Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4133 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan tumbuh benjolan pada punggung sejak 1 tahun lalu, awal kecil hingga sekarang membesar, keluar darah dan nanah. hasil pemeriksaan : keadaan umum : cukup kesadaran composmentis TD : 128/89 S : 36,8 N : 81 RR : 20 SPO2 : 97
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Integritas Kulit Terganggu
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis
- Gejala: Terdapat benjolan pada punggung yang membesar, mengeluarkan darah dan nanah.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang mungkin dapat mengancam kesehatan
- Gejala: Keluarnya darah dan nanah dari benjolan di punggung, yang berisiko menimbulkan infeksi.
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan dokumentasi resmi diagnosis keperawatan yang diakui oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Terdiri dari definisi, karakteristik definitif, faktor yang berhubungan, dan faktor risiko untuk setiap diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan dokumentasi resmi luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Terdiri dari definisi, kriteria hasil, dan indikator untuk setiap luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan dokumentasi resmi intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Terdiri dari definisi, aktivitas, dan rasional untuk setiap intervensi keperawatan.
Implementasi dari SDKI, SLKI, dan SIKI akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk pasien. -
Article No. 4134 | 31 Oct 2024
Klinis : Kasus pemicu Seorang wanita umur 45 tahun, BB 75 kg, dirujuk ke Pusat Jenderal Achmad Yani dengan keluhan kesadaran menurun. Empat hari sebelumnya pasien tertabrak angkot. Pasien pingsan sekitar 10 menit, muntah, keluar darah dari telinga dan hidung, serta tidak mengingat kejadian. Pasien lalu dibawa ke RS. Saat masuk RS, pasien dalam keadaan sadar. Hasil CT scan menunjukkan perdarahan di lobus frontalis kiri dan kanan. Selama perawatan, pasien mendapatkan terapi sefotaxime, asam traneksamat, manitol, ranitidin, insulin, dan neurobion. Pada perawatan hari ke 3, kesadaran semakin menurun. Karena fasilitas yang kurang dan permintaan keluarga, pasien dirujuk ke RSHS. Pasien diketahui menderita kencing manis sejak 5 tahun yang lalu. Pasien juga menderita tekanan darah tinggi, dengan tekanan darah sistol berkisar 140-180 mmhg, Saat masuk IGD RS TD 150/90, HR 135x/menit, RR 24x/menit, suhu 38,5 C, GCS E2M4V2, pupil isokor, 3 mm ODS, isokor, CAD pada EKG, ada kaku kuduk, hasil CT scan ulang menunjukkan perdarahan intraserebal lobus frontalis bilateral, perdarahan subarachnoid dan edema serebri. Hasil lab : Na+ 172, K+3,3, Cl- 113, AGD (pasien mendapat O2 10-12 liter/menit) : pH 7,28, HCO3- 34, pCO2 50, SaO2 90,8%, laktat 2,7. Pasien ditputuskan untuk diintubasi dan dirujuk ke ICU. Terapi di ICU : cefotaxim, fluimucyl, citicolin, OMZ, Vit C, midazolam, koreksi KCl 25 meq, sistenol. 5. Buatlah asuhan keperawatan sesuai kasus diatas (minimal 3 diagnosis keperawatan prioritas beserta intervensinya).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan rencana intervensi berdasarkan kasus yang Anda berikan, sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral (Impaired Tissue Perfusion: Cerebral)
Definisi: Penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan serebral.
Faktor yang berhubungan: Perdarahan intrakranial, edema serebri, hipertensi, diabetes melitus.
Rencana Intervensi:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala (TD, nadi, respirasi, suhu)
- Lakukan observasi neurologis secara komprehensif (GCS, pupil, tanda peningkatan tekanan intrakranial)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi (mannitol, antiseizure, kortikosteroid) untuk menurunkan tekanan intrakranial
- Kolaborasi dengan tim medis untuk evaluasi dan intervensi lebih lanjut
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit (Risk for Impaired Skin Integrity)
Definisi: Peningkatan risiko terjadi kerusakan pada kulit dan jaringan di bawahnya.
Faktor yang berhubungan: Imobilitas, edema, gangguan sirkulasi.
Rencana Intervensi:
- Lakukan perawatan kulit dan mukosal secara berkala
- Ubah posisi pasien secara teratur untuk mencegah penekanan pada area tubuh
- Gunakan alas tempat tidur yang sesuai untuk mencegah kerusakan kulit
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mempertahankan integritas kulit pasien
3. Risiko Infeksi (Risk for Infection)
Definisi: Peningkatan risiko terkena atau terkontaminasi oleh organisme patogen.
Faktor yang berhubungan: Prosedur invasif (intubasi, kateter), penurunan sistem imun.
Rencana Intervensi:
- Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, kultur) secara berkala
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi dan monitoring efektivitasnya
- Lakukan prosedur steril saat melakukan tindakan invasif
- Edukasi keluarga dan pasien mengenai pencegahan infeksi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk mencegah dan mengelola infeksi
Berdasarkan kondisi klinis pasien, diagnosa keperawatan prioritas adalah Gangguan Perfusi Jaringan Serebral, Risiko Kerusakan Integritas Kulit, dan Risiko Infeksi. Rencana intervensi keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengelola kondisi pasien secara efektif. -
Article No. 4135 | 31 Oct 2024
Klinis : Kasus pemicu Seorang wanita umur 45 tahun, BB 75 kg, dirujuk ke Pusat Jenderal Achmad Yani dengan keluhan kesadaran menurun. Empat hari sebelumnya pasien tertabrak angkot. Pasien pingsan sekitar 10 menit, muntah, keluar darah dari telinga dan hidung, serta tidak mengingat kejadian. Pasien lalu dibawa ke RS. Saat masuk RS, pasien dalam keadaan sadar. Hasil CT scan menunjukkan perdarahan di lobus frontalis kiri dan kanan. Selama perawatan, pasien mendapatkan terapi sefotaxime, asam traneksamat, manitol, ranitidin, insulin, dan neurobion. Pada perawatan hari ke 3, kesadaran semakin menurun. Karena fasilitas yang kurang dan permintaan keluarga, pasien dirujuk ke RSHS. Pasien diketahui menderita kencing manis sejak 5 tahun yang lalu. Pasien juga menderita tekanan darah tinggi, dengan tekanan darah sistol berkisar 140-180 mmhg, Saat masuk IGD RS TD 150/90, HR 135x/menit, RR 24x/menit, suhu 38,5 C, GCS E2M4V2, pupil isokor, 3 mm ODS, isokor, CAD pada EKG, ada kaku kuduk, hasil CT scan ulang menunjukkan perdarahan intraserebal lobus frontalis bilateral, perdarahan subarachnoid dan edema serebri. Hasil lab : Na+ 172, K+3,3, Cl- 113, AGD (pasien mendapat O2 10-12 liter/menit) : pH 7,28, HCO3- 34, pCO2 50, SaO2 90,8%, laktat 2,7. Pasien ditputuskan untuk diintubasi dan dirujuk ke ICU. Terapi di ICU : cefotaxim, fluimucyl, citicolin, OMZ, Vit C, midazolam, koreksi KCl 25 meq, sistenol. 5. Buatlah asuhan keperawatan sesuai kasus diatas (minimal 5 diagnosis keperawatan prioritas beserta intervensinya).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
1. Gangguan Perfusi Serebral Terhambat
- Definisi: Penurunan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan disfungsi serebral.
- Faktor Penyebab: Perdarahan intraserebal, perdarahan subarakhnoid, dan edema serebri.
- Tujuan: Pasien akan mempertahankan aliran darah ke otak yang adekuat.
- Intervensi:
- Pantau tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Pertahankan posisi kepala elevasi 30-45 derajat untuk meningkatkan aliran darah serebral.
- Berikan terapi medikamentosa sesuai indikasi, seperti manitol, diuretik, dan antikonvulsan.
2. Kekurangan Volume Cairan
- Definisi: Kehilangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler yang melebihi intake.
- Faktor Penyebab: Perdarahan, muntah, dan asupan cairan yang tidak adekuat.
- Tujuan: Pasien akan mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Intervensi:
- Monitor intake dan output cairan secara ketat.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengganti cairan yang hilang.
- Pantau elektrolit dan lakukan koreksi jika terjadi ketidakseimbangan.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Peningkatan risiko terinfeksi organisme patogen.
- Faktor Penyebab: Prosedur invasif (intubasi) dan penurunan sistem imun.
- Tujuan: Pasien akan bebas dari infeksi selama perawatan.
- Intervensi:
- Pantau tanda-tanda infeksi secara berkala.
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi.
- Lakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti cuci tangan, penggunaan alat pelindung diri, dan perawatan luka.
4. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- Definisi: Fluktuasi kadar glukosa darah di luar rentang normal.
- Faktor Penyebab: Diabetes melitus, stres fisiologis, dan pemberian terapi insulin.
- Tujuan: Pasien akan mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal.
- Intervensi:
- Monitor kadar glukosa darah secara berkala.
- Berikan terapi insulin sesuai indikasi untuk menjaga stabilitas kadar glukosa darah.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi insulin.
5. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor Penyebab: Perdarahan intrakranial dan edema serebri.
- Tujuan: Pasien akan melaporkan nyeri berkurang.
- Intervensi:
- Identifikasi karakteristik nyeri pasien.
- Berikan analgesik sesuai indikasi dan pantau efektivitasnya.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi analgesik.
Dengan diagnosa keperawatan dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat memperoleh perawatan yang komprehensif dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 4136 | 31 Oct 2024
Klinis : Kasus pemicu Pasien hipernatremia umur 45 tahun, BB 75 kg, dirujuk ke Pusat Jenderal Achmad Yani dengan keluhan kesadaran menurun. Empat hari sebelumnya pasien tertabrak angkot. Pasien pingsan sekitar 10 menit, muntah, keluar darah dari telinga dan hidung, serta tidak mengingat kejadian. Pasien lalu dibawa ke RS. Saat masuk RS, pasien dalam keadaan sadar. Hasil CT scan menunjukkan perdarahan di lobus frontalis kiri dan kanan. Selama perawatan, pasien mendapatkan terapi sefotaxime, asam traneksamat, manitol, ranitidin, insulin, dan neurobion. Pada perawatan hari ke 3, kesadaran semakin menurun. Karena fasilitas yang kurang dan permintaan keluarga, pasien dirujuk ke RSHS. Pasien diketahui menderita kencing manis sejak 5 tahun yang lalu. Pasien juga menderita tekanan darah tinggi, dengan tekanan darah sistol berkisar 140-180 mmhg, Saat masuk IGD RS TD 150/90, HR 135x/menit, RR 24x/menit, suhu 38,5 C, GCS E2M4V2, pupil isokor, 3 mm ODS, isokor, CAD pada EKG, ada kaku kuduk, hasil CT scan ulang menunjukkan perdarahan intraserebal lobus frontalis bilateral, perdarahan subarachnoid dan edema serebri. Hasil lab : Na+ 172, K+3,3, Cl- 113, AGD (pasien mendapat O2 10-12 liter/menit) : pH 7,28, HCO3- 34, pCO2 50, SaO2 90,8%, laktat 2,7. Pasien ditputuskan untuk diintubasi dan dirujuk ke ICU. Terapi di ICU : cefotaxim, fluimucyl, citicolin, OMZ, Vit C, midazolam, koreksi KCl 25 meq, sistenol. 5. Buatlah asuhan keperawatan sesuai kasus diatas (minimal 5 diagnosis keperawatan prioritas beserta intervensinya).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus pasien hipernatremia yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat
- SDKI: Hipernatremia
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
2. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan perdarahan intraserebal dan edema serebri
- SDKI: Gangguan Perfusi Serebral
- SLKI: Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Perdarahan Intrakranial
3. Penurunan Tingkat Kesadaran berhubungan dengan perdarahan intraserebal dan edema serebri
- SDKI: Penurunan Kesadaran
- SLKI: Fungsi Neurologi
- SIKI: Manajemen Cedera Otak
4. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat
- SDKI: Hipovolemia
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur perawatan dan tindakan medis
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat:
- Pasien mengalami hipernatremia, yang dapat disebabkan oleh intake cairan yang tidak memadai.
- Intervensi keperawatan meliputi pemantauan status cairan, pemberian cairan sesuai kebutuhan, dan edukasi tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
2. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan perdarahan intraserebal dan edema serebri:
- Pasien mengalami perdarahan intraserebal dan edema serebri, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan otak.
- Intervensi keperawatan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen perdarahan, dan pemberian terapi sesuai indikasi.
3. Penurunan Tingkat Kesadaran berhubungan dengan perdarahan intraserebal dan edema serebri:
- Pasien mengalami penurunan kesadaran akibat perdarahan intraserebal dan edema serebri.
- Intervensi keperawatan meliputi pemantauan tingkat kesadaran, manajemen cedera otak, dan pemberian terapi sesuai indikasi.
4. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat:
- Pasien mengalami hipovolemia akibat intake cairan yang tidak memadai.
- Intervensi keperawatan meliputi pemantauan status cairan, pemberian cairan sesuai kebutuhan, dan edukasi tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
5. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur perawatan dan tindakan medis:
- Pasien berisiko mengalami infeksi akibat prosedur perawatan dan tindakan medis yang dilakukan.
- Intervensi keperawatan meliputi pencegahan infeksi, pemantauan tanda-tanda infeksi, dan pemberian terapi antibiotik sesuai indikasi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan untuk kasus ini, perawat harus mempertimbangkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, serta bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan terbaik bagi pasien. -
Article No. 4137 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien datang denga keluhan mencret
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan mencret:
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut
Penjelasan:
Diare akut adalah pengeluaran feses cair atau lembek dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Pola Eliminasi Terganggu
- Resiko Dehidrasi
- Resiko Ketidakseimbangan Cairan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Keseimbangan Cairan
- Kontrol Eliminasi
- Pemulihan Kesehatan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Diare
- Manajemen Cairan
- Edukasi Kesehatan
Tujuan keperawatan utama adalah mengatasi diare, mencegah dehidrasi, dan memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian cairan, pemantauan tanda-tanda vital, edukasi tentang diet dan pencegahan diare, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya jika dibutuhkan. -
Article No. 4138 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien datang denga keluhan nyeri pinggang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan nyeri pinggang.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Tanda dan Gejala: Pasien mengeluhkan nyeri pinggang, ekspresi wajah yang meringis, posisi tubuh yang menghindari gerakan, keterbatasan rentang gerak.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan masalah kesehatan atau respons individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan.
- Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" sesuai dengan SDKI.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SLKI adalah standar yang digunakan untuk menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Beberapa luaran yang dapat diharapkan untuk "Nyeri Akut" adalah berkurangnya nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri, dan peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
- Beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk "Nyeri Akut" adalah pemberian analgesik, terapi relaksasi, terapi panas/dingin, dan edukasi manajemen nyeri.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan SDKI - SLKI - SIKI standar dari PPNI untuk pasien dengan keluhan nyeri pinggang. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 4140 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan luka robek ditangan dan lutut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan luka robek di tangan dan lutut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma
Penjelasan:
Diagnosis ini menggambarkan adanya kerusakan atau luka pada permukaan kulit akibat trauma atau cedera yang terjadi pada pasien. Hal ini ditandai dengan adanya luka robek di tangan dan lutut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas kulit membaik
2. Risiko infeksi menurun
3. Rasa nyaman meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan luka
2. Manajemen nyeri
3. Pencegahan infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Perawatan luka: Melakukan pembersihan, dekontaminasi, dan perawatan luka untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi.
2. Manajemen nyeri: Memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien.
3. Pencegahan infeksi: Melakukan tindakan aseptik, penggunaan APD, dan pemantauan tanda-tanda infeksi untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terukur untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan luka dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 4141 | 31 Oct 2024
Klinis : konsultasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi konsultasi.
Diagnosa Keperawatan:
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi terkait kondisi kesehatan.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan mengingat dan/atau memahami informasi tentang suatu kondisi kesehatan, prosedur perawatan kesehatan, dan/atau rencana pengobatan.
- Penyebab: Kurangnya paparan informasi, kurangnya kemampuan kognitif, dan/atau keterbatasan akses terhadap sumber informasi.
- Gejala dan Tanda: Pernyataan pasien tentang ketidaktahuan, pertanyaan yang menunjukkan kebingungan, dan/atau kesulitan menjelaskan kondisi kesehatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang kondisi kesehatan, prosedur perawatan, dan rencana pengobatan.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat menjelaskan kembali informasi yang diberikan dengan benar, pasien dapat mengidentifikasi sumber informasi yang dapat diakses, dan pasien mengajukan pertanyaan yang sesuai untuk menggali informasi lebih lanjut.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Edukasi Kesehatan, Dukungan Pengambilan Keputusan, dan Manajemen Informasi Kesehatan.
- Tujuan Intervensi: Meningkatkan pengetahuan pasien terkait kondisi kesehatan, prosedur perawatan, dan rencana pengobatan, serta memfasilitasi pasien dalam mengakses informasi yang relevan.
Dalam kondisi konsultasi, perawat dapat menerapkan intervensi-intervensi tersebut untuk membantu pasien memperoleh pengetahuan yang cukup dan dapat membuat keputusan yang informasi terkait perawatan kesehatannya. -
Article No. 4142 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri telinga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri telinga.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Faktor yang berhubungan: Agen cedera fisik (infeksi telinga, trauma, dll.)
- Karakteristik mayor: Laporan verbal nyeri, ekspresi wajah menunjukkan nyeri, perubahan tanda-tanda vital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien mampu mengendalikan nyeri.
- Indikator: Skala nyeri menurun, pasien mengatakan nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen nyeri, observasi tanda-tanda vital, pemberian analgesik sesuai resep, terapi kompres hangat/dingin.
- Aktivitas: Identifikasi karakteristik nyeri, ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri.
Dengan demikian, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut, dengan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan dalam penanganan pasien dengan keluhan nyeri telinga. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 4143 | 31 Oct 2024
Klinis : Data Subyektif: Anggota masyarakat mengeluh tentang kurangnya dukungan untuk orang yang hidup dengan HIV. Beberapa laporan tentang penolakan dari teman dan keluarga setelah status HIV diketahui. Masyarakat ingin mencari cara untuk lebih memahami dan menerima anggota yang terinfeksi. Data Obyektif: Catatan dari puskesmas lokal menunjukkan bahwa 40% pasien HIV tidak mendapatkan dukungan keluarga atau sosial. Ditemukan adanya peningkatan jumlah pasien HIV yang mengalami masalah kesehatan mental akibat stigma. Program edukasi yang diadakan tahun lalu hanya menjangkau 20% dari total populasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Isolasi Sosial berhubungan dengan stigma dan penolakan terkait status HIV.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Isolasi Sosial didefinisikan sebagai keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami pemisahan yang tidak dikehendaki dari hubungan sosial atau komunitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah individu dapat terlibat dalam interaksi sosial dan mempertahankan hubungan yang bermakna.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah:
- Memfasilitasi partisipasi dalam aktivitas sosial
- Mengidentifikasi sumber dukungan sosial
- Mengembangkan rencana untuk meningkatkan keterlibatan sosial
- Memberikan edukasi terkait HIV/AIDS dan mengurangi stigma
Berdasarkan data yang Anda berikan, masyarakat memerlukan dukungan dan pemahaman yang lebih baik untuk menerima anggota masyarakat yang hidup dengan HIV. Diperlukan upaya peningkatan edukasi dan program-program yang dapat menjangkau populasi yang lebih luas untuk mengurangi stigma dan isolasi sosial pada pasien HIV.