Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4085 | 31 Oct 2024
Klinis : Tn K usia 70 tahun dibawa ke UGD dengan penurunan kesadaran setelah kecelakaan sepeda motor tunggal karena menabrak batu lalu jatuh dari motor. Hasil pengkajian menujukkan adanya suara gurgling serta terdapat sekret dan air liur pada mulut, klien terlihat sesak dengan RR 38 x/menit, cepat dan dangkal, terdapat retraksi intercosta, SpO2 70%. TD 210/120 mmHg, nadi 118 x/menit, T 36,3 C, akral dingin, GCS E2M3V2, terdapat jejas pada dada kanan, kepala dan leher. Klien terlihat gelisah. Hasil X ray menunjukkan fraktur clavicula dekstra, gambaran kontusio pulmonum, hemithorax kanan dan emfisema subcutis pada lateral hemithoraks kanan. Hasil CT Scan menunjukkan subdural dan subarachnoid hemorrhage, multiple fraktur pada sinus maksilaris kiri, curiga fraktur vertebrae C4-C5. pH 7,398, PCO2 25,6 mmHg, PO2 177,9 mmHg, HCO3 16,1 mmol/L, BE -7,2, FiO2 52%, AaDO2 166,5.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan mencoba memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Oksigenasi (SDKI: Gangguan Oksigenasi)
- Penjelasan: Klien mengalami penurunan saturasi oksigen (SpO2 70%) dan sesak napas dengan frekuensi napas yang cepat dan dangkal (38 x/menit), serta terdapat retraksi intercosta. Hal ini menunjukkan adanya gangguan oksigenasi akibat cedera pada paru-paru (kontusio pulmonum) dan kemungkinan adanya obstruksi jalan napas.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral (SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Serebral)
- Penjelasan: Klien mengalami penurunan kesadaran (GCS E2M3V2) dan kemungkinan terdapat perdarahan intrakranial (subdural dan subarachnoid hemorrhage) yang dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan serebral.
3. Nyeri Akut (SDKI: Nyeri Akut)
- Penjelasan: Klien terlihat gelisah, yang dapat menunjukkan adanya nyeri akut akibat cedera pada beberapa bagian tubuh, seperti fraktur klavikula kanan, dan kemungkinan adanya cedera lain.
4. Risiko Kematian (SDKI: Risiko Kematian)
- Penjelasan: Kondisi klien yang kritis dengan penurunan kesadaran, gangguan oksigenasi, dan kemungkinan adanya perdarahan intrakranial serta cedera lain, menempatkan klien pada risiko kematian yang tinggi.
SLKI:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Manajemen Jalan Napas
3. Manajemen Oksigenasi
4. Manajemen Hemodinamik
5. Manajemen Nyeri
6. Manajemen Perdarahan
7. Manajemen Cedera Kepala
SIKI:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemberian Oksigen
3. Fisioterapi Dada
4. Terapi Cairan
5. Pemberian Analgetik
6. Perawatan Luka
7. Pengkajian Neurologis
Secara singkat, penanganan yang diperlukan adalah stabilisasi kondisi klien dengan memastikan jalan napas, pemberian oksigen, manajemen hemodinamik, penanganan cedera, serta pemantauan yang ketat untuk mencegah komplikasi dan mencapai kondisi yang lebih stabil. -
Article No. 4086 | 31 Oct 2024
Klinis : Pasien atas nama Ny. A yang berusia 42 tahun, seorang ibu rumah tangga masuk ke RSUD Melati pada Selasa, 15 Oktober 2024 pada pukul 08.30 WIB dengan diagnosa medis Carsinoma mammae sinistra residif., dengan riwayat melakukan prosedur mastektomi sebanyak 2 kali di tahun 2019 dan 2022. Riwayat haid Ny. A tidak memiliki gangguan dan Ny. A pernah menggunakan kontrasepsi hormonal. Pasien Ny. A memiliki keluhan utama nyeri pada daerah luka prosedur mastektomi di area dada kiri. Selain itu mengeluh sesak ketika bernafas, mengalami penurunan nafsu makan karena rasa mual, merasa lemah sehingga dibantu oleh anaknya untuk membersihkan diri dan sudah tidak mampu beribadah. Ny. A mengatakan merasa malu dengan perubahan bentuk tubuhnya setelah prosedur mastektomi, karena merasa kehilangan jati diri sebagai perempuan karena kehilangan salah satu payudaranya. Data yang didapatkan dari Ny. A dalam keadaan compos mentis, mengalami kesenjangan yaitu RR : 26x/menit, IMT berada di atas normal dan masuk ke dalam kategori berat badan lebih yaitu 23,5. Ny. A mengalami nyeri akibat prosedur mastektomi dengan skala nyeri 4, nyeri seperti teriris, nyeri terasa di area dada kiri, nyeri berlangsung terus menerus dan nyeri muncul selama 1 jam. Lalu pada pemeriksaan payudara, dada dan ketiak ditemukan payudara tidak simetris akibat telah melakukan prosedur mastektomi di payudara kiri serta antara payudara kanan dan kiri tidak simetris. Lalu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, patologi