Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18500 | 13 Jun 2025
Klinis : DS: - Pasien mengatakan belum berani untuk menggerakkan badannya karena masih takut setelah 2 jam operasi - Pasien menanyakan bagaimana cara miring kanan dan kiri - Pasien menanyatakan belum mengetahui perawatan luka yang harus dilakukan - Pasien menyatakan masih mengikuti budaya tidak boleh makan protein seperti daging, ikan dah telur setelah melahirkan - Pasien mengatakan tidak pernah mencari informasi tentang perawatan luka paska caesar DO: - Pasien tampak kebingungan saat menyatakan pengetahuannya tentang bagaimana mencegah infeksi pada lukanya - Pasien tampak masih kebingungan saat memposisikan dirinya supaya nyaman - Pasien tampak masih suka mengenjan saat berpindah posisi - Masih banyak makanan junk food di meja pasien dan di konsumsi pasien (rocket chicken)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif (DS) dan data objektif (DO) yang diberikan, dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Berikut adalah penjelasan singkat masing-masing diagnosa beserta kodenya:
1. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan (00126)
- SDKI: Kurang Pengetahuan adalah keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik spesifik.
- SLKI: Pengetahuan Meningkat
- SIKI: Edukasi Kesehatan, Bimbingan, Konseling
2. Diagnosa Keperawatan: Mobilitas Fisik Terganggu (00085)
- SDKI: Mobilitas Fisik Terganggu adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja dan mandiri di lingkungan.
- SLKI: Mobilitas Fisik Membaik
- SIKI: Terapi Latihan Gerak, Perawatan Fisik, Manajemen Nyeri
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi (00004)
- SDKI: Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Bebas Infeksi
- SIKI: Perawatan Luka, Manajemen Infeksi, Edukasi Kesehatan
4. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Keseimbangan Nutrisi Membaik
- SIKI: Terapi Nutrisi, Edukasi Gizi, Konseling Gizi
Dalam pendekatan akademis, persona sebagai perawat profesional, diagnosa keperawatan ini dapat dijadikan landasan untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi intervensi keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 18501 | 13 Jun 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Sebutkan diagnosa Icd, sdki, slki, siki, Nanda, pemeriksaan penunjang, obat obatan yang sesuai untuk pasien
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut informasi yang Anda minta:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan lesi pada paru.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi dengan biopsiFasilitas dan Intervensi Keperawatan (SDKI):
- Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Intervensi Keperawatan: Manajemen jalan napas
Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen oksigenasi, Manajemen batuk
Sistem Klasifikasi Hasil Keperawatan (SLKI):
- Hasil Keperawatan: Permeabilitas jalan napas, Ventilasi paru
Diagnosis NANDA:
- Diagnosis: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Pemeriksaan Penunjang:
- Rontgen toraks: Menunjukkan adanya lesi di paru
- Pemeriksaan sputum: untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru
Pengobatan:
- Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol (Kombinasi obat anti-tuberkulosis)
- Bronkodilator (jika diperlukan untuk mengatasi sesak napas)
- Antipiretik (untuk mengatasi demam)
Pasien ini didiagnosis dengan tuberkulosis paru berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, dan manajemen batuk untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas dan ventilasi paru yang efektif. Pengobatan utama adalah kombinasi obat anti-tuberkulosis yang sesuai, disertai dengan terapi simptomatik jika diperlukan. -
Article No. 18502 | 13 Jun 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Sebutkan diagnosa Icd, sdki, slki, siki, Nanda, pemeriksaan penunjang, obat obatan yang sesuai untuk pasien
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai kondisi pasien yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (Impaired Airway Clearance)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Karakteristik Mayor: Adanya sputum berlebih, perubahan suara napas, sianosis, gangguan pernapasan.
- Faktor Berhubungan: Sekresi pernapasan berlebih, lemahnya batuk.
2. Intoleransi Aktivitas (Impaired Physical Mobility)
- Definisi: Keterbatasan dalam toleransi untuk melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan.
- Karakteristik Mayor: Kelemahan, kelelahan, dispnea, angina pada aktivitas.
- Faktor Berhubungan: Penyakit pernapasan kronis.
3. Risiko Infeksi (Risk for Infection)
- Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Imunitas tubuh yang menurun, adanya penyakit kronis.
Diagnosa ICD: A15.0 Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi positif.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Membaik
- Indikator: Jalan napas terbebas dari sekret, frekuensi pernapasan dalam batas normal, tidak ada kesulitan bernafas.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Indikator: Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan, tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas.
3. Bebas Infeksi
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda infeksi, hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Tindakan: Auskultasi suara napas, berikan nebulizer, ajari teknik batuk efektif, kolaborasi pemberian bronkodilator.
2. Manajemen Aktivitas
- Tindakan: Evaluasi tingkat aktivitas, atur aktivitas sesuai toleransi, anjurkan istirahat yang cukup.
3. Manajemen Infeksi
- Tindakan: Monitor tanda-tanda infeksi, kolaborasi pemberian antibiotik, edukasi pencegahan infeksi.
Pemeriksaan Penunjang:
- Rontgen Thoraks: Lesi di paru
- Sputum BTA: Pemeriksaan mikrobiologi tuberkulosis
Obat-obatan:
- Antibiotik: Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol (Rejimen 4 Obat Anti Tuberkulosis)
- Bronkodilator: Salbutamol, Ipratropium Bromida
- Kortikosteroid: Prednison
Dalam menangani pasien dengan tuberkulosis paru, perawat perlu mengintegrasikan pendekatan holistik dalam asuhan keperawatan yang berfokus pada pemulihan status pernapasan, peningkatan toleransi aktivitas, dan pencegahan komplikasi infeksi. Kolaborasi yang erat dengan tim medis sangat penting untuk mencapai luaran yang optimal bagi pasien. -
Article No. 18503 | 13 Jun 2025
Klinis : POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi "POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF" dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Karakteristik Definisi:
1. Perubahan irama napas
2. Penggunaan otot tambahan untuk bernapas
3. Napas dangkal
4. Takipnea
5. Hipoksemia
6. Retraksi dinding dada
7. Ortopnea
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pemeliharaan Pola Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan irama napas yang teratur
b. Menunjukkan kedalaman napas yang adekuat
c. Menunjukkan frekuensi napas dalam rentang normal
d. Menunjukkan penggunaan otot napas yang minimal
e. Menunjukkan oksigenasi yang adekuat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
Tujuan: Memfasilitasi dan mempertahankan jalan napas yang bersih dan terbuka.
Aktivitas:
a. Memantau pola napas, kedalaman, dan frekuensi napas
b. Memposisikan klien untuk memaksimalkan fungsi pernapasan
c. Memberikan oksigen sesuai indikasi
d. Memfasilitasi batuk efektif dan pengeluaran sekret
e. Mengajarkan teknik pernapasan diafragma atau pernapasan dalam
2. Manajemen Ventilasi
Tujuan: Memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
Aktivitas:
a. Mengkaji kebutuhan ventilasi mekanik
b. Mengatur ventilator sesuai kondisi klien
c. Memantau parameter ventilasi
d. Melakukan suction trakea/endotrakeal secara rutin
e. Mengajarkan teknik pernapasan yang efektif
3. Manajemen Oksigenasi
Tujuan: Mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
Aktivitas:
a. Memantau kadar oksigen dalam darah
b. Mengatur oksigenasi sesuai indikasi
c. Memfasilitasi mobilisasi untuk meningkatkan oksigenasi
d. Mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi oksigenasi
e. Mengajarkan teknik oksigenasi yang aman dan efektif
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pemeliharaan pola napas, ventilasi, dan oksigenasi, diharapkan klien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu menunjukkan pola napas yang efektif dan oksigenasi yang adekuat. -
Article No. 18504 | 13 Jun 2025
Klinis : hamil dengan anemia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "hamil dengan anemia":
1. Kode ICD-10:
- Kode: O99.0
- Deskripsi: Anemia yang kompleks atau yang memburuk selama kehamilan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Transfusi darah, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 O99.0 digunakan untuk menggambarkan kondisi anemia yang kompleks atau memburuk selama kehamilan. Anemia selama kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti defisiensi nutrisi, perdarahan, atau kondisi medis lainnya. Kondisi ini memerlukan pemantauan dan penanganan yang tepat oleh tenaga kesehatan untuk menjaga kesehatan ibu dan janin.
Kode ICD-9-CM 99.04 merujuk pada tindakan transfusi darah yang mungkin diperlukan untuk mengatasi anemia yang terjadi selama kehamilan. Transfusi darah dapat diberikan untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan memastikan suplai oksigen yang memadai bagi ibu dan janin.
Penanganan yang komprehensif untuk kondisi hamil dengan anemia dapat melibatkan berbagai intervensi, seperti pemberian suplemen nutrisi, pengobatan penyebab anemia, serta pemantauan ketat kondisi ibu dan janin. Kode ICD-9-CM 99.04 hanya mewakili satu tindakan spesifik yang mungkin diperlukan, tetapi tidak mencakup keseluruhan penatalaksanaan yang diperlukan. -
Article No. 18505 | 13 Jun 2025
Klinis : AMIL 36 MINGGU TERPASANG COLOSTOMY
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, untuk kondisi "AMIL 36 MINGGU TERPASANG COLOSTOMY", diperoleh kode dan deskripsi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K64.1
- Deskripsi: Colostomy, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 46.13
- Deskripsi: Konstruksi kolostomi, kolon dibawa ke permukaan kulit
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 K64.1 (Colostomy, tidak terspesifikasi) digunakan untuk mengkodekan kondisi pasien dengan kolostomi yang tidak didefinisikan secara spesifik.
2. Kode ICD-9-CM 46.13 (Konstruksi kolostomi, kolon dibawa ke permukaan kulit) menggambarkan prosedur pembentukan kolostomi, di mana sebagian kolon dibawa ke permukaan kulit. Prosedur ini dilakukan untuk mengelola kondisi medis tertentu, seperti penyakit Crohn, kanker kolorektal, atau trauma pada kolon.
Penggunaan kode-kode ini membantu dalam dokumentasi dan pelaporan kondisi medis pasien serta prosedur yang dilakukan, yang penting untuk keperluan klinis, administrasi, dan tujuan lainnya. -
Article No. 18506 | 13 Jun 2025
Klinis : hAMIL 36 MINGGU TERPASANG COLOSTOMY
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu "HAMIL 36 MINGGU TERPASANG COLOSTOMY", maka dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O26.8
- Deskripsi: Komplikasi lainnya yang timbul terutama pada ibu, spesifik pada kehamilan, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Dalam kasus ini, kondisi hamil dengan kolostomi terpasang.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 46.10
- Deskripsi: Kolostomi, tidak dinyatakan apakah sementara atau permanen. Prosedur ini dilakukan untuk membuat stoma pada kolon untuk memungkinkan pembuangan feses secara artifisial.
Penjelasan:
Kode ICD-10 O26.8 digunakan untuk menggambarkan komplikasi lainnya yang timbul terutama pada ibu, spesifik pada kehamilan, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Dalam kasus ini, kondisi hamil dengan kolostomi terpasang dapat diklasifikasikan menggunakan kode ini.
Kode ICD-9-CM Procedure 46.10 merujuk pada prosedur kolostomi, tanpa menyatakan apakah sementara atau permanen. Prosedur ini dilakukan untuk membuat stoma pada kolon, yang memungkinkan pembuangan feses secara artifisial. -
Article No. 18507 | 13 Jun 2025
Klinis : Ny. S adalah seorang perempuan berusia 44 tahun yang tinggal di Jakarta barat. Ia berstatus menikah, beragama Islam, dengan pendidikan terakhir SMA dan bekerja di sektor swasta. Ny. S masuk Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta barat pada tanggal 09 April 2025 pukul 21.50 WIB dan dilakukan pengkajian pada tanggal 10 April 2025 pukul 15.00 WIB dengan diagnosa medis gastritis. Saat masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan nyeri hebat di daerah ulu hati yang telah dirasakan sejak enam jam sebelum masuk rumah sakit, disertai mual, muntah, pusing, serta tampak pucat dan lemas. Pasien memiliki riwayat gastritis dan mengatakan bahwa rasa nyeri muncul karena sering telat makan dan hanya makan satu kali dalam sehari. Saat pengkajian dilakukan, pasien mengeluhkan nyeri ulu hati seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 6. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan dan selama di rumah sakit hanya mampu makan 4–5 sendok makan sebanyak tiga kali sehari. Di rumah, pasien hanya makan sekali sehari. Selain itu, pasien melaporkan buang air besar dua kali dengan konsistensi lembut, serta tampak lemas, lesu, dan merasa kurang tenaga. Pasien menyebutkan bahwa nyeri yang dirasakan bersifat berulang dan tidak menentu, dengan durasi sekitar 15–20 menit setiap kali muncul. Untuk meredakan nyeri, pasien biasanya akan berbaring hingga nyeri menghilang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. S, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Nyeri Akut (10019)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pengendalian Nyeri (10010)
Definisi: Kemampuan untuk meminimalkan pengalaman nyeri yang tidak menyenangkan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Nyeri (10006)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi pengurangan rasa nyeri yang dialami pasien.
2. Diagnosa Keperawatan: Intake Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Intake Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (10021)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Keseimbangan Nutrisi (10015)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Nutrisi (10011)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi asupan nutrisi yang adekuat.
3. Diagnosa Keperawatan: Keletihan
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Keletihan (10022)
Definisi: Perasaan kelelahan dan penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang biasa dilakukan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemulihan Energi (10017)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan dan meningkatkan energi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Energi (10012)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi peningkatan dan pemulihan energi.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, definisi, dan kode SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terencana untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami oleh Ny. S. -
Article No. 18508 | 13 Jun 2025
Klinis : Ny. A adalah seorang perempuan berusia 55 tahun, beragama Islam, berasal dari suku Sunda, dan berstatus cerai karena suaminya telah meninggal dunia dua tahun yang lalu pada usia 61 tahun akibat penyakit paru-paru kronis. Semasa hidupnya, suami Ny. A bekerja sebagai buruh bangunan dan memiliki pendidikan terakhir SMP. Ny. A menikah selama 30 tahun hingga suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu akibat penyakit paru-paru kronis pada usia 61 tahun. Dari pernikahannya, Ny. A memiliki dua orang anak yang masing-masing lahir pada tahun 1994 dan 1996. Anak pertamanya, seorang laki-laki, lahir secara normal dengan usia 40 minggu dengan pertolongan bidan di Puskesmas. Selama kehamilan pertama, Ny. A mengalami mual ringan pada trimester awal, kondisi yang umum terjadi pada masa kehamilan. Anak keduanya, seorang perempuan, juga lahir secara normal dengan usia 39 minggu dan ditolong oleh seorang dokter umum di sebuah klinik swasta. Kedua proses persalinan berjalan lancar tanpa komplikasi seperti perdarahan, infeksi, atau laserasi. Saat ini, anak pertama tinggal bersama Ny. A di Jl. Gardu Tugu 1 No. 3, Marga Jaya, Bogor, dan menjadi sumber dukungan emosional utama bagi ibunya. Sementara itu, anak keduanya telah bekerja dan tinggal di luar kota. Ny. A bekerja sebagai pegawai swasta dan memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMA. Ny. A dirawat di Ruang Teratai, Lantai 2 Selatan Rumah Sakit sejak tanggal 4 April 2019 pukul 10.00 WIB dengan nomor registrasi 01830592. Ia datang ke rumah sakit dengan keluhan utama berupa nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit, Ny. A mulai kehilangan nafsu makan dan minum, tidak dapat buang air kecil, merasa sangat lemas, serta mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. Pasien telah mengalami menopause selama kurang lebih tujuh tahun. Saat pengkajian, Ny. A mengeluhkan nyeri perut dengan skala nyeri 6 yang digambarkan seperti perut diperas. Nyeri muncul secara mendadak dan membuat pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang, yang diduga disebabkan oleh pembesaran perut dan adanya asites. Kondisi ini menyebabkan pasien kehilangan nafsu makan, tampak lemah, bibir kering, serta terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. Meskipun tidak muntah, pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. Karena nyeri yang dirasakan, pasien hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun, serta mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. Pasien menyatakan bahwa ia memiliki kebiasaan minum air putih sebelum tidur. Namun, ia mengeluhkan sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, sehingga merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. Dalam riwayat reproduksinya, Ny. A mengalami menarche pada usia 14 tahun dengan siklus menstruasi yang teratur dan durasi selama 7 hari dengan jumlah 60 cc/ hari serta sering mengalami dismenore. Ia pernah menggunakan kontrasepsi suntik selama lima tahun sejak usia 35 tahun dan kemudian beralih menggunakan pil KB selama delapan tahun hingga usia 48 tahun. Menopause terjadi pada usia 50 tahun tanpa komplikasi yang berarti. Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. Saat ini, pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg. Secara psikososial, Ny. A sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. Penurunan berat badan, hilangnya nafsu makan, dan gangguan tidur semakin memperburuk kemampuan fungsional hariannya. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. Pada pengkajian kebutuhan dasar yang dilakukan pada tanggal 8 April 2019, ditemukan data abnormal khususnya pada pola nutrisi dan tidur. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu, serta mengalami sariawan dan bercak putih pada lidah. Pasien mengonsumsi cairan sekitar 1000 cc per hari, yang tidak mencukupi kebutuhan harian, ditandai dengan turgor kulit tidak elastis, bibir kering, dan kesulitan buang air kecil. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas karena tidak pernah berolahraga. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas karena tidak pernah berolahraga. Pasien didiagnosis menderita kanker ovarium stadium IIC dan membutuhkan penanganan medis serta psikososial secara menyeluruh agar kualitas hidupnya tetap terjaga. Pada sistem eliminasi, diketahui bahwa Ny. A tidak bisa buang air kecil sejak tiga minggu sebelum masuk rumah sakit. Namun, saat pengkajian, pasien menyatakan bahwa ia buang air kecil sebanyak 6x/ hari dengan warna urin kuning dan tidak mengeluhkan nyeri atau keluhan lainnya saat berkemih. Pasien tidak mengalami urgensi, inkontinensia, atau disuria. Eliminasi BAB masih berjalan normal dengan frekuensi satu kali sehari, konsistensi lunak, dan warna normal coklat kekuningan. Pasien tidak mengeluhkan diare atau konstipasi, namun menyatakan perut terasa tidak nyaman akibat pembesaran perut. Pemeriksaan fisik pada tanggal 8 April 2019 menunjukkan bahwa keadaan umum pasien baik, dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 85 kali per menit, respirasi 22 kali per menit, suhu tubuh 36,8°C, berat badan 39 kg, tinggi badan 153 cm, dan indeks massa tubuh (IMT) sebesar 16,67. Berat badan ideal pasien seharusnya 53 kg, sehingga rentang sehatnya berada pada kisaran 47,7–58,3 kg. Dengan demikian, penurunan berat badan pasien sebesar 18%.Pada pemeriksaan fisik ditemukan beberapa kondisi abnormal. Pada mata, konjungtiva tampak anemis dan pasien mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. Pada mulut dan tenggorokan, mukosa mulut tampak kering dan pucat, dengan sariawan dan bercak putih di lidah. Pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya asites dengan lingkar perut 88 cm dan bekas luka operasi dua jari di bawah umbilikus. Bising usus terdengar 12 kali per menit, perut terasa keras saat dipalpasi, dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi. Pada ekstremitas, ditemukan turgor kulit tidak elastis, kesulitan bergerak, kekuatan otot 4-4-4-4, pasien tampak lemas dan mudah lelah, serta mengeluh nyeri bertambah saat melakukan aktivitas yang berlebihan. Jantung berdebar sedang, dan aktivitas pasien di rumah sakit selalu dibantu oleh anaknya. Hasil pemeriksaan laboratorium klinik menunjukkan bahwa pada tanggal 4 April 2019, kadar Hb pasien 10,8 g/dL, leukosit 2,8 ribu/?L, eritrosit 3,64 juta/?L, dan monosit 1%. Pada tanggal 6 April 2019, kadar Hb turun menjadi 9,1 g/dL dan leukosit meningkat menjadi 3,3 ribu/?L. Pada 7 April 2019, Hb meningkat kembali menjadi 11,2 g/dL, leukosit 3,4 ribu/?L, dan trombosit 130 ribu/?L. Pada tanggal 8 April 2019, Hb 11,1 g/dL, leukosit 3,7 ribu/?L, trombosit 103 ribu/?L, eritrosit 3,77 juta/?L, dan monosit meningkat menjadi 11%. Pemeriksaan penunjang lainnya antara lain USG abdomen tanggal 25 September 2018 menunjukkan asites heterogen kistik dengan papilla di lateral dextra uterus ukuran ±82 x 76 mm yang dicurigai sebagai massa maligna ovarium dextra. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas, penggunaan tramal suppositoria tiga kali sehari, kabiven 1000 ml secara intravena satu kali sehari, ranitidine dua kali sehari 150 mg, dan ondansetron tiga kali sehari 8 mg. Pasien juga mengakui bahwa ia sering mengonsumsi makanan pedas, lalapan, makanan berminyak, dan makanan yang dibakar. Rambut pasien tampak rontok. Pasien mengetahui sedikit mengenai penyakit dan diet sehat, namun karena stres dan kondisi mental yang terganggu, ia sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, dan tampak pucat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat tentang SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. A:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh (00002)
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
3. Ansietas (00146)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Risiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Kode: 00002
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Kode: 00198
3. Ansietas (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Kode: 00146
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh (00002)
- Intake Nutrisi
- Status Nutrisi
- Hidrasi
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
- Kualitas Tidur
- Pola Tidur
3. Ansietas (00146)
- Kontrol Ansietas
- Tingkat Ansietas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh (00002)
- Manajemen Nutrisi
- Manajemen Cairan
- Edukasi Gizi
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
- Manajemen Tidur
- Terapi Relaksasi
- Terapi Modalitas
3. Ansietas (00146)
- Manajemen Ansietas
- Terapi Kognitif
- Terapi Suportif
Penjelasan singkat:
1. Risiko Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh (00002): Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan, hilangnya nafsu makan, sariawan, dan dehidrasi, sehingga berisiko mengalami malnutrisi.
2. Gangguan Pola Tidur (00198): Pasien mengalami gangguan tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus, sehingga kualitas dan kuantitas tidurnya terganggu.
3. Ansietas (00146): Pasien merasa cemas, khawatir, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya, yang mempengaruhi kondisi psikologisnya. -
Article No. 18509 | 13 Jun 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Karakteristik Definisi: Adanya sekresi berlebih, batuk tidak efektif, perubahan bunyi napas, dispnea, sianosis, dan hipoksemia.
b. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Karakteristik Definisi: Adanya kelelahan, sesak napas, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
c. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Adanya penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, dan kelemahan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Indikator:
- Bebas dari sumbatan jalan napas
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Bunyi napas normal
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
b. Toleransi Aktivitas Meningkat
Indikator:
- Mampu melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan berlebih
- Tidak terjadi sesak napas saat aktivitas
- Tanda-tanda vital dalam batas normal saat aktivitas
c. Status Nutrisi Membaik
Indikator:
- Berat badan meningkat atau stabil
- Nafsu makan meningkat
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, dan suara napas)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Lakukan suction jika perlu
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi obat
b. Intoleransi Aktivitas
- Evaluasi tingkat aktivitas dan toleransi pasien
- Anjurkan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan latihan fisik dan mobilisasi bertahap
- Ajarkan teknik manajemen energi
- Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
c. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Nilai status nutrisi pasien (berat badan, indeks massa tubuh, laboratorium)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan yang kaya nutrisi dan sesuai selera pasien
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat
- Monitor asupan dan output nutrisi pasien
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan dugaan tuberkulosis paru. Pendekatan yang digunakan adalah akademis, dengan persona sebagai seorang pakar perawat yang memberikan penjelasan rinci dan terperinci.