Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5457 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien sakit TBC , dengan keluhan mual dan muntah setelah minum obat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu pasien yang menderita penyakit tuberkulosis (TBC) dengan keluhan mual dan muntah setelah minum obat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang disebabkan oleh perasaan kelelahan.
SLKI:
- Toleransi Aktivitas Meningkat
- Energi Terpelihara
- Kelelahan Menurun
SIKI:
- Manajemen Aktivitas
- Manajemen Energi
- Manajemen Kelelahan
2. Mual
Definisi: Perasaan tidak nyaman di perut yang mendorong untuk muntah.
SLKI:
- Mual Terkontrol
- Muntah Terkontrol
- Kenyamanan Meningkat
SIKI:
- Manajemen Mual dan Muntah
- Terapi Komplementer: Stimulasi Akupresur
- Edukasi Kesehatan
Penjelasan singkat:
Pasien dengan penyakit TBC dapat mengalami intoleransi aktivitas dan mual/muntah akibat efek samping dari obat-obatan. Perawat perlu mengelola aktivitas pasien, energi, dan kelelahan agar toleransi aktivitas meningkat. Selain itu, perawat juga perlu mengelola mual dan muntah pasien, memberikan terapi komplementer, serta edukasi kesehatan agar mual dan muntah terkontrol dan kenyamanan pasien meningkat. -
Article No. 5458 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko infeksi adalah keadaan di mana individu rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Pasien akan bebas dari tanda dan gejala infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara teratur.
2. Pemberian terapi obat-obatan sesuai dengan instruksi medis.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi serta pentingnya menjaga kebersihan.
Dengan diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu pasien anak perempuan usia 5 tahun ini dalam pemulihan kondisinya. -
Article No. 5459 | 13 Nov 2024
Klinis : parkinson
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi Parkinson, kode diagnostik dan kode prosedur/tindakan medis adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G20
- Deskripsi: Penyakit Parkinson
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 01.39
- Deskripsi: Tindakan lain pada sistem saraf pusat, termasuk pembedahan dalam pengobatan penyakit Parkinson.
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 G20 (Penyakit Parkinson):
- Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif yang memengaruhi sistem saraf pusat dan ditandai dengan gejala seperti tremor, rigiditas, bradikinesia, dan gangguan keseimbangan.
- Kode ini mencakup berbagai jenis penyakit Parkinson, termasuk Parkinson idiopatik, Parkinson sekunder, dan parkinsonisme.
2. Kode ICD-9-CM 01.39 (Tindakan lain pada sistem saraf pusat, termasuk pembedahan dalam pengobatan penyakit Parkinson):
- Kode ini mencakup berbagai prosedur pembedahan atau tindakan lain yang dilakukan untuk menangani penyakit Parkinson, seperti:
- Leukotomi/palidektomi
- Talektomi
- Thalamotomi
- Stimulasi saraf dalam pengobatan penyakit Parkinson
- Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala penyakit Parkinson dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Harap diperhatikan bahwa kode-kode ini digunakan oleh para profesional kesehatan untuk mengidentifikasi dan mengelola kondisi medis secara terstandar. Pemilihan kode yang tepat bergantung pada evaluasi klinis yang dilakukan oleh dokter atau praktisi kesehatan yang kompeten. -
Article No. 5460 | 13 Nov 2024
Klinis : pasien perempuan usia 73 tahun, dengan keluhan penurunan kesadaran tensi 115/90, dengan diagnosa dari dokter ppok dan gagal nafas, kondisin pasien rawatan icu.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang dideskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.1
- Deskripsi: Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dengan eksaserbasi akut, tidak ditentukan
2. Kode ICD-10:
- Kode: J96.0
- Deskripsi: Gagal napas akut
Tidak ditemukan adanya tindakan/prosedur medis yang tercatat, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang perlu dilaporkan.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J44.1 (Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dengan eksaserbasi akut, tidak ditentukan) sesuai dengan diagnosis PPOK yang dialami oleh pasien.
