Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3817 | 28 Oct 2024
Klinis : Nama Pasien: Ibu F. Usia: 60 tahun Diagnosis: Kanker ovarium stadium IV Aspek Psikososial: Ibu Fatimah merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Selain dukungan medis, tim perawatan paliatif perlu membantu Ibu Fatimah dalam mengatasi rasa cemas ini. Juga, ia merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, jadi perawatan spiritual dan dukungan harus disertakan dalam perawatan psikososialnya. Persepsi dan Harapan Klien/Keluarga Persepsi klien tentang masalah Ibu Fatimah merasa cemas tentang dampak kanker ovarium yang ia alami terhadap perannya sebagai ibu dan nenek dalam keluarga. Ia merasa khawatir akan menjadi beban dan tidak dapat lagi menjalankan peran tersebut sebagaimana mestinya. Persepsi keluarga tentang masalah Keluarga mungkin merasa khawatir tentang kondisi kesehatan Ibu Fatimah, tetapi belum sepenuhnya memahami tingkat kecemasan yang dirasakannya atau pengaruh emosional kondisi tersebut terhadapnya. Keluarga berusaha mendukung, namun mungkin belum menyadari pentingnya dukungan psikososial dan spiritual bagi Ibu Fatimah. Harapan klien tentang pemecahan masalah Ibu Fatimah berharap mendapatkan dukungan emosional dan spiritual dari tim perawatan dan keluarganya untuk mengatasi kecemasannya. Ia ingin merasa didukung secara holistik, terutama dalam hal spiritual, untuk merasa lebih tenang dan tidak menjadi beban bagi keluarganya. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah Keluarga berharap kondisi kesehatan Ibu Fatimah dapat tertangani dengan baik, dan Ibu Fatimah bisa merasa lebih tenang dalam menjalani perawatan. Keluarga juga berharap mendapat panduan untuk lebih efektif dalam mendukung dan mendampingi Ibu Fatimah melalui dukungan emosional serta memahami kebutuhannya. Pengkajian Psikologis Status emosi Ibu Fatimah menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang cukup tinggi. Beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Konsep diri Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Gaya komunikasi Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri serta menyembunyikannya dari keluarganya agar tidak membebani orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuatnya sulit untuk berbagi apa yang beliau rasakan. Pola interaksi Ibu Fatimah menjadi lebih tertutup. Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Pola pertahanan Ibu Fatimah tampak menghindari situasi yang membuatnya merasa cemas. Misalnya, beliau tidak rutin kontrol pergi ke dokter atau minum obat karena takut mengetahui kondisi kesehatannya. Hal ini adalah cara beliau mencoba melindungi diri dari rasa sakit emosional yang beliau alami. Pengkajian Sosial Pendidikan dan Pekerjaan : Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Klien tidak bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga Hubungan Sosial : Klien suka menyampaikan masalahnya kepada keluarganya. Karena bagi Ibu Fatimah, interaksi dengan keluarga adalah bagian penting dari kesejahteraannya. Faktor Sosial Budaya : Ibu Fatimah berasal dari Suku Jawa. Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri Gaya Hidup : Setelah sakit, beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pengkajian Keluarga Pengkajian Kesehatan Fisik Masalah Kesehatan yang Lalu dan Sekarang Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu : Pasien masuk RS pada 26 Oktober 2024, dengan diagnosa Kanker ovarium stadium IV Penyakit sekarang : Kanker ovarium stadium IV Pengobatan sekarang : belum terkaji Alergi : tidak ada Kebiasaan Sekarang Penampilan diri : Kulit bersih, pakaian bersih dan rapi, gigi bersih, rambut disisir rapi Rokok : tidak merokok Minuman keras : tidak pernah meminum minuman keras Pola tidur : Klien sulit tidur karena cemas dan kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pola makan : belum terkaji Pola eliminasi : belum terkaji Tingkat aktivitas : Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Tingkat energi : Sedikit aktivitas. DIAGNOSIS MINIMAL 3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, terdapat 3 diagnosis keperawatan utama pada Ibu F, yaitu:
1. Ansietas (kecemasan) berhubungan dengan perubahan peran dan ketidakmampuan dalam menjalankan peran sebagai ibu dan nenek.
Sesuai dengan SDKI, ansietas didefinisikan sebagai respon emosional dan fisik terhadap antisipasi atau ancaman bahaya yang tidak jelas, disertai dengan perasaan tidak berdaya. Pada kasus Ibu F, ia merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Ia merasa khawatir akan menjadi beban dan tidak dapat lagi menjalankan peran tersebut sebagaimana mestinya.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik akibat penyakit kronis.
Diagnosis ini sesuai dengan SDKI, dimana gangguan citra tubuh didefinisikan sebagai persepsi negatif terhadap tubuh yang dirasakan saat ini. Pada kasus Ibu F, dengan adanya kanker ovarium stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya, sehingga memengaruhi konsep dirinya.
3. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan peran dan penurunan kepercayaan diri.
Diagnosis ini didasarkan pada SDKI, dimana isolasi sosial didefinisikan sebagai pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara emosional maupun fisik. Pada kasus Ibu F, beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah, karena merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini.
Ketiga diagnosis keperawatan utama ini selaras dengan SLKI dan SIKI yang terkait dengan kondisi psikososial Ibu F. Penanganan yang komprehensif, mencakup aspek psikologis, sosial, dan spiritual, sangat diperlukan untuk membantu Ibu F dalam menghadapi kondisi penyakitnya. -
Article No. 3818 | 28 Oct 2024
Klinis : Nama Pasien: Ibu F. Usia: 60 tahun Diagnosis: Kanker ovarium stadium IV Aspek Psikososial: Ibu Fatimah merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Selain dukungan medis, tim perawatan paliatif perlu membantu Ibu Fatimah dalam mengatasi rasa cemas ini. Juga, ia merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, jadi perawatan spiritual dan dukungan harus disertakan dalam perawatan psikososialnya. Persepsi dan Harapan Klien/Keluarga Persepsi klien tentang masalah Ibu Fatimah merasa cemas tentang dampak kanker ovarium yang ia alami terhadap perannya sebagai ibu dan nenek dalam keluarga. Ia merasa khawatir akan menjadi beban dan tidak dapat lagi menjalankan peran tersebut sebagaimana mestinya. Persepsi keluarga tentang masalah Keluarga mungkin merasa khawatir tentang kondisi kesehatan Ibu Fatimah, tetapi belum sepenuhnya memahami tingkat kecemasan yang dirasakannya atau pengaruh emosional kondisi tersebut terhadapnya. Keluarga berusaha mendukung, namun mungkin belum menyadari pentingnya dukungan psikososial dan spiritual bagi Ibu Fatimah. Harapan klien tentang pemecahan masalah Ibu Fatimah berharap mendapatkan dukungan emosional dan spiritual dari tim perawatan dan keluarganya untuk mengatasi kecemasannya. Ia ingin merasa didukung secara holistik, terutama dalam hal spiritual, untuk merasa lebih tenang dan tidak menjadi beban bagi keluarganya. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah Keluarga berharap kondisi kesehatan Ibu Fatimah dapat tertangani dengan baik, dan Ibu Fatimah bisa merasa lebih tenang dalam menjalani perawatan. Keluarga juga berharap mendapat panduan untuk lebih efektif dalam mendukung dan mendampingi Ibu Fatimah melalui dukungan emosional serta memahami kebutuhannya. Pengkajian Psikologis Status emosi Ibu Fatimah menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang cukup tinggi. Beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Konsep diri Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Gaya komunikasi Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri serta menyembunyikannya dari keluarganya agar tidak membebani orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuatnya sulit untuk berbagi apa yang beliau rasakan. Pola interaksi Ibu Fatimah menjadi lebih tertutup. Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Pola pertahanan Ibu Fatimah tampak menghindari situasi yang membuatnya merasa cemas. Misalnya, beliau tidak rutin kontrol pergi ke dokter atau minum obat karena takut mengetahui kondisi kesehatannya. Hal ini adalah cara beliau mencoba melindungi diri dari rasa sakit emosional yang beliau alami. Pengkajian Sosial Pendidikan dan Pekerjaan : Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Klien tidak bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga Hubungan Sosial : Klien suka menyampaikan masalahnya kepada keluarganya. Karena bagi Ibu Fatimah, interaksi dengan keluarga adalah bagian penting dari kesejahteraannya. Faktor Sosial Budaya : Ibu Fatimah berasal dari Suku Jawa. Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri Gaya Hidup : Setelah sakit, beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pengkajian Keluarga Pengkajian Kesehatan Fisik Masalah Kesehatan yang Lalu dan Sekarang Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu : Pasien masuk RS pada 26 Oktober 2024, dengan diagnosa Kanker ovarium stadium IV Penyakit sekarang : Kanker ovarium stadium IV Pengobatan sekarang : belum terkaji Alergi : tidak ada Kebiasaan Sekarang Penampilan diri : Kulit bersih, pakaian bersih dan rapi, gigi bersih, rambut disisir rapi Rokok : tidak merokok Minuman keras : tidak pernah meminum minuman keras Pola tidur : Klien sulit tidur karena cemas dan kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pola makan : belum terkaji Pola eliminasi : belum terkaji Tingkat aktivitas : Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Tingkat energi : Sedikit aktivitas. DIAGNOSIS 5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diuraikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Kecemasan (NANDA-I: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya, nyata atau dibayangkan. Individu merasa tidak berdaya dalam menghadapi ancaman.
Gejala dan kriteria:
- Pasien menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang cukup tinggi, seperti khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek.
- Pasien takut menjadi beban bagi keluarganya.
- Pasien merasa kurang percaya diri dan lemah akibat kondisi fisiknya.
2. Gangguan Citra Tubuh (NANDA-I: 00118)
Definisi: Gangguan yang disebabkan perubahan persepsi citra tubuh seseorang.
Gejala dan kriteria:
- Pasien merasa kurang percaya diri dengan kondisi fisiknya saat ini.
- Pasien merasa tidak mampu menjalankan perannya dalam keluarga seperti dulu.
- Pasien cenderung menarik diri dari kegiatan sosial karena merasa tidak nyaman dengan kondisinya.
3. Risiko Penurunan Kesejahteraan Spiritual (NANDA-I: 00175)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam semesta, dan/atau Kekuatan yang lebih Besar.
Gejala dan kriteria:
- Pasien merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, sehingga membutuhkan dukungan spiritual dalam perawatannya.
- Pasien merasa cemas dan kurang percaya diri, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan spiritualnya.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Kecemasan:
- Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien.
- Berikan terapi relaksasi dan latihan napas dalam untuk mengurangi kecemasan.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
- Kolaborasi dengan tim perawatan paliatif untuk memberikan dukungan psikososial yang holistik.
2. Gangguan Citra Tubuh:
- Bantu pasien mengidentifikasi perubahan citra tubuh dan perasaannya terkait hal tersebut.
- Dorong pasien untuk tetap aktif dan terlibat dalam aktivitas yang dapat meningkatkan kepercayaan diri.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan membantu pasien menerima kondisinya.
3. Risiko Penurunan Kesejahteraan Spiritual:
- Kaji kebutuhan spiritual pasien dan keterlibatannya dalam praktik spiritual.
- Fasilitasi pasien untuk melakukan praktik spiritual yang memberikan makna dan kenyamanan baginya.
- Kolaborasi dengan pemimpin spiritual/rohaniawan untuk memberikan dukungan dan bimbingan spiritual.
- Libatkan keluarga dalam mendukung praktik spiritual pasien.
Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dapat digunakan sebagai acuan dalam perumusan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami oleh Ibu Fatimah. -
Article No. 3819 | 28 Oct 2024
Klinis : Tuan G masuk Rumah sakit diantar oleh keluarganya dengan alasan pasien mengatakan ingin mati saja dan mencoba bunuh diri dengan menusukan pisau kebagian perut kanannya dan mencoba meminum pemutih pakaian. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami perubahan sejak seminggu yang lalu. Pasien tidak mau makan selama seminggu karena merasa ingin mati saja dan pasien mengalami kesulitan tidur khususnya malam hari. Pasien mengatakan putus asa dalam menjalani hidup karena ditinggal istri dan anaknya dalam kecelakaan 3 bulan yang lalu dan setahun terakhir klien menganggur karena di PHK dari pekerjaannya. Klien merasa malu dan sudah tidak berguna lagi. Saat ini skor klien 4 saat dikaji dengan SIRS. Sehingga klien diobservasi ketat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, tampaknya Tuan G mengalami kondisi kesehatan mental yang membutuhkan penanganan segera. Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai dengan kondisinya, serta penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Bunuh Diri
- Definisi: Keadaan di mana individu memiliki niat dan/atau keinginan untuk mengakhiri hidupnya.
- Faktor risiko: Kecemasan, depresi, perubahan suasana hati, kehilangan, riwayat percobaan bunuh diri.
2. Gangguan Tidur
- Definisi: Gangguan dalam jumlah, kualitas, atau pola tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
- Faktor risiko: Stres, rasa cemas, depresi, perubahan gaya hidup.
3. Gangguan Harga Diri
- Definisi: Evaluasi negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
- Faktor risiko: Kehilangan pekerjaan, perceraian, kondisi medis kronis, trauma.
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan dalam menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan respons individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah kesehatan.
- Terdiri dari definisi diagnosis, faktor yang berhubungan, karakteristik definisi, dan batasan karakteristik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan dalam menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Terdiri dari definisi luaran, kriteria hasil, dan skala pengukuran.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan dalam menentukan tindakan keperawatan yang diberikan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
- Terdiri dari definisi intervensi, aktivitas, dan batasan aktivitas.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk menangani kondisi Tuan G secara komprehensif. -
Article No. 3821 | 28 Oct 2024
Klinis : Remaja di desa “A” yang tinggal di lingkungan yang konservatif. Desa “A”mengeluh banyaknya remaja di desa “A” tersebut mengalami hamil diluar nikah. Didesa “A” sangat jauh dari kota sehingga di desa tersebut kurangnya terpapar informasi seputar sistem reproduksi pria dan wanita sehingga membuat kasus hamil diluar nikah itu sangat tinggi didesa tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Defisit Pengetahuan terkait Kesehatan Reproduksi
Definisi: Ketidakcukupan informasi kognitif yang dimiliki individu atau kelompok tentang kesehatan reproduksi.
Faktor Terkait: Terbatasnya akses informasi, kurangnya paparan informasi, dan lingkungan yang konservatif.
Karakteristik Mayor: Ketidakmampuan mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala, ketidakmampuan menjelaskan proses fisiologis, dan ketidakmampuan menjelaskan praktik kesehatan reproduksi yang aman.
2. Risiko Kehamilan Tidak Diinginkan
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehamilan yang tidak direncanakan atau dikehendaki.
Faktor Terkait: Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan kontrasepsi, serta nilai-nilai budaya dan agama yang konservatif.
Karakteristik Mayor: Aktivitas seksual tanpa penggunaan kontrasepsi, riwayat kehamilan tidak diinginkan sebelumnya, dan ketidakmampuan mengakses informasi atau layanan kontrasepsi.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Intervensi berdasarkan SIKI:
- Edukasi Kesehatan Reproduksi
- Konseling Keluarga
- Fasilitasi Akses Informasi dan Layanan Kesehatan Reproduksi
2. Luaran berdasarkan SLKI:
- Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Meningkat
- Kepercayaan Diri Mencegah Kehamilan Meningkat
- Akses Informasi dan Layanan Kesehatan Reproduksi Memadai
Dengan pendekatan yang komprehensif dan sensitif budaya, diharapkan remaja di desa "A" dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi, memiliki kepercayaan diri untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, serta dapat mengakses informasi dan layanan kesehatan reproduksi yang memadai. Hal ini akan berkontribusi pada penurunan angka kehamilan di luar nikah di desa tersebut. -
Article No. 3822 | 28 Oct 2024
Klinis : Perempuan berusia 60 tahun dirawat diruang ICU sejak 3 minggu yang lalu. Empat hari terakhir ini, kondisi pasien semakin menurun, GCS E1M1Vett, pupil tidak bereaksi, pernafasan dibantu total oleh ventilator, skor nyeri pasien dinilai dengan penilaian CPOT adalah 2 . Suami pasien merasa sedih melihat kondisi pasien. Dokter mendiagnosis Mati batang otak (MBO) dan memberikan order DNR. Perawat meminta keluarga berdiskusi dan memberikan support spiritual pada pasien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Penurunan Aliran Darah Ke Otak
2. Risiko Komplikasi Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Kerusakan Neurologis
3. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Penurunan Kesadaran
4. Risiko Isolasi Sosial Berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Penurunan Aliran Darah Ke Otak
- SDKI: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah kondisi di mana terjadi penurunan aliran darah ke jaringan perifer.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, mempertahankan suhu tubuh, dan meningkatkan aliran darah.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang membaik.
2. Risiko Komplikasi Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Kerusakan Neurologis
- SDKI: Risiko komplikasi ketidakefektifan pola napas adalah kondisi di mana pasien berisiko mengalami penurunan kemampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau status respirasi, mempertahankan jalan napas, dan memberikan oksigenasi yang adekuat.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien menunjukkan pola napas yang efektif dan tidak terjadi komplikasi.
3. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Penurunan Kesadaran
- SDKI: Gangguan komunikasi verbal adalah kondisi di mana pasien mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi komunikasi non-verbal, menggunakan alat bantu komunikasi, dan melibatkan keluarga dalam komunikasi.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien dapat berkomunikasi dengan efektif sesuai kemampuannya.
4. Risiko Isolasi Sosial Berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan
- SDKI: Risiko isolasi sosial adalah kondisi di mana pasien berisiko mengalami keterpisahan atau pengasingan dari orang lain.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah melibatkan keluarga dalam perawatan, memfasilitasi interaksi sosial, dan memberikan dukungan emosional.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien dan keluarga dapat mempertahankan hubungan sosial yang optimal.
Dalam kondisi ini, perawat memainkan peran penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, termasuk memantau kondisi pasien, memberikan dukungan emosional dan spiritual kepada pasien dan keluarga, serta memfasilitasi komunikasi dan interaksi sosial yang optimal. -
Article No. 3823 | 28 Oct 2024
Klinis : Nama Pasien: Ibu F. Usia: 60 tahun Diagnosis: Kanker ovarium stadium IV Aspek Psikososial: Ibu Fatimah merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Selain dukungan medis, tim perawatan paliatif perlu membantu Ibu Fatimah dalam mengatasi rasa cemas ini. Juga, ia merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, jadi perawatan spiritual dan dukungan harus disertakan dalam perawatan psikososialnya. Persepsi dan Harapan Klien/Keluarga Persepsi klien tentang masalah Ibu Fatimah merasa cemas tentang dampak kanker ovarium yang ia alami terhadap perannya sebagai ibu dan nenek dalam keluarga. Ia merasa khawatir akan menjadi beban dan tidak dapat lagi menjalankan peran tersebut sebagaimana mestinya. Persepsi keluarga tentang masalah Keluarga mungkin merasa khawatir tentang kondisi kesehatan Ibu Fatimah, tetapi belum sepenuhnya memahami tingkat kecemasan yang dirasakannya atau pengaruh emosional kondisi tersebut terhadapnya. Keluarga berusaha mendukung, namun mungkin belum menyadari pentingnya dukungan psikososial dan spiritual bagi Ibu Fatimah. Harapan klien tentang pemecahan masalah Ibu Fatimah berharap mendapatkan dukungan emosional dan spiritual dari tim perawatan dan keluarganya untuk mengatasi kecemasannya. Ia ingin merasa didukung secara holistik, terutama dalam hal spiritual, untuk merasa lebih tenang dan tidak menjadi beban bagi keluarganya. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah Keluarga berharap kondisi kesehatan Ibu Fatimah dapat tertangani dengan baik, dan Ibu Fatimah bisa merasa lebih tenang dalam menjalani perawatan. Keluarga juga berharap mendapat panduan untuk lebih efektif dalam mendukung dan mendampingi Ibu Fatimah melalui dukungan emosional serta memahami kebutuhannya. Pengkajian Psikologis Status emosi Ibu Fatimah menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang cukup tinggi. Beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Konsep diri Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Gaya komunikasi Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri serta menyembunyikannya dari keluarganya agar tidak membebani orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuatnya sulit untuk berbagi apa yang beliau rasakan. Pola interaksi Ibu Fatimah menjadi lebih tertutup. Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Pola pertahanan Ibu Fatimah tampak menghindari situasi yang membuatnya merasa cemas. Misalnya, beliau tidak rutin kontrol pergi ke dokter atau minum obat karena takut mengetahui kondisi kesehatannya. Hal ini adalah cara beliau mencoba melindungi diri dari rasa sakit emosional yang beliau alami. Pengkajian Sosial Pendidikan dan Pekerjaan : Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Klien tidak bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga Hubungan Sosial : Klien suka menyampaikan masalahnya kepada keluarganya. Karena bagi Ibu Fatimah, interaksi dengan keluarga adalah bagian penting dari kesejahteraannya. Faktor Sosial Budaya : Ibu Fatimah berasal dari Suku Jawa. Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri Gaya Hidup : Setelah sakit, beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pengkajian Keluarga Pengkajian Kesehatan Fisik Masalah Kesehatan yang Lalu dan Sekarang Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu : Pasien masuk RS pada 26 Oktober 2024, dengan diagnosa Kanker ovarium stadium IV Penyakit sekarang : Kanker ovarium stadium IV Pengobatan sekarang : belum terkaji Alergi : tidak ada Kebiasaan Sekarang Penampilan diri : Kulit bersih, pakaian bersih dan rapi, gigi bersih, rambut disisir rapi Rokok : tidak merokok Minuman keras : tidak pernah meminum minuman keras Pola tidur : Klien sulit tidur karena cemas dan kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pola makan : belum terkaji Pola eliminasi : belum terkaji Tingkat aktivitas : Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Tingkat energi : Sedikit aktivitas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun beberapa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk pasien Ibu F, usia 60 tahun, dengan diagnosa Kanker Ovarium Stadium IV, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI: Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan non spesifik, ditandai dengan kekhawatiran, kebingungan, dan ketakutan.
- SLKI: Respon terhadap kecemasan ditandai dengan tingkat kecemasan yang menurun, peningkatan kemampuan mengatasi kecemasan, dan kepuasan terhadap manajemen kecemasan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi relaksasi, terapi kognitif, konseling, dan dukungan spiritual.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Konsep Diri
- SDKI: Gangguan konsep diri adalah persepsi negatif individu tentang dirinya yang dipengaruhi oleh kondisi kesehatan atau penyakit yang dialaminya.
- SLKI: Hasil yang diharapkan adalah peningkatan penerimaan diri, peningkatan harga diri, dan peningkatan citra tubuh.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain konseling, terapi kognitif, dan terapi kelompok.
3. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
- SDKI: Isolasi sosial adalah pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara emosional maupun fisik.
- SLKI: Hasil yang diharapkan adalah peningkatan interaksi sosial, peningkatan dukungan sosial, dan penurunan kesepian.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain fasilitasi interaksi sosial, terapi kelompok, dan rujukan ke konselor.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam perawatan Ibu F. diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kecemasan, gangguan konsep diri, dan isolasi sosial yang dialaminya, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien secara holistik. -
Article No. 3824 | 28 Oct 2024
Klinis : Tuan G masuk rumah sakit diantar oleh keluarganya dengan alasan pasien mengatakan ingin mati saja dan mencoba bunuh diri dengan menusukan pisau ke bagian perut kanannya dan mencoba meminum pemutih pakaian. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami perubahan sejak seminggu yang lalu, pasien tidak mau makan selama seminggu karena merasa ingin mati saja dan pasien mengalami kesulitan tidur khususnya malam hari. Pasien mengatakan putus asa dalam menjalani hidup karena di tinggal istri dan anaknya dalam kecelakaan 3 bulan lalu dan setahun terkahir klien menganggur karena diPHK dari pekerjaannya klien merasa malu dan sudah tidak berguna lagi. Saat ini skor klien 4 saat dikaji dengan SIRS (Suicidal Intervention Rating Scale) sehingga klien diobservasi ketat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, Diagnosa Keperawatan yang tepat adalah:
1. Risiko Bunuh Diri
- Definisi: Ancaman atau kemungkinan bahwa individu akan berusaha mengakhiri hidupnya.
- Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Terdapat karakteristik definisi, faktor risiko, gejala dan tanda, serta batasan karakteristik.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi upaya bunuh diri, pasien merasa aman, pasien memanfaatkan strategi koping yang efektif, dan pasien menunjukkan dukungan sosial yang adekuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pencegahan bunuh diri, manajemen krisis, manajemen depresi, peningkatan harga diri, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Penjelasan Singkat:
Tuan G menunjukkan gejala dan tanda risiko bunuh diri, seperti mencoba menusukkan pisau ke bagian perut dan mencoba meminum pemutih pakaian, serta menyatakan keinginan untuk mati. Faktor-faktor risiko yang teridentifikasi adalah riwayat kehilangan orang yang dicintai (istri dan anak), pengangguran, dan perasaan putus asa. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengamatan ketat, manajemen krisis, manajemen depresi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya psikiater) untuk membantu Tuan G mengatasi risiko bunuh diri. -
Article No. 3825 | 28 Oct 2024
Klinis : Nama Pasien: Ibu F. Usia: 60 tahun Diagnosis: Kanker ovarium stadium IV Aspek Psikososial: Ibu Fatimah merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Selain dukungan medis, tim perawatan paliatif perlu membantu Ibu Fatimah dalam mengatasi rasa cemas ini. Juga, ia merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, jadi perawatan spiritual dan dukungan harus disertakan dalam perawatan psikososialnya. Persepsi dan Harapan Klien/Keluarga Persepsi klien tentang masalah Ibu Fatimah merasa cemas tentang dampak kanker ovarium yang ia alami terhadap perannya sebagai ibu dan nenek dalam keluarga. Ia merasa khawatir akan menjadi beban dan tidak dapat lagi menjalankan peran tersebut sebagaimana mestinya. Persepsi keluarga tentang masalah Keluarga mungkin merasa khawatir tentang kondisi kesehatan Ibu Fatimah, tetapi belum sepenuhnya memahami tingkat kecemasan yang dirasakannya atau pengaruh emosional kondisi tersebut terhadapnya. Keluarga berusaha mendukung, namun mungkin belum menyadari pentingnya dukungan psikososial dan spiritual bagi Ibu Fatimah. Harapan klien tentang pemecahan masalah Ibu Fatimah berharap mendapatkan dukungan emosional dan spiritual dari tim perawatan dan keluarganya untuk mengatasi kecemasannya. Ia ingin merasa didukung secara holistik, terutama dalam hal spiritual, untuk merasa lebih tenang dan tidak menjadi beban bagi keluarganya. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah Keluarga berharap kondisi kesehatan Ibu Fatimah dapat tertangani dengan baik, dan Ibu Fatimah bisa merasa lebih tenang dalam menjalani perawatan. Keluarga juga berharap mendapat panduan untuk lebih efektif dalam mendukung dan mendampingi Ibu Fatimah melalui dukungan emosional serta memahami kebutuhannya. Pengkajian Psikologis Status emosi Ibu Fatimah menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang cukup tinggi. Beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Konsep diri Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Gaya komunikasi Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri serta menyembunyikannya dari keluarganya agar tidak membebani orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuatnya sulit untuk berbagi apa yang beliau rasakan. Pola interaksi Ibu Fatimah menjadi lebih tertutup. Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Pola pertahanan Ibu Fatimah tampak menghindari situasi yang membuatnya merasa cemas. Misalnya, beliau tidak rutin kontrol pergi ke dokter atau minum obat karena takut mengetahui kondisi kesehatannya. Hal ini adalah cara beliau mencoba melindungi diri dari rasa sakit emosional yang beliau alami. Pengkajian Sosial Pendidikan dan Pekerjaan : Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Klien tidak bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga Hubungan Sosial : Klien suka menyampaikan masalahnya kepada keluarganya. Karena bagi Ibu Fatimah, interaksi dengan keluarga adalah bagian penting dari kesejahteraannya. Faktor Sosial Budaya : Ibu Fatimah berasal dari Suku Jawa. Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri Gaya Hidup : Setelah sakit, beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pengkajian Keluarga Pengkajian Kesehatan Fisik Masalah Kesehatan yang Lalu dan Sekarang Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu : Pasien masuk RS pada 26 Oktober 2024, dengan diagnosa Kanker ovarium stadium IV Penyakit sekarang : Kanker ovarium stadium IV Pengobatan sekarang : belum terkaji Alergi : tidak ada Kebiasaan Sekarang Penampilan diri : Kulit bersih, pakaian bersih dan rapi, gigi bersih, rambut disisir rapi Rokok : tidak merokok Minuman keras : tidak pernah meminum minuman keras Pola tidur : Klien sulit tidur karena cemas dan kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pola makan : belum terkaji Pola eliminasi : belum terkaji Tingkat aktivitas : Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Tingkat energi : Sedikit aktivitas. apakah diagnosis harga diri rendah situasional?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk Ibu F. adalah:
1. Kecemasan berhubungan dengan dampak penyakit terhadap peran dan kondisi psikososial, sebagaimana ditunjukkan dengan pernyataan Ibu Fatimah yang merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) mencantumkan diagnosis "Kecemasan" yang didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disebabkan oleh antisipasi bahaya, yang ditandai dengan sumber yang dapat diidentifikasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) mencantumkan luaran "Tingkat kecemasan terkendali" sebagai hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) mencantumkan beberapa intervensi untuk mengatasi kecemasan, antara lain terapi relaksasi, dukungan emosional, dan manajemen kecemasan.
Tidak ada indikasi yang jelas pada kasus ini tentang diagnosis "Harga diri rendah situasional". Meskipun Ibu Fatimah mungkin mengalami penurunan harga diri terkait kondisi penyakitnya, diagnosis utama yang sesuai adalah kecemasan yang berkaitan dengan dampak kondisi penyakit terhadap peran dan kondisi psikososialnya.
Sebagai perawat, pendekatan yang disarankan adalah berfokus pada manajemen kecemasan Ibu Fatimah melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, termasuk dukungan emosional, manajemen stres, dan intervensi spiritual untuk memenuhi kebutuhan holistiknya. -
Article No. 3828 | 28 Oct 2024
Klinis : Tn. Leon, 22 tahun, dibawa ke IGD karena penurunan kesadaran setelah mengalami kecelakaan tunggal. Diketahui pasien mengendarai mobil tanpa seatbelt lalu menabrak pohon, sempat pingsan lalu sadar. Hasil pengkajian: E2M3V2, nadi 121x/menit lemah, RR 32x/menit takipnea, hipersonor dan suara paru menghilang di lapang kiri, terdapat distensi vena jugularis, deviasi trakea ke kanan, TD 65/40 mmHg, SpO2 95%, Earle’s sign positif, Cardinal sign positif pada radius sinistra, akral pucat dan dingin, CRT > 2 detik. Hasil pemeriksaan diagnostik: tampak hyperexpansion hemithorax sinistra.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klinis Tn. Leon yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan cedera trauma thoraks (SDKI)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia sekunder akibat perdarahan internal (SDKI)
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia (SDKI)
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan cedera trauma thoraks (SDKI)
- SLKI: Pola napas tidak efektif
- SIKI: Ventilasi tidak adekuat
Pasien mengalami trauma thoraks yang menyebabkan hipersonor dan hilangnya suara paru di lapang kiri, serta takipnea. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan pneumotoraks yang menyebabkan penurunan ekspansi paru dan gangguan ventilasi.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia sekunder akibat perdarahan internal (SDKI)
- SLKI: Penurunan curah jantung
- SIKI: Hipovolemia
Pasien mengalami tanda-tanda hipovolemia seperti nadi lemah, hipotensi, distensi vena jugularis, dan akral pucat dingin. Hal ini menunjukkan adanya penurunan volume darah sirkulasi akibat perdarahan internal.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia (SDKI)
- SLKI: Gangguan perfusi jaringan
- SIKI: Hipovolemia
Kondisi hipovolemia akibat perdarahan internal menyebabkan penurunan aliran darah ke seluruh jaringan, ditandai dengan CRT > 2 detik, akral pucat dingin, dan Earle's sign positif. Hal ini mengindikasikan adanya gangguan perfusi jaringan.
Dalam penanganan kasus ini, perawat perlu melakukan intervensi segera untuk menstabilkan kondisi pasien, seperti pemberian oksigen, manajemen cairan dan elektrolit, serta pemantauan tanda-tanda vital dan perdarahan. -
Article No. 3829 | 28 Oct 2024
Klinis : Ny.A, 28 tahun, G2P1A0, 21 Oktober 2024 datang bersama suaminya ke poliklinik KIA untuk pemeriksaan kehamilan. Hasil anamnesis, klien mengatakan HPHT 17 Maret 2024, riwayat persalinan sebelumnya secara SC a.i posisi lintang dan mengalami komplikasi perdarahan postpartum. Saai ini klien mengeluh mudah lelah, sering kram pada kaki terutama pada dini hari, sering BAK bahkan pada malam hari, nyeri punggung bawah, sulit tidur dan sering terbangun di malam hari sehingga merasa tidurnya tidak cukup, braxtone hicks mulai dirasakan, heartburn, dan konstipasi hingga kadang keluar darah saat BAB. Hasil pemeriksaan: kesadaran CM, KU baik, TD 130/70mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 37.1 °C, BB 64 kg (sebelum hamil 50 kg), TB 153 cm, LiLa 24 cm, konjungtiva anemis, muka tampak cloasma gravidarum, tampak edema pada kedua kaki. Hasil pemeriksaan pada abdomen tampak luka bekas SC, tampak linea nigra, Leopold I: TFU 34 cm, presentasi teratas teraba bulat dan keras; Leopold II: puki; Leopold III: bagian terbawah teraba bulat lunak dan belum masuk PAP, DJJ 156 x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 9.8 gr/dL, Leukosit 7800 mm, Hematokrit 250.000, protein urine (-), GDS 90 mg/dL, HIV NR, Hbs-Ag NR, gol.darah A(+). Riwayat imunisasi TT lengkap, konsumsi tablet Fe jarang. Klien merasa khawatir bila kehamilan yang sekarang harus SC kembali, ia menanyakan bagaimana cara membuat posisi janin optimal karena ia sangat menginginkan dapat menjalani persalinan secara normal agar dapat langsung menyusui bayinya,.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan berhubungan dengan anemia dan ketidakseimbangan nutrisi selama kehamilan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik selama kehamilan.
3. Konstipasi berhubungan dengan perubahan hormonal selama kehamilan.
4. Risiko perdarahan postpartum berhubungan dengan riwayat persalinan sebelumnya dengan komplikasi perdarahan postpartum.
5. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran terhadap kemungkinan harus melakukan operasi sesar kembali.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang mencakup definisi, karakteristik, dan faktor yang berhubungan dengan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien yang membutuhkan intervensi keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang mencakup definisi, kriteria hasil, dan indikator hasil dari asuhan keperawatan. SLKI digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan dalam mencapai luaran yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang mencakup definisi, aktivitas, dan rasional dari intervensi keperawatan. SIKI digunakan untuk memandu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang mengembangkan dan menetapkan standar-standar tersebut sebagai acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional di Indonesia.