Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4215 | 01 Nov 2024
Klinis : Penurunan kekuatan otot
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi Penurunan Kekuatan Otot.
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Kekuatan Otot
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Berkurangnya kemampuan otot untuk menghasilkan tenaga atau gaya.
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit neuromuskular, immobilisasi, malnutrisi, atau penuaan.
- Karakteristik: Adanya kesulitan atau ketidakmampuan melakukan aktivitas yang memerlukan kekuatan otot.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional.
- Indikator:
- Kekuatan otot meningkat
- Kemampuan melakukan aktivitas meningkat
- Kemampuan mobilisasi meningkat
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi yang dapat dilakukan:
- Latihan kekuatan otot
- Terapi latihan
- Edukasi tentang penggunaan alat bantu
- Pencegahan komplikasi akibat penurunan kekuatan otot
- Tujuan intervensi:
- Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot
- Meningkatkan kemampuan fungsional dan mobilisasi
- Mencegah komplikasi akibat penurunan kekuatan otot
Secara singkat, penurunan kekuatan otot merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional merupakan luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan dapat dilakukan melalui latihan kekuatan otot, terapi latihan, edukasi, dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 4216 | 01 Nov 2024
Klinis : Pasien rujukan dr PKM Ponjong 2 dibawa ke IGD diantar ambulan dengan dx UAP. Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri tembus ke belakang sejak tadi pagi jsm 05.00. Sesak nafas(-),Riwayat demam(-) mual(-), muntah(-), nyeri ulu hati (-).BAB(+),BAK (+),kaki bengkak(-/-) Pasien berobat rutin di poli jantung.Pasien ada riwayat post diseruduk kambing 2 hr yg lalu,tp tdk ada keluhan Pemeriksaan Flsik : • Tanda Vital : - Tekanan Darah : 142 /87 mmhg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan jantung (angina pektoris) yang ditandai dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri tembus ke belakang.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab nyeri akut pada kasus ini adalah inflamasi jaringan jantung (angina pektoris) yang ditandai dengan keluhan nyeri dada.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol nyeri: Kemampuan individu untuk mengendalikan pengalaman nyeri.
- Manajemen nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri.
- Observasi tanda-tanda vital: Pengumpulan data mengenai fungsi vital tubuh.
- Pemberian analgesik: Pemberian obat pereda nyeri. -
Article No. 4217 | 01 Nov 2024
Klinis : pasien datang ke igd dengan keluhan bab cair sejak 4 hari yang lalu, mual muntah demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Diare akut
Penjelasan:
Diare akut adalah kondisi dimana pasien mengalami peningkatan frekuensi buang air besar (BAB) dengan konsistensi yang lebih cair dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Gejala yang menyertai biasanya adalah mual, muntah, dan demam.
2. Risiko Dehidrasi
Penjelasan:
Risiko Dehidrasi adalah kondisi dimana pasien berisiko mengalami penurunan cairan dan elektrolit dalam tubuh akibat diare dan muntah yang berlebihan.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Diare akut
- Definisi: Peningkatan frekuensi defekasi dengan konsistensi yang lebih cair dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.
- Penyebab: Infeksi bakteri, virus, parasit, intoleransi makanan, efek samping obat, dll.
- Gejala: BAB cair, mual, muntah, perut kembung, nyeri perut, demam.
2. Risiko Dehidrasi
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan volume cairan dan elektrolit.
- Penyebab: Diare, muntah, demam, kurang asupan cairan.
- Gejala: Mulut kering, turgor kulit menurun, takikardi, hipotensi, oliguria.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan
2. Pengendalian Diare
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Diare
- Intervensi: Kaji tanda-tanda vital, pantau intake dan output cairan, pemberian cairan dan elektrolit, edukasi kepada pasien dan keluarga.