2. Kode ICD-10 J96.0 (Gagal napas akut) sesuai dengan kondisi gagal napas yang dialami oleh pasien.
3. Pasien dirawat di Intensive Care Unit (ICU) karena kondisi klinik yang membutuhkan pengawasan dan perawatan intensif.
Dalam kasus ini, tidak ditemukan adanya tindakan/prosedur medis yang tercatat, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang perlu dilaporkan. -
Article No. 5461 | 13 Nov 2024
Klinis : pasien perempuan usia 73 tahun, dengan keluhan penurunan kesadaran tensi 115/90, dengan diagnosa dari dokter ppok dan gagal nafas, kondisin pasien rawatan icu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya sebagai seorang perawat akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perburukan penyakit Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan gagal napas.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pertukaran Gas: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme tubuh.
- Faktor yang berhubungan: Penyakit pernapasan, kegagalan mekanis ventilasi.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan pertukaran gas yang adekuat, mempertahankan kadar oksigen dan karbon dioksida dalam batas normal.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat diberikan: Manajemen jalan napas, oksigenasi, ventilasi mekanis, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengelolaan PPOK dan gagal napas.
Dalam kondisi pasien ini, sebagai perawat, saya akan fokus pada upaya mempertahankan pertukaran gas yang adekuat, memantau tanda-tanda vital, mengatur pemberian oksigen, dan berkolaborasi dengan tim medis untuk pengelolaan PPOK dan gagal napas. Tujuannya adalah untuk memulihkan kondisi pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 5462 | 13 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan, berusia 19 tahun masuk dengan alasan penurunan kesadaran, disertai kejang sebanyak 2x, demam, nyeri kepala, batuk, mual muntah. Pada saat dilakukan pengkajian pada hari kedua rawatan didapatkan hasil pasien masih penurunan kesadaran, TD: 128/84 mmHg, nadi 81x/menit, RR: 26x/menit, suhu: 38,9°C. Pasien direncanakanakan dipindah ke ruang ICU. Menurut penuturan keluarga klien sudah mengatakan ± 2 minggu yang lalu kepalanya sering merasa sakit, kemudian juga demam. Pasien belum berobat hingga kemudian penyakit pasien bertambah parah, pasien sempat di obati oleh keluarga dengan cara tradisional dan baru di bawah ke rumah sakit setelah kondisi tetap tidak membaik, saat di rawat pasien di diagnose thypoid. Beberapa hari di rawat pasien minta pulang dan sekarang kembali ke rumah sakit dengan kondisi di atas. Paisen sempat kejang sebanyak 2x di rumah, kejang pertama pasien masih sadar, kejang yang kedua pasien mulai penurunan kesadaran. Hasil pemeriksaan laboratorium dikeahui Haemoglobin: 12,1 g/dl, Lekosit: 13. 680/mm,Trombosit: 284.000/mm, Glukosa sewaktu: 96 mg/dl, Ureumdarah : 26 mg/dl, Kreatinindarah: 0,5 mg/dl, Natrium : 127 mmol/L (136-145), Kalium : 3,5 mmol/L (3,5- 5,1), Klorida serum : 97 mmol/L. Pemeriksaan rasangan meningeal: kakukuduk (+), tandakernig (+), tandabrudzinski (+).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan penurunan kesadaran dan nyeri kepala.
Penjelasan: Pasien mengalami penurunan kesadaran dan nyeri kepala yang dapat mengganggu pola tidurnya.
2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi.
Penjelasan: Pasien mengalami demam yang menunjukkan adanya infeksi.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan sekresi yang berlebih (batuk).
Penjelasan: Pasien mengalami batuk yang menunjukkan adanya gangguan pada bersihan jalan napas.
4. Risiko Komplikasi berhubungan dengan tanda-tanda meningitis (kekakuan kuduk, tanda Kernig, tanda Brudzinski).
Penjelasan: Tanda-tanda meningitis yang dialami pasien menunjukkan adanya risiko komplikasi yang perlu diwaspadai.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah pedoman standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah pedoman standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dilakukan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah pedoman standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan dan luaran yang diharapkan.
