Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5414 | 13 Nov 2024
Klinis : stimulasi uterus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan:
Stimulasi Uterus
Definisi:
Stimulasi uterus adalah kondisi ketika terjadi rangsangan atau aktivitas yang memicu kontraksi uterus, baik secara fisiologis maupun patologis.
Penyebab Utama:
- Persalinan atau kelahiran
- Perdarahan postpartum
- Kondisi medis tertentu (misalnya perdarahan uterus, fibroid uterus, endometriosis)
- Penggunaan obat-obatan tertentu (misalnya oksitosin, prostaglandin)
Karakteristik:
- Nyeri atau kram di area abdomen bawah
- Kontraksi uterus yang teratur dan semakin kuat
- Perdarahan dari vagina
- Perubahan pada serviks atau leher rahim
Intervensi Keperawatan:
1. Pantau tanda-tanda vital dan perubahan kondisi pasien secara berkala.
2. Berikan analgetik atau agen tokolisis (obat untuk menghentikan kontraksi) sesuai instruksi dokter.
3. Tingkatkan istirahat dan tidur pasien.
4. Berikan dukungan emosional dan informasi kepada pasien dan keluarga.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, bidan, fisioterapis) untuk penanganan yang komprehensif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis: 00129
- Judul Diagnosis: Stimulasi Uterus
- Definisi: Kontraksi uterus yang tidak diinginkan dan tidak terkendali.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 10014
- Judul Luaran: Kontrol Otot Uterus
- Kriteria Hasil: Pasien mampu mempertahankan kontraksi uterus yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 5540
- Judul Intervensi: Manajemen Distosia Uterus
- Definisi: Upaya untuk mengatur kontraksi uterus yang tidak teratur dan berlebihan.
- Aktivitas Keperawatan: Pantau tanda-tanda vital, berikan analgetik, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. -
Article No. 5415 | 13 Nov 2024
Klinis : uterus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Perdarahan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan adalah diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan potensi kehilangan darah melebihi jumlah normal, yang dapat membahayakan kesehatan individu.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Risiko Perdarahan adalah:
a. Tidak terjadi perdarahan
b. Tanda-tanda vital stabil
c. Kadar hemoglobin dalam batas normal
d. Tidak ada tanda-tanda syok hipovolemik
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Risiko Perdarahan meliputi:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
b. Pemantauan perdarahan
c. Pemberian cairan intravena jika diperlukan
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan jika diperlukan
e. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan dan penanganannya
Peran perawat dalam mengatasi Risiko Perdarahan pada kasus uterus adalah melakukan pengkajian yang komprehensif, merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai, serta melakukan evaluasi terhadap hasil intervensi. Perawat juga berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan penanganan yang tepat dan efektif bagi pasien. -
Article No. 5416 | 13 Nov 2024
Klinis : kontraksi uterus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kontraksi uterus.
Diagnosa Keperawatan:
Kontraksi Uterus Tidak Efektif
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kontraksi Uterus Tidak Efektif: Kontraksi uterus yang tidak adekuat untuk memfasilitasi proses persalinan.
- Karakteristik: Durasi kontraksi uterus kurang dari 40 detik, intensitas kontraksi uterus kurang dari 25 mmHg, jarak kontraksi uterus lebih dari 5 menit.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontraksi uterus adekuat: Kontraksi uterus yang memadai untuk memfasilitasi proses persalinan.
- Kriteria hasil: Durasi kontraksi uterus 40-60 detik, intensitas kontraksi uterus 25-50 mmHg, jarak kontraksi uterus 2-5 menit.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Kontraksi Uterus: Intervensi keperawatan untuk memantau, mempertahankan, atau meningkatkan kontraksi uterus yang efektif.
- Tindakan: Pantau kontraksi uterus, identifikasi penyebab kontraksi uterus tidak efektif, berikan intervensi sesuai kebutuhan (misal: oksigen, cairan intravena, analgesik, oksitosin, dsb.).
