Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3528 | 25 Oct 2024
Klinis : sakit dada dengan stemi inferior
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi sakit dada dengan STEMI inferior:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.1
- Deskripsi: Infark miokard transmural akut dinding inferior
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Angioplasti koroner perkutan, tidak dikhususkan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I21.1 (Infark miokard transmural akut dinding inferior) sesuai dengan kondisi sakit dada dengan STEMI (Infark Miokard dengan Elevasi Segmen ST) pada dinding inferior jantung. STEMI inferior menunjukkan adanya oklusi arteri koroner yang memasok daerah inferior jantung, menyebabkan kerusakan jaringan otot jantung di area tersebut.
2. Kode ICD-9-CM 93.90 (Angioplasti koroner perkutan, tidak dikhususkan) adalah kode yang umum digunakan untuk prosedur intervensi koroner perkutan, seperti angioplasti balon atau pemasangan stent, yang mungkin dilakukan untuk menangani kondisi STEMI inferior ini. Prosedur ini bertujuan untuk membuka kembali arteri koroner yang tersumbat dan memperbaiki aliran darah ke area jantung yang terkena infark.
Kode-kode ini digunakan oleh profesional kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengidentifikasi dan mengkodekan diagnosis serta tindakan medis yang dilakukan dalam proses perawatan pasien. -
Article No. 3529 | 25 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien yang datang dengan keluhan sakit perut:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis di abdomen.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis di abdomen, yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti gastritis, appendisitis, obstruksi usus, atau kondisi lainnya.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri akut adalah pasien dapat melaporkan penurunan rasa nyeri, dapat menunjukkan perilaku untuk mengurangi nyeri, dan dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri akut berhubungan dengan proses patologis di abdomen meliputi:
- Pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor yang memperberat atau meringankan nyeri)
- Pemberian analgesik sesuai kebutuhan
- Terapi non-farmakologis (kompres hangat/dingin, teknik relaksasi, distraksi)
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, fisioterapis) jika diperlukan.
Dengan mengacu pada standar diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi masalah nyeri akut yang dialami oleh pasien. -
Article No. 3530 | 25 Oct 2024
Klinis : Anemis pucat hb rendah nyeri scrotum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Volume Cairan Tubuh Berhubungan dengan Kehilangan Darah Akut
Penjelasan:
Pasien mengalami anemia dengan kadar hemoglobin (Hb) yang rendah, menunjukkan adanya penurunan volume cairan dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi akibat kehilangan darah secara akut, misalnya perdarahan pada skrotum.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Berkurangnya jumlah cairan dalam kompartemen intraseluler, ekstraseluler, atau keduanya.
- Penyebab: Kehilangan cairan akut, perdarahan, diare, muntah.
- Gejala: Nadi cepat, kulit pucat, tekanan darah rendah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Indikator: Nadi teratur, tekanan darah normal, turgor kulit baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Monitor tanda-tanda vital, asupan dan pengeluaran cairan, penggantian cairan intravena jika diperlukan.
- Tujuan: Mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat.
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Proses Penyakit
Penjelasan:
Pasien mengalami nyeri pada skrotum, yang menunjukkan adanya kondisi patologis pada organ tersebut. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SDKI:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah seperti itu.
- Penyebab: Trauma, infeksi, penyakit.
- Gejala: Ekspresi wajah mengernyit, gelisah, mengeluh.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melaporkan penurunan rasa nyeri.
- Indikator: Skala nyeri menurun, tidak ada tanda-tanda distres.
SIKI:
- Intervensi: Berikan analgetik sesuai indikasi, kompres hangat/dingin, latihan relaksasi.
- Tujuan: Mengurangi rasa nyeri pasien. -
Article No. 3531 | 25 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kaki ada gejala kolesterol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami gangguan peredaran darah ke ekstremitas yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien akan mempertahankan perfusi perifer yang efektif, yang ditandai dengan pemulihan sensasi, warna, suhu, dan pemulihan fungsi ekstremitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital, terutama suhu ekstremitas dan warna kulit.
2. Manajemen nyeri untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan.
3. Aktivitas pembatasan untuk mencegah eksaserbasi gejala.
4. Edukasi tentang pentingnya pengelolaan faktor risiko, seperti kolesterol.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk pemberian terapi yang sesuai.
Dengan pendekatan akademis dan sebagai pakar keperawatan, saya memberikan penjelasan singkat tentang diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit kaki dan gejala kolesterol. -
Article No. 3532 | 25 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit telinga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran Terganggu
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan dalam kemampuan untuk menerima, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus auditori.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan fungsi pendengaran secara optimal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen nyeri, manajemen lingkungan, dan edukasi tentang perawatan telinga.
