Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3688 | 26 Oct 2024
Klinis : Pasien mengeluh nyeri dibagian perut kanan dan kiri sudah beberapa hari disertai mual muntah lebih dari 10x kemarin dan hari ini sudah muntah 5x. apakah bisa beresiko hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, berdasarkan kondisi pasien yang Anda jelaskan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit gastrointestinal, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri di perut kanan dan kiri.
2. Risiko hipovolemia berhubungan dengan mual dan muntah yang berlebihan, ditandai dengan pasien telah muntah lebih dari 10 kali kemarin dan 5 kali hari ini.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Risiko hipovolemia: Keadaan di mana terdapat penurunan volume cairan intravaskuler yang dapat menyebabkan gangguan fungsi organ.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri akut: Pasien melaporkan penurunan rasa nyeri, menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dan mendemonstrasikan strategi koping yang efektif.
2. Risiko hipovolemia: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak mengalami hipotensi, dan mempertahankan intake cairan yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: Mengidentifikasi penyebab nyeri, memberikan analgetik sesuai instruksi, dan mengajarkan teknik relaksasi.
2. Manajemen hipovolemia: Memantau intake dan output cairan, memberikan cairan intravena, dan mengobservasi tanda-tanda vital.
Berdasarkan kondisi pasien, ada kemungkinan risiko hipovolemia yang perlu diwaspadai dan ditangani segera oleh tenaga kesehatan. -
Article No. 3689 | 26 Oct 2024
Klinis : intervensi bersihan jalan napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi "intervensi bersihan jalan napas tidak efektif".
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara kebersihan jalan napas untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- Karakteristik Mayor: Suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas, perubahan kedalaman napas, sianosis, batuk tidak efektif.
- Faktor Pencetus: Obstruksi jalan napas, kelelahan otot pernapasan, hipersekresi lendir, hipoventilasi.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Pasien akan mempertahankan jalan napas yang efektif yang ditandai dengan perubahan frekuensi napas, perubahan kedalaman napas, tidak ada suara napas tambahan, sianosis hilang, dan batuk efektif.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Memfasilitasi pembersihan saluran napas dari sekret atau benda asing untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- Aktivitas Keperawatan: Memantau pola napas, mengauskultasi suara napas, mengatur posisi pasien, melakukan fisioterapi dada, memberikan bronkodilator, memberikan pelembab udara, membantu batuk efektif, dan melakukan suction jika perlu.
Dalam kondisi "intervensi bersihan jalan napas tidak efektif", perawat perlu melakukan intervensi yang sesuai dengan standar SIKI untuk memfasilitasi pembersihan saluran napas dan mempertahankan jalan napas yang efektif. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi dan memastikan pertukaran gas yang optimal. -
Article No. 3690 | 26 Oct 2024
Klinis : buatkan data untuk diagnosa risiko hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko hipovolemia.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Hipovolemia
Definisi:
Risiko Hipovolemia adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan volume cairan ekstravaskular yang dapat mengakibatkan penurunan curah jantung dan gangguan perfusi jaringan.
Faktor Risiko:
1. Kehilangan cairan melalui perdarahan.
2. Dehidrasi akibat diare, muntah, atau kehilangan cairan lainnya.
3. Asupan cairan yang tidak adekuat.
4. Peningkatan suhu tubuh.
5. Penggunaan obat-obatan tertentu.
Tanda dan Gejala:
1. Penurunan tekanan darah sistolik.
2. Penurunan tekanan nadi.
3. Peningkatan frekuensi nadi.
4. Penurunan volume urin.
5. Membran mukosa kering.
6. Turgor kulit menurun.
7. Rasa haus yang meningkat.
Intervensi Keperawatan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Evaluasi intake dan output cairan
- Pemberian cairan intravena, jika perlu
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan perfusi jaringan
- Stabilitas hemodinamik
- Hidrasi yang adekuat
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen cairan
- Terapi oksigen
- Pemantauan tanda-tanda vital
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat melakukan intervensi yang tepat dan efektif untuk mengatasi risiko hipovolemia dan mencapai luaran keperawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 3691 | 26 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki, usia 4 tahun 3 bulan, datang dengan keluhan belum dapat berbicara dan aktivitas berlebihan, pasien Terdiagnosis dengan autisme, dengan tanda-tanda keterlambatan bicara, mengucapkan bahasa “planet”, menghindar bertatap muka, perilaku kelebihan, mengamuk dan menutup telinga bila ada suara keras. Komorbid yang ada pada pasien ini adanya gejala hiperaktivitas. Riwayat perkembangan tidak ada regresi perkembangan namun terdapat keterlambatan bicara dan personal sosial. Hasil penilaian dengan Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) didapatkan kesimpulan resiko sedang gangguan autisme. Hasil penilaian dengan Childhood Autism Rating Scale(CARS) didapatkan skor 36 (autisme ringan). Kesimpulan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya gangguan perkembangan autisme. Status gizi baik : berat badan 19 kg, tinggi badan 111 cm (BB//U 0< Z < 2; TB//U 0< Z<2 ;BB//TB 0< Z <1 (chart WHO-NCHS). Hasil pemeriksaan fisik normosefal, tidak ditemukanwajah dismorfik, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Status neurologis dalam batas normal. Hasil tes pendengaran : anak tidak mau merespon terhadap suara panggilan nama namun mau melihat sumber suara di televisi. Riwayat kehamilan baik, riwayat persalinan kurang baik, riwayat pasca persalinan baik. Riwayat imunisasi baik. Riwayat pemberian makan kurang baik, sejak lahir pasien mendapat ASI ditambah dengan susu formula hingga usia 6 bulan, setelah usia 6 bulan diberikan bubur susu.Anak merupakan anak pertama dari pasangan 42 tahun dan 33 tahun, bukan dari perkawinan Keluarga.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi anak laki-laki usia 4 tahun 3 bulan dengan autisme:
Diagnosa Keperawatan:
1. Komunikasi Verbal Terganggu berhubungan dengan keterlambatan bicara dan perilaku menghindar bertatap muka.
2. Aktivitas Motorik Berlebih berhubungan dengan perilaku kelebihan dan mengamuk.
3. Gangguan Sensori Persepsi berhubungan dengan perilaku menutup telinga bila ada suara keras.
Penjelasan Singkat:
1. Komunikasi Verbal Terganggu:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mengekspresikan atau memahami bahasa lisan atau tulisan.
- SLKI: Peningkatan kemampuan komunikasi verbal.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi verbal.
2. Aktivitas Motorik Berlebih:
- SDKI: Peningkatan gerakan fisik yang tidak terkendali.
- SLKI: Penurunan aktivitas motorik berlebih.
- SIKI: Intervensi untuk mengurangi aktivitas motorik berlebih.
3. Gangguan Sensori Persepsi:
- SDKI: Perubahan dalam interpretasi atau pengalaman stimulus sensorik.
- SLKI: Peningkatan toleransi terhadap rangsangan sensorik.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi terhadap rangsangan sensorik.
Dalam penanganan kasus ini, perawat harus mempertimbangkan pendekatan komprehensif yang melibatkan terapi perilaku, terapi wicara, terapi okupasi, dan dukungan keluarga untuk memfasilitasi perkembangan anak dengan autisme. -
Article No. 3692 | 26 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki, usia 4 tahun 3 bulan, datang dengan keluhan belum dapat berbicara dan aktivitas berlebihan, pasien Terdiagnosis dengan autisme, dengan tanda-tanda keterlambatan bicara, mengucapkan bahasa “planet”, menghindar bertatap muka, perilaku kelebihan, mengamuk dan menutup telinga bila ada suara keras. Komorbid yang ada pada pasien ini adanya gejala hiperaktivitas. Riwayat perkembangan tidak ada regresi perkembangan namun terdapat keterlambatan bicara dan personal sosial. Hasil penilaian dengan Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) didapatkan kesimpulan resiko sedang gangguan autisme. Hasil penilaian dengan Childhood Autism Rating Scale(CARS) didapatkan skor 36 (autisme ringan). Kesimpulan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya gangguan perkembangan autisme. Status gizi baik : berat badan 19 kg, tinggi badan 111 cm (BB//U 0< Z < 2; TB//U 0< Z<2 ;BB//TB 0< Z <1 (chart WHO-NCHS). Hasil pemeriksaan fisik normosefal, tidak ditemukanwajah dismorfik, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Status neurologis dalam batas normal. Hasil tes pendengaran : anak tidak mau merespon terhadap suara panggilan nama namun mau melihat sumber suara di televisi. Riwayat kehamilan baik, riwayat persalinan kurang baik, riwayat pasca persalinan baik. Riwayat imunisasi baik. Riwayat pemberian makan kurang baik, sejak lahir pasien mendapat ASI ditambah dengan susu formula hingga usia 6 bulan, setelah usia 6 bulan diberikan bubur susu.Anak merupakan anak pertama dari pasangan 42 tahun dan 33 tahun, bukan dari perkawinan Keluarga.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan kode terkait yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F84.0
- Deskripsi: Autisme infantil
Penjelasan:
Pasien menunjukkan gejala-gejala khas autisme infantil, seperti keterlambatan bicara, pengucapan bahasa yang unik, menghindari kontak mata, perilaku berlebihan, dan gejala hiperaktivitas. Hasil skrining dengan CHAT dan CARS juga mendukung diagnosis autisme ringan pada pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada informasi prosedur medis yang dilakukan.