2. Manajemen Risiko Dehidrasi
- Intervensi: Kaji tanda-tanda dehidrasi, monitor intake dan output cairan, pemberian cairan dan elektrolit, edukasi kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 4218 | 01 Nov 2024
Klinis : Ikterus neonaturum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Ikterus Neonatorum.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), kondisi Ikterus Neonatorum dapat dikategorikan sebagai Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan dalam sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan penimbunan bilirubin dalam kulit dan jaringan lainnya.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Perfusi Jaringan: Menunjukkan sirkulasi darah yang adekuat ke jaringan perifer.
2. Status Kulit: Menunjukkan integritas dan elastisitas kulit yang baik.
3. Pengetahuan: Menunjukkan pemahaman tentang kondisi dan penatalaksanaan Ikterus Neonatorum.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Jaringan: Intervensi untuk mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
2. Perawatan Kulit: Intervensi untuk memelihara integritas dan elastisitas kulit.
3. Edukasi Kesehatan: Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien/keluarga tentang kondisi dan penatalaksanaan Ikterus Neonatorum.
Dengan pemahaman tentang diagnosa keperawatan, standar luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi Ikterus Neonatorum. -
Article No. 4219 | 01 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mules
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan keluhan mules, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
- Nyeri akut
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan seperti itu.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien akan melaporkan nyeri yang terkontrol.
- Pasien akan mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan/intensitas, dan faktor pencetus.
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi kompres.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
- Monitor tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap intervensi nyeri.
Dalam konteks ini, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, pendekatan yang digunakan adalah memberikan penjelasan yang rinci dan terstruktur berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan mules yang dialami oleh pasien. -
Article No. 4220 | 01 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan keluhan pasien yang datang dengan demam, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas dari tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
a. Suhu tubuh dalam batas normal
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi
c. Tidak ada komplikasi akibat hipertermia
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
a. Manajemen suhu tubuh
b. Manajemen peningkatan suhu tubuh
c. Pemantauan tanda-tanda vital
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang hipertermia dan penanganannya
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai, menetapkan luaran yang diharapkan, dan melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Hal ini dilakukan sesuai dengan standar praktik keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 4221 | 01 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien, laki-laki Tn L, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan batuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, batuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan obat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan ¼ porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet TKTP. TB: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA: 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab “yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena batuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri. Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak berwarna kuning. Selama di rawat pasien mengatakan sudah 5 hari tidak BAB, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6 – 8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV: TD 90/60 mmHg, S 36C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/dL Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/uL Ht: 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6,4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92 % Limfosit: 20,0% Monosit: 7,7% Jumlah Eosinofil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13,0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal : 0,7 – 1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 ( S,P) (normal : -/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB : hasil probe A,B,C,D,E positif ( normal : negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven + pulmicor/ 8 jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Tn L, 54 tahun, mengalami kondisi sebagai berikut:
Diagnosis Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan proses penyakit (Tuberkulosis Paru).
2. Risiko malnutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan.
3. Kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit yang diderita.
4. Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan penurunan motilitas usus.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan proses penyakit (Tuberkulosis Paru)
- SDKI: Pola napas tidak efektif yaitu ketidakmampuan untuk menarik napas secara dalam dan mempertahankan pola napas yang dibutuhkan untuk hidup.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif. Intervensi keperawatan dapat meliputi pemberian oksigen, suction, latihan napas, dan edukasi mengenai Tuberkulosis Paru.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, dan manajemen bersihan jalan napas.
2. Risiko malnutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan
- SDKI: Risiko malnutrisi yaitu keadaan dimana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan status gizi yang baik. Intervensi keperawatan dapat meliputi pemantauan status gizi, pengaturan diet, dan pemberian suplemen nutrisi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi, manajemen berat badan, dan manajemen asupan nutrisi.
3. Kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit yang diderita
- SDKI: Kecemasan yaitu perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat mengelola kecemasan yang dirasakan. Intervensi keperawatan dapat meliputi terapi relaksasi, dukungan emosional, dan edukasi mengenai penyakit.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen ansietas, terapi relaksasi, dan dukungan emosional.
4. Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan penurunan motilitas usus
- SDKI: Gangguan eliminasi fekal yaitu perubahan pola pengeluaran feses yang tidak sesuai dengan kebutuhan individu.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah pasien dapat mempertahankan pola eliminasi fekal yang normal. Intervensi keperawatan dapat meliputi pemberian laksatif, terapi nutrisi, dan edukasi mengenai pola eliminasi fekal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen eliminasi, stimulasi usus, dan edukasi mengenai eliminasi. -
Article No. 4222 | 01 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien, laki-laki Tn L, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan batuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, batuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan obat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan ¼ porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet TKTP. TB: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA: 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab “yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena batuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri. Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak berwarna kuning. Selama di rawat pasien mengatakan sudah 5 hari tidak BAB, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6 – 8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV: TD 90/60 mmHg, S 36C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/dL Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/uL Ht: 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6,4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92 % Limfosit: 20,0% Monosit: 7,7% Jumlah Eosinofil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13,0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal : 0,7 – 1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 ( S,P) (normal : -/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB : hasil probe A,B,C,D,E positif ( normal : negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven + pulmicor/ 8 jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klinis pasien yang Anda uraikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI, serta rencana asuhan keperawatan yang dapat diterapkan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan sekresi bronkial berlebih dan sesak napas.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan klinis yang berdampak pada kapasitas fungsional.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan gejala penyakit (batuk, sesak napas) yang mengganggu.
4. Risiko Konstipasi berhubungan dengan aktivitas fisik terbatas dan asupan cairan menurun.
5. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan anoreksia dan asupan makan tidak adekuat.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan kondisi pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tujuan/outcome yang ingin dicapai dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi/tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan/outcome yang diharapkan.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- SLKI: Bersihan Jalan Napas Efektif
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Batuk, Fisioterapi Dada
2. Intoleransi Aktivitas:
- SLKI: Toleransi Aktivitas Membaik
- SIKI: Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas
3. Gangguan Pola Tidur:
- SLKI: Pola Tidur Membaik
- SIKI: Manajemen Nyeri, Terapi Relaksasi
4. Risiko Konstipasi:
- SLKI: Tidak Terjadi Konstipasi
- SIKI: Manajemen Konstipasi, Peningkatan Asupan Cairan
5. Risiko Malnutrisi:
- SLKI: Status Gizi Membaik
- SIKI: Manajemen Nutrisi, Edukasi Gizi
Implementasi dari rencana asuhan keperawatan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi pasien, prognosis, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Evaluasi terus-menerus juga diperlukan untuk memastikan pencapaian tujuan/outcome yang diharapkan. -
Article No. 4223 | 01 Nov 2024
Klinis : Ranap Non Bedah183 pasien datang dengan kelemahan anggota gerak kanan sejak rabu namun hilang timbul. Sehari lemas anggota gerak kanan lalu membaik kemudian berulang beberapa hari kemudian. Pasien pagi ini mengeluh lemah anggota gerak kanan, kaki kanan berat. Pasien merasa bicara terseret dan sulit. Pusing (-) mual muntah (-) Tidak ada riwayat sakit sebelumnya karena tidak pernah periksa KU cukup, E4V5M6 Td: 183/100mmhg HR: 71x/menit RR: 18 x/menit Suhu : 36.6°C SpO2: 98% RA, Kepala: CA (- / - ) SI (-/ - ) Pupil isokor ( 3mm /3mm ) Ref. Cahaya (+ / + ) Leher: JVP dbn. PKGB (- ) Thorax: Simetris. Retraksi (-). SDV (+ / +), ST (- / - ), Ronkhi (-/- ), Wheezing (- / -) Cor : BJ I-II N reg. bising (- ) Abdomen: Soefl, BU (+ ) N, NT (- ), Hepatomegali (- ), Ascites (- ) Ekstermitas: ad - | - - | - ; edem - | - + | + minimal, CRT < 2 detik status neurologis : NC III, IV, VI pupil isokor +/+, Refleks cahaya langsung +/+, Refleks cahaya tidak langsung +/+, GBM seluruh lapang pandang +/+ NC VII angkat alis +/+ menggembungkan +/+, meringis +/+ garis bibir kanan lebih pudar NC XII deviasi lidah ke kanan Kekuatan Otot : ekstremitas atas 4/5 ekstremitas bawah 4+/5 Refleks Fisiogis : +2/+2/+2/+2 Meningeal sign : kaku kuduk (-) Brudzinski 1 (-) Brudzinski 2 (-) Refleks patologis : Babinski (-/-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain (misalnya berjalan, berguling, memanjat, berlari) yang berdampak pada kesehatan.