Penerapan SDKI - SLKI - SIKI dalam praktik keperawatan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas, sehingga dapat meningkatkan keselamatan dan kualitas hidup pasien. -
Article No. 5463 | 13 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan, berusia 19 tahun masuk dengan alasan penurunan kesadaran, disertai kejang sebanyak 2x, demam, nyeri kepala, batuk, mual muntah. Pada saat dilakukan pengkajian pada hari kedua rawatan didapatkan hasil pasien masih penurunan kesadaran, TD: 128/84 mmHg, nadi 81x/menit, RR: 26x/menit, suhu: 38,9°C. Pasien direncanakanakan dipindah ke ruang ICU. Menurut penuturan keluarga klien sudah mengatakan ± 2 minggu yang lalu kepalanya sering merasa sakit, kemudian juga demam. Pasien belum berobat hingga kemudian penyakit pasien bertambah parah, pasien sempat di obati oleh keluarga dengan cara tradisional dan baru di bawah ke rumah sakit setelah kondisi tetap tidak membaik, saat di rawat pasien di diagnose thypoid. Beberapa hari di rawat pasien minta pulang dan sekarang kembali ke rumah sakit dengan kondisi di atas. Paisen sempat kejang sebanyak 2x di rumah, kejang pertama pasien masih sadar, kejang yang kedua pasien mulai penurunan kesadaran. Hasil pemeriksaan laboratorium dikeahui Haemoglobin: 12,1 g/dl, Lekosit: 13. 680/mm,Trombosit: 284.000/mm, Glukosa sewaktu: 96 mg/dl, Ureumdarah : 26 mg/dl, Kreatinindarah: 0,5 mg/dl, Natrium : 127 mmol/L (136-145), Kalium : 3,5 mmol/L (3,5- 5,1), Klorida serum : 97 mmol/L. Pemeriksaan rasangan meningeal: kakukuduk (+), tandakernig (+), tandabrudzinski (+).
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G40.3
- Deskripsi: Epilepsi dan sindrom epileptik, generalized, tidak terkontrol
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.30
- Deskripsi: Observasi medis dan perawatan, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Pasien ini masuk dengan keluhan penurunan kesadaran, kejang, demam, nyeri kepala, batuk, dan mual muntah. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan laboratorium, pasien diduga mengalami epilepsi atau sindrom epileptik yang tidak terkontrol (G40.3). Hal ini ditandai dengan riwayat kejang yang dialami pasien, disertai gejala lain seperti penurunan kesadaran, demam, dan tanda-tanda rangsang meningeal.
Tindakan medis yang diberikan adalah observasi medis dan perawatan (93.30) karena pasien direncanakan untuk dipindahkan ke ruang ICU untuk pemantauan dan penatalaksanaan lebih lanjut. Pasien sebelumnya telah didiagnosis dengan tifus dan mendapatkan pengobatan tradisional, tetapi kondisinya tidak membaik sehingga harus kembali ke rumah sakit. -
Article No. 5464 | 13 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan, berusia 19 tahun masuk dengan alasan penurunan kesadaran, disertai kejang sebanyak 2x, demam, nyeri kepala, batuk, mual muntah. Pada saat dilakukan pengkajian pada hari kedua rawatan didapatkan hasil pasien masih penurunan kesadaran, TD: 128/84 mmHg, nadi 81x/menit, RR: 26x/menit, suhu: 38,9°C. Pasien direncanakanakan dipindah ke ruang ICU. Menurut penuturan keluarga klien sudah mengatakan ± 2 minggu yang lalu kepalanya sering merasa sakit, kemudian juga demam. Pasien belum berobat hingga kemudian penyakit pasien bertambah parah, pasien sempat di obati oleh keluarga dengan cara tradisional dan baru di bawah ke rumah sakit setelah kondisi tetap tidak membaik, saat di rawat pasien di diagnose thypoid. Beberapa hari di rawat pasien minta pulang dan sekarang kembali ke rumah sakit dengan kondisi di atas. Paisen sempat kejang sebanyak 2x di rumah, kejang pertama pasien masih sadar, kejang yang kedua pasien mulai penurunan kesadaran. Hasil pemeriksaan laboratorium dikeahui Haemoglobin: 12,1 g/dl, Lekosit: 13. 680/mm,Trombosit: 284.000/mm, Glukosa sewaktu: 96 mg/dl, Ureumdarah : 26 mg/dl, Kreatinindarah: 0,5 mg/dl, Natrium : 127 mmol/L (136-145), Kalium : 3,5 mmol/L (3,5- 5,1), Klorida serum : 97 mmol/L. Pemeriksaan rasangan meningeal: kakukuduk (+), tandakernig (+), tandabrudzinski (+).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Otak berhubungan dengan proses infeksi (tifoid) dan gangguan metabolik (elektrolit)