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang dilaporkan dalam kasus ini.
Secara umum, manajemen autisme pada anak meliputi terapi wicara, terapi perilaku, dan intervensi edukasional. Namun, informasi detail mengenai tindakan medis yang dilakukan tidak tersedia dalam kasus ini. -
Article No. 3693 | 26 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki, usia 4 tahun 3 bulan, datang dengan keluhan belum dapat berbicara dan aktivitas berlebihan, pasien Terdiagnosis dengan autisme, dengan tanda-tanda keterlambatan bicara, mengucapkan bahasa “planet”, menghindar bertatap muka, perilaku kelebihan, mengamuk dan menutup telinga bila ada suara keras. Komorbid yang ada pada pasien ini adanya gejala hiperaktivitas. Riwayat perkembangan tidak ada regresi perkembangan namun terdapat keterlambatan bicara dan personal sosial. Hasil penilaian dengan Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) didapatkan kesimpulan resiko sedang gangguan autisme. Hasil penilaian dengan Childhood Autism Rating Scale(CARS) didapatkan skor 36 (autisme ringan). Kesimpulan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya gangguan perkembangan autisme. Status gizi baik : berat badan 19 kg, tinggi badan 111 cm (BB//U 0< Z < 2; TB//U 0< Z<2 ;BB//TB 0< Z <1 (chart WHO-NCHS). Hasil pemeriksaan fisik normosefal, tidak ditemukanwajah dismorfik, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Status neurologis dalam batas normal. Hasil tes pendengaran : anak tidak mau merespon terhadap suara panggilan nama namun mau melihat sumber suara di televisi. Riwayat kehamilan baik, riwayat persalinan kurang baik, riwayat pasca persalinan baik. Riwayat imunisasi baik. Riwayat pemberian makan kurang baik, sejak lahir pasien mendapat ASI ditambah dengan susu formula hingga usia 6 bulan, setelah usia 6 bulan diberikan bubur susu.Anak merupakan anak pertama dari pasangan 42 tahun dan 33 tahun, bukan dari perkawinan Keluarga.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang telah Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perkembangan bicara terlambat dan kemampuan berbahasa terbatas, ditandai dengan belum dapat berbicara dan mengucapkan bahasa "planet".
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosis ini sesuai dengan definisi SDKI "Gangguan dalam kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol verbal untuk berkomunikasi secara efektif".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan antara lain: Komunikasi verbal meningkat, Partisipasi dalam percakapan meningkat, dan Kemampuan berbahasa meningkat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Terapi wicara, Stimulasi komunikasi, Latihan berbahasa, Modifikasi lingkungan, dan Dukungan keluarga.
2. Perilaku destruktif berhubungan dengan hiperaktivitas dan kesulitan beradaptasi, ditandai dengan perilaku mengamuk dan menutup telinga bila ada suara keras.
SDKI: Diagnosis ini sesuai dengan definisi SDKI "Perilaku yang dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan".
SLKI: Luaran yang diharapkan antara lain: Perilaku adaptif meningkat, Kontrol perilaku meningkat, dan Kemampuan interaksi sosial meningkat.
SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen perilaku, Pengalihan fokus, Latihan keterampilan sosial, dan Konseling keluarga.
