Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4112 | 31 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki Tn H umur 60 tahun, petani, masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang semakin memberat selama 6 bulan, batuk kronis disertai dahak bercampur darah (hemoptisis), dan penurunan berat badan sebesar 10 kg dalam 4 bulan terakhir karena tidak nafsu makan. Memiliki Riwayat merokok 25 batang/hari selama 35 tahun dan Riwayat penyakit Bronkitis kronis. Pasien mengetahui bahwa merokok merupakan penyebab penyakitnya, tetapi merasa tidak siap dengan diagnosis kanker paru dan prognosisnya. Pasien merasa sesak saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan, cepat merasa lelah, dan tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari. Sulit tidur karena batuk yang sering dan sesak napas pada malam hari. Tidur kurang dari 5 jam per malam. Tidak ada gangguan dalam proses berpikir, namun pasien merasa bingung dan takut mengenai penyakit dan pengobatannya. Pasien merasa rendah diri dan cemas karena kondisi fisiknya yang semakin melemah dan tidak mampu bekerja lagi untuk menghidupi keluarganya. Pasien mulai merenung tentang arti hidup dan merasa bersalah karena tidak berhenti merokok lebih awal. Pasien merasa sangat stres dan cemas dengan diagnosis kanker paru dan takut terhadap kemungkinan prognosis yang buruk. Pasien menyatakan tidak tertarik untuk melakukan hubungan seksual karena merasa lemah dan sesak napas. Pasien adalah kepala keluarga dan tulang punggung keluarga, namun saat ini tidak dapat bekerja karena kondisi fisiknya. Pasien merasa tidak berguna bagi keluarga. Pemeriksaan Fisik • Kesadaran:Compos mentis • Frekuensi napas: 30 kali/menit • Frekuensi jantung: 105 kali/menit • Saturasi oksigen: 85% (tanpa oksigen) • Tekanan darah:130/80 mmHg • Suara napas : Ronki Ditemukan pada lobus atas paru kanan, Suara napas melemah di bagian atas paru kanan • Jantung: Bunyi jantung normal, tanpa murmur Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium Darah • Hemoglobin (Hb): 11,2 g/dL • Leukosit: 14.500/mm3 • Trombosit: 300.000/mm3 • SGOT: 38 IU/L • SGPT: 32 IU/L • Albumin:3,0 g/dL • CEA (Carcinoembryonic Antigen): 55 ng/mL 2. Rontgen Dada Massa di lobus atas paru kanan dengan diameter 6 cm, ada infiltrasi ke jaringan sekitarnya. 3. CT-Scan Thoraks Mengonfirmasi massa di lobus atas kanan sebesar 6,5 cm dengan perluasan ke mediastinum. Ada pembesaran kelenjar getah bening mediastinum. 4. Biopsi Massa (Histopatologi) Hasil: Adenokarsinoma Paru (kanker paru tipe non-sel kecil) pada lobus atas kanan. 5. Pemeriksaan Fungsi Paru FEV1/FVC: 60% Kapasitas vital paru: 65% dari prediksi Pengobatan dan Obat yang Diberikan: 1. Kemoterapi • Cisplatin 75 mg/m2 IV setiap 21 hari. Diberikan selama 6 siklus. Dosis pasien: 120 mg IV. • Pemetrexed 500 mg/m2 IV setiap 21 hari. Diberikan selama 6 siklus. Dosis pasien: 820 mg IV. 2. Terapi Oksigen Oksigen nasal kanul 3-4 L/menit untuk menjaga saturasi oksigen di atas 90%. 3. Obat-obatan yang Diberikan • Salbutamol Inhalasi (Ventolin®) 2,5 mg nebulisasi setiap 6-8 jam: • Dexamethasone 5 mg IV setiap 12 jam: • Ondansetron 8 mg IV sebelum kemoterapi: • Morphine Sulfate 5 mg IV setiap 4 jam jika diperlukan: • Paracetamol 500 mg PO setiap 6-8 jam jika diperlukan: • Lansoprazole 30 mg PO sekali sehari: • Filgrastim (G-CSF) 300 mcg SC hari ke-2 hingga ke-5 setelah kemoterapi: 4. Radioterapi Setelah kemoterapi, pasien direncanakan menjalani radioterapi dengan dosis total 60 Gray (Gy) yang diberikan dalam 30 sesi (2 Gy per sesi). 5. Nutrisi Pemberian diet tinggi kalori dan protein untuk meningkatkan status gizi pasien yang mengalami penurunan berat badan drastis. 6. Rehabilitasi Paru Latihan pernapasan untuk meningkatkan kapasitas paru dan mengurangi sesak napas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. H yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan bronkospasme akibat kanker paru.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional dan kelelahan akibat kanker paru.
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik dan penurunan kemampuan fungsional akibat kanker paru.
4. Kecemasan berhubungan dengan diagnosis kanker paru dan prognosis yang tidak pasti.
5. Gangguan Proses Keluarga berhubungan dengan perubahan peran pasien sebagai pencari nafkah utama keluarga.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- SDKI: Proses pernapasan tidak efektif dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan.
- SLKI: Pasien dapat secara efektif membersihkan jalan napas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif.
2. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat energi yang cukup.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
3. Gangguan Citra Tubuh:
- SDKI: Gangguan dalam persepsi atau gambaran diri seseorang terhadap tubuhnya.
- SLKI: Pasien dapat menerima perubahan citra tubuh dan mengelola dampak psikologisnya.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien menerima perubahan citra tubuh.
4. Kecemasan:
- SDKI: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak diketahui.
- SLKI: Pasien dapat mengelola kecemasan terkait penyakit dan pengobatannya.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien mengelola kecemasan.
5. Gangguan Proses Keluarga:
- SDKI: Perubahan dalam pola interaksi dan fungsi keluarga sebagai unit.
- SLKI: Keluarga dapat beradaptasi dan mengelola perubahan dalam fungsi keluarga.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu keluarga beradaptasi dengan perubahan.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan ini mencakup aspek fisik, psikologis, dan sosial yang terkait dengan kondisi kanker paru yang dialami oleh Tn. H. Intervensi keperawatan yang sesuai akan membantu pasien dan keluarganya dalam menghadapi tantangan yang muncul akibat penyakitnya. -
Article No. 4113 | 31 Oct 2024
Klinis : Ny. N, usia 60 tahun, masuk ruang perawatan RS pada tanggal 15 Desember 2022 dengan rencana kemoterapi karena kanker payudara stadium lanjut. Pasien berasal dari Sulawesi Tengah dengan riwayat pengobatan kemoterapi 6 siklus dan radiasi payudara 6x sebelumnya di RS Makassar. Pasien dan keluarga memutuskan pindah berobat ke RSKD Jakarta atas keinginan sendiri dengan harapan kesembuhan yang tinggi. Kondisi pasien saat masuk rawat kesadaran compos mentis, hemodinamik dalam batas normal. Tekanan darah 112/70 mmHg, nadi 92 x/menit, pernapasan 20 x/menit, temperatur 36,2 °C dan saturasi oksigen 97%. Pasien mengeluh merasa capek dan nyeri seluruh tubuhnya. Dari hasil pengkajian perawat, diperoleh data bahwa pasien mengalami gangguan nutrisi akibat asupan makanan yang tidak adekuat dan nafsu makan yang menurun akibat lemah dan nyeri. Berat badan sekitar 38 kg dengan tinggi badan 150 cm, diperoleh IMT 16,9 yang termasuk kategori kurus. Pasien hanya mampu menghabiskan 5 sendok makan dari porsi makan yang diberikan dari RS. Pasien tampak lemah dan tubuh pasien terlihat kaheksia. Hasil pengkajian nyeri diperoleh skala nyeri NRS= 7 hilang timbul dan terasa seperti ditusuk-tusuk. Terdapat luka payudara yang luas di dada pasien hingga area perut dan punggung kanan. Luka terbalut kasa dan terlihat banyak mengeluarkan cairan serta terdapat perdarahan di beberapa titik luka saat perawat melakukan penggantian balutan luka. Hasil laboratorium menunjukkan Hb: 10,1 g/dL Leukosit: 5,3 103/µl, Trombosit: 213 103/µl, Protein total: 4,8 g/dL, Albumin: 2,0 g/dL. Elektrolit Natrium: 132 mmol/L, Kalium: 2,8 mmol/L, Klorida: 90 mmol/L, GDS 92 mg/dL. Pasien tampak lemah, sebagian besar kebutuhannya dibantu oleh perawat dan keluarga. Keluarga menyampaikan bahwa mereka mengikuti keinginan ibu mereka (pasien itu sendiri) yang menginginkan pengobatan di RS Jakarta. Pasien adalah seorang istri, dan ibu dari 3 orang anak yang memiliki semangat dan harapan sembuh tinggi. Suami dan anak-anak pasien tidak ingin mematahkan semangat pasien dan mendukung keputusan pasien untuk pindah pengobatan dari RS Makassar ke RSKD Jakarta. Keluarga besar lainnya juga turut mendukung keputusan pasien dan mensupportnya sehingga pasien merasa bertambah semangat untuk menjalani pengobatan di RS Jakarta.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan Ny. N, beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Asupan Nutrisi Tidak Adekuat
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Malnutrisi adalah status gizi yang buruk akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Salah satu luaran yang diharapkan adalah Berat Badan Membaik, dengan kriteria hasil seperti Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam rentang normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Gizi, seperti Pemantauan Asupan Nutrisi, Pemberian Suplemen Nutrisi, dan Kolaborasi dengan Ahli Gizi.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Kenyamanan Nyeri Berhubungan dengan Luka Kanker Payudara
- SDKI: Gangguan Kenyamanan Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Salah satu luaran yang diharapkan adalah Nyeri Terkontrol, dengan kriteria hasil seperti Skala Nyeri Menurun dan Kemampuan Mengatasi Nyeri Meningkat.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri, seperti Pemberian Analgesik, Terapi Relaksasi, dan Kolaborasi dengan Tim Medis untuk Penatalaksanaan Nyeri.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi Berhubungan dengan Luka Kanker Payudara
- SDKI: Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Salah satu luaran yang diharapkan adalah Infeksi Terkendali, dengan kriteria hasil seperti Tanda-tanda Infeksi Menurun dan Penyembuhan Luka Membaik.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Perawatan Luka, seperti Pengkajian Luka, Pemberian Balutan Luka, dan Kolaborasi dengan Tim Medis untuk Penatalaksanaan Luka.
Penjelasan singkat di atas menggambarkan pendekatan keperawatan yang komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk menangani kondisi Ny. N. -
Article No. 4114 | 31 Oct 2024
Klinis : Ckd, hipertensi, diabetes melitus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memahami kondisi pasien yang Anda sampaikan, yaitu CKD (Chronic Kidney Disease), hipertensi, dan diabetes melitus, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Ginjal Kronis
- Definisi: Penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat mengganggu fungsi ginjal secara kronis.
- Penyebab: Penyakit ginjal kronis, hipertensi, diabetes melitus.
- Gejala: Penurunan laju filtrasi glomerulus, peningkatan urea dan kreatinin darah, edema, perubahan output urin.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan energi.
- Penyebab: Penyakit ginjal kronis, hipertensi, diabetes melitus.
- Gejala: Kelelahan, kelemahan, dispnea, palpitasi.
3. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif
- Definisi: Pola perilaku yang tidak konsisten dalam menjalankan regimen terapeutik untuk mengelola kondisi kesehatan.
- Penyebab: Kurangnya pengetahuan, dukungan sosial yang tidak memadai, hambatan ekonomi.
- Gejala: Ketidakpatuhan terhadap pengobatan, diet, dan olahraga.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, penyebab, dan gejala dari diagnosa keperawatan yang digunakan di Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi luaran (outcome) yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar SDKI - SLKI - SIKI ini memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan kondisi CKD, hipertensi, dan diabetes melitus. -
Article No. 4115 | 31 Oct 2024
Klinis : Ny. N, usia 60 tahun, masuk ruang perawatan RS pada tanggal 15 Desember 2022 dengan rencana kemoterapi karena kanker payudara stadium lanjut. Pasien berasal dari Sulawesi Tengah dengan riwayat pengobatan kemoterapi 6 siklus dan radiasi payudara 6x sebelumnya di RS Makassar. Pasien dan keluarga memutuskan pindah berobat ke RSKD Jakarta atas keinginan sendiri dengan harapan kesembuhan yang tinggi. Kondisi pasien saat masuk rawat kesadaran compos mentis, hemodinamik dalam batas normal. Tekanan darah 112/70 mmHg, nadi 92 x/menit, pernapasan 20 x/menit, temperatur 36,2 °C dan saturasi oksigen 97%. Pasien mengeluh merasa capek dan nyeri seluruh tubuhnya. Dari hasil pengkajian perawat, diperoleh data bahwa pasien mengalami gangguan nutrisi akibat asupan makanan yang tidak adekuat dan nafsu makan yang menurun akibat lemah dan nyeri. Berat badan sekitar 38 kg dengan tinggi badan 150 cm, diperoleh IMT 16,9 yang termasuk kategori kurus. Pasien hanya mampu menghabiskan 5 sendok makan dari porsi makan yang diberikan dari RS. Pasien tampak lemah dan tubuh pasien terlihat kaheksia. Hasil pengkajian nyeri diperoleh skala nyeri NRS= 7 hilang timbul dan terasa seperti ditusuk-tusuk. Terdapat luka payudara yang luas di dada pasien hingga area perut dan punggung kanan. Luka terbalut kasa dan terlihat banyak mengeluarkan cairan serta terdapat perdarahan di beberapa titik luka saat perawat melakukan penggantian balutan luka. Hasil laboratorium menunjukkan Hb: 10,1 g/dL Leukosit: 5,3 103/µl, Trombosit: 213 103/µl, Protein total: 4,8 g/dL, Albumin: 2,0 g/dL. Elektrolit Natrium: 132 mmol/L, Kalium: 2,8 mmol/L, Klorida: 90 mmol/L, GDS 92 mg/dL. Pasien tampak lemah, sebagian besar kebutuhannya dibantu oleh perawat dan keluarga. Keluarga menyampaikan bahwa mereka mengikuti keinginan ibu mereka (pasien itu sendiri) yang menginginkan pengobatan di RS Jakarta. Pasien adalah seorang istri, dan ibu dari 3 orang anak yang memiliki semangat dan harapan sembuh tinggi. Suami dan anak-anak pasien tidak ingin mematahkan semangat pasien dan mendukung keputusan pasien untuk pindah pengobatan dari RS Makassar ke RSKD Jakarta. Keluarga besar lainnya juga turut mendukung keputusan pasien dan mensupportnya sehingga pasien merasa bertambah semangat untuk menjalani pengobatan di RS Jakarta.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan untuk Ny. N adalah sebagai berikut:
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan tidak adekuat dan penurunan nafsu makan.
- SDKI: Nutrisi Tidak Adekuat
- SLKI: Kepatuhan Nutrisi Buruk
- SIKI: Manajemen Nutrisi
2. Nyeri kronis berhubungan dengan luka pada payudara, dada, perut, dan punggung.
- SDKI: Nyeri Kronis
- SLKI: Kontrol Nyeri Buruk
- SIKI: Manajemen Nyeri
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan ketergantungan pasien.
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- SLKI: Kemandirian Aktivitas Sehari-hari Buruk
- SIKI: Peningkatan Kemandirian Aktivitas Sehari-hari
Penjelasan singkat:
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- SDKI: Nutrisi Tidak Adekuat - Ketidakcukupan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
- SLKI: Kepatuhan Nutrisi Buruk - Ketidakmampuan atau ketidakmauan pasien untuk mengikuti rencana nutrisi yang direkomendasikan.
- SIKI: Manajemen Nutrisi - Intervensi keperawatan untuk memantau, mengatur, dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
2. Nyeri kronis:
- SDKI: Nyeri Kronis - Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Kontrol Nyeri Buruk - Ketidakmampuan pasien untuk mengontrol atau mengendalikan nyeri yang dirasakannya.
- SIKI: Manajemen Nyeri - Intervensi keperawatan untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola nyeri yang dialami pasien.
3. Defisit perawatan diri:
- SDKI: Defisit Perawatan Diri - Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- SLKI: Kemandirian Aktivitas Sehari-hari Buruk - Keterbatasan dalam kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- SIKI: Peningkatan Kemandirian Aktivitas Sehari-hari - Intervensi keperawatan untuk membantu pasien meningkatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 4116 | 31 Oct 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) berdasarkan kondisi pasien anak perempuan berusia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosis campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan sistem imun yang lemah akibat infeksi virus campak.
SDKI:
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan komplikasi.
- Faktor Risiko: Sistem imun yang lemah, pemaparan terhadap agen patogen, kurangnya pengetahuan/pemahaman tentang pencegahan infeksi.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi komplikasi infeksi sekunder, pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Monitor tanda dan gejala infeksi, Edukasi pencegahan infeksi silang, Jaga kebersihan lingkungan dan alat kesehatan, Kolaborasi pemberian terapi antivirus/antibiotik.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan demam dan ruam kulit akibat infeksi virus campak.
SDKI:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor Penyebab: Proses patologis (demam, infeksi), stimulus yang membahayakan.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat mengendalikan nyeri.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Identifikasi karakteristik nyeri, Kolaborasi pemberian terapi analgetik, Manajemen lingkungan yang nyaman, Distraksi dan relaksasi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat demam tinggi dan infeksi virus campak.
SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- Faktor Penyebab: Kelemahan fisik, malaise, kelelahan.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, Pasien dapat beradaptasi dengan keterbatasan aktivitas.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Kaji tingkat aktivitas dan toleransi, Terapkan manajemen aktivitas bertahap, Kolaborasi fisioterapi, Edukasi manajemen energi.
Secara umum, fokus utama asuhan keperawatan pada pasien ini adalah mencegah komplikasi infeksi, mengelola nyeri dan ketidaknyamanan, serta memfasilitasi pemulihan agar pasien dapat kembali beraktivitas secara optimal. -
Article No. 4117 | 31 Oct 2024
Klinis : Bapak S, usia 60 tahun, adalah seorang perokok berat dengan riwayat hipertensi dan diabetes. Selama beberapa bulan terakhir, ia sering merasakan nyeri pada betisnya saat berjalan, yang hilang setelah ia beristirahat. Ia juga memperhatikan bahwa luka kecil di pergelangan kakinya sulit sembuh. Akhirnya, ia berkonsultasi dengan dokter yang mendiagnosisnya dengan Penyakit Arteri Perifer (PAD).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Bapak S, izinkan saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Bapak alami saat ini.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Perifer Berhubungan dengan Penyakit Arteri Perifer (PAD)
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Penurunan aliran darah ke perifer yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
- Karakteristik Definisi: Nyeri saat berjalan, luka sulit sembuh, penurunan sensasi, perubahan warna kulit.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan perifer membaik, tidak ada tanda-tanda iskemia, luka sembuh dengan baik.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, perawatan luka, edukasi tentang gaya hidup sehat (berhenti merokok, kontrol diabetes, dan hipertensi).
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Bapak S adalah Gangguan Perfusi Perifer Berhubungan dengan Penyakit Arteri Perifer (PAD). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, perawatan luka, dan edukasi terkait gaya hidup sehat untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perfusi jaringan perifer yang membaik dan penyembuhan luka yang baik. -
Article No. 4118 | 31 Oct 2024
Klinis : Tekanan Darah: 134/85 mmHg 2. Nadi: 86x/menit 3. RR: 20 x / menit 4. SPo2: 100% dengan nasal kanul 5. Output urine: 100 ml 6. Perdarahan: 300 ml 7. Pasien diberikan obat ketorolac 30 mg/8 jam dan Paracetamol 1 gr/8 jam oral 34 8. Pasien dibaringkan dengan posisi head up 30° 9. Obat anti hipertensi amlodipine dilanjutkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Aktual
- Definisi: Berisiko mengalami kehilangan cairan dan darah yang melebihi volume normal, yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor Risiko: Pemberian obat antitrombotik (ketorolac).
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Pemberian obat antiinflamasi non-steroid (ketorolac).
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Perdarahan.
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Perdarahan Aktual:
- SLKI: Perdarahan Terkendali, Perfusi Jaringan Adekuat.
- SIKI: Manajemen Perdarahan, Terapi Cairan, Pemantauan Tanda Vital.
2. Nyeri Akut:
- SLKI: Nyeri Terkontrol.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Pemberian Analgesik, Terapi Relaksasi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- SLKI: Status Nutrisi Membaik.
- SIKI: Pemantauan Intake Nutrisi, Kolaborasi dengan Ahli Gizi, Pemberian Nutrisi Enteral/Parenteral.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara komprehensif, termasuk memantau tanda-tanda vital, perdarahan, output urin, dan respons pasien terhadap pengobatan. Intervensi keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan standar SIKI dan bertujuan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan sesuai dengan SLKI. -
Article No. 4119 | 31 Oct 2024
Klinis : Bapak S, usia 60 tahun, adalah seorang perokok berat dengan riwayat hipertensi dan diabetes. Selama beberapa bulan terakhir, ia sering merasakan nyeri pada betisnya saat berjalan, yang hilang setelah ia beristirahat. Ia juga memperhatikan bahwa luka kecil di pergelangan kakinya sulit sembuh. Akhirnya, ia berkonsultasi dengan dokter yang mendiagnosisnya dengan Penyakit Arteri Perifer (PAD).
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur medis terkait dengan kondisi Bapak S:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I70.21
- Deskripsi: Aterosklerosis ekstremitas bawah dengan claudicatio intermittens
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 38.18
- Deskripsi: Revaskularisasi arteri ekstremitas bawah dengan bypass
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, Bapak S, seorang perokok berat dengan riwayat hipertensi dan diabetes, mengalami gejala-gejala yang mengarah pada Penyakit Arteri Perifer (PAD). Secara spesifik, ia sering merasakan nyeri pada betis saat berjalan (claudicatio intermittens) yang hilang saat beristirahat, serta memiliki luka kecil di pergelangan kaki yang sulit sembuh.
Kode ICD-10 I70.21 merujuk pada aterosklerosis ekstremitas bawah dengan claudicatio intermittens. Aterosklerosis adalah penyakit pembuluh darah yang ditandai dengan penumpukan plak di dinding arteri, menyebabkan penyempitan dan pengurangan aliran darah, terutama pada ekstremitas bawah.
Jika diperlukan, kode ICD-9-CM 38.18 dapat digunakan untuk prosedur revaskularisasi arteri ekstremitas bawah dengan bypass. Prosedur ini dilakukan untuk memperbaiki aliran darah ke ekstremitas bawah yang terganggu akibat penyakit arteri perifer.
Pengodean yang tepat dan penggunaan standar internasional seperti ICD-10 dan ICD-9-CM sangat penting dalam dokumentasi medis untuk memastikan ketepatan diagnosis, perawatan, dan penagihan biaya kesehatan yang sesuai. -
Article No. 4120 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien ny d sesak nafas RR:28, Tampak hipersekresi terdengar suara gurgling
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien Ny. D dengan sesak napas, RR: 28, tampak hipersekresi terdengar suara gurgling.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
3. Pasien dapat bernapas dengan mudah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Observasi tanda-tanda vital, terutama frekuensi napas.
2. Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret.
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
4. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan napas dalam dan batuk efektif.
5. Berikan nebulizer atau humidifier untuk melembapkan udara.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien Ny. D dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, mengeluarkan sekret dengan efektif, dan bernapas dengan mudah. -
Article No. 4122 | 31 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan tubuhnya agak kedinginan saat sore, malam harinya ia menggigil dan berkeringat secara bergantian. Ia mengalami demam dan batuk serta merasakan dadanya nyeri. Batuknya produktif dan mengeluarkan sputum berwarna kuning kecoklatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Pasien dapat mengeluarkan sekret dari saluran napas secara efektif.
3. Pasien dapat bernafas dengan mudah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor pola napas, suara napas, dan penggunaan otot bantu napas.
2. Auskultasi suara napas dan bunyi tambahan.
3. Berikan posisi Semi-Fowler atau posisi lain yang memudahkan ekspektorasi.
4. Berikan inhalasi uap air hangat atau nebulizer untuk melembapkan jalan napas.
5. Bantu pasien dalam melakukan batuk efektif dan ekspektorasi.
6. Berikan oksigen sesuai indikasi.
Pasien dalam kondisi ini mengalami gejala-gejala yang menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan, seperti demam, batuk produktif dengan sputum berwarna, dan rasa nyeri di dada. Hal ini dapat menyebabkan jalan napas menjadi tidak efektif akibat adanya sekret atau obstruksi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk membantu membersihkan jalan napas pasien dan mempertahankan ventilasi yang adekuat.