Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20470 | 05 Aug 2025
Klinis : Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare menurut SDKI (2017), adalah sebagai berikut: a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi. b. Diare berhubungan dengan fisioligis (infllamasi gastrointestinal, proses infeksi, malabsorbsi) psikologi. c. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi dan psikologis. d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi. e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, ansietas, keletihan dan nyeri. f. Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit. g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi, ukurangan volume cairan. h. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala terkait penyakit, kurang terpapar informasi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
a. Diagnosa Keperawatan SDKI: Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi.
SLKI: Hidrasi adekuat
SIKI:
1. Kaji tanda-tanda hipovolemia (takikardi, hipotensi ortostatik, turgor kulit buruk, dll)
2. Monitoring intake dan output cairan secara ketat
3. Berikan cairan intravena sesuai dengan kebutuhan rehidrasi
4. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga hidrasi
5. Kolaborasi dengan tenaga medis terkait pemberian cairan dan elektrolit
b. Diagnosa Keperawatan SDKI: Diare berhubungan dengan fisioligis (infllamasi gastrointestinal, proses infeksi, malabsorbsi) psikologi.
SLKI: Kontrol diare
SIKI:
1. Kaji tanda-tanda dan penyebab diare
2. Berikan diet rendah serat dan mudah dicerna
3. Berikan antidiare sesuai instruksi tenaga medis
4. Monitoring intake dan output cairan
5. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen diare
c. Diagnosa Keperawatan SDKI: Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi dan psikologis.
SLKI: Status nutrisi membaik
SIKI:
1. Kaji status nutrisi pasien (berat badan, lingkar lengan atas, dll)
2. Berikan makanan sesuai toleransi pasien (misal BRAT diet)
3. Berikan suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk evaluasi dan perencanaan nutrisi
d. Diagnosa Keperawatan SDKI: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
SLKI: Pertukaran gas adekuat
SIKI:
1. Kaji tanda-tanda gangguan pertukaran gas (takipnea, sianosis, dll)
2. Monitor saturasi oksigen dan gas darah
3. Berikan oksigen sesuai indikasi
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
5. Kolaborasi dengan tenaga medis terkait pemberian terapi oksigen
e. Diagnosa Keperawatan SDKI: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, ansietas, keletihan dan nyeri.
SLKI: Pola nafas efektif
SIKI:
1. Kaji pola nafas pasien (kedalaman, frekuensi, irama)
2. Ajarkan teknik relaksasi dan kontrol nafas
3. Berikan oksigen sesuai indikasi
4. Tangani faktor penyebab (ansietas, keletihan, nyeri)
5. Kolaborasi dengan tenaga medis terkait penanganan penyebab
f. Diagnosa Keperawatan SDKI: Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.
SLKI: Tidak terjadi syok
SIKI:
1. Kaji tanda-tanda awal syok (takikardi, hipotensi, dll)
2. Monitor intake dan output cairan secara ketat
3. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan rehidrasi
4. Berikan terapi elektrolit sesuai indikasi
5. Lakukan tindakan pencegahan terjadinya syok
g. Diagnosa Keperawatan SDKI: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi, ukurangan volume cairan.
SLKI: Integritas kulit terjaga
SIKI:
1. Kaji kondisi kulit (kelembapan, turgor, integritas)
2. Jaga kebersihan dan kelembapan kulit
3. Berikan pelembab kulit sesuai kebutuhan
4. Tingkatkan asupan nutrisi yang adekuat
5. Lakukan perawatan kulit secara rutin
h. Diagnosa Keperawatan SDKI: Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala terkait penyakit, kurang terpapar informasi.