Kesimpulan:
Pasien ini mengalami gangguan perkembangan autisme dengan disertai gejala hiperaktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi wicara, stimulasi komunikasi, modifikasi lingkungan, manajemen perilaku, dan konseling keluarga untuk mendukung perkembangan dan adaptasi pasien. -
Article No. 3694 | 26 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki, usia 4 tahun 3 bulan, datang dengan keluhan belum dapat berbicara dan aktivitas berlebihan, pasien Terdiagnosis dengan autisme, dengan tanda-tanda keterlambatan bicara, mengucapkan bahasa “planet”, menghindar bertatap muka, perilaku kelebihan, mengamuk dan menutup telinga bila ada suara keras. Komorbid yang ada pada pasien ini adanya gejala hiperaktivitas. Riwayat perkembangan tidak ada regresi perkembangan namun terdapat keterlambatan bicara dan personal sosial. Hasil penilaian dengan Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) didapatkan kesimpulan resiko sedang gangguan autisme. Hasil penilaian dengan Childhood Autism Rating Scale(CARS) didapatkan skor 36 (autisme ringan). Kesimpulan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya gangguan perkembangan autisme. Status gizi baik : berat badan 19 kg, tinggi badan 111 cm (BB//U 0< Z < 2; TB//U 0< Z<2 ;BB//TB 0< Z <1 (chart WHO-NCHS). Hasil pemeriksaan fisik normosefal, tidak ditemukanwajah dismorfik, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Status neurologis dalam batas normal. Hasil tes pendengaran : anak tidak mau merespon terhadap suara panggilan nama namun mau melihat sumber suara di televisi. Riwayat kehamilan baik, riwayat persalinan kurang baik, riwayat pasca persalinan baik. Riwayat imunisasi baik. Riwayat pemberian makan kurang baik, sejak lahir pasien mendapat ASI ditambah dengan susu formula hingga usia 6 bulan, setelah usia 6 bulan diberikan bubur susu.Anak merupakan anak pertama dari pasangan 42 tahun dan 33 tahun, bukan dari perkawinan Keluarga.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan keterlambatan bicara, mengucapkan bahasa "planet", dan menghindar bertatap muka.
2. Perilaku hiperaktif berhubungan dengan aktivitas berlebihan, mengamuk, dan menutup telinga bila ada suara keras.
3. Kecemasan berhubungan dengan resiko sedang gangguan autisme.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan komunikasi verbal: Ketidakmampuan atau keterbatasan dalam pengiriman atau penerimaan pesan verbal.
2. Perilaku hiperaktif: Perilaku yang ditandai dengan aktivitas motorik berlebihan dan sulit dikontrol.
3. Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons otonom, perasaan tegang, dan perubahan perilaku.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Komunikasi efektif
2. Perilaku terkontrol
3. Pengendalian kecemasan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi bermain
2. Modifikasi perilaku
3. Manajemen kecemasan
Penjelasan singkat:
Anak dengan autisme mengalami gangguan dalam komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi bermain untuk meningkatkan komunikasi, modifikasi perilaku untuk mengelola perilaku hiperaktif, dan manajemen kecemasan untuk mengurangi kecemasan terkait risiko gangguan autisme. Perawatan kolaboratif dengan tim medis lain sangat diperlukan untuk menangani kondisi ini secara komprehensif. -
Article No. 3695 | 26 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki, usia 4 tahun 3 bulan, datang dengan keluhan belum dapat berbicara dan aktivitas berlebihan, pasien Terdiagnosis dengan autisme, dengan tanda-tanda keterlambatan bicara, mengucapkan bahasa “planet”, menghindar bertatap muka, perilaku kelebihan, mengamuk dan menutup telinga bila ada suara keras. Komorbid yang ada pada pasien ini adanya gejala hiperaktivitas. Riwayat perkembangan tidak ada regresi perkembangan namun terdapat keterlambatan bicara dan personal sosial. Hasil penilaian dengan Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) didapatkan kesimpulan resiko sedang gangguan autisme. Hasil penilaian dengan Childhood Autism Rating Scale(CARS) didapatkan skor 36 (autisme ringan). Kesimpulan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya gangguan perkembangan autisme. Status gizi baik : berat badan 19 kg, tinggi badan 111 cm (BB//U 0< Z < 2; TB//U 0< Z<2 ;BB//TB 0< Z <1 (chart WHO-NCHS). Hasil pemeriksaan fisik normosefal, tidak ditemukanwajah dismorfik, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Status neurologis dalam batas normal. Hasil tes pendengaran : anak tidak mau merespon terhadap suara panggilan nama namun mau melihat sumber suara di televisi. Riwayat kehamilan baik, riwayat persalinan kurang baik, riwayat pasca persalinan baik. Riwayat imunisasi baik. Riwayat pemberian makan kurang baik, sejak lahir pasien mendapat ASI ditambah dengan susu formula hingga usia 6 bulan, setelah usia 6 bulan diberikan bubur susu.Anak merupakan anak pertama dari pasangan 42 tahun dan 33 tahun, bukan dari perkawinan Keluarga.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk anak laki-laki berusia 4 tahun 3 bulan dengan kondisi autisme:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan keterlambatan perkembangan bicara dan pemrosesan informasi yang terganggu.
