Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5864 | 15 Nov 2024
Klinis : resiko ganggungan integritas kulit berhubungan dengan fototherapi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Fototerapi
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Integritas Kulit adalah kondisi di mana individu rentan mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit, seperti kerusakan, luka, atau perubahan warna kulit yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kondisi ini adalah integritas kulit terpelihara, tidak terjadi kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pemantauan kulit secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda perubahan.
2. Perawatan kulit untuk mempertahankan kelembaban dan mencegah kerusakan.
3. Pemberian edukasi kepada pasien/keluarga tentang cara merawat kulit selama menjalani fototerapi.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengoptimalkan perawatan kulit.
Secara akademis, pemahaman tentang SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan hal penting bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpedoman pada standar praktik keperawatan di Indonesia. Sebagai seorang pakar, perawat harus mampu menjelaskan dan mengaplikasikan konsep-konsep tersebut dalam praktik klinis sehari-hari. -
Article No. 5865 | 15 Nov 2024
Klinis : osteoarthritis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi osteoarthritis sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan proses penyakit osteoarthritis.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri dan penurunan fungsi sendi.
3. Risiko Cedera berhubungan dengan penurunan fungsi sendi dan instabilitas.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Kronik: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam pergerakan fisik dari satu tempat ke tempat lain, saat beraktivitas sehari-hari.
3. Risiko Cedera: Rentan terhadap luka fisik yang dapat membahayakan tubuh, yang dapat terjadi akibat interaksi individu dengan lingkungannya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Kronik: Menurunnya intensitas nyeri, melaporkan manajemen nyeri yang efektif, dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik: Meningkatnya kemampuan beraktivitas, meningkatnya kekuatan otot, dan meningkatnya rentang gerak sendi.
3. Risiko Cedera: Menurunnya risiko cedera, meningkatnya kemampuan beradaptasi, dan meningkatnya kepatuhan dalam penggunaan alat bantu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Kronik: Manajemen nyeri, distraksi, dan terapi komplementer.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik: Peningkatan mobilitas, perawatan sendi, dan terapi latihan.
3. Risiko Cedera: Pencegahan cedera, perawatan alat bantu, dan edukasi.
Secara akademis, sebagai pakar atau perawat, pemahaman tentang SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar PPNI sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan osteoarthritis. -
Article No. 5866 | 15 Nov 2024
Klinis : osteoarthritis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Osteoarthritis
1. Kode ICD-10:
- Kode: M15-M19
- Deskripsi: Osteoartritis
Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan kerusakan kartilago sendi, pembentukan tulang baru, dan perubahan struktural pada tulang dan sendi. Hal ini dapat menyebabkan nyeri, pembengkakan, kekakuan, dan keterbatasan gerak pada sendi yang terkena.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.51-81.59
- Deskripsi: Prosedur pembedahan pada sendi, seperti artroplasti, artrodesis, atau sinovektomi.
Beberapa tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk menangani osteoartritis meliputi:
- Terapi konservatif, seperti penggunaan obat antiinflamasi, terapi fisik, dan modifikasi aktivitas.
- Injeksi sendi, seperti kortikosteroid atau asam hialuronat.
- Pembedahan, seperti artroplasti penggantian sendi, artrodesis, atau sinovektomi, untuk kasus yang berat atau tidak responsif terhadap terapi konservatif.
Pemilihan tindakan medis yang tepat akan bergantung pada tingkat keparahan penyakit, lokasi sendi yang terkena, usia pasien, dan respons terhadap terapi sebelumnya. -
Article No. 5868 | 15 Nov 2024
Klinis : Anemia berat hipokromik mikrositik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi anemia berat hipokromik mikrositik.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi anemia berat hipokromik mikrositik, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" (00002). Kondisi ini dicirikan dengan kadar hemoglobin yang rendah, yang menandakan kekurangan zat besi dalam tubuh. Anemia hipokromik mikrositik biasanya disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi, perdarahan kronis, atau gangguan penyerapan zat besi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Asupan Makanan
- Pasien dapat mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi sesuai dengan kebutuhan dan toleransinya.
- Pasien dapat meningkatkan asupan zat besi melalui diet atau suplemen sesuai anjuran.
- Pasien dapat menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin dalam batas normal.
2. Kontrol Gejala
- Pasien dapat melaporkan penurunan gejala anemia, seperti kelelahan, pusing, dan pucat.
- Pasien dapat menunjukkan peningkatan energi dan aktivitas sehari-hari.
3. Pengetahuan: Manajemen Penyakit
- Pasien dapat menjelaskan penyebab, gejala, dan penatalaksanaan anemia hipokromik mikrositik.
- Pasien dapat menjelaskan pentingnya konsumsi makanan kaya zat besi dan penggunaan suplemen zat besi, jika diperlukan.
- Pasien dapat menyebutkan tanda-tanda dan gejala yang perlu dilaporkan kepada tenaga kesehatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji asupan nutrisi pasien, terutama zat besi, folat, dan vitamin B12.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang kaya akan zat besi, folat, dan vitamin B12.
- Ajarkan pasien tentang makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging merah, hati, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.
- Fasilitasi pemberian suplemen zat besi sesuai dengan resep dari tenaga kesehatan.
- Monitor kadar hemoglobin dan ferritin pasien secara berkala.
2. Manajemen Kelelahan
- Kaji tingkat kelelahan pasien dan dampaknya terhadap aktivitas sehari-hari.
- Ajarkan teknik manajemen energi, seperti penjadwalan aktivitas dan istirahat yang cukup.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan toleransinya.
- Berikan dukungan emosional untuk mengelola kelelahan.
3. Edukasi Kesehatan
- Berikan informasi tentang anemia hipokromik mikrositik, termasuk penyebab, gejala, dan penatalaksanaannya.
- Ajarkan pasien tentang pentingnya konsumsi makanan kaya zat besi dan penggunaan suplemen zat besi.
- Informasikan pasien tentang tanda-tanda dan gejala yang perlu dilaporkan kepada tenaga kesehatan.
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi dan dukungan bagi pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan anemia berat hipokromik mikrositik dapat memulihkan keseimbangan nutrisi, mengelola gejala, dan meningkatkan pengetahuannya tentang manajemen penyakit. Hal ini akan membantu pasien mencapai outcome yang optimal dalam proses pemulihan. -
Article No. 5869 | 15 Nov 2024
Klinis : Anemia berat hipokromik mikrositik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membahas kondisi anemia berat hipokromik mikrositik dari sudut pandang keperawatan secara rinci dan terperinci.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi anemia berat hipokromik mikrositik adalah "Kekurangan Volume Cairan" (00027). Anemia berat hipokromik mikrositik dapat menyebabkan penurunan volume darah sehingga mengakibatkan kekurangan volume cairan dalam tubuh. Hal ini ditandai dengan gejala seperti pusing, lemah, kulit pucat, dan intoleransi aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hidrasi Cairan: Klien akan menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat, seperti membran mukosa yang lembab, turgor kulit yang baik, dan produksi urin yang cukup.
2. Keseimbangan Cairan: Klien akan mencapai keseimbangan cairan yang optimal, ditandai dengan vital sign yang stabil dan tidak ada tanda-tanda overload atau kekurangan cairan.
3. Toleransi Aktivitas: Klien akan menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik, seperti mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa kelelahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan:
- Pantau asupan dan pengeluaran cairan secara ketat.
- Pantau tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium, seperti hematokrit, untuk mengevaluasi status cairan.
2. Manajemen Cairan:
- Berikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan untuk menjaga keseimbangan cairan.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam menentukan jenis dan jumlah cairan yang tepat.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
3. Manajemen Aktivitas:
- Rencanakan dan bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransinya.
- Berikan latihan fisik yang sesuai untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan yang tepat.
4. Edukasi Gizi:
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat, terutama zat besi, untuk mengatasi anemia.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Pantau asupan nutrisi klien dan lakukan intervensi jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dengan anemia berat hipokromik mikrositik dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu hidrasi cairan yang adekuat, keseimbangan cairan yang optimal, dan peningkatan toleransi aktivitas. Peran perawat sangat penting dalam memantau, mengelola, dan mendidik klien serta keluarga untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 5870 | 15 Nov 2024
Klinis : pasien sesak rr 25x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, yaitu pasien dengan sesak napas dengan laju napas 25 kali per menit, maka dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai, beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola napas yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen, dan latihan pernapasan.
2. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
- SDKI: Akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang intravaskular, interstisial, dan/atau rongga tubuh.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan status cairan, pemberian cairan/elektrolit, dan penatalaksanaan edema.
3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
- SDKI: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan tentang sesuatu yang belum terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan diekspresikan secara verbal atau nonverbal.
- SLKI: Pasien dapat mengendalikan kecemasan yang dirasakan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pengkajian kecemasan, pemberian informasi, dan teknik relaksasi.
Dengan kondisi pasien yang disajikan, yaitu sesak napas dengan laju napas 25 kali per menit, maka diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif. Namun, diagnosa lain seperti Kelebihan Volume Cairan dan Ansietas juga perlu dipertimbangkan berdasarkan gejala dan kondisi klinis pasien. -
Article No. 5871 | 15 Nov 2024
Klinis : pasien sesak rr 25x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, dengan pasien mengalami sesak napas dengan RR 25x/menit, maka dapat diberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- Tanda dan Gejala: Sesak napas, peningkatan laju napas, penggunaan otot bantu napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk inspirasi dan ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat.
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Kedalaman napas dalam rentang normal
- Tidak ada penggunaan otot bantu napas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki permeabilitas jalan napas.
- Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi jenis, lokasi, dan derajat sumbatan jalan napas
- Auskultasi bunyi napas
- Observasi pola napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Latihan pernapasan
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami sesak napas dengan laju napas 25x/menit, menunjukkan adanya pola napas tidak efektif. Hal ini perlu diatasi dengan intervensi keperawatan yang tepat, seperti manajemen jalan napas untuk mempertahankan atau memperbaiki permeabilitas jalan napas. Tujuan akhirnya adalah mencapai pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam rentang normal, kedalaman napas yang adekuat, dan tidak ada penggunaan otot bantu napas. -
Article No. 5872 | 15 Nov 2024
Klinis : pasien lansia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, serta intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien lansia.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Pasien Lansia:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien lansia antara lain:
1. Risiko Jatuh
- Definisi: Rentan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
- Faktor risiko pada lansia: penurunan fungsi sensorik dan motorik, gangguan keseimbangan, polimorbiditas, penggunaan obat-obatan, lingkungan yang tidak aman.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan atau melakukan aktivitas fisik akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- Faktor risiko pada lansia: penurunan massa otot, penyakit kardiovaskular, penyakit paru, anemia, malnutrisi.
3. Defisit Perawatan Diri
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- Faktor risiko pada lansia: penurunan fungsi kognitif dan fisik, mobilitas terbatas, gangguan neuromuskular, depresi.
4. Risiko Malnutrisi
- Definisi: Rentan terhadap status gizi yang buruk yang dapat memengaruhi kesehatan.
- Faktor risiko pada lansia: penurunan nafsu makan, masalah penelanan, kondisi sosial ekonomi, penyakit kronis, penurunan fungsi fisik.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), beberapa luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan pada pasien lansia antara lain:
1. Untuk Risiko Jatuh:
- Keseimbangan tubuh meningkat
- Tidak terjadi jatuh selama perawatan
- Lingkungan aman dari bahaya jatuh
2. Untuk Intoleransi Aktivitas:
- Toleransi aktivitas meningkat
- Tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas
- Tidak ada tanda-tanda kelelahan saat aktivitas
3. Untuk Defisit Perawatan Diri:
- Kemampuan perawatan diri meningkat
- Dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi akibat defisit perawatan diri
4. Untuk Risiko Malnutrisi:
- Asupan nutrisi adekuat
- Status gizi baik
- Tidak ada komplikasi akibat malnutrisi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien lansia antara lain:
1. Untuk Risiko Jatuh:
- Identifikasi faktor risiko jatuh
- Pengaturan lingkungan yang aman
- Edukasi dan latihan keseimbangan dan mobilitas
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis)
2. Untuk Intoleransi Aktivitas:
- Evaluasi toleransi aktivitas
- Pengaturan aktivitas dan istirahat
- Latihan fisik secara bertahap
- Pemberian oksigen, jika diperlukan
- Manajemen gejala terkait penyakit
3. Untuk Defisit Perawatan Diri:
- Identifikasi kemampuan perawatan diri
- Latihan aktivitas perawatan diri secara bertahap
- Bantuan dan pendampingan dalam aktivitas perawatan diri
- Edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga
4. Untuk Risiko Malnutrisi:
- Asesmen status gizi
- Konsultasi dengan ahli gizi
- Pemberian nutrisi enteral atau parenteral, jika diperlukan
- Edukasi tentang kebutuhan nutrisi dan menjaga asupan yang adekuat
- Pemantauan status gizi secara berkala
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien lansia, perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi kondisi lansia, seperti penurunan fungsi fisiologis, polifarmasi, serta aspek psikososial dan spiritual. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga sangat penting untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 5873 | 15 Nov 2024
Klinis : risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko (SDKI):
1. Penurunan sistem imun
2. Prosedur invasif
3. Paparan lingkungan yang tidak sehat
4. Malnutrisi
5. Usia ekstrem (bayi dan lansia)
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bebas Infeksi
2. Tanda-tanda Infeksi terkontrol
3. Perilaku Pencegahan Infeksi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Lingkungan: Menjaga Hygiene Lingkungan
2. Manajemen Nutrisi: Mempertahankan Nutrisi Adekuat
3. Edukasi Pencegahan Infeksi: Mengajarkan Teknik Cuci Tangan, Penggunaan APD, dll.
4. Pemantauan Tanda-tanda Infeksi: Evaluasi Tanda dan Gejala Infeksi secara Berkala
Dengan pendekatan ini, perawat dapat mengidentifikasi risiko infeksi pada pasien, menetapkan tujuan keperawatan yang sesuai, dan melaksanakan intervensi yang komprehensif untuk mencegah dan mengelola risiko infeksi secara efektif. -
Article No. 5874 | 15 Nov 2024
Klinis : kontrol infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kontrol infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Berhubungan dengan Paparan Agen Infeksius
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah rentang respons kesehatan individu yang rentan terhadap invasiorganisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan. Kondisi ini berhubungan dengan paparan terhadap agen infeksius, penurunan mekanisme pertahanan tubuh, dan/atau kerusakan pada barier pelindung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah klien akan bebas dari infeksi atau dapat mengendalikan infeksi yang terjadi. Indikator yang dapat diukur antara lain tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada peningkatan suhu tubuh, dan tidak ada peningkatan jumlah leukosit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memonitor tanda-tanda infeksi, mempertahankan lingkungan yang aseptik, melakukan tindakan pencegahan infeksi (cuci tangan, penggunaan alat pelindung diri, dll), serta memantau respon tubuh terhadap agen infeksius.
Sebagai perawat profesional, saya akan memastikan penerapan praktik kontrol infeksi yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan, guna mencegah dan mengendalikan risiko infeksi pada pasien.