Dalam praktik keperawatan, diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan ini berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin kualitas dan keseragaman asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 5417 | 13 Nov 2024
Klinis : 2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penuruan Aliran Arteri dan atau Vena
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter/perekam medis, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM terkait dengan kondisi "Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan atau Vena":
1. Kode ICD-10:
- Kode: I87.8
- Deskripsi: Gangguan vaskular perifer lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penurunan aliran darah arteri dan/atau vena, yang mengakibatkan perfusi perifer yang tidak efektif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.50
- Deskripsi: Angioplasti atau aterektomi arteri perifer, tidak spesifik. Prosedur ini dapat dilakukan untuk meningkatkan aliran darah arteri dan memperbaiki perfusi perifer yang tidak efektif.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 I87.8 mengacu pada gangguan vaskular perifer lainnya, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kondisi ini mencakup penurunan aliran darah arteri dan/atau vena, yang menyebabkan perfusi perifer yang tidak efektif.
- Kode ICD-9-CM 39.50 mewakili prosedur angioplasti atau aterektomi arteri perifer yang tidak spesifik. Prosedur ini dapat dilakukan untuk meningkatkan aliran darah arteri dan memperbaiki perfusi perifer yang tidak efektif.
- Dalam praktik klinis, dapat diperlukan pemeriksaan diagnostik tambahan, seperti tes fungsi vaskular, untuk mengidentifikasi penyebab pasti dari perfusi perifer yang tidak efektif dan menentukan tindakan yang tepat. -
Article No. 5418 | 13 Nov 2024
Klinis : 2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penuruan Aliran Arteri dan atau Vena
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Penurunan Aliran Arteri dan/atau Vena
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perfusi Perifer Tidak Efektif adalah ketidakadekuatan sirkulasi darah ke bagian tubuh yang menyebabkan penurunan asupan oksigen dan nutrisi serta pengeluaran limbah ke bagian tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari masalah ini adalah Perfusi Perifer Efektif, di mana terdapat aliran darah yang adekuat ke seluruh bagian tubuh sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi terpenuhi serta pengeluaran limbah berjalan dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
2. Pengkajian perfusi perifer (nadi, warna kulit, suhu, kapiler refill time)
3. Pemberian oksigen sesuai indikasi
4. Manajemen posisi untuk meningkatkan aliran darah
5. Pemberian obat-obatan (vasoaktif, antikoagulan) sesuai indikasi
6. Edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pentingnya menjaga perfusi perifer.
Diharapkan penjelasan singkat ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 5419 | 13 Nov 2024
Klinis : 2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penuruan Aliran Arteri dan atau Vena
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan atau Vena" dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan atau Vena
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perfusi Perifer Tidak Efektif adalah ketidakcukupan aliran darah ke perifer yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan nutrisi pada jaringan perifer.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah: Perfusi Perifer Membaik, yang ditandai dengan peningkatan suhu kulit, warna kulit yang membaik, pengisian kapiler yang membaik, serta tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi perifer.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Pemantauan tanda-tanda vital, perfusi perifer, dan sirkulasi perifer
b. Manajemen posisi tubuh untuk meningkatkan aliran darah
c. Terapi oksigen sesuai indikasi
d. Manajemen nyeri untuk mengurangi vasokonstriksi
e. Edukasi pasien dan keluarga terkait perawatan ekstremitas
Dalam menangani kondisi ini, perawat harus memperhatikan penurunan aliran darah arteri dan/atau vena yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen serta nutrisi pada jaringan perifer. Tindakan keperawatan yang komprehensif, termasuk pemantauan, posisioning, terapi oksigen, dan manajemen nyeri, diperlukan untuk memulihkan perfusi perifer yang optimal. -
Article No. 5420 | 13 Nov 2024
Klinis : Pasien mengeluh mual muntah setelah dilakukan kemoterapi, suhu pasien tinggi, adanya tumor pada anus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, dapat diberikan beberapa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Mual (Nausea)
- Penjelasan: Mual adalah perasaan ketidaknyamanan di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah. Pasien dengan riwayat kemoterapi berisiko mengalami mual sebagai efek samping dari pengobatan.
2. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia (Hyperthermia)
- Penjelasan: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping pengobatan, atau kondisi medis lainnya. Dalam kasus ini, pasien dengan tumor pada anus dapat mengalami hipertermia.
3. Diagnosa Keperawatan: Nyeri (Pain)
- Penjelasan: Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Pasien dengan tumor pada anus dapat mengalami nyeri di area tersebut.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berhubungan dan disarankan untuk setiap diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, kriteria hasil, dan intervensi untuk setiap luaran keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, aktivitas, dan rasional untuk setiap intervensi keperawatan.