anatomi dan pemeriksaan EKG. Dengan hasil pada pemeriksaan laboratorium pada 15 oktober 2024 ditemukan nilai hematokrit, ureum darah dan kreatinin darah berada di bawah batas normal, sementara nilai leukosit berada di atas batas normal. Pada pemeriksaan patologi anatomi tanggal 8 Juli 2019, disimpulkan pada hasil pemeriksaan terdapat tumor mammae sinistra sedangkan pada tanggal 8 Agustus 2022 didapatkan hasil pemeriksaan yaitu Carsinoma Mammae sinistra residif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. A yang berusia 42 tahun, seorang ibu rumah tangga dengan diagnosa medis Carsinoma mammae sinistra residif dan riwayat prosedur mastektomi 2 kali, serta keluhan utama nyeri pada daerah luka prosedur mastektomi di area dada kiri, sesak napas, penurunan nafsu makan, merasa lemah, dan malu dengan perubahan bentuk tubuhnya, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan kondisi, maka dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
a. Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur mastektomi
b. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh akibat mastektomi
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
2. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kontrol Nyeri
b. Citra Tubuh
c. Toleransi Aktivitas
3. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Nyeri
b. Peningkatan Citra Tubuh
c. Peningkatan Toleransi Aktivitas
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur mastektomi:
- Pasien mengalami nyeri di area dada kiri akibat prosedur mastektomi yang dilakukan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan manajemen lingkungan.
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh akibat mastektomi:
- Pasien merasa malu dengan perubahan bentuk tubuhnya setelah prosedur mastektomi dan merasa kehilangan jati diri sebagai perempuan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah peningkatan citra tubuh, seperti konseling, terapi kognitif-perilaku, dan pemberian dukungan emosional.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik:
- Pasien mengalami kelemahan sehingga membutuhkan bantuan dalam membersihkan diri dan sudah tidak mampu beribadah.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah peningkatan toleransi aktivitas, seperti latihan fisik yang bertahap, manajemen energi, dan pengaturan lingkungan yang mendukung. -
Article No. 4087 | 31 Oct 2024
Klinis : resiko defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko defisit nutrisi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Defisit Nutrisi
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk risiko defisit nutrisi adalah:
1. Asupan nutrisi adekuat
2. Berat badan stabil atau meningkat
3. Kadar albumin dalam batas normal
4. Tidak terjadi komplikasi akibat malnutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko defisit nutrisi antara lain:
1. Pemantauan asupan nutrisi
2. Pemberian konseling gizi
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang sesuai
4. Pemberian suplemen nutrisi jika diperlukan
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang adekuat
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi risiko defisit nutrisi pada pasien. -
Article No. 4088 | 31 Oct 2024
Klinis : resiko defisit nutris
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Tentu, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "risiko defisit nutris" dengan format yang terstruktur serta penjelasan yang detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R64
- Deskripsi: Kekurangan nutrisi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk "risiko defisit nutris". Namun, tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan menangani kondisi ini dapat mencakup:
- Konsultasi dengan ahli gizi (kode ICD-9-CM: V65.3 - Konsultasi dengan ahli gizi)
- Pemeriksaan fisik yang terfokus pada status nutrisi (tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik)
- Tes laboratorium untuk mengevaluasi status nutrisi, seperti tes darah untuk mengukur kadar albumin, hemoglobin, atau zat gizi mikro (kode ICD-9-CM: 84.x - Tes laboratorium klinik)
- Intervensi nutrisi, seperti pemberian suplemen atau modifikasi diet (tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R64 (Kekurangan nutrisi) digunakan untuk menggambarkan kondisi "risiko defisit nutris". Kode ini mencakup situasi di mana terdapat risiko atau kemungkinan defisiensi nutrisi, tetapi belum terdapat defisiensi yang jelas terlihat.
2. Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk "risiko defisit nutris". Namun, tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan menangani kondisi ini dapat mencakup konsultasi dengan ahli gizi, pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan intervensi nutrisi. Meskipun tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini, tindakan-tindakan tersebut dapat dikodekan sesuai dengan kode prosedur yang relevan. -
Article No. 4089 | 31 Oct 2024
Klinis : Keadaan umum : Pasien tidak sadar Kesadaran : Koma GCS : 3 (E1M1V1) terpasang infus RL 20 tpm, DC, dan NGT TTV : SpO2 : 88% dengan oksigen masker 15 lpm RR : 10 x/menit Suhu : 36,3 C HR : 135 x/menit Tekanan darah : 80/60 mmHg dengan Sp.vascon 1,8 cc/jam Hasil lab : Hemoglobin : 12,4 Hematokrit : 39,3 Leukosit : 16,3 Trombosit : 326
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Kesadaran
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Kesadaran
- SDKI: Penurunan Kesadaran
- SLKI: Mempertahankan Fungsi Kognitif
- SIKI: Manajemen Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran ditandai dengan GCS 3, yang menunjukkan kondisi koma. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah mempertahankan fungsi kognitif, memantau status neurologis, dan mengelola penurunan kesadaran.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SDKI: Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SLKI: Mempertahankan Sirkulasi
- SIKI: Manajemen Sirkulasi
Perfusi jaringan tidak efektif ditandai dengan tekanan darah rendah (80/60 mmHg) yang membutuhkan vasopresor, serta saturasi oksigen yang rendah (88%). Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memantau dan mempertahankan sirkulasi darah, serta mengelola perfusi jaringan.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SLKI: Mempertahankan Fungsi Respirasi
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya frekuensi napas yang rendah (10 x/menit) dan kebutuhan oksigen yang tinggi (15 lpm). Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memantau dan mempertahankan fungsi respirasi, serta mengelola jalan napas.
Dalam penanganan pasien, perawat harus melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 4090 | 31 Oct 2024
Klinis : Keadaan umum : Pasien tidak sadar Kesadaran : Koma GCS : 3 (E1M1V1) terpasang infus RL 20 tpm, DC, dan NGT TTV : SpO2 : 88% dengan oksigen masker 15 lpm RR : 10 x/menit Suhu : 36,3 C HR : 135 x/menit Tekanan darah : 80/60 mmHg dengan Sp.vascon 1,8 cc/jam Hasil lab : Hemoglobin : 12,4 Hematokrit : 39,3 Leukosit : 16,3 Trombosit : 326
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R40.2
- Deskripsi: Koma, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
- Kode: 96.06
- Deskripsi: Pemasangan sonde nasogastrik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R40.2 (Koma, tidak terspesifikasi) sesuai dengan kondisi pasien yang tidak sadar dan memiliki skor GCS 3 (E1M1V1), menandakan keadaan koma.