SLKI: Kecemasan menurun
SIKI:
1. Kaji tingkat kecemasan pasien
2. Berikan dukungan emosional dan informasi yang dibutuhkan
3. Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, visualisasi, dll)
4. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (psikolog, konselor) jika diperlukan
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin muncul pada anak dengan diare. Kolaborasi yang erat antara perawat, tenaga medis, dan keluarga sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 20471 | 05 Aug 2025
Klinis : Tampak gelisah, tangan gemetar Perubahan tanda tanda vital seperti peningkatan denyut nadi, tekanan darah tinggi Tegang otot, napas pendek DS : Klien merasa bingung Perasaan gelisah, cemas, atau takut Keluhan sulit tidur dan cepat lelah Perasaan tegang dan khawatir berlebihan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu tampak gelisah, tangan gemetar, perubahan tanda-tanda vital seperti peningkatan denyut nadi dan tekanan darah tinggi, serta tegang otot dan napas pendek, serta data subyektif yang menunjukkan klien merasa bingung, gelisah, cemas, takut, sulit tidur, cepat lelah, serta tegang dan khawatir berlebihan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ansietas (SDKI)
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang dirasakan baik yang nyata maupun tidak nyata.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tingkat Ansietas Terkendali
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab ansietas
- Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi
- Klien dapat mengendalikan respon fisiologis ansietas
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Ansietas
- Kaji tanda dan gejala ansietas
- Identifikasi penyebab dan faktor pencetus ansietas
- Berikan informasi tentang ansietas dan cara mengendalikannya
- Latih teknik relaksasi (nafas dalam, distraksi, visualisasi)
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Kolaborasi pemberian obat anxiolisis jika diperlukan
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Ansietas" dipilih karena gejala-gejala yang muncul, baik secara fisik (gelisah, tangan gemetar, peningkatan denyut nadi, tekanan darah tinggi, tegang otot, napas pendek) maupun psikologis (bingung, cemas, takut, sulit tidur, cepat lelah, khawatir berlebihan), menunjukkan adanya respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang dirasakan oleh klien, baik ancaman yang nyata maupun tidak nyata.
Luaran/output yang diharapkan adalah agar tingkat ansietas klien dapat terkendali, di mana klien dapat mengidentifikasi penyebab ansietas, mendemonstrasikan teknik relaksasi, dan dapat mengendalikan respon fisiologis ansietas.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen ansietas, yaitu dengan mengkaji tanda dan gejala ansietas, mengidentifikasi penyebab dan faktor pencetus, memberikan informasi tentang ansietas dan cara mengendalikannya, melatih teknik relaksasi, menyediakan lingkungan yang tenang dan nyaman, serta berkolaborasi dengan pemberian obat anxiolisis jika diperlukan.
Harapannya, melalui intervensi-intervensi tersebut, klien dapat mengatasi ansietas yang dialaminya dan mencapai tingkat ansietas yang terkendali. -
Article No. 20381 | 04 Aug 2025
Klinis : pasien mengeluh bengkak pada bagian submadibula
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, yaitu pasien mengeluh bengkak pada bagian submandibula, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K11.2
- Deskripsi: Sialoadenitis kronis, yang meliputi pembengkakan kelenjar ludah submandibula.
Pada kasus ini, tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang secara spesifik terkait dengan kondisi ini. Penanganan yang mungkin dilakukan bergantung pada penyebab pembengkakan kelenjar ludah submandibula, seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, atau tindakan drainase jika terdapat abses.
Secara umum, pembengkakan kelenjar ludah submandibula (sialoadenitis) dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau kelainan struktural pada kelenjar. Pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter spesialis diperlukan untuk menentukan penyebab yang tepat dan rencana tatalaksana yang sesuai. -
Article No. 20382 | 04 Aug 2025
Klinis : pasien mengeluh bengkak pada bagian submadibula
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang mengeluh bengkak pada bagian submandibula.
Diagnosa Keperawatan:
Edema perifer (00028)
Penjelasan Singkat:
Edema perifer adalah akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang interstisial yang ditandai dengan pembengkakan pada ekstremitas atau daerah tubuh lainnya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00028
Definisi: Akumulasi cairan yang berlebihan pada ruang interstisial yang ditandai dengan pembengkakan, peningkatan berat badan, dan pitting pada kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS-2209
Definisi: Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengenali dan mengelola edema yang terjadi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: NI-1207
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengenali, mencegah, dan mengelola edema.
