Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4101 | 31 Oct 2024
Klinis : MASTITIS
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi MASTITIS:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N61
- Deskripsi: Mastitis nongranulomatosa.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 85.20
- Deskripsi: Drainase dan debridemen daerah mastitis.
Mastitis adalah suatu peradangan pada jaringan payudara, biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Gejala yang umum terlihat adalah pembengkakan, kemerahan, dan rasa nyeri pada payudara. Kode ICD-10 N61 mencakup berbagai bentuk mastitis nongranulomatosa, seperti mastitis puerperal, abses payudara, dan peradangan payudara lainnya.
Dalam penanganan mastitis, tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah drainase dan debridemen daerah mastitis, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 85.20. Prosedur ini dilakukan untuk mengeluarkan cairan atau nanah yang terkumpul di dalam payudara, serta membersihkan jaringan yang terinfeksi, sehingara dapat membantu mempercepat penyembuhan.
Selain itu, penanganan mastitis juga dapat meliputi pemberian antibiotik, kompres hangat, pemberian analgesik, dan konseling laktasi jika terjadi pada ibu menyusui. Penatalaksanaan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi, seperti pembentukan abses payudara. -
Article No. 4102 | 31 Oct 2024
Klinis : MASTITIS
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi MASTITIS dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Pola Menyusui (00104)
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mengatur pola menyusui yang efektif.
Faktor Terkait:
- Infeksi payudara (mastitis)
- Ketidaknyamanan payudara
- Keterbatasan pengetahuan tentang teknik menyusui yang benar
Karakteristik Definitif:
- Perubahan pola menyusui
- Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui yang efektif
- Rasa sakit atau ketidaknyamanan saat menyusui
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Kaji pola menyusui dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
2. Ajarkan teknik menyusui yang benar dan ergonomis
3. Berikan informasi tentang manajemen mastitis dan perawatan payudara
4. Kolaborasi dengan ahli lain (misalnya dokter, laktasi konsultan) untuk penanganan yang komprehensif
5. Pantau perkembangan dan evaluasi efektivitas intervensi
SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menyediakan definisi, faktor terkait, dan karakteristik definitif dari diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Pola Menyusui".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) mengidentifikasi luaran keperawatan yang diharapkan, seperti "Pola Menyusui Efektif" dan "Manajemen Mastitis".
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti "Manajemen Mastitis" dan "Edukasi Teknik Menyusui".
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan berpedoman pada praktik keperawatan terbaik dalam menangani kasus mastitis. -
Article No. 4103 | 31 Oct 2024
Klinis : Seorang Laki-laki, Tn. B 32 tahun datang ke Poli Klinik Kulit dan Kelamin RSUD dr.Sayidiman Magetan pada hari Jum’at 7 Juli 2022 pukul 09.30 WIB. Pasien mengeluh gatal disertai bercak kemerahan pada daerah tangan, lengan, ujung tungkai, badan, dan kepala sejak ±10 tahun yang lalu dan hilang timbul. Pasien mengeluh nyeri di bagian yang gatal dan kemerahan, semakin nyeri setelah pasien menggaruknya, skala nyeri 3 (ringan), perih dan panas, hilang timbul. Pasien juga mengatakan tertekan dengan kondisinya saat ini. Pasien sudah pernah memeriksakan keadaannya di Poliklinik Kulit dan Kelamin di jakarta dan diberi salep tetapi semenjak salepnya habis keluhan kembali muncul. Pasien bekerja sebagai petani. Karena merasa gatal itu pasien merasa terganggu dalam bekerja. Riwayat kebiasaan Pasien sering menggaruk bagian yang terasa sangat gatal, pasien mandi 2x dalam sehari menggunakan sabun yang ada di rumah, pasien berobat apabila sakitnya kambuh. Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat, maupun bahan-bahan alergen lainnya. Riwayat keluhan serupa dan penyakit sistemik lain disangkal dalam keluarga. Riwayat memiliki kebiasaan merokok. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum penderita baik, kesadaran compos mentis. Status generalis dalam batas normal. Pasien tampak meringis dan gelisah. Status dermatologis pada kepala, lengan, tangan, tungkai dan kaki. didapatkan efloresensi berupa makula eritem, nummular, multiple skuama, berbatas tegas, generalisata. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. B:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan/kelemahan akibat penyakit kulit
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal yang berkelanjutan
3. Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat penyakit kulit
Penjelasan singkat:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan/kelemahan akibat penyakit kulit
- SDKI: Intoleransi aktivitas
- SLKI: Pemulihan energi
- SIKI: Manajemen energi
Pasien mengalami gangguan aktivitas akibat gejala gatal dan kemerahan pada kulit yang membuatnya merasa terganggu dalam bekerja sebagai petani. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien mengatur aktivitas dan istirahat, serta mengatasi keletihan/kelemahan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal yang berkelanjutan
- SDKI: Gangguan pola tidur
- SLKI: Kualitas tidur
- SIKI: Manajemen tidur
Pasien mengalami gangguan tidur akibat gatal yang berkelanjutan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien mencapai pola tidur yang adekuat melalui manajemen gejala gatal dan kenyamanan.
3. Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat penyakit kulit
- SDKI: Gangguan konsep diri: citra tubuh
- SLKI: Penerimaan diri
- SIKI: Terapi aktivitas
Pasien mengalami gangguan citra tubuh akibat perubahan penampilan fisik karena penyakit kulit. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membantu pasien menerima dan beradaptasi dengan perubahan penampilan fisiknya. -
Article No. 4104 | 31 Oct 2024
Klinis : Demam 5 hari,mual muntah 10 kali tidak.mau makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien mencapai keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi tubuh.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, seperti pemberian nutrisi enteral atau parenteral, mengatur pola makan, dan memantau asupan nutrisi.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami demam selama 5 hari dan mual muntah sebanyak 10 kali serta tidak mau makan, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi tubuh. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. -
Article No. 4105 | 31 Oct 2024
Klinis : Bayi tampak kuning seluruh tubuh, bayi malas minum, bayi tampak lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Ikterus Neonatorum
Definisi: Kondisi di mana terjadi peningkatan bilirubin yang mengakibatkan kulit dan sklera bayi tampak kekuningan.
2. Intake Nutrisi Tidak Adekuat
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan diagnosis keperawatan.
- Dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin keseragaman praktik keperawatan di Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Dikembangkan oleh PPNI untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Dikembangkan oleh PPNI untuk menjamin keseragaman intervensi keperawatan di Indonesia.
Dalam menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan, perawat harus mengacu pada standar-standar ini untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandarisasi. -
Article No. 4106 | 31 Oct 2024
Klinis : Pasien klinis tampak kuning seluruh tubuh, malas menyusu, sempat ada kejang dan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan homeostasis.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer: Kondisi di mana ada penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan homeostasis, seperti perubahan pada fungsi hati, ginjal, atau sistem kardiovaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perfusi jaringan: Status sirkulasi darah ke jaringan perifer yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang membaik, seperti warna kulit yang normal, hangat, dan tidak ada edema.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Observasi tanda-tanda vital, pemantauan cairan masuk-keluar, pemberian oksigen, terapi suportif, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse: Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat yang saya berikan didasarkan pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. Saya berharap informasi ini dapat membantu Anda memahami kondisi pasien dan intervensi keperawatan yang diperlukan. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 4107 | 31 Oct 2024
Klinis : Demam 5 hari muntah 3x diare lebih dari 10 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi demam 5 hari, muntah 3 kali, dan diare lebih dari 10 kali.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas akibat demam.
3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan akibat demam, diare, dan muntah.
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hipovolemia: Penurunan volume cairan intravaskular.
- Risiko Infeksi: Peningkatan risiko terserang patogen.
- Defisit Perawatan Diri: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hipovolemia: Mempertahankan volume cairan dan elektrolit yang adekuat.
- Risiko Infeksi: Tidak terjadi infeksi.
- Defisit Perawatan Diri: Kemampuan melakukan aktivitas perawatan diri yang mandiri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Hipovolemia: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, dan edukasi tentang penggantian cairan dan elektrolit.
- Risiko Infeksi: Pemantauan tanda-tanda infeksi, manajemen demam, dan edukasi tentang pencegahan infeksi.
- Defisit Perawatan Diri: Bantuan dalam aktivitas perawatan diri, edukasi tentang perawatan diri, dan peningkatan kapasitas fungsional.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar bagi pasien dengan kondisi demam, muntah, dan diare. -
Article No. 4108 | 31 Oct 2024
Klinis : Pasien klinis tampak kuning seluruh tubuh, malas menyusu, sempat ada kejang dan demam, kulit tampak kering
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi klinis yang Anda deskripsikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ikterus Neonatorum (SDKI)
Definisi: Keadaan hiperbilirubinemia pada neonatus yang ditandai dengan kulit dan sklera tampak kekuningan.
2. Intoleransi Menyusu (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan bayi untuk menyusu secara adekuat.
3. Risiko Kejang (SDKI)
Definisi: Rentan mengalami aktivitas neurologis abnormal yang tidak dapat dikendalikan.
4. Hipertermia (SDKI)
Definisi: Kenaikan suhu tubuh di atas normal.
5. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Ikterus Neonatorum
2. Adaptasi Menyusu yang Efektif
3. Kontrol Kejang
4. Pemulihan Suhu Tubuh
5. Toleransi Aktivitas yang Memadai
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tingkat Bilirubin
2. Manajemen Menyusu
3. Pencegahan Kejang
4. Manajemen Hipertermia
5. Manajemen Aktivitas
Penjelasan singkat:
Pasien dengan kondisi klinis seperti yang dideskripsikan mengalami kondisi ikterus neonatorum (kuning pada seluruh tubuh), intoleransi menyusu (malas menyusu), risiko kejang (sempat ada kejang), hipertermia (demam), dan intoleransi aktivitas (tampak lemah). Diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien tersebut dan mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. -
Article No. 4109 | 31 Oct 2024
Klinis : Demam 5 hari suhu 40 derajat muntah 3x diare lebih dari 10 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Disekuilibrasi Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan Diare dan Muntah
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Disekuilibrasi Cairan dan Elektrolit: Keadaan di mana individu berisiko mengalami ketidakseimbangan antara intake dan output cairan serta elektrolit yang dapat mengancam kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
2. Keseimbangan Elektrolit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
2. Manajemen Elektrolit
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
4. Perawatan Diare
5. Perawatan Muntah
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan demam, muntah, dan diare yang berlangsung lebih dari 5 hari berisiko mengalami disekuilibrasi cairan dan elektrolit. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan komplikasi lainnya jika tidak segera diatasi. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen cairan dan elektrolit, pemantauan tanda-tanda vital, perawatan diare, dan perawatan muntah untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit pasien. -
Article No. 4111 | 31 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki Tn H umur 60 tahun, petani, masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang semakin memberat selama 6 bulan, batuk kronis disertai dahak bercampur darah (hemoptisis), dan penurunan berat badan sebesar 10 kg dalam 4 bulan terakhir karena tidak nafsu makan. Memiliki Riwayat merokok 25 batang/hari selama 35 tahun dan Riwayat penyakit Bronkitis kronis. Pasien mengetahui bahwa merokok merupakan penyebab penyakitnya, tetapi merasa tidak siap dengan diagnosis kanker paru dan prognosisnya. Pasien merasa sesak saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan, cepat merasa lelah, dan tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari. Sulit tidur karena batuk yang sering dan sesak napas pada malam hari. Tidur kurang dari 5 jam per malam. Tidak ada gangguan dalam proses berpikir, namun pasien merasa bingung dan takut mengenai penyakit dan pengobatannya. Pasien merasa rendah diri dan cemas karena kondisi fisiknya yang semakin melemah dan tidak mampu bekerja lagi untuk menghidupi keluarganya. Pasien mulai merenung tentang arti hidup dan merasa bersalah karena tidak berhenti merokok lebih awal. Pasien merasa sangat stres dan cemas dengan diagnosis kanker paru dan takut terhadap kemungkinan prognosis yang buruk. Pasien menyatakan tidak tertarik untuk melakukan hubungan seksual karena merasa lemah dan sesak napas. Pasien adalah kepala keluarga dan tulang punggung keluarga, namun saat ini tidak dapat bekerja karena kondisi fisiknya. Pasien merasa tidak berguna bagi keluarga. Pemeriksaan Fisik • Kesadaran:Compos mentis • Frekuensi napas: 30 kali/menit • Frekuensi jantung: 105 kali/menit • Saturasi oksigen: 85% (tanpa oksigen) • Tekanan darah:130/80 mmHg • Suara napas : Ronki Ditemukan pada lobus atas paru kanan, Suara napas melemah di bagian atas paru kanan • Jantung: Bunyi jantung normal, tanpa murmur Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium Darah • Hemoglobin (Hb): 11,2 g/dL • Leukosit: 14.500/mm3 • Trombosit: 300.000/mm3 • SGOT: 38 IU/L • SGPT: 32 IU/L • Albumin:3,0 g/dL • CEA (Carcinoembryonic Antigen): 55 ng/mL 2. Rontgen Dada Massa di lobus atas paru kanan dengan diameter 6 cm, ada infiltrasi ke jaringan sekitarnya. 3. CT-Scan Thoraks Mengonfirmasi massa di lobus atas kanan sebesar 6,5 cm dengan perluasan ke mediastinum. Ada pembesaran kelenjar getah bening mediastinum. 4. Biopsi Massa (Histopatologi) Hasil: Adenokarsinoma Paru (kanker paru tipe non-sel kecil) pada lobus atas kanan. 5. Pemeriksaan Fungsi Paru FEV1/FVC: 60% Kapasitas vital paru: 65% dari prediksi Pengobatan dan Obat yang Diberikan: 1. Kemoterapi • Cisplatin 75 mg/m2 IV setiap 21 hari. Diberikan selama 6 siklus. Dosis pasien: 120 mg IV. • Pemetrexed 500 mg/m2 IV setiap 21 hari. Diberikan selama 6 siklus. Dosis pasien: 820 mg IV. 2. Terapi Oksigen Oksigen nasal kanul 3-4 L/menit untuk menjaga saturasi oksigen di atas 90%. 3. Obat-obatan yang Diberikan • Salbutamol Inhalasi (Ventolin®) 2,5 mg nebulisasi setiap 6-8 jam: • Dexamethasone 5 mg IV setiap 12 jam: • Ondansetron 8 mg IV sebelum kemoterapi: • Morphine Sulfate 5 mg IV setiap 4 jam jika diperlukan: • Paracetamol 500 mg PO setiap 6-8 jam jika diperlukan: • Lansoprazole 30 mg PO sekali sehari: • Filgrastim (G-CSF) 300 mcg SC hari ke-2 hingga ke-5 setelah kemoterapi: 4. Radioterapi Setelah kemoterapi, pasien direncanakan menjalani radioterapi dengan dosis total 60 Gray (Gy) yang diberikan dalam 30 sesi (2 Gy per sesi). 5. Nutrisi Pemberian diet tinggi kalori dan protein untuk meningkatkan status gizi pasien yang mengalami penurunan berat badan drastis. 6. Rehabilitasi Paru Latihan pernapasan untuk meningkatkan kapasitas paru dan mengurangi sesak napas.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis pada pasien tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C34.1
- Deskripsi: Adenokarsinoma pada lobus atas paru kanan
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 99.25
- Deskripsi: Pemberian kemoterapi, kombinasi obat antineoplastik
- Kode: 92.24
- Deskripsi: Radioterapi, dosis tunggal atau fraksi multiple
Penjelasan:
Pasien ini didiagnosis dengan adenokarsinoma paru pada lobus atas kanan (C34.1) berdasarkan hasil pemeriksaan radiologis dan biopsi. Pasien menjalani pengobatan yang meliputi:
1. Kemoterapi kombinasi dengan Cisplatin dan Pemetrexed selama 6 siklus (99.25).
2. Radioterapi dengan dosis total 60 Gray (Gy) dalam 30 sesi (92.24) setelah kemoterapi.
3. Terapi suportif lainnya seperti terapi oksigen, pemberian obat-obatan simptomatik, rehabilitasi paru, dan dukungan nutrisi.
Pasien mengalami gejala sesak napas, batuk kronis dengan hemoptisis, penurunan berat badan, dan penurunan kapasitas fungsional. Pasien juga mengalami dampak psikologis akibat diagnosis kanker paru, seperti stress, kecemasan, rendah diri, dan kebingungan terkait prognosis penyakitnya.