Penjelasan Tambahan:
Pasien dengan keluhan sakit telinga menunjukkan adanya gangguan sensori persepsi pada pendengaran. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, trauma, atau kondisi lainnya. Perawat perlu melakukan penilaian yang komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab dan menentukan intervensi keperawatan yang sesuai, dengan tujuan mempertahankan fungsi pendengaran pasien secara optimal. -
Article No. 3533 | 25 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan mengenai pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM procedure yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.9
- Deskripsi: Tuberkulosis paru, tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.27
- Deskripsi: Bronchoscopy, tidak digambarkan lebih lanjut
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.9 (Tuberkulosis paru, tidak ditentukan) digunakan karena pasien memiliki gejala-gejala yang mengarah ke diagnosis tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan adanya lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 33.27 (Bronchoscopy, tidak digambarkan lebih lanjut) dapat digunakan jika tindakan bronkoskopi dilakukan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru.
Catatan: Dalam praktik klinis, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti pemeriksaan sputum, tes uji tuberkulin, atau pemeriksaan radiologis lainnya untuk memastikan diagnosis tuberkulosis paru. -
Article No. 3534 | 25 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat yang kompeten, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret berlebih akibat tuberkulosis paru, ditandai dengan batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan bersihan jalan napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien akan menunjukkan jalan napas yang bersih dan terbuka, dengan frekuensi pernapasan dalam batas normal, irama pernapasan teratur, dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Identifikasi penyebab ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Lakukan suction sesuai kebutuhan
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan tuberkulosis paru
Dengan pendekatan SDKI - SLKI - SIKI, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat efektif dalam mengatasi masalah pernapasan pasien dengan tuberkulosis paru. -
Article No. 3535 | 25 Oct 2024
Klinis : keracunan diagnosa nya apa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi keracunan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Keracunan (RISK-RACE)
Definisi:
Risiko Keracunan adalah keadaan di mana individu rentan terhadap masuknya zat-zat berbahaya ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan penurunan fungsi fisiologis.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Keracunan didefinisikan sebagai keadaan di mana individu rentan terhadap masuknya zat-zat berbahaya ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan penurunan fungsi fisiologis. Faktor risiko dapat berupa paparan terhadap bahan kimia, obat-obatan, atau racun lainnya yang dapat menyebabkan keracunan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Risiko Keracunan adalah individu dapat mengenali dan menghindari paparan bahan berbahaya, dapat mengelola gejala keracunan, serta mempertahankan fungsi fisiologis yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi edukasi terkait bahaya dan pencegahan keracunan, pemantauan tanda-tanda vital dan gejala keracunan, serta pemberian perawatan simptomatik sesuai dengan kondisi keracunan yang dialami.
Sebagai seorang perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan pasien terhindar dari paparan bahan berbahaya, memonitor kondisi pasien, dan memberikan perawatan yang komprehensif untuk mengatasi dampak dari keracunan yang dialami. -
Article No. 3536 | 25 Oct 2024
Klinis : PASIEN DATANG KELUHAN DEMAM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
SDKI: Peningkatan suhu tubuh di atas normal.
SLKI: Suhu tubuh dalam batas normal.
SIKI: Manajemen demam.
Penjelasan Singkat:
Hipertermia merupakan diagnosa keperawatan yang tepat untuk pasien dengan keluhan demam. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, peradangan, atau gangguan dalam pengaturan suhu tubuh.
Tujuan keperawatan (SLKI) adalah untuk mencapai suhu tubuh dalam batas normal. Intervensi keperawatan (SIKI) yang dapat dilakukan adalah manajemen demam, yang meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh.
2. Pemberian cairan dan elektrolit secara adekuat.
3. Penggunaan antipiretik (obat penurun demam) sesuai indikasi.
4. Upaya fisik untuk menurunkan suhu tubuh, seperti kompres hangat atau dingin.
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen demam.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai hasil keperawatan berupa suhu tubuh dalam batas normal. -
Article No. 3537 | 25 Oct 2024
Klinis : os mengeluh mual muntah 8x, bab cair 10x
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien mengeluh mual muntah 8 kali dan buang air besar cair 10 kali, berikut adalah langkah-langkah dalam menentukan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut
Definisi: Buang air besar dalam jumlah yang berlebihan dan konsistensi yang lebih cair dari biasanya, yang terjadi secara tiba-tiba.
Penyebab: Infeksi (virus, bakteri, parasit), intoleransi makanan, penggunaan obat-obatan, stres.
2. Mual dan Muntah
Definisi: Perasaan ketidaknyamanan atau ingin mengeluarkan isi lambung yang disertai dengan kontraksi otot perut, mulut, dan esofagus.
Penyebab: Infeksi, obat-obatan, stres, perubahan hormon.
Penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Memberikan definisi, faktor yang mempengaruhi, dan karakteristik diagnosis keperawatan yang digunakan.
- Untuk diagnosa diare akut dan mual muntah, SDKI menyediakan definisi, faktor terkait, dan karakteristik definisi yang dapat digunakan sebagai acuan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Menyediakan berbagai luaran (outcome) yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Contoh luaran untuk diare akut dan mual muntah, seperti kontrol tanda vital, status hidrasi, dan pengurangan frekuensi muntah.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Menyediakan berbagai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Contoh intervensi untuk diare akut dan mual muntah, seperti manajemen cairan dan elektrolit, pemberian antiemetik, dan edukasi pasien.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan sesuai dengan praktik keperawatan yang berpusat pada pasien.