Dalam kondisi ini, pasien mengeluh bengkak pada bagian submandibula, yang dapat merupakan tanda adanya edema perifer. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi penyebab edema
2. Pemantauan tanda-tanda vital dan status cairan
3. Pemberian kompres dingin pada area yang bengkak
4. Peningkatan posisi ekstremitas yang bengkak
5. Pengaturan asupan cairan dan natrium
6. Edukasi pasien dan keluarga tentang pengelolaan edema
Tujuan luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengenali dan mengelola edema yang terjadi. -
Article No. 20383 | 04 Aug 2025
Klinis : Tn. F berusia 65 tahun dibawa ke UGD oleh anggota keluarga nya dengan keluhan selalu jatuh jika berdiri sejak 1 bulan yang lalu, dan dirasakan semakin memberat. Pasien juga mengatakan bahwa berjalan menjadi sulit dan terasa berat . Istri pasien mengatakan bahwa pasien seringkali tangan pasien terlihat gemetaran saat duduk. Riwayat trauma, DM, hipertensi disangkal. Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital di dapat TD : 130/90 mmHg; nadi 80x/menit ; RR 22x/menit; suhu 37,1 dercel; pada pemeriksaan neurologis didapatkan rigiditas pada ekstermitas, pasien sulit berjalan, dan ditemukan tremor saat istirahat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan dan mobilitas fisik yang terbatas, sebagaimana ditunjukkan dengan riwayat jatuh, kesulitan berjalan, dan tremor.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien akan mempertahankan keseimbangan tubuh saat mobilisasi, ditunjukkan dengan tidak ada kejadian jatuh selama perawatan.
2. Pasien akan mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, dengan skor Indeks Barthel minimal 80.
3. Pasien akan menunjukkan peningkatan kontrol gerak, ditandai dengan pengurangan tremor dan rigiditas ekstremitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Risiko Jatuh
a. Mengkaji faktor risiko jatuh pasien, termasuk riwayat jatuh, kesulitan berjalan, dan tremor.
b. Menyediakan lingkungan yang aman, seperti menggunakan pengaman tempat tidur, bantuan alat bantu jalan, dan memberikan pencahayaan yang memadai.
c. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang strategi pencegahan jatuh, seperti mobilisasi yang aman dan penggunaan alat bantu jalan.
d. Memantau dan mendokumentasikan kejadian jatuh selama perawatan.
2. Peningkatan Mobilitas
a. Melakukan pengkajian yang komprehensif terkait kemampuan mobilitas pasien.
b. Melatih pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap, dengan bantuan alat bantu jika diperlukan.
c. Memberikan latihan fisik yang sesuai, seperti latihan keseimbangan dan koordinasi, untuk meningkatkan kontrol gerak.
d. Melibatkan fisioterapis atau terapis okupasi untuk memberikan program rehabilitasi yang sesuai.
3. Manajemen Gejala Neurologis
a. Mengkaji tanda dan gejala neurologis, seperti tremor dan rigiditas ekstremitas.
b. Memantau tanda-tanda vital dan gejala yang dapat terkait dengan kondisi neurologis.
c. Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, neurolog) untuk penanganan yang komprehensif.
d. Memberikan intervensi yang sesuai untuk mengelola gejala neurologis, seperti latihan, bantuan alat bantu, dan edukasi pasien/keluarga.
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi Tn. F yang mengalami risiko jatuh, gangguan mobilitas, dan gejala neurologis. Tujuan utamanya adalah mempertahankan keseimbangan, meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, dan mengelola gejala neurologis untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 20384 | 04 Aug 2025
Klinis : Tn. F berusia 65 tahun dibawa ke UGD oleh anggota keluarga nya dengan keluhan selalu jatuh jika berdiri sejak 1 bulan yang lalu, dan dirasakan semakin memberat. Pasien juga mengatakan bahwa berjalan menjadi sulit dan terasa berat . Istri pasien mengatakan bahwa pasien seringkali tangan pasien terlihat gemetaran saat duduk. Riwayat trauma, DM, hipertensi disangkal. Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital di dapat TD : 130/90 mmHg; nadi 80x/menit ; RR 22x/menit; suhu 37,1 dercel; pada pemeriksaan neurologis didapatkan rigiditas pada ekstermitas, pasien sulit berjalan, dan ditemukan tremor saat istirahat.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi Tn. F dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G20
- Deskripsi: Penyakit Parkinson
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.83
- Deskripsi: Pemberian obat anti-parkinson
Penjelasan:
Kode ICD-10 G20 (Penyakit Parkinson) sesuai dengan tanda-tanda yang dialami oleh Tn. F, yaitu sering jatuh saat berdiri, kesulitan berjalan, tremor saat istirahat, dan rigiditas pada ekstremitas. Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif yang ditandai dengan gejala-gejala tersebut.
Kode ICD-9-CM 99.83 (Pemberian obat anti-parkinson) dapat digunakan jika Tn. F diberikan terapi farmakologis untuk mengelola gejala penyakit Parkinson, seperti pemberian obat-obatan anti-parkinson (misalnya levodopa, dopamin agonis, atau inhibitor MAO-B).
Pemeriksaan lanjutan dan evaluasi yang lebih komprehensif mungkin diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menentukan tatalaksana yang sesuai bagi Tn. F. -
Article No. 20385 | 04 Aug 2025
Klinis : Tn. F berusia 65 tahun dibawa ke UGD oleh anggota keluarga nya dengan keluhan selalu jatuh jika berdiri sejak 1 bulan yang lalu, dan dirasakan semakin memberat. Pasien juga mengatakan bahwa berjalan menjadi sulit dan terasa berat . Istri pasien mengatakan bahwa pasien seringkali tangan pasien terlihat gemetaran saat duduk. Riwayat trauma, DM, hipertensi disangkal. Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital di dapat TD : 130/90 mmHg; nadi 80x/menit ; RR 22x/menit; suhu 37,1 dercel; pada pemeriksaan neurologis didapatkan rigiditas pada ekstermitas, pasien sulit berjalan, dan ditemukan tremor saat istirahat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Tn. F, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Jatuh (00155)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Jatuh (00155)
Definisi: Kerentanan untuk mengalami perpindahan tubuh yang tidak disengaja dan tidak terkontrol ke arah yang berlawanan dengan permukaan tempat berpijak, yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Tubuh (1806)
2. Mobilitas (0208)
3. Kesehatan dan Keselamatan (1914)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Risiko Jatuh (6486)
Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor risiko jatuh pada pasien.
2. Peningkatan Keseimbangan (0202)
Definisi: Upaya untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mempertahankan posisi tubuh.
3. Manajemen Lingkungan: Keselamatan (6486)
Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan meminimalkan risiko bahaya di lingkungan pasien.
Penjelasan singkat:
Tn. F mengalami risiko jatuh yang ditandai dengan keluhan sering jatuh saat berdiri, kesulitan berjalan, dan tremor pada tangan saat istirahat. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan neurologis, seperti parkinson atau gangguan keseimbangan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen risiko jatuh, peningkatan keseimbangan, dan manajemen lingkungan untuk keselamatan pasien. -
Article No. 20386 | 04 Aug 2025
Klinis : Tn. F berusia 65 tahun dibawa ke UGD oleh anggota keluarga nya dengan keluhan selalu jatuh jika berdiri sejak 1 bulan yang lalu, dan dirasakan semakin memberat. Pasien juga mengatakan bahwa berjalan menjadi sulit dan terasa berat . Istri pasien mengatakan bahwa pasien seringkali tangan pasien terlihat gemetaran saat duduk. Riwayat trauma, DM, hipertensi disangkal. Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital di dapat TD : 130/90 mmHg; nadi 80x/menit ; RR 22x/menit; suhu 37,1 dercel; pada pemeriksaan neurologis didapatkan rigiditas pada ekstermitas, pasien sulit berjalan, dan ditemukan tremor saat istirahat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang sesuai dengan kondisi Tn. F berdasarkan kasus di atas:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Mobilitas Fisik** *(Kode: 00085)*
**Definisi:** Ketidakmampuan seseorang untuk bergerak secara mandiri dengan tujuan tertentu.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Gangguan neuromuskular (rigiditas, tremor saat istirahat, sulit berjalan).
- Gangguan sistem saraf (gejala parkinsonian: tremor, rigiditas, bradikinesia).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kemampuan Mobilisasi Fisik** *(Kode: 0201)*
**Kriteria Luaran:**
- Pasien dapat melakukan pergerakan dengan bantuan minimal.
- Kekuatan otot meningkat.
- Koordinasi gerakan membaik.
- Penurunan frekuensi jatuh.
**Indikator:**
- **0201.1** Keseimbangan tubuh membaik.
- **0201.2** Kemampuan berjalan dengan bantuan.
- **0201.4** Kekuatan otot ekstremitas meningkat.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Latihan Rentang Gerak (ROM)** *(Kode: 0806)*
**Tindakan Keperawatan:**
- Bantu pasien melakukan latihan gerak pasif/aktif pada ekstremitas.