2. Perilaku Hiperaktif berhubungan dengan gangguan fokus dan kontrol diri.
3. Risiko Gangguan Proses Sosial berhubungan dengan kesulitan berinteraksi dan bersosialisasi.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Komunikasi Verbal:
- SDKI: Kemampuan anak untuk mengekspresikan kebutuhan, pikiran, dan perasaan secara lisan terganggu.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang difokuskan pada peningkatan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara verbal.
- SIKI: Intervensi seperti terapi wicara, menggunakan alat bantu komunikasi, dan memfasilitasi penggunaan bahasa yang sesuai dengan usia anak.
2. Perilaku Hiperaktif:
- SDKI: Anak menunjukkan perilaku bergerak secara berlebihan dan sulit fokus.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengontrol perilakunya.
- SIKI: Intervensi seperti manajemen lingkungan, teknik relaksasi, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
3. Risiko Gangguan Proses Sosial:
- SDKI: Anak memiliki kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang fokus pada peningkatan kemampuan anak dalam berinteraksi dan bersosialisasi.
- SIKI: Intervensi seperti terapi bermain, fasilitasi interaksi sosial, dan penggunaan strategi komunikasi yang sesuai.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan dan intervensi yang diterapkan harus berfokus pada peningkatan kemampuan komunikasi, pengaturan perilaku, dan pengembangan keterampilan sosial anak dengan autisme, dengan mempertimbangkan pendekatan yang holistik dan berpusat pada kebutuhan anak. -
Article No. 3696 | 26 Oct 2024
Klinis : muntah 5x, demam tinggi 2 hari, lemes, mimisan, diare 5 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu muntah 5 kali, demam tinggi 2 hari, lemas, mimisan, dan diare 5 kali, dapat diberikan beberapa diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
- SDKI: Penurunan volume cairan tubuh yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Keseimbangan cairan dan elektrolit kembali normal.
- SIKI: Manajemen cairan, manajemen elektrolit, dan terapi cairan.
2. Diagnosa Keperawatan: Hipertermia
- SDKI: Suhu tubuh di atas normal akibat peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas.
- SLKI: Suhu tubuh kembali normal.
- SIKI: Manajemen hipertermia.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI: Toleransi terhadap aktivitas meningkat.
- SIKI: Manajemen aktivitas.
4. Diagnosa Keperawatan: Perdarahan
- SDKI: Kehilangan darah yang tidak terkontrol.
- SLKI: Perdarahan terkontrol.
- SIKI: Manajemen perdarahan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kondisi klinis pasien, intervensi medis yang diberikan, serta preferensi dan kebutuhan pasien. Diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang diterapkan harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 3697 | 26 Oct 2024
Klinis : anaknya terakhir kejang 1x dirumah, demam naik turun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi anak tersebut dapat didiagnosis dengan Risiko Kejang yang Berhubungan dengan Perubahan Suhu Tubuh.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kejang yang Berhubungan dengan Perubahan Suhu Tubuh
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Kejang: Keadaan di mana individu/keluarga/masyarakat berisiko mengalami perubahan aktivitas listrik otak yang abnormal, yang menyebabkan kontraksi otot yang tidak terkontrol.
- Faktor Risiko: Perubahan suhu tubuh, riwayat kejang, dehidrasi, infeksi, gangguan elektrolit, dll.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Suhu Tubuh: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Pemantauan Kejang: Kemampuan untuk melakukan monitoring dan mengenali tanda-tanda awal kejang.
- Manajemen Kejang: Kemampuan untuk melakukan tindakan dalam mengatasi kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Demam: Tindakan keperawatan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
- Pencegahan Kejang: Tindakan keperawatan untuk mencegah terjadinya kejang.
- Penatalaksanaan Kejang: Tindakan keperawatan untuk mengatasi kejang.
Dalam kasus ini, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, memantau tanda-tanda vital, mengatur suhu tubuh, dan mempersiapkan tindakan jika terjadi kejang kembali. Selain itu, perawat juga perlu memberikan edukasi kepada keluarga tentang pengenalan tanda-tanda awal kejang, serta tindakan yang harus dilakukan.