Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5831 | 15 Nov 2024
Klinis : 1. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan nyeri dada mnyebar kepunggung. Hasil pengkajain : pasien tampak sesak dan lemah, berkringat dingin, nadi teraba lemah, troponin : 236, EKG : ST segment elevasi pada lead inferior.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung iskemik (infark miokard akut) ditandai dengan keluhan nyeri dada menyebar ke punggung, pasien tampak sesak, lemah, dan berkeringat dingin.
Penjelasan singkat:
SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain/IASP, 1994).
SLKI: Tujuan luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, mampu menggunakan teknik pengelolaan nyeri, dan tampak rileks.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengkajian nyeri, manajemen nyeri, relaksasi, dan pemberian analgetik.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung akibat infark miokard akut, ditandai dengan pasien tampak sesak dan lemah.
Penjelasan singkat:
SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan kapasitas fisik.
SLKI: Tujuan luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami sesak napas atau nyeri dada, dan mampu beradaptasi dengan aktivitas yang dibatasi.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengkajian toleransi aktivitas, manajemen aktivitas, dan perawatan jantung.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, menetapkan tujuan luaran yang ingin dicapai, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah pasien tersebut. -
Article No. 5832 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 52 tahun dirawat diruang interna dengan tumor otak . Hasil pengkajian : sakit kepala skala 5 dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan memberat saat ini, pasien tampak lemah, pasien tampak memegang kepalanya dan meringis, kekuatan otot 2 pada ekstremitas sebelah kanan, ADL dibantu. Apakah diagnosa menurut SDKI keperawatan utama pada kasus diatas, kriteria, tujuan, luaran utama dan tambahan, dan intervensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Diagnosa Keperawatan utama berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) pada kasus tersebut adalah:
Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Tidur
Kriteria:
- Pasien melaporkan sulit tidur atau kualitas tidur yang buruk
- Pasien tampak lelah atau mengantuk saat terjaga
- Perubahan pola tidur yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat meningkatkan pola tidur yang efektif.
Luaran Utama:
- Pasien melaporkan kualitas tidur yang membaik
- Pasien tampak segar saat terjaga
- Tidak ada perubahan pola tidur yang mengganggu aktivitas sehari-hari
Luaran Tambahan:
- Pasien melaporkan nyeri kepala berkurang
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot ekstremitas
Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola tidur pasien, seperti nyeri, kecemasan, atau efek samping pengobatan.
2. Kaji pola tidur pasien, termasuk durasi, frekuensi, dan kualitas tidur.
3. Berikan edukasi tentang pentingnya tidur yang cukup dan strategi untuk meningkatkan kualitas tidur.
4. Modifikasi lingkungan kamar tidur untuk mendukung tidur yang nyaman, misalnya pengaturan pencahayaan, suhu, dan suara.
5. Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam atau visualisasi, untuk membantu pasien mencapai tidur yang lebih nyaman.
6. Berikan analgesik atau terapi komplementer sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri kepala.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti neurolog, untuk mengelola kondisi medis yang memengaruhi pola tidur.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tim kesehatan lain untuk memastikan bahwa pasien dapat memperoleh kualitas tidur yang optimal, sehingga dapat membantu pemulihan dan meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 5833 | 15 Nov 2024
Klinis : 5. Seorang perempuan berusia 39 tahun dirwat diruang interna dengan keluhan sering BAK yang disertai nyeri. Hasil pengkajian BAK tidak tuntas dan kadang hanya menetes, terdapat distensi kandung kemih, sehingga sulit untuk tidur. Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas, tujuan, luaran utama dan tambahan dan intervensinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Utama:
Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan hambatan aliran urine sebagaimana ditandai dengan frekuensi berkemih yang sering, rasa tidak tuntas saat berkemih, kadang hanya menetes, dan distensi kandung kemih.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan ini tepat karena pasien mengeluhkan keluhan sering BAK yang disertai nyeri, BAK tidak tuntas dan hanya menetes, serta adanya distensi kandung kemih. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada proses eliminasi urine.
Tujuan:
1. Pasien dapat melakukan eliminasi urine dengan lancar dalam 3-5 hari.
2. Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa terganggu oleh rasa tidak nyaman akibat gangguan eliminasi urine dalam 2-3 hari.
Luaran Utama:
1. Frekuensi berkemih menurun
2. Rasa tidak tuntas saat berkemih berkurang
3. Distensi kandung kemih menurun
Luaran Tambahan:
1. Kualitas tidur membaik
2. Rasa nyaman meningkat
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji pola eliminasi urine pasien secara komprehensif
2. Berikan edukasi mengenai pentingnya mempertahankan pola eliminasi urine yang sehat
3. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi cairan yang cukup
4. Berikan terapi analgesik dan antispasmodik sesuai dengan resep dokter
5. Lakukan tindakan bladder training jika perlu
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan lanjutan dan penanganan medis yang tepat
Sebagai perawat, saya akan menerapkan intervensi ini dengan pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien untuk membantu mengatasi masalah gangguan eliminasi urine yang dialami pasien. -
Article No. 5834 | 15 Nov 2024
Klinis : 5. Seorang perempuan berusia 39 tahun dirwat diruang interna dengan keluhan sering BAK yang disertai nyeri. Hasil pengkajian BAK tidak tuntas dan kadang hanya menetes, terdapat distensi kandung kemih, sehingga sulit untuk tidur. Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas, kriteria hasil, tujuan, luaran utama dan tambahan dan intervensinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisa diagnosa keperawatan beserta penjelasannya berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Inkontinensia Urin
Penjelasan:
Kondisi pasien yang sering BAK disertai nyeri, BAK tidak tuntas dan kadang hanya menetes, serta adanya distensi kandung kemih menunjukkan adanya masalah inkontinensia urin. Inkontinensia urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu untuk menahan urin, sehingga terjadi kebocoran urin yang tidak terkontrol.
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat mempertahankan pola berkemih normal
2. Pasien dapat mengendalikan dan mengelola inkontinensia urin
3. Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan dan kualitas tidur
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan pola berkemih normal, mengendalikan dan mengelola inkontinensia urin, serta menunjukkan peningkatan kenyamanan dan kualitas tidur.
Luaran Utama:
1. Frekuensi berkemih
2. Kontrol berkemih
3. Kenyamanan tidur
Luaran Tambahan:
1. Pengetahuan tentang inkontinensia urin
2. Kemampuan melakukan latihan panggul (Kegel)
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji pola berkemih pasien, termasuk frekuensi, volume, dan karakteristik urin
2. Jelaskan kepada pasien tentang inkontinensia urin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
3. Ajarkan pasien tentang latihan otot dasar panggul (Kegel) untuk meningkatkan kontrol berkemih
4. Berikan edukasi tentang manajemen inkontinensia urin, termasuk penggunaan alat bantu seperti pembalut atau kantung urin jika diperlukan
5. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut, jika diperlukan
6. Pantau kenyamanan dan kualitas tidur pasien
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengelola inkontinensia urin, meningkatkan kontrol berkemih, dan memperoleh kenyamanan serta kualitas tidur yang lebih baik. -
Article No. 5835 | 15 Nov 2024
Klinis : pasien usia 29 th infertilitas selama 11 tahun, perempuan datang dari poli klinik mengeluhkan sakit hebat saat haid skala sakit 8/10, ditemukan adanya mioma uterus dan harus dilakukan operasi pengangkatan rahim, saat dilakukan pengkajian, pasien merupakan seorang buruh pabrik yang berkerja selama 5 hari dalam seminggu, pasien terlihat gelisah, lemas dan mengeluh pusing saat dilakukan pengkajian. pasien memiliki gelang resiko jatuh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N97.9
- Deskripsi: Infertilitas, perempuan, tidak terdefenisikan
2. Kode ICD-10:
- Kode: N80.0
- Deskripsi: Adenomiosis
3. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 68.4
- Deskripsi: Histerektomi total, abdominal
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N97.9 (Infertilitas, perempuan, tidak terdefenisikan) digunakan untuk menggambarkan kondisi infertilitas pada pasien perempuan usia 29 tahun yang telah berlangsung selama 11 tahun.
2. Kode ICD-10 N80.0 (Adenomiosis) digunakan untuk menggambarkan kondisi mioma uterus yang ditemukan pada pasien dan memerlukan tindakan operasi pengangkatan rahim.
3. Kode ICD-9-CM 68.4 (Histerektomi total, abdominal) digunakan untuk menggambarkan prosedur operasi pengangkatan rahim yang harus dilakukan pada pasien.
Selain itu, berdasarkan informasi yang diberikan, pasien juga mengeluhkan sakit hebat saat haid dengan skala nyeri 8/10, gelisah, lemas, dan pusing saat dilakukan pengkajian, serta memiliki gelang risiko jatuh. Meskipun tidak ada kode diagnosis spesifik yang diberikan, kondisi-kondisi ini perlu dipertimbangkan dan dicatat dalam rekam medis pasien untuk manajemen perawatan yang tepat. -
Article No. 5836 | 15 Nov 2024
Klinis : pasien usia 29 th infertilitas selama 11 tahun, perempuan datang dari poli klinik mengeluhkan sakit hebat saat haid skala sakit 8/10, ditemukan adanya mioma uterus dan harus dilakukan operasi pengangkatan rahim, saat dilakukan pengkajian, pasien merupakan seorang buruh pabrik yang berkerja selama 5 hari dalam seminggu, pasien terlihat gelisah, lemas dan mengeluh pusing saat dilakukan pengkajian. pasien memiliki gelang resiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut terkait Mioma Uterus
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang potensial atau aktual, yang dirasakan pada daerah panggul dan perut.
- SDKI: Nyeri Akut
2. Defisit Perawatan Diri terkait Kelemahan Fisik
- Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
3. Ansietas terkait Prosedur Pembedahan
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang berlebihan terkait dengan antisipasi terhadap bahaya yang tidak jelas penyebabnya.
- SDKI: Ansietas
4. Risiko Jatuh terkait Gelang Penanda Risiko Jatuh
- Definisi: Kerentanan yang meningkat untuk terjatuh, yang dapat menyebabkan cidera fisik.
- SDKI: Risiko Jatuh
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Merupakan sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan masalah kesehatan yang menjadi fokus asuhan keperawatan. SDKI memberikan definisi, faktor yang berhubungan, dan tanda-gejala untuk setiap diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI mencakup berbagai luaran yang dapat dicapai oleh pasien, keluarga, dan komunitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. SIKI memberikan berbagai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang mengembangkan dan menerapkan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 5837 | 15 Nov 2024
Klinis : pasien usia 29 th infertilitas selama 11 tahun, perempuan datang dari poli klinik mengeluhkan sakit hebat saat haid skala sakit 8/10, ditemukan adanya mioma uterus dan harus dilakukan operasi pengangkatan rahim, saat dilakukan pengkajian, pasien merupakan seorang buruh pabrik yang berkerja selama 5 hari dalam seminggu, pasien terlihat gelisah, lemas dan mengeluh pusing saat dilakukan pengkajian. pasien memiliki gelang resiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan mioma uterus.
2. Ketidakefektifan Pola Tidur berhubungan dengan kecemasan.
3. Risiko Jatuh berhubungan dengan kondisi pasien (gelang risiko jatuh).
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan mioma uterus:
- SDKI: Nyeri Kronis
- SLKI: Tingkat Nyeri Terkontrol
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Ketidakefektifan Pola Tidur berhubungan dengan kecemasan:
- SDKI: Kualitas Tidur Terganggu
- SLKI: Kualitas Tidur Membaik
- SIKI: Manajemen Kecemasan
3. Risiko Jatuh berhubungan dengan kondisi pasien (gelang risiko jatuh):
- SDKI: Risiko Jatuh
- SLKI: Risiko Jatuh Terkontrol
- SIKI: Pencegahan Jatuh
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi atau tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menyarankan agar perawat dapat memahami dan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien. -
Article No. 5838 | 15 Nov 2024
Klinis : HYPERTENSI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkatnya berdasarkan Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Sistem Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Sistem Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hipertensi.
Diagnosis Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
Definisi: Pengurangan aliran darah dan oksigen ke jantung, yang dapat mengancam fungsi jantung.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis untuk mempertahankan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
3. Risiko Perubahan Perfusi Serebral
Definisi: Berisiko mengalami pengurangan aliran darah dan oksigen ke otak, yang dapat mengancam fungsi otak.
Penjelasan Singkat:
SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan sistem standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk mendukung praktik keperawatan di Indonesia. Sistem ini terdiri dari tiga komponen utama:
1. SDKI: Menyediakan daftar diagnosis keperawatan yang terstandar dan terkini, yang dapat digunakan oleh perawat untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
2. SLKI: Menyediakan daftar luaran keperawatan yang terstandar, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan.
3. SIKI: Menyediakan daftar intervensi keperawatan yang terstandar, yang dapat digunakan oleh perawat untuk merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat.
Dalam konteks pasien dengan Hipertensi, diagnosis keperawatan yang relevan mencakup Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Perubahan Perfusi Serebral. Masing-masing diagnosis ini memiliki definisi dan karakteristik yang spesifik, sehingga perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif dan memberikan intervensi keperawatan yang sesuai. -
Article No. 5839 | 15 Nov 2024
Klinis : HIPERTENSI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi hipertensi dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Nutrisi Tidak Seimbang: Asupan Berlebih
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Nutrisi Tidak Seimbang: Asupan Berlebih adalah keadaan dimana individu mengkonsumsi makanan atau minuman melebihi kebutuhan tubuh, yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan risiko kondisi kesehatan yang buruk, seperti hipertensi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Berat Badan: Berat badan individu berada dalam rentang normal sesuai usia dan jenis kelamin.
2. Tekanan Darah: Tekanan darah individu berada dalam rentang normal.
3. Pengetahuan: Individu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pola nutrisi dan dampaknya terhadap kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi: Mengkaji pola makan, mengevaluasi kebutuhan nutrisi, dan merencanakan intervensi untuk mengoptimalkan asupan nutrisi yang seimbang.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi kepada individu tentang pentingnya pola nutrisi yang seimbang, hubungannya dengan hipertensi, dan langkah-langkah untuk mencapai pola nutrisi yang sehat.
3. Konseling Gizi: Memberikan bimbingan dan dukungan kepada individu dalam mengubah pola makan dan mempertahankan pola nutrisi yang seimbang.
Dalam penanganan hipertensi, diagnosa keperawatan Pola Nutrisi Tidak Seimbang: Asupan Berlebih merupakan salah satu fokus utama, karena asupan nutrisi yang berlebih dapat menjadi faktor risiko hipertensi. Perawat berperan penting dalam mengelola dan mengedukasi pasien hipertensi untuk mencapai pola nutrisi yang seimbang dan berdampak positif pada tekanan darah. -
Article No. 5840 | 15 Nov 2024
Klinis : risiko hipotermia bayi baru lahir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko hipotermia pada bayi baru lahir.
Diagnosa Keperawatan: Risiko Hipotermia Bayi Baru Lahir
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko hipotermia bayi baru lahir adalah keadaan di mana bayi baru lahir berisiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah 36,5°C yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti lingkungan yang dingin, pakaian yang tidak sesuai, dan status gizi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan risiko hipotermia bayi baru lahir adalah tercapainya suhu tubuh bayi dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C), keseimbangan cairan dan elektrolit, serta tidak terjadi komplikasi akibat hipotermia seperti gangguan sirkulasi, metabolisme, dan pernafasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko hipotermia bayi baru lahir meliputi:
1. Menjaga kehangatan bayi dengan metode kangguru, inkubator, atau selimut hangat.
2. Mempertahankan suhu lingkungan yang sesuai.
3. Memantau suhu tubuh bayi secara rutin.
4. Memberikan nutrisi yang adekuat untuk menjaga metabolisme.
5. Mencegah terjadinya perdarahan atau infeksi yang dapat memicu hipotermia.
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan risiko hipotermia pada bayi baru lahir dapat diminimalisir dan bayi dapat tumbuh kembang dengan optimal.