Sebagai perawat, kami akan menggunakan standar-standar tersebut untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, menetapkan tujuan perawatan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien mencapai hasil yang diinginkan. -
Article No. 5421 | 13 Nov 2024
Klinis : DS: Keluarga pasien mengatakan pasien terbaring ditempat tidur selama 2 minggu dirumah sakit pasien tidak bisa diajak bicara,keluarga pasien mengatakan dibagian sakrum(tulang ekor) terdapat luka berwarna merah hangat,terdapat sedikit kerusakan pada lapisan kulit bagian dalam DO : terlihat merem terus,jarang bukak mata,pasien terpasang NGT,pasien terpadang Kateter,dibagian luka saat disentuh pasien terasa nyeru ada respon bergerak luka sekitar 2cm x 3 cm tekanan darah 112/75 mmHg,suhu 35,2, nadi 83x/menit , spo2 99%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif (DS) dan data objektif (DO) yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas.
Penjelasan:
- SDKI: Kerusakan integritas kulit adalah gangguan pada struktur dan fungsi kulit.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien akan mempertahankan integritas kulit yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen luka, optimalisasi nutrisi, dan pencegahan dekubitus.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan komunikasi verbal adalah ketidakmampuan untuk menyampaikan dan/atau menerima pesan verbal secara efektif.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat berkomunikasi secara efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah fasilitasi komunikasi, terapi wicara, dan manajemen pernapasan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (NGT dan kateter).
Penjelasan:
- SDKI: Risiko infeksi adalah kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien akan bebas dari infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen infeksi, perawatan alat medis, dan pencegahan infeksi.
Dalam kondisi yang Anda gambarkan, pasien mengalami kerusakan integritas kulit, gangguan komunikasi verbal, dan risiko infeksi yang perlu ditangani secara komprehensif sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 5422 | 13 Nov 2024
Klinis : 2. SIKI pada diagnosa Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penuruan Aliran Arteri dan atau Vena
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi "Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan atau Vena":
1. Kode ICD-10:
- Kode: I87.8
- Deskripsi: Gangguan vena lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Diagnosis ini mencakup kondisi di mana terdapat gangguan dalam aliran darah vena yang menyebabkan perfusi perifer tidak efektif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.29
- Deskripsi: Prosedur lainnya pada pembuluh darah, termasuk tindakan revaskularisasi atau pembukaan stenosis arteri perifer untuk memperbaiki aliran darah dan meningkatkan perfusi perifer.
Penjelasan detail:
- Kode ICD-10 I87.8 (Gangguan vena lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana terdapat gangguan dalam aliran darah vena, yang dapat menyebabkan perfusi perifer tidak efektif. Ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti obstruksi vena, insufisiensi vena, atau kelainan pembuluh darah lainnya.
- Kode ICD-9-CM 39.29 (Prosedur lainnya pada pembuluh darah) dapat mencakup tindakan revaskularisasi atau pembukaan stenosis arteri perifer untuk memperbaiki aliran darah dan meningkatkan perfusi perifer. Prosedur ini dilakukan untuk mengatasi penyebab gangguan perfusi perifer, seperti penyempitan atau obstruksi pembuluh darah.
Dalam praktik klinis, dokter atau perekam medis akan memilih kode yang paling sesuai berdasarkan dokumentasi dan temuan klinis yang ada dalam rekam medis pasien. -
Article No. 5423 | 13 Nov 2024
Klinis : 2. SIKI pada diagnosa Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penuruan Aliran Arteri dan atau Vena
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan/atau Vena.
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan/atau Vena
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Perfusi Perifer Tidak Efektif: Kondisi di mana suplai darah ke ekstremitas tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
- Penyebab: Penurunan aliran arteri dan/atau vena.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perfusi Jaringan Perifer: Kemampuan tubuh untuk mendistribusikan darah ke jaringan perifer.
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan perifer yang efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Asuhan Keperawatan pada Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. Penurunan Aliran Arteri dan/atau Vena:
a. Kaji tanda dan gejala penurunan perfusi perifer (suhu ekstremitas, warna kulit, edema, dll).
b. Monitor tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.
c. Fasilitasi posisi ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah.
d. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang sesuai (obat vasodilator, dll).
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan kaki dan ekstremitas.
Dalam konteks akademis dan kepakaran perawat, diagnosa dan intervensi keperawatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelola masalah perfusi perifer yang tidak efektif akibat penurunan aliran arteri dan/atau vena, sehingga dapat meningkatkan outcome kesehatan pasien.