Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3735 | 27 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hydrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman di daerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskop, edema ekstremitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalysis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hydrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi keperawatan yang tepat berikut evidence based practice dan pendidikan kesehatan (include di dalam intervensi keperawatan). Jawab: dengan kode kode diagnosa dan intervensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pengendalian Tekanan Darah (00039)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan tekanan darah dalam kisaran normal.
Faktor Terkait: Tidak mematuhi regimen pengobatan, Riwayat keluarga, Merokok
2. Ketidakpatuhan (00079)
Definisi: Perilaku pasien yang tidak sesuai dengan rekomendasi pemberi asuhan kesehatan.
Faktor Terkait: Pengetahuan yang kurang, Persepsi tentang kesehatan yang buruk, Kepercayaan tentang kesehatan yang buruk
3. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (00195)
Definisi: Berisiko mengalami perubahan dalam jumlah normal elektrolit serum.
Faktor Terkait: Obat hidrochlorothiazide, Penurunan fungsi ginjal
Intervensi Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pengendalian Tekanan Darah (00039)
a. Pemantauan Tekanan Darah (NIC 6680)
b. Edukasi Manajemen Hipertensi (NIC 5612)
- Pentingnya pemantauan tekanan darah secara teratur
- Penggunaan obat anti-hipertensi yang tepat
- Gaya hidup sehat (diet DASH, pengurangan merokok)
c. Kolaborasi Terapi Farmakologis (NIC 2300)
2. Ketidakpatuhan (00079)
a. Identifikasi Penyebab Ketidakpatuhan (NIC 1623)
b. Peningkatan Motivasi (NIC 5270)
- Menggali persepsi dan kepercayaan pasien terhadap obat-obatan
- Mengidentifikasi hambatan pasien dalam mematuhi pengobatan
c. Edukasi Manajemen Hipertensi (NIC 5612)
- Meningkatkan pemahaman pasien tentang pentingnya mematuhi pengobatan
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang efek samping obat dan cara mengatasinya
3. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (00195)
a. Pemantauan Status Elektrolit (NIC 2300)
b. Manajemen Obat (NIC 2380)
- Memantau efek samping obat hidrochlorothiazide
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait penyesuaian dosis obat
Evidence-Based Practice:
- Edukasi Manajemen Hipertensi: Studi menunjukkan bahwa edukasi pasien yang komprehensif dapat meningkatkan kepatuhan dan kontrol tekanan darah yang lebih baik.
- Peningkatan Motivasi: Pendekatan berpusat pada pasien dan melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan.
- Pemantauan Status Elektrolit: Pemantauan elektrolit serum penting untuk mendeteksi dan mengelola efek samping obat.
Pendidikan Kesehatan:
- Pentingnya mematuhi pengobatan anti-hipertensi dan memantau efek sampingnya
- Manfaat gaya hidup sehat (diet DASH, pengurangan merokok) dalam pengendalian hipertensi
- Pentingnya pemantauan tekanan darah secara teratur -
Article No. 3736 | 27 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hydrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman di daerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskop, edema ekstremitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalysis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hydrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi keperawatan yang tepat berikut evidence based practice dan pendidikan kesehatan (include di dalam intervensi keperawatan). Jawab: dengan kode kode diagnosa dan intervensi serta berhubungan dan ditandainya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Diagnosa Keperawatan dan intervensi yang dapat diterapkan pada kasus Tn. R, 45 tahun, dengan hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakpatuhan Pengobatan (00079)
- Definisi: Pola perilaku dan/atau tindakan seseorang yang tidak sesuai dengan rekomendasi pemberi asuhan kesehatan.
- Faktor yang Berhubungan: Pengetahuan yang tidak memadai tentang regime pengobatan, kepercayaan dan sikap yang salah tentang efek samping obat.
2. Intervensi Keperawatan:
a. Edukasi Penatalaksanaan Hipertensi (NIC 5618)
- Tujuan: Pasien dapat memahami penyebab, komplikasi, dan penatalaksanaan hipertensi dengan baik.
- Aktivitas:
- Jelaskan pengertian, penyebab, dan komplikasi hipertensi.
- Jelaskan pentingnya kepatuhan minum obat antihipertensi.