Penjelasan Singkat:
- Pasien mengalami kelemahan anggota gerak kanan yang hilang timbul selama beberapa hari.
- Hari ini pasien kembali mengeluh lemah di anggota gerak kanan, terutama kaki kanan.
- Kondisi ini dapat mengganggu mobilitas dan pergerakan pasien.
2. Gangguan Komunikasi Verbal
Definisi: Keterbatasan dalam penggunaan simbol-simbol lisan untuk menyampaikan pesan.
Penjelasan Singkat:
- Pasien mengeluh bicara terseret dan sulit.
- Kondisi ini dapat menghambat kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik, Gangguan Komunikasi Verbal
- SLKI: Peningkatan Mobilitas, Peningkatan Komunikasi
- SIKI: Perawatan Diri, Manajemen Komunikasi -
Article No. 4224 | 01 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien, laki-laki Tn L, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan batuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, batuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan obat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan ¼ porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet TKTP. TB: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA: 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab “yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena batuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri. Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak berwarna kuning. Selama di rawat pasien mengatakan sudah 5 hari tidak BAB, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6 – 8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV: TD 90/60 mmHg, S 36C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/dL Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/uL Ht: 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6,4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92 % Limfosit: 20,0% Monosit: 7,7% Jumlah Eosinofil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13,0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal : 0,7 – 1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 ( S,P) (normal : -/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB : hasil probe A,B,C,D,E positif ( normal : negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven + pulmicor/ 8 jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
- SDKI: Bersihan Jalan Napas
- SLKI: Bersihan Jalan Napas Efektif
- SIKI: Intervensi Keperawatan Manajemen Jalan Napas
Penjelasan:
Pasien mengalami sesak napas dan batuk berdarah, serta napas cepat dan dangkal, yang mengindikasikan adanya gangguan pada bersihan jalan napas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, seperti pemantauan pernapasan, pemberian oksigen, dan bantuan batuk efektif.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Nutrisi Kurang
- SLKI: Status Nutrisi Adekuat
- SIKI: Intervensi Keperawatan Manajemen Nutrisi
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan (dari 68 kg menjadi 52,2 kg), serta malas makan dan hanya menghabiskan sedikit porsi makanan di rumah sakit, yang menunjukkan adanya masalah nutrisi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi, seperti pemantauan nutrisi, pemberian makanan dan dukungan nutrisi.
3. Nyeri akut
- SDKI: Nyeri
- SLKI: Bebas Nyeri
- SIKI: Intervensi Keperawatan Manajemen Nyeri
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala batuk berdarah dan seluruh tubuh lemas, yang dapat menyebabkan nyeri akut. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, seperti pengkajian nyeri, pemberian analgesik, dan manajemen lingkungan.
4. Kecemasan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Kecemasan Terkontrol
- SIKI: Intervensi Keperawatan Manajemen Kecemasan
Penjelasan:
Pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini, karena tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TB paru. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen kecemasan, seperti identifikasi penyebab kecemasan, pemberian informasi, dan terapi relaksasi.
5. Konstipasi
- SDKI: Konstipasi
- SLKI: Pola Defekasi Teratur
- