara efektif dan mencapai outcome yang optimal. -
Article No. 3570 | 25 Oct 2024
Klinis : Ny.P, seorang wanita berusia 23 tahun yang bekerja sebagai sales promotion girl, tiba di RS Harapan Bunda pada 7 Oktober 2021 setelah menjalani persalinan caesar. Ia mengeluhkan sesak napas yang semakin parah, disertai nyeri dada yang menjalar hingga ke belakang, serta batuk sporadis yang membuatnya cemas. Gejala ini muncul selama proses pemulihan pascapersalinan, memicu kekhawatiran akan kondisi kesehatannya. Setelah dua hari, dokter merujuknya ke RS Paru Rotinsulu untuk pemeriksaan lebih lanjut. Di sana, hasil EKG menunjukkan tanda-tanda iskemia, dan Ny.P didiagnosis dengan penyakit jantung koroner (CAD) iskemik anteroseptal. Selama dirawat inap di ruang Mawar selama kurang lebih satu bulan, Ny.P diwajibkan untuk beristirahat total. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali per menit, dan frekuensi pernapasan 24 kali per menit, di mana ia terlihat menggunakan otot aksesori saat bernapas. Riwayat penyakit tuberkulosis paru yang terkontrol dan pemasangan WSD di sisi sinistra pada tahun 2020 menjadi pertimbangan dalam penanganan. Pengobatan yang diberikan meliputi obat antiplatelet, beta blocker, dan statin, dengan edukasi mengenai gaya hidup sehat untuk mencegah masalah jantung di masa depan. Dengan dukungan tim medis, Ny.P berharap bisa kembali beraktivitas normal dan menjaga kesehatan jantungnya agar tidak mengalami masalah serupa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Ny. P:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (SDKI)
Penjelasan: Ny. P mengalami sesak napas yang semakin parah, disertai penggunaan otot aksesori saat bernapas, menunjukkan adanya pola napas tidak efektif.
2. Nyeri Dada (SDKI)
Penjelasan: Ny. P mengeluhkan nyeri dada yang menjalar hingga ke belakang, merupakan gejala dari penyakit jantung koroner yang dideritanya.
3. Kecemasan (SDKI)
Penjelasan: Ny. P merasa cemas dengan gejala yang dialami, terutama batuk sporadis yang membuatnya khawatir akan kondisi kesehatannya.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Manajemen Jalan Napas (SIKI)
Tujuan: Mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka dan mendukung ventilasi yang adekuat.
2. Manajemen Nyeri (SIKI)
Tujuan: Mengurangi nyeri dada yang dirasakan Ny. P.
3. Manajemen Kecemasan (SIKI)
Tujuan: Menurunkan tingkat kecemasan Ny. P terhadap kondisi kesehatannya.
Hasil yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif: Ny. P dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal tanpa penggunaan otot aksesori.
2. Nyeri Terkontrol: Ny. P dapat melaporkan penurunan nyeri dada dan merasa lebih nyaman.
3. Kecemasan Terkendali: Ny. P dapat menunjukkan tanda-tanda penurunan kecemasan dan dapat beristirahat dengan tenang.
Dengan penanganan yang komprehensif, diharapkan Ny. P dapat pulih dari kondisi penyakit jantung koroner dan kembali beraktivitas normal dengan tetap menjaga gaya hidup sehat. -
Article No. 3571 | 25 Oct 2024
Klinis : Ny.P, seorang wanita berusia 23 tahun yang bekerja sebagai sales promotion girl, tiba di RS Harapan Bunda pada 7 Oktober 2021 setelah menjalani persalinan caesar. Ia mengeluhkan sesak napas yang semakin parah, disertai nyeri dada yang menjalar hingga ke belakang, serta batuk sporadis yang membuatnya cemas. Gejala ini muncul selama proses pemulihan pascapersalinan, memicu kekhawatiran akan kondisi kesehatannya. Setelah dua hari, dokter merujuknya ke RS Paru Rotinsulu untuk pemeriksaan lebih lanjut. Di sana, hasil EKG menunjukkan tanda-tanda iskemia, dan Ny.P didiagnosis dengan penyakit jantung koroner (CAD) iskemik anteroseptal. Selama dirawat inap di ruang Mawar selama kurang lebih satu bulan, Ny.P diwajibkan untuk beristirahat total. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali per menit, dan frekuensi pernapasan 24 kali per menit, di mana ia terlihat menggunakan otot aksesori saat bernapas. Riwayat penyakit tuberkulosis paru yang terkontrol dan pemasangan WSD di sisi sinistra pada tahun 2020 menjadi pertimbangan dalam penanganan. Pengobatan yang diberikan meliputi obat antiplatelet, beta blocker, dan statin, dengan edukasi mengenai gaya hidup sehat untuk mencegah masalah jantung di masa depan. Dengan dukungan tim medis, Ny.P berharap bisa kembali beraktivitas normal dan menjaga kesehatan jantungnya agar tidak mengalami masalah serupa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana asuhan keperawatan untuk Ny. P:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032) berhubungan dengan penyakit jantung koroner
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Tidak Efektif (00032): Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas: Kemampuan untuk bernapas dengan irama dan kedalaman yang sesuai.
- Perfusi Jaringan Kardiak: Kecukupan aliran darah ke otot jantung.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas
- Manajemen Nyeri
- Manajemen Activity Intolerance
Penjelasan Singkat:
Ny. P mengalami sesak napas dan nyeri dada yang menjalar ke belakang, serta batuk sporadis, tanda-tanda yang menunjukkan adanya penyakit jantung koroner (CAD) iskemik anteroseptal. Hal ini menyebabkan pola napas yang tidak efektif, dengan penggunaan otot aksesori saat bernapas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas untuk menjaga ventilasi yang adekuat, manajemen nyeri untuk mengurangi keluhan pasien, serta manajemen activity intolerance untuk membantu Ny. P dalam beradaptasi dengan aktivitas sehari-hari selama proses pemulihan.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Kaji pola napas, tanda-tanda vital, dan penggunaan otot aksesori saat bernapas
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat
3. Lakukan latihan napas dalam dan teknik relaksasi untuk mengurangi sesak napas
4. Berikan analgetik sesuai resep untuk mengurangi nyeri dada
5. Edukasikan Ny. P dan keluarga mengenai penyakit jantung koroner, tanda-tanda komplikasi, dan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk memantau dan mengevaluasi kondisi Ny. P selama perawatan
Dengan penanganan yang komprehensif dan dukungan dari tim medis serta keluarga, diharapkan Ny. P dapat pulih dan kembali beraktivitas normal serta mampu menjaga kesehatan jantungnya di masa depan. -
Article No. 3572 | 25 Oct 2024
Klinis : Ny.P, seorang wanita berusia 23 tahun yang bekerja sebagai sales promotion girl, tiba di RS Harapan Bunda pada 7 Oktober 2021 setelah menjalani persalinan caesar. Ia mengeluhkan sesak napas yang semakin parah, disertai nyeri dada yang menjalar hingga ke belakang, serta batuk sporadis yang membuatnya cemas. Gejala ini muncul selama proses pemulihan pascapersalinan, memicu kekhawatiran akan kondisi kesehatannya. Setelah dua hari, dokter merujuknya ke RS Paru Rotinsulu untuk pemeriksaan lebih lanjut. Di sana, hasil EKG menunjukkan tanda-tanda iskemia, dan Ny.P didiagnosis dengan penyakit jantung koroner (CAD) iskemik anteroseptal. Selama dirawat inap di ruang Mawar selama kurang lebih satu bulan, Ny.P diwajibkan untuk beristirahat total. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali per menit, dan frekuensi pernapasan 24 kali per menit, di mana ia terlihat menggunakan otot aksesori saat bernapas. Riwayat penyakit tuberkulosis paru yang terkontrol dan pemasangan WSD di sisi sinistra pada tahun 2020 menjadi pertimbangan dalam penanganan. Pengobatan yang diberikan meliputi obat antiplatelet, beta blocker, dan statin, dengan edukasi mengenai gaya hidup sehat untuk mencegah masalah jantung di masa depan. Dengan dukungan tim medis, Ny.P berharap bisa kembali beraktivitas normal dan menjaga kesehatan jantungnya agar tidak mengalami masalah serupa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk Ny. P:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Curah Jantung
2. Intoleransi Aktivitas
3. Ansietas
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Curah Jantung
SDKI: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SLKI: Peningkatan risiko penurunan kapasitas jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SIKI: Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi penurunan curah jantung, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian terapi oksigen, pengaturan aktivitas, dan edukasi pasien serta keluarga.
2. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI: Peningkatan risiko keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SIKI: Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi intoleransi aktivitas, seperti pemberian istirahat yang cukup, pengaturan aktivitas dan latihan fisik, serta edukasi pasien dan keluarga.
3. Ansietas
SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
SLKI: Peningkatan risiko respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
SIKI: Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi ansietas, seperti pemberian terapi relaksasi, terapi distraksi, konseling, dan edukasi pasien serta keluarga.
Dalam penanganan Ny. P, perawat perlu berfokus pada manajemen curah jantung, peningkatan toleransi aktivitas, dan pengurangan kecemasan. Perawat berperan penting dalam memberikan asuhan keperawatan holistik, edukasi gaya hidup sehat, serta dukungan psikologis agar Ny. P dapat pulih dan kembali beraktivitas normal dengan baik. -
Article No. 3573 | 25 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata merah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan mata merah.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Inflamasi Mata
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Penglihatan adalah kemampuan penglihatan yang terganggu atau tidak optimal yang menyebabkan individu mengalami keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Penglihatan membaik
2. Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
3. Kepuasan terhadap penglihatan meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Manajemen Infeksi
3. Peningkatan Penglihatan
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan mata merah, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Inflamasi Mata. Hal ini disebabkan oleh adanya inflamasi atau peradangan pada mata yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi penglihatan.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, manajemen infeksi, dan peningkatan penglihatan. Tujuan utamanya adalah untuk mengatasi inflamasi, mengurangi rasa tidak nyaman, dan memulihkan fungsi penglihatan pasien.
Evaluasi atau luaran yang diharapkan adalah penglihatan membaik, kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari meningkat, dan kepuasan terhadap penglihatan meningkat.
Semoga penjelasan singkat ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien. Silakan menanyakan jika ada hal lain yang perlu diklarifikasi. -
Article No. 3574 | 25 Oct 2024
Klinis : A.R., seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, tinggal di kota Malang bersama kedua orang tuanya. A.R. dikenal sebagai anak yang pendiam dan lebih suka bermain sendiri daripada bersama teman-teman sebayanya. Di lingkungan sekitar, A.R. sering terlihat cemas dan enggan berinteraksi dengan anak-anak lain. Ketika diajak bermain di tempat umum, ia cenderung menolak dan menangis jika ditinggalkan, bahkan oleh orang tuanya. Orang tua A.R., Bapak D. dan Ibu N., merasa khawatir karena anak mereka terlihat penakut dan tidak mandiri, berbeda dengan anak-anak seusianya. Keluarga A.R. berasal dari latar belakang Islami yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kekeluargaan. Selama masa kehamilan dan kelahiran, tidak ada masalah medis yang berarti. Riwayat kesehatan A.R. juga baik, dan ia telah menerima imunisasi secara lengkap. Secara fisik, A.R. sehat dengan status gizi yang baik. Namun, dalam hal perkembangan sosial dan emosional, A.R. menunjukkan tanda-tanda kecemasan sosial yang menghambat interaksinya dengan orang lain. Di rumah, A.R. lebih nyaman berada dekat dengan orang tuanya, yang cenderung protektif dan selalu ada di sekitarnya. Orang tua A.R. merasa sulit membiarkan anak mereka bereksplorasi sendiri, sering kali lebih memilih untuk mendampingi setiap aktivitas yang dilakukan A.R. Pola asuh yang over protektif ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan A.R. menjadi lebih cemas dan bergantung pada orang tuanya dalam situasi sosial. Meskipun A.R. tertarik pada permainan dan kegiatan kreatif, ia jarang menunjukkan inisiatif untuk terlibat dengan anak lain. Anak ini mungkin merasa tidak nyaman ketika berada di lingkungan yang baru atau ketika harus berinteraksi dengan orang asing, termasuk anak-anak sebayanya. Orang tuanya mulai menyadari bahwa perlunya dukungan tambahan untuk membantu A.R. mengatasi rasa cemas dan membangun kepercayaan diri, terutama dalam situasi sosial.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi A.R. sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Sosial (Social anxiety)
Definisi: Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau kekhawatiran yang dialami individu dalam situasi sosial atau saat berinteraksi dengan orang lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tingkat Kecemasan Sosial Berkurang
- Kemampuan Berinteraksi Sosial Meningkat
- Kepercayaan Diri Meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Terapi Perilaku Kognitif
- Latihan Relaksasi
- Dukungan Keluarga
- Pendidikan Kesehatan (Manajemen Kecemasan Sosial)
Penjelasan Singkat:
A.R. menunjukkan tanda-tanda kecemasan sosial yang menghambat interaksinya dengan orang lain, khususnya dengan teman sebaya. Ia cenderung lebih memilih bermain sendiri, enggan berinteraksi, dan menunjukkan perilaku cemas saat berada di lingkungan sosial. Kecemasan sosial ini dapat berdampak pada perkembangan sosial dan emosional A.R. jika tidak ditangani dengan baik.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi perilaku kognitif untuk membantu A.R. mengelola pikiran dan perasaan negatif terkait situasi sosial, latihan relaksasi untuk mengurangi gejala kecemasan, serta dukungan keluarga dan pendidikan kesehatan untuk membantu A.R. dan orang tuanya dalam mengelola kecemasan sosial. Tujuannya adalah agar A.R. dapat menurunkan tingkat kecemasan sosial, meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial, dan membangun kepercayaan diri yang lebih baik. -
Article No. 3575 | 25 Oct 2024
Klinis : A.R., seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, tinggal di kota Malang bersama kedua orang tuanya. A.R. dikenal sebagai anak yang pendiam dan lebih suka bermain sendiri daripada bersama teman-teman sebayanya. Di lingkungan sekitar, A.R. sering terlihat cemas dan enggan berinteraksi dengan anak-anak lain. Ketika diajak bermain di tempat umum, ia cenderung menolak dan menangis jika ditinggalkan, bahkan oleh orang tuanya. Orang tua A.R., Bapak D. dan Ibu N., merasa khawatir karena anak mereka terlihat penakut dan tidak mandiri, berbeda dengan anak-anak seusianya. Keluarga A.R. berasal dari latar belakang Islami yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kekeluargaan. Selama masa kehamilan dan kelahiran, tidak ada masalah medis yang berarti. Riwayat kesehatan A.R. juga baik, dan ia telah menerima imunisasi secara lengkap. Secara fisik, A.R. sehat dengan status gizi yang baik. Namun, dalam hal perkembangan sosial dan emosional, A.R. menunjukkan tanda-tanda kecemasan sosial yang menghambat interaksinya dengan orang lain. Di rumah, A.R. lebih nyaman berada dekat dengan orang tuanya, yang cenderung protektif dan selalu ada di sekitarnya. Orang tua A.R. merasa sulit membiarkan anak mereka bereksplorasi sendiri, sering kali lebih memilih untuk mendampingi setiap aktivitas yang dilakukan A.R. Pola asuh yang over protektif ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan A.R. menjadi lebih cemas dan bergantung pada orang tuanya dalam situasi sosial. Meskipun A.R. tertarik pada permainan dan kegiatan kreatif, ia jarang menunjukkan inisiatif untuk terlibat dengan anak lain. Anak ini mungkin merasa tidak nyaman ketika berada di lingkungan yang baru atau ketika harus berinteraksi dengan orang asing, termasuk anak-anak sebayanya. Orang tuanya mulai menyadari bahwa perlunya dukungan tambahan untuk membantu A.R. mengatasi rasa cemas dan membangun kepercayaan diri, terutama dalam situasi sosial.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai untuk kasus A.R. adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F40.1
- Deskripsi: Fobia sosial
Penjelasan:
Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh A.R., seperti rasa cemas yang berlebihan ketika berada di lingkungan sosial, penolakan untuk berinteraksi dengan teman sebaya, dan menangis jika ditinggalkan oleh orang tua, mengarah pada diagnosis fobia sosial. Fobia sosial adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan rasa takut yang berlebihan dan tidak rasional terhadap situasi sosial atau performansi di hadapan orang lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.44
- Deskripsi: Psikoterapi, terapi perilaku, untuk gangguan kecemasan
Penjelasan:
Bagi A.R., pemeriksaan psikologis dan intervensi psikososial seperti terapi perilaku mungkin diperlukan untuk membantu mengatasi gejala fobia sosial dan meningkatkan kemampuan sosialisasinya. Kode 94.44 dalam ICD-9-CM Procedure mewakili prosedur terkait psikoterapi, termasuk terapi perilaku, yang dapat menjadi bagian dari penanganan kasus ini. -
Article No. 3576 | 25 Oct 2024
Klinis : A.R., seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, tinggal di kota Malang bersama kedua orang tuanya. A.R. dikenal sebagai anak yang pendiam dan lebih suka bermain sendiri daripada bersama teman-teman sebayanya. Di lingkungan sekitar, A.R. sering terlihat cemas dan enggan berinteraksi dengan anak-anak lain. Ketika diajak bermain di tempat umum, ia cenderung menolak dan menangis jika ditinggalkan, bahkan oleh orang tuanya. Orang tua A.R., Bapak D. dan Ibu N., merasa khawatir karena anak mereka terlihat penakut dan tidak mandiri, berbeda dengan anak-anak seusianya. Keluarga A.R. berasal dari latar belakang Islami yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kekeluargaan. Selama masa kehamilan dan kelahiran, tidak ada masalah medis yang berarti. Riwayat kesehatan A.R. juga baik, dan ia telah menerima imunisasi secara lengkap. Secara fisik, A.R. sehat dengan status gizi yang baik. Namun, dalam hal perkembangan sosial dan emosional, A.R. menunjukkan tanda-tanda kecemasan sosial yang menghambat interaksinya dengan orang lain. Di rumah, A.R. lebih nyaman berada dekat dengan orang tuanya, yang cenderung protektif dan selalu ada di sekitarnya. Orang tua A.R. merasa sulit membiarkan anak mereka bereksplorasi sendiri, sering kali lebih memilih untuk mendampingi setiap aktivitas yang dilakukan A.R. Pola asuh yang over protektif ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan A.R. menjadi lebih cemas dan bergantung pada orang tuanya dalam situasi sosial. Meskipun A.R. tertarik pada permainan dan kegiatan kreatif, ia jarang menunjukkan inisiatif untuk terlibat dengan anak lain. Anak ini mungkin merasa tidak nyaman ketika berada di lingkungan yang baru atau ketika harus berinteraksi dengan orang asing, termasuk anak-anak sebayanya. Orang tuanya mulai menyadari bahwa perlunya dukungan tambahan untuk membantu A.R. mengatasi rasa cemas dan membangun kepercayaan diri, terutama dalam situasi sosial.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa A.R., seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, mengalami kondisi yang dapat didiagnosis sebagai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Sosial (Anxiety, Social)
Definisi SDKI:
Keadaan emosional tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan takut atau khawatir dalam situasi sosial.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien. Dalam kasus ini, "Kecemasan Sosial" teridentifikasi sebagai diagnosa keperawatan yang sesuai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dapat digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, seperti "Tingkat Kecemasan Berkurang" atau "Kemampuan Berinteraksi Sosial Meningkat".