- Berikan edukasi tentang efek samping obat dan cara mengatasinya.
- Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
- Anjurkan pasien untuk mengikuti diet DASH dan membatasi asupan natrium.
- Anjurkan pasien untuk berhenti merokok.
b. Manajemen Regim Terapeutik: Pemantauan Obat (NIC 2390)
- Tujuan: Pasien dapat memantau efek dan efek samping dari penggunaan obat antihipertensi secara mandiri.
- Aktivitas:
- Ajarkan pasien tentang cara memantau efek dan efek samping obat.
- Anjurkan pasien untuk mencatat tekanan darah, denyut nadi, dan gejala yang dialami.
- Diskusikan dengan pasien tentang pentingnya kepatuhan minum obat untuk mencegah komplikasi.
- Evaluasi pemahaman pasien tentang informasi obat yang diberikan.
c. Manajemen Stres (NIC 5820)
- Tujuan: Pasien dapat mengelola stres yang dialami akibat penyakit hipertensi.
- Aktivitas:
- Identifikasi sumber stres pada pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti teknik pernapasan dalam.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
Intervensi keperawatan di atas didasarkan pada evidence-based practice dan pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien dalam upaya meningkatkan kepatuhan pengobatan dan manajemen hipertensi. Kode diagnosa dan intervensi keperawatan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 3737 | 27 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hydrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman di daerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskop, edema ekstremitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalysis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hydrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi keperawatan yang tepat berikut evidence based practice dan pendidikan kesehatan (include di dalam intervensi keperawatan). Jawab: dengan kode kode diagnosa sdki dan intervensi serta berhubungan dan ditandainya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya menyampaikan diagnosis keperawatan yang mungkin muncul serta intervensi keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosis Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (SDKI: 10032) berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
- Definisi: Penurunan sirkulasi oksigen ke jaringan jantung yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor risiko: Hipertensi, riwayat keluarga hipertensi, merokok, diet tinggi garam.
2. Ketidakpatuhan Pengobatan (SDKI: 10006) berhubungan dengan persepsi negatif terhadap efek samping obat.
- Definisi: Perilaku individu yang tidak sesuai dengan rekomendasi pemberi asuhan dalam mengambil obat-obatan, diet, atau perilaku lainnya.
- Faktor risiko: Persepsi negatif terhadap efek samping obat, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pengobatan.
3. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Hipertensi (SDKI: 10110) berhubungan dengan motivasi pasien untuk mengelola hipertensi.
- Definisi: Pola pikir, perasaan, dan tindakan yang menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk meningkatkan pengelolaan hipertensi.
- Faktor yang mendukung: Adanya dukungan keluarga, motivasi pasien untuk mengelola hipertensi.
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Perfusi Jaringan: Kardiak (SIKI: I0152)
- Tujuan: Mempertahankan perfusi jaringan jantung yang adekuat.
- Intervensi:
- Monitor tanda-tanda vital (SLKI: L0001)
- Kolaborasi pemberian terapi obat antihipertensi (SLKI: L0002)
- Edukasi tentang diet DASH dan pembatasan natrium (SLKI: L0003)
- Fasilitasi aktivitas fisik yang sesuai (SLKI: L0004)
2. Manajemen Ketidakpatuhan (SIKI: I0124)
- Tujuan: Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.
- Intervensi:
- Identifikasi persepsi pasien terhadap efek samping obat (SLKI: L0005)
- Berikan edukasi tentang pentingnya pengobatan hipertensi dan potensi komplikasinya (SLKI: L0006)
- Dukung pasien untuk terlibat aktif dalam perawatan (SLKI: L0007)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait dalam mengelola hipertensi pasien (SLKI: L0008)
3. Peningkatan Manajemen Hipertensi (SIKI: I0151)
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola hipertensi.
- Intervensi:
- Identifikasi motivasi pasien dalam mengelola hipertensi (SLKI: L0009)
- Fasilitasi pasien untuk menetapkan tujuan terkait pengelolaan hipertensi (SLKI: L0010)
- Berikan edukasi tentang hipertensi, faktor risiko, dan penatalaksanaannya (SLKI: L0011)
- Kolaborasi dengan keluarga untuk memberikan dukungan pada pasien (SLKI: L0012)
Melalui implementasi intervensi keperawatan yang berpedoman pada evidence-based practice dan pendidikan kesehatan, diharapkan dapat membantu pasien Tn. R meningkatkan kepatuhan dalam pengobatan, mengelola hipertensi secara efektif, serta mempertahankan perfusi jaringan jantung yang adekuat. -
Article No. 3738 | 27 Oct 2024
Klinis : kulit kemerahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kulit kemerahan.
Diagnosa Keperawatan:
Integritas Kulit Terganggu
Penjelasan:
Integritas Kulit Terganggu adalah suatu keadaan di mana terjadi perubahan pada struktur dan fungsi kulit, seperti kulit kemerahan, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti iritasi, alergi, atau trauma.
SDKI:
Definisi: Gangguan pada struktur dan fungsi kulit.
Faktor Terkait: Iritasi, alergi, trauma.
Karakteristik Utama: Kulit kemerahan.
SLKI:
Luaran yang Diharapkan:
1. Integritas kulit membaik.
2. Tidak terjadi komplikasi.
3. Pasien/keluarga dapat merawat kulit dengan baik.
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Pengkajian kulit secara komprehensif.
2. Manajemen kulit kemerahan (seperti menggunakan krim/salep, menghindari iritasi, menjaga kebersihan kulit).
3. Edukasi kepada pasien/keluarga tentang perawatan kulit.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) jika diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berfokus pada pemulihan integritas kulit, pencegahan komplikasi, dan pemberdayaan pasien/keluarga dalam merawat kulit dengan baik. -
Article No. 3739 | 27 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hydrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman di daerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskop, edema ekstremitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalysis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hydrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi keperawatan yang tepat berikut evidence based practice dan pendidikan kesehatan (include di dalam intervensi keperawatan). Jawab: dengan kode kode diagnosa yang ada di sdki D berapa sdki dan intervensi serta berhubungan dan ditandainya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus Tn. R berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan menjabarkannya dengan bahasa akademis dan perspektif seorang pakar.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakpatuhan berhubungan dengan pengetahuan tentang efek samping obat yang tidak akurat (SDKI Kode: D.0093)
- Definisi: Perilaku individu yang tidak sesuai dengan rekomendasi profesional kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Pengetahuan tentang efek samping obat yang tidak akurat.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan hipertensi (SDKI Kode: D.0141)
- Definisi: Kelebihan cairan tubuh yang melebihi kapasitas pembuluh darah.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan fungsi ginjal dan hipertensi.
3. Risiko perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (SDKI Kode: D.0174)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak.
- Faktor yang berhubungan: Peningkatan tekanan darah.
Intervensi Keperawatan:
1. Ketidakpatuhan berhubungan dengan pengetahuan tentang efek samping obat yang tidak akurat (SDKI Kode: D.0093)
- Intervensi:
- Asesmen pengetahuan pasien tentang obat hipertensi dan efek sampingnya (SIKI Kode: I.0027)
- Edukasi tentang pentingnya kepatuhan minum obat hipertensi dan dampak jangka panjang (SIKI Kode: I.0130)
- Kolaborasi dengan dokter untuk membahas persepsi pasien tentang efek samping obat (SIKI Kode: I.0049)
- Evaluasi dan monitoring kepatuhan minum obat (SIKI Kode: I.0129)
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan hipertensi (SDKI Kode: D.0141)
- Intervensi:
- Asesmen status cairan tubuh (SIKI Kode: I.0024)
- Pemantauan tanda-tanda vital dan intake-output cairan (SIKI Kode: I.0130)
- Pembatasan asupan cairan dan garam sesuai diet DASH (SIKI Kode: I.0185)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi diuretik dan pengobatan hipertensi (SIKI Kode: I.0049)
3. Risiko perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (SDKI Kode: D.0174)
- Intervensi:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan gejala perubahan perfusi serebral (SIKI Kode: I.0130)
- Edukasi pasien dan keluarga tentang tanda-tanda stroke dan penanganannya (SIKI Kode: I.0130)
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penyesuaian terapi hipertensi (SIKI Kode: I.0049)
- Perawatan untuk mencegah komplikasi serebrovaskular (SIKI Kode: I.0185)
Kesimpulan:
Berdasarkan kasus Tn. R, tiga diagnosa keperawatan yang muncul adalah Ketidakpatuhan, Kelebihan volume cairan, dan Risiko perubahan perfusi jaringan serebral. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup asesmen, edukasi, kolaborasi, pemantauan, dan perawatan yang berfokus pada manajemen hipertensi, kepatuhan minum obat, dan pencegahan komplikasi. Pendekatan evidence-based practice dan pendidikan kesehatan merupakan hal penting dalam intervensi keperawatan yang diberikan. -
Article No. 3740 | 27 Oct 2024
Klinis : Data Subjektif : Ibu A mengatakan jarang mengobrol dengan suaminya bila ada masalah. Bapak J juga mengatakan sering mendiamkan bila ada masalah dan jarang bertanya bagaimana perasaan istrinya karena biasanya akan terjadi konflik karena sifat bapak yang santai sementara ibu selalu khawatir dan kepikiran bila ada masalah. Komunikasi dengan anak dan menantu juga sama-sama tertutup sehingga tidak ada kebiasaan curhat di dalam keluarga. Tidak ada konflik komunikasi antara Ibu Ah dengan menantunya karena menantu ibu Ah punya karakter pendiam dan penurut. (Fungsi komunikasi) masalah konfliknya : tidak terbuka, tidak mampu mengungkapkan perasaan. Data Objektif : Ibu A tidak memeriksakan gula darah secara teratur karena takut Gula Darahnya tinggi dan tidak minum obat gula darah secara teratur karena tidak tahu bahwa sakit DM harus minum obat secara teratur Keluarga jarang menunjukkan ekspresi kasih sayang di depan publik atau tamu yang datang ke rumah. Ketika berkomunikasi bapak J duduk di ruang keluarga dan tidak bergabung di ruang tamu. Bapak J akan bergabung dengan diskusi bila perawat meminta bapak J untuk ikut dalam diskusi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Komunikasi Keluarga Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Komunikasi Keluarga Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan keluarga untuk bertukar informasi, perasaan, dan kebutuhan dengan cara yang tepat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Keluarga dapat berkomunikasi secara efektif, Keluarga dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, dan Keluarga dapat memenuhi kebutuhan informasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah Fasilitasi komunikasi keluarga, Terapi kelompok keluarga, dan Edukasi komunikasi keluarga.
Penjelasan singkat:
Komunikasi keluarga yang tidak efektif dapat disebabkan oleh ketidakmampuan anggota keluarga untuk saling terbuka, mengungkapkan perasaan, dan memenuhi kebutuhan informasi. Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam keluarga, seperti konflik yang tidak terselesaikan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi komunikasi keluarga, memberikan terapi kelompok keluarga, dan memberikan edukasi mengenai komunikasi yang efektif dalam keluarga. -
Article No. 3741 | 27 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hydrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman di daerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskop, edema ekstremitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalysis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hydrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi keperawatan yang tepat berikut evidence based practice dan pendidikan kesehatan (include di dalam intervensi keperawatan). Jawab: dengan kode kode diagnosa yang ada di sdki D berapa sdki dan kode intervensi serta berhubungan dan ditandainya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai untuk kasus Tn. R berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskuler (D.0002) berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. Ditandai dengan tekanan darah 170/110 mmHg, mild left ventricular hypertrophy pada EKG, dan edema ekstremitas bawah +1.
2. Kurang Pengetahuan (D.0014) berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang hipertensi dan pengobatannya, ditandai dengan pasien tidak minum obat karena takut impoten dan merusak ginjal.
Intervensi Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskuler (D.0002):
a. Kaji tanda dan gejala hipertensi (SIKI I.16270)
b. Pantau tanda-tanda vital secara teratur (SIKI I.13670)
c. Berikan edukasi tentang manajemen hipertensi, termasuk pentingnya minum obat secara teratur dan modifikasi gaya hidup (SIKI I.02570, I.02580)
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat antihipertensi (SIKI I.07010)
e. Anjurkan pasien untuk melakukan diet DASH dan pembatasan natrium (SIKI I.01970, I.02010)
f. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi stres (SIKI I.15440)
2. Kurang Pengetahuan (D.0014):
a. Kaji pemahaman pasien tentang hipertensi dan pengobatannya (SIKI I.08140)
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi, pengobatan, dan cara mencegah komplikasi (SIKI I.12390)
c. Fasilitasi pasien untuk mengajukan pertanyaan dan menyampaikan kekhawatirannya (SIKI I.04980)
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk menjelaskan dampak positif dan negatif obat antihipertensi (SIKI I.07010)
e. Libatkan keluarga dalam pemberian edukasi dan dukungan (SIKI I.05190)
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan edukasi kesehatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat memahami kondisinya, patuh dalam pengobatan, dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut akibat hipertensi. -
Article No. 3742 | 27 Oct 2024
Klinis : harga diri pasien rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi harga diri pasien rendah.
Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah
Definisi:
Harga Diri Rendah adalah perasaan negatif tentang diri sendiri atau nilai diri yang berkurang.
Karakteristik Definisi:
1. Menunjukkan perasaan tidak berharga
2. Menyatakan pandangan negatif tentang diri
3. Menyatakan ketidakpuasan dengan diri sendiri
4. Menunjukkan kurangnya percaya diri
Faktor Terkait:
1. Kondisi fisik yang tidak menyenangkan
2. Pengalaman traumatis
3. Umpan balik negatif dari orang lain
4. Konflik peran
5. Kehilangan dukungan sosial
Rencana Keperawatan:
1. Identifikasi penyebab harga diri rendah
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan potensi positif diri
3. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri
4. Berikan umpan balik positif dan dukungan emosional
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi yang komprehensif
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan Harga Diri Rendah berdasarkan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 3743 | 27 Oct 2024
Klinis : Urin < 0.5 cc/kgBB/jam Asidosis metabolik Hipotensi Ur 163,5 cr 4,67
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Penurunan Volume Cairan
2. Penjelasan Singkat:
a. Penurunan Volume Cairan
- SDKI: Penurunan Volume Cairan
- SLKI: Hidrasi
- SIKI: Manajemen Cairan
- Penjelasan: Kondisi ini ditandai dengan urin yang kurang dari 0.5 cc/kgBB/jam, asidosis metabolik, dan hipotensi. Hal ini mengindikasikan adanya penurunan volume cairan dalam tubuh, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kehilangan cairan yang berlebih, intake cairan yang kurang, atau gangguan mekanisme homeostasis.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, termasuk riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium. Selanjutnya, perawat dapat merumuskan diagnosa keperawatan dan menyusun rencana intervensi yang sesuai, seperti pemantauan status cairan, pemberian cairan intravena, dan edukasi pasien serta keluarga mengenai pentingnya menjaga keseimbangan cairan. -
Article No. 3744 | 27 Oct 2024
Klinis : Urin < 0.5 cc/kgBB/jam Asidosis metabolik Hipotensi Ur 163,5 cr 4,67 Edema ekstremitas Rhonki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan asidosis metabolik, hipotensi, dan edema ekstremitas yang ditandai dengan oliguria, asidosis metabolik, hipotensi, peningkatan kadar urea dan kreatinin, serta edema ekstremitas.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit: Kondisi di mana terdapat ketidakseimbangan antara asupan dan output cairan dan elektrolit.
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti asidosis metabolik, hipotensi, dan gangguan fungsi ginjal.
- Tanda dan Gejala: Oliguria, asidosis metabolik, hipotensi, peningkatan kadar urea dan kreatinin, serta edema ekstremitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
- Indikator: Peningkatan volume urin, perbaikan nilai laboratorium (pH, elektrolit, urea, kreatinin), peningkatan tekanan darah, dan penurunan edema.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan cairan dan elektrolit, pemberian terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, serta manajemen komplikasi (asidosis, hipotensi, gangguan ginjal).
Persona: Sebagai seorang perawat dengan pendekatan akademis dan pakar, saya memberikan informasi ini dengan tujuan memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai diagnosa keperawatan dan standar PPNI yang dapat diterapkan untuk mengelola kondisi pasien dengan masalah keseimbangan cairan dan elektrolit.