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Perfusi Jaringan Otak: Penurunan aliran darah ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kerusakan atau disfungsi otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan Status Neurologi
2. Pemulihan Kesadaran
3. Pemulihan Fungsi Sensori-Motorik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Perawatan Hipotermia
3. Stabilisasi Tanda-Tanda Vital
4. Pengelolaan Kejang
5. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami penurunan kesadaran, kejang, demam, dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yang mengindikasikan adanya gangguan perfusi jaringan otak. Hal ini dapat disebabkan oleh proses infeksi (tifoid) dan gangguan metabolik (elektrolit) yang terjadi. Intervensi keperawatan yang dibutuhkan adalah pemantauan tanda-tanda vital, perawatan hipotermia, stabilisasi tanda-tanda vital, pengelolaan kejang, dan manajemen peningkatan tekanan intrakranial untuk memulihkan status neurologi, kesadaran, dan fungsi sensori-motorik pasien. -
Article No. 5465 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Terkait Penyakit Campak
Penjelasan:
SDKI: Risiko Infeksi merupakan kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI: Tujuan dari luaran ini adalah untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi infeksi serta mengendalikan penyebaran infeksi.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian terapi obat, perawatan kulit dan mukosa, serta edukasi pencegahan penularan penyakit.
2. Intoleransi Aktivitas Terkait Demam dan Malaise
Penjelasan:
SDKI: Intoleransi Aktivitas merupakan ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh perasaan kelelahan.
SLKI: Tujuan dari luaran ini adalah untuk memulihkan toleransi aktivitas pasien sesuai dengan kondisinya.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen aktivitas, teknik relaksasi, serta pemberian dukungan emosional.
3. Gangguan Kenyamanan Terkait Gejala Campak (Demam, Batuk, Ruam)
Penjelasan:
SDKI: Gangguan Kenyamanan merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang mengganggu fungsi normal.
SLKI: Tujuan dari luaran ini adalah untuk meningkatkan kenyamanan pasien sesuai kondisinya.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, terapi suportif, serta edukasi pengelolaan gejala.
Diharapkan penjelasan ini dapat memberikan gambaran terkait diagnosa keperawatan dan standar asuhan keperawatan yang dapat diterapkan pada kasus anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan penyakit campak. -
Article No. 5466 | 13 Nov 2024
Klinis : pasien perempuan usia 35 tahun, dengan keluhan perut sakit, mencret sudah 3 hari, frekuensi buang air lebih dari 4 x sehari
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K52.9
- Deskripsi: Gastroenteritis dan kolitis noninfeksi, tidak spesifik
Penjelasan:
Pada kasus ini, pasien perempuan berusia 35 tahun mengalami keluhan perut sakit, diare dengan frekuensi lebih dari 4 kali sehari selama 3 hari. Kondisi ini sesuai dengan diagnosis gastroenteritis atau kolitis noninfeksi yang tidak spesifik (K52.9). Kode ini digunakan untuk mewakili radang pada saluran pencernaan yang tidak disebabkan oleh infeksi, tetapi mungkin disebabkan oleh faktor makanan, stres, atau penyebab lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang memerlukan kode ICD-9-CM pada kasus ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak ada tindakan medis yang memerlukan kode ICD-9-CM. Pada kasus gastroenteritis noninfeksi seperti ini, penatalaksanaan umumnya meliputi pemberian terapi rehidrasi, antiemetik, dan obat untuk mengurangi gejala diare, serta edukasi mengenai perbaikan diet dan gaya hidup. Jika tidak terdapat komplikasi atau indikasi untuk pemeriksaan penunjang, maka tidak ada kode prosedur yang perlu dicatat.