- Ajarkan teknik berjalan dengan alat bantu (walker/tongkat).
- Monitor tanda-tanda rigiditas dan tremor.
**Manajemen Jatuh** *(Kode: 6490)*
**Tindakan Keperawatan:**
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh (lantai tidak licin, pencahayaan cukup).
- Ajarkan teknik bangun dari posisi duduk/berbaring secara aman.
- Gunakan alat bantu mobilitas sesuai kebutuhan.
---
### **Catatan Tambahan**
Berdasarkan gejala yang dialami Tn. F (tremor saat istirahat, rigiditas, dan kesulitan berjalan), terdapat kemungkinan **Parkinson’s Disease** atau gangguan neurologis lainnya. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter untuk konfirmasi diagnosis medis.
Semoga informasi ini membantu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan.
**Salam,**
*[Nama Perawat]*
*(Asisten Keperawatan)* -
Article No. 20387 | 04 Aug 2025
Klinis : PASIEN MENGELUH NYERI PADA AREA LUKA OPERASI, SKALA NYERI 6
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang mengeluh nyeri pada area luka operasi dengan skala nyeri 6.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10014
- Definisi: Tingkat ketidaknyamanan fisik yang dialami pasien akibat adanya rangsangan yang memberikan rasa tidak nyaman pada tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 30007
- Definisi: Upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien.
Dalam kondisi ini, pasien mengeluh nyeri pada area luka operasi dengan skala nyeri 6. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut (00132), dimana pasien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan pada area luka operasi. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang sesuai adalah Kontrol Nyeri (10014), yang bertujuan untuk mencapai tingkat ketidaknyamanan fisik yang dialami pasien. Sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai adalah Manajemen Nyeri (30007), yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien. -
Article No. 20388 | 04 Aug 2025
Klinis : diagnosa keperawatan di ruang vk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi di ruang VK (Ruang Persalinan):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Nyeri Persalinan
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kontraksi uterus selama proses persalinan.
- Penyebab: Dilatasi serviks, iskemia jaringan, distensi organ panggul, dan aktivitas otot polos.
- Gejala: Keluhan nyeri, peningkatan tanda-tanda vital, perubahan ekspresi wajah, gelisah, dan peningkatan respon protektif.
b. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Penyebab: Pengalaman persalinan yang tidak menyenangkan di masa lalu, dukungan sosial yang kurang, dan ketidakpastian tentang proses persalinan.
- Gejala: Perasaan khawatir, tegang, takut, dan gelisah.
c. Risiko Hipotermi
- Definisi: Risiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah 35°C.
- Penyebab: Paparan lingkungan yang dingin, kurangnya pakaian hangat, dan proses persalinan yang memakan waktu lama.
- Gejala: Suhu tubuh menurun, menggigil, dan kelelahan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Nyeri Persalinan
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien mampu menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Tanda-tanda vital pasien menunjukkan perbaikan.
b. Kecemasan
- Pasien mampu mengidentifikasi faktor penyebab kecemasan.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan kecemasan, seperti relaksasi, kemampuan fokus, dan berkurangnya gejala cemas.
- Pasien dapat menerapkan teknik manajemen kecemasan yang efektif.
c. Risiko Hipotermi
- Suhu tubuh pasien berada dalam rentang normal.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda yang mengindikasikan peningkatan suhu tubuh, seperti tidak menggigil dan peningkatan energi.
- Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh yang optimal selama proses persalinan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Nyeri Persalinan
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan analgesik sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, pijat, dan distraksi.
- Berikan dukungan emosional dan informasi terkait proses persalinan.
b. Kecemasan
- Lakukan pengkajian kecemasan secara komprehensif.
- Berikan informasi yang akurat tentang proses persalinan untuk mengurangi ketidakpastian.
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan, seperti relaksasi, visualisasi, dan teknik pernapasan.
- Libatkan keluarga atau orang terdekat untuk memberikan dukungan emosional.
c. Risiko Hipotermi
- Lakukan pengkajian suhu tubuh secara berkala.
- Pertahankan lingkungan yang hangat dengan menggunakan selimut atau penghangat ruangan.
- Berikan pakaian yang sesuai untuk mempertahankan suhu tubuh.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan tindakan lanjut jika diperlukan.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien di ruang VK.