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dapat membantu perawat memilih intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah kecemasan sosial pada A.R., seperti "Terapi Bermain", "Terapi Kognitif-Perilaku", atau "Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial".
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk membantu A.R. mengatasi kecemasan sosialnya dan meningkatkan kemampuan interaksi sosialnya. -
Article No. 3577 | 25 Oct 2024
Klinis : A.R., seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, tinggal di kota Malang bersama kedua orang tuanya. A.R. dikenal sebagai anak yang pendiam dan lebih suka bermain sendiri daripada bersama teman-teman sebayanya. Di lingkungan sekitar, A.R. sering terlihat cemas dan enggan berinteraksi dengan anak-anak lain. Ketika diajak bermain di tempat umum, ia cenderung menolak dan menangis jika ditinggalkan, bahkan oleh orang tuanya. Orang tua A.R., Bapak D. dan Ibu N., merasa khawatir karena anak mereka terlihat penakut dan tidak mandiri, berbeda dengan anak-anak seusianya. Keluarga A.R. berasal dari latar belakang Islami yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kekeluargaan. Selama masa kehamilan dan kelahiran, tidak ada masalah medis yang berarti. Riwayat kesehatan A.R. juga baik, dan ia telah menerima imunisasi secara lengkap. Secara fisik, A.R. sehat dengan status gizi yang baik. Namun, dalam hal perkembangan sosial dan emosional, A.R. menunjukkan tanda-tanda kecemasan sosial yang menghambat interaksinya dengan orang lain. Di rumah, A.R. lebih nyaman berada dekat dengan orang tuanya, yang cenderung protektif dan selalu ada di sekitarnya. Orang tua A.R. merasa sulit membiarkan anak mereka bereksplorasi sendiri, sering kali lebih memilih untuk mendampingi setiap aktivitas yang dilakukan A.R. Pola asuh yang over protektif ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan A.R. menjadi lebih cemas dan bergantung pada orang tuanya dalam situasi sosial. Meskipun A.R. tertarik pada permainan dan kegiatan kreatif, ia jarang menunjukkan inisiatif untuk terlibat dengan anak lain. Anak ini mungkin merasa tidak nyaman ketika berada di lingkungan yang baru atau ketika harus berinteraksi dengan orang asing, termasuk anak-anak sebayanya. Orang tuanya mulai menyadari bahwa perlunya dukungan tambahan untuk membantu A.R. mengatasi rasa cemas dan membangun kepercayaan diri, terutama dalam situasi sosial.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan Sosial Berhubungan dengan Pengalaman Negatif Berinteraksi Sosial
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kecemasan sosial adalah perasaan takut atau cemas yang berlebihan dalam situasi sosial atau saat berinteraksi dengan orang lain, yang menghambat kemampuan untuk bersosialisasi secara normal.
- Faktor yang berkontribusi dalam kasus ini adalah pengalaman negatif dalam berinteraksi sosial dan pola asuh orang tua yang over-protektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah anak dapat berinteraksi sosial dengan lebih baik, memiliki rasa percaya diri yang meningkat, dan mampu mengelola kecemasan dalam situasi sosial.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain terapi bermain, latihan keterampilan sosial, dan konseling untuk orang tua dalam mengembangkan pola asuh yang lebih adaptif.
- Tujuannya adalah membantu anak mengembangkan kemampuan berinteraksi sosial, mengelola kecemasan, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara perawat, anak, dan orang tua, diharapkan A.R. dapat mengatasi kecemasan sosialnya dan dapat bersosialisasi dengan baik sesuai tahap perkembangannya.