Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3769 | 28 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan informasi dengan nada akademis dan persona sebagai pakar.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas terbuka untuk memfasilitasi pertukaran gas.
- Faktor yang Berhubungan: Sekresi mukus berlebih, obstruksi jalan napas.
- Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, suara napas bronkial, sesak napas.
2. Penurunan Intake Nutrisi
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang Berhubungan: Anoreksia, penyakit.
- Tanda dan Gejala: Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan.
3. Hipertermia
- Definisi: Suhu tubuh di atas kisaran normal.
- Faktor yang Berhubungan: Proses infeksi.
- Tanda dan Gejala: Demam.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Ini mencakup definisi, faktor yang berhubungan, dan tanda & gejala untuk berbagai diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Ini mencakup kriteria hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan untuk masing-masing diagnosa keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Ini mencakup daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien sesuai dengan diagnosa keperawatan.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 3770 | 28 Oct 2024
Klinis : Edema ekstremitas bawah (+1) Proteinuria (30 mg/dL) Peningkatan kreatinin serum (1.6 mg/dL)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Persona: Pakar, Nurse
Tone: Akademis
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan edema ekstremitas bawah (+1) dan proteinuria (30 mg/dL).
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kelebihan volume cairan didefinisikan sebagai akumulasi cairan yang berlebihan di dalam interstisial dan/atau rongga tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien akan menunjukkan tanda-tanda perbaikan status cairan, seperti berkurangnya edema, berat badan stabil, dan fungsi ginjal yang membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan intake dan output cairan, pembatasan asupan cairan, pemberian diuretik, dan edukasi mengenai manajemen cairan. -
Article No. 3771 | 28 Oct 2024
Klinis : Hipertensi tidak terkontrol (170/110 mmHg)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hipertensi tidak terkontrol (170/110 mmHg).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi SDKI:
Ketidakmampuan individu untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau melaksanakan rencana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan kesehatan.
Batasan Karakteristik SDKI:
- Tidak dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
- Tidak dapat menentukan tujuan kesehatan
- Tidak dapat melaksanakan rencana tindakan untuk mencapai tujuan kesehatan
- Tidak dapat mengevaluasi efektivitas rencana tindakan
Intervensi SLKI:
- Manajemen Hipertensi
- Edukasi Manajemen Kesehatan
- Konseling Manajemen Kesehatan
Luaran SIKI:
- Tekanan Darah Terkontrol
- Pengetahuan Manajemen Kesehatan Meningkat
- Perilaku Manajemen Kesehatan Efektif
Penjelasan:
Pada kasus hipertensi tidak terkontrol (170/110 mmHg), diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan. Hal ini dikarenakan pasien mengalami ketidakmampuan dalam mengidentifikasi, mengelola, dan/atau melaksanakan rencana tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan tekanan darahnya. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Manajemen Hipertensi, Edukasi Manajemen Kesehatan, dan Konseling Manajemen Kesehatan. Luaran yang diharapkan adalah Tekanan Darah Terkontrol, Pengetahuan Manajemen Kesehatan Meningkat, dan Perilaku Manajemen Kesehatan Efektif. -
Article No. 3776 | 28 Oct 2024
Klinis : bersihan jalan nafas, ventilasi spontan, gangguan pertukaran gas, bersihan jalan nafas, hipotensi,
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Bersihan jalan napas:
- Kode ICD-10: R06.0
- Deskripsi: Dispnea (gangguan pernapasan)
2. Ventilasi spontan:
- Kode ICD-10: R06.8
- Deskripsi: Gejala pernapasan lain
3. Gangguan pertukaran gas:
- Kode ICD-10: J98.2
- Deskripsi: Gangguan pertukaran gas
4. Hipotensi:
- Kode ICD-10: I95.9
- Deskripsi: Hipotensi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang spesifik untuk kondisi-kondisi di atas. Penanganan umumnya dapat meliputi pemantauan vital tanda-tanda, terapi oksigen, dan intervensi untuk memperbaiki bersihan jalan napas dan pertukaran gas, serta stabilisasi hemodinamik. Kode prosedur yang mungkin relevan adalah:
- Kode ICD-9-CM: 93.90
Deskripsi: Perawatan pernapasan, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Jika diperlukan, kode-kode tambahan dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan atau prosedur spesifik yang dilakukan dalam penanganan kondisi-kondisi tersebut. -
Article No. 3777 | 28 Oct 2024
Klinis : bersihan jalan nafas, ventilasi spontan, gangguan pertukaran gas, bersihan jalan nafas, hipotensi,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sebutkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memperbaiki bersihan jalan nafas.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang diberikan untuk memfasilitasi pembersihan sekresi saluran pernapasan dan mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Ventilasi Spontan Terganggu
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat secara alami.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memperbaiki ventilasi spontan.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang diberikan untuk memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
3. Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di dalam paru-paru.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memperbaiki pertukaran gas.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang diberikan untuk memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
4. Hipotensi
- SDKI: Penurunan tekanan darah arteri di bawah normal.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan tekanan darah arteri.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang diberikan untuk memfasilitasi peningkatan tekanan darah arteri.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, merencanakan intervensi keperawatan yang tepat, dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan pencapaian hasil yang diharapkan bagi pasien. Saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan berkualitas. -
Article No. 3778 | 28 Oct 2024
Klinis : Seorang pria berusia 19 tahun datang dengan keluhan batuk yang berlangsung lebih dari 4bulan, disertai dahak yang bercampur darah, keringat dingin, demam, dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan, terlihat bahwa pasien tampak kurang gizi, demam, dan memiliki laju pernapasan yang cepat. Pasien memiliki riwayat merokok dan kontak erat dengan kasus TB aktif”
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus yang Anda sampaikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.3
- Deskripsi: Tuberculosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
Penjelasan:
- Gejala batuk yang berlangsung lebih dari 4 bulan, disertai dahak bercampur darah, keringat dingin, demam, dan penurunan berat badan mengarah pada diagnosis tuberkulosis paru.
- Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien tampak kurang gizi, demam, dan memiliki laju pernapasan yang cepat, serta riwayat kontak erat dengan kasus TB aktif, memperkuat dugaan diagnosis tuberkulosis paru.
- Kode ICD-10 A15.3 digunakan untuk tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 92.28
- Deskripsi: Pemeriksaan mikrobiologis sputum untuk bakteri lain
Penjelasan:
- Untuk mendiagnosis tuberkulosis paru, diperlukan pemeriksaan mikrobiologis sputum untuk mendeteksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
- Kode ICD-9-CM 92.28 digunakan untuk prosedur pemeriksaan mikrobiologis sputum untuk bakteri lain, termasuk bakteri penyebab tuberkulosis.
- Pemeriksaan ini akan membantu mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru dan menentukan langkah penanganan selanjutnya. -
Article No. 3779 | 28 Oct 2024
Klinis : Seorang pria berusia 19 tahun datang dengan keluhan batuk yang berlangsung lebih dari 4bulan, disertai dahak yang bercampur darah, keringat dingin, demam, dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan, terlihat bahwa pasien tampak kurang gizi, demam, dan memiliki laju pernapasan yang cepat. Pasien memiliki riwayat merokok dan kontak erat dengan kasus TB aktif”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan. Dengan nada akademis, berikut adalah hasil analisis saya:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Risiko Infeksi
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
4. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Terbukanya jalan napas.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas dan optimalisasi ventilasi.
2. Risiko Infeksi
- SDKI: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- SLKI: Tidak ada infeksi.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Berat badan ideal.
- SIKI: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
4. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
Kasus ini menunjukkan adanya tanda-tanda tuberkulosis paru yang perlu penanganan komprehensif. Pasien memerlukan evaluasi lebih lanjut, pemeriksaan penunjang, dan pengobatan yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatannya. Peran perawat sangat penting dalam memantau, melakukan intervensi, dan memberikan edukasi kepada pasien serta keluarganya. -
Article No. 3780 | 28 Oct 2024
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Risiko Infeksi adalah kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko:
1. Kondisi imunokompromais
2. Prosedur invasif
3. Paparan lingkungan yang tidak higienis
4. Malnutrisi
5. Usia ekstrem (bayi dan lansia)
Tanda dan Gejala:
1. Peningkatan suhu tubuh
2. Peningkatan lekosit
3. Perubahan pada warna, jumlah, dan konsistensi cairan tubuh
4. Perubahan pada fungsi organ terkait
Luaran Keperawatan:
1. Tidak terjadi infeksi
2. Respon inflamasi terkendali
3. Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi
Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi faktor risiko infeksi
2. Terapkan prosedur pencegahan infeksi
3. Pantau tanda dan gejala infeksi
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang tepat
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat terhindar dari risiko infeksi dan komplikasinya, serta mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 3781 | 28 Oct 2024
Klinis : buatkan rangkain dianogsa studi kasus seperti makalah dengan urutan Laporan studi kasus terdiri dari beberapa bagian, yaitu: Pendahuluan Isi yang memuat latar belakang, alasan melakukan studi kasus, dan temuan utama Kesimpulan yang menyajikan data Referensi Lampiran yang berisi data atau keterangan lain untuk melengkapi uraian utama
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan membuat rangkaian diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda berikan, dalam bentuk studi kasus dengan struktur yang Anda minta.
Pendahuluan
Studi kasus ini disusun untuk menggambarkan proses keperawatan dalam menangani seorang pasien dengan kondisi tertentu. Melalui studi kasus ini, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai penggunaan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dalam praktik keperawatan.
Isi
Latar Belakang
Seorang pasien, Tn. A, berusia 45 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada bagian abdomen. Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah sejak 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan semakin memberat dan menyebar ke pinggang. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan sulit buang air besar sejak 2 hari terakhir.
Alasan Melakukan Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan untuk menggambarkan proses keperawatan dalam menangani kondisi pasien dengan nyeri abdomen, termasuk penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai standar praktik keperawatan di Indonesia.
Temuan Utama
Setelah melakukan pengkajian, diperoleh data bahwa pasien mengalami nyeri abdomen yang disertai dengan mual, muntah, dan konstipasi. Berdasarkan data tersebut, dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan, antara lain: Nyeri akut, Mual, dan Konstipasi.
Kesimpulan
Studi kasus ini menunjukkan bahwa penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam melakukan proses keperawatan secara sistematis dan terstandar. Melalui penggunaan standar ini, perawat dapat mengidentifikasi masalah keperawatan pasien, merumuskan tujuan, dan merencanakan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien.
Referensi
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta: PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta: PPNI.
Lampiran
[Dapat ditambahkan data-data pendukung, seperti hasil pengkajian, rencana keperawatan, dan evaluasi yang dilakukan.] -
Article No. 3782 | 28 Oct 2024
Klinis : buatkan studi kasus Suatu pagi di rumah sakit N, seorang pasien bernama Ny H (40 tahun) G3P2 hamil 30 minggu yang telah dirawat bersama selama 2 hari di bangsal Obgyn karena penyakit demam berdarah. Pasien mendapatkan pemeriksaan rutin. Pada jam 06.00 setelah mandi datang bidan dan melakukan tensi darah pengukuran suhu dan tekanan darah dan menanyakan bagaimana keadaan dan apakah ada keluhan. Pada jam 06.15 datang beberapa orang koas menanyakan keluhan dan melakukan tensi darah, pengukuran suhu dan tekanan darah. Pada jam 06.30 datang nutrisionis mengantarkan sarapan dan menanyakan keadaan pasien dan saat pasien bilang sedikit berdebar pasien dilakukan pengukuran tensi, Pada jam 06.45 seorang dokter spesialis Obgyn bersama residen dan menanyakan keadaan pasien kemudian pada saat residen ingin memeriksa TD, suhu, respirasi dan denyut pasien dan keluarga tiba tiba marah. Karena pasien merasa sudah berulang ulang dilakukan prosedur yang sama sejak pagi hari. 1. Masalah apa yang Anda temukan pada kasus tersebut? 2. Bagaimana peran profesi masing-masing yang terlibat di rumah sakit N? 3. Pada kasus tersebut, bagaimana seharusnya mekanisme koordinasi/komunikasi antar tenaga kesehatan yang tepat? 4. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan Interprofessional Collaboration (IPC) bagi pasien rawat inap?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: 1. Masalah yang dapat ditemukan pada kasus tersebut adalah:
a. Kelelahan Pasien (Fatigue)
b. Ketidaknyamanan Pasien (Impaired Comfort)
c. Potensi Ketidakpatuhan (Risk for Non-Adherence)
2. Peran profesi masing-masing yang terlibat di Rumah Sakit N:
a. Bidan: Melakukan pemeriksaan rutin, seperti pengukuran tanda-tanda vital (tensi darah, suhu, dan lain-lain).
b. Koas: Melakukan pengkajian dan pemeriksaan pasien, termasuk pengukuran tanda-tanda vital.
c. Nutrisionis: Memberikan asupan nutrisi dan menanyakan kondisi pasien.
d. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi: Melakukan pengkajian dan pemeriksaan pasien, serta memberikan perawatan dan pengobatan yang sesuai.
e. Residen: Membantu dokter spesialis dalam melakukan pengkajian dan pemeriksaan pasien.
3. Mekanisme koordinasi/komunikasi antar tenaga kesehatan yang tepat:
a. Perlu adanya koordinasi dan komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan untuk menghindari duplikasi pemeriksaan dan mengurangi kelelahan pasien.
b. Dapat dilakukan ronda atau briefing bersama setiap pagi untuk mendiskusikan kondisi pasien dan rencana perawatan yang akan dilakukan.
c. Komunikasi dan koordinasi yang efektif dapat dilakukan melalui dokumentasi elektronik atau catatan pasien yang dapat diakses oleh seluruh tenaga kesehatan.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Interprofessional Collaboration (IPC) bagi pasien rawat inap:
a. Saling menghargai dan menghormati peran serta kompetensi masing-masing profesi.
b. Membangun komunikasi yang terbuka, jelas, dan efektif antar tenaga kesehatan.
c. Memastikan adanya koordinasi dan kolaborasi yang baik dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan pasien.
d. Melibatkan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan terkait perawatan.
e. Menjaga keselamatan pasien dengan memastikan tidak ada kesalahan atau duplikasi pemeriksaan atau intervensi.
f. Melakukan evaluasi dan refleksi secara periodik untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Dengan menerapkan IPC yang efektif, dapat meningkatkan kualitas perawatan, kepuasan pasien, dan mencegah terjadinya kesalahan atau komplikasi selama perawatan.