2. Tindakan medis yang dilakukan pada pasien adalah:
- Pemberian cairan intravena RL 20 tpm (kode ICD-9-CM 96.04)
- Pemasangan sonde nasogastrik (kode ICD-9-CM 96.06)
Berdasarkan temuan klinis, pasien berada dalam kondisi kritis dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil, termasuk SpO2 rendah, RR rendah, dan TD rendah dengan penggunaan vasopressor. Pemantauan dan tindakan medis yang tepat sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 4091 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keadaan sempoyongan dan berbicara tidak jelas dan tidak komunikatif dan kooperatif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yakni pasien datang dengan keadaan sempoyongan, berbicara tidak jelas, serta tidak komunikatif dan kooperatif, maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R40.0
- Deskripsi: Somnolensi (kesadaran menurun)
Penjelasan:
Kode R40.0 dalam ICD-10 merujuk pada kondisi somnolens, yaitu keadaan kesadaran yang menurun, di mana pasien sulit dibangunkan dan menunjukkan respon yang lambat terhadap rangsangan. Gejala-gejala yang sesuai dengan kondisi pasien ini meliputi sempoyongan, bicara yang tidak jelas, serta tidak komunikatif dan kooperatif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Pemeriksaan status mental (mental status examination)
Penjelasan:
Kode 89.14 dalam ICD-9-CM Procedure merujuk pada pemeriksaan status mental, yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kondisi mental pasien, termasuk tingkat kesadaran, orientasi, dan kemampuan komunikasi. Prosedur ini dapat dilakukan sebagai bagian dari penilaian pasien dengan gejala-gejala yang disajikan.
Pemeriksaan lebih lanjut dan diagnostik yang lebih komprehensif mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosis yang lebih spesifik dan menentukan tatalaksana yang sesuai. -
Article No. 4092 | 31 Oct 2024
Klinis : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik".
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi aktivitas merupakan ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik. Kelemahan fisik dapat menyebabkan seseorang tidak memiliki cukup energi atau kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai dengan kemampuannya. Indikator keberhasilannya dapat dilihat dari peningkatan toleransi pasien terhadap aktivitas, peningkatan kemampuan fungsional, dan penurunan kelelahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: manajemen aktivitas, manajemen energi, perawatan diri, latihan fisik, dan edukasi mengenai aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien. Tujuannya adalah untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas, mengurangi kelelahan, dan memaksimalkan kemampuan fungsional pasien.
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pemahaman menyeluruh mengenai kondisi pasien, pemantauan yang ketat, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan keberhasilan intervensi yang diberikan. -
Article No. 4093 | 31 Oct 2024
Klinis : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan adanya keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Dalam kondisi Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik, luaran keperawatan yang diharapkan adalah Toleransi Aktivitas Meningkat, yang ditandai dengan pasien dapat melakukan aktivitas rutin sesuai dengan kemampuannya, memiliki strategi untuk mengatur energi, dan melaporkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Energi: mengidentifikasi pola aktivitas dan istirahat pasien, mengatur jadwal aktivitas, dan membantu pasien mengatur energi.
2. Peningkatan Mobilitas: membantu pasien melakukan latihan fisik sesuai kemampuan, mengajarkan teknik bantu jalan, dan memfasilitasi aktivitas sehari-hari.
3. Edukasi Manajemen Kelelahan: mengajarkan teknik pengelolaan kelelahan, seperti pengaturan istirahat dan aktivitas.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan toleransi aktivitas pasien dan memfasilitasi pemulihan kondisi fisik. -
Article No. 4094 | 31 Oct 2024
Klinis : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik".
Diagnosis Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik
Penjelasan:
1. Intoleransi Aktivitas:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik atau psikologis.
- Penyebab: Kondisi fisik atau psikologis yang menghambat kemampuan individu dalam melakukan aktivitas, seperti kelemahan fisik, kelelahan, atau gangguan kognisi.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik atau psikologis.
- Karakteristik Definisi: Kelelahan, Lemah, Dispnea, Nyeri, Kekhawatiran, dan Penurunan Kemampuan Fungsional.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Toleransi Aktivitas Meningkat, Kekuatan Fisik Meningkat, Kapasitas Fungsional Meningkat, dan Kesejahteraan Meningkat.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas, Perawatan Lingkungan, Manajemen Nyeri, dan Dukungan Emosional.
Secara singkat, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik" adalah Intoleransi Aktivitas. Diagnosis ini mengacu pada SDKI, dengan tujuan luaran dari SLKI, dan intervensi keperawatan yang sesuai dari SIKI. Penerapan standar-standar ini akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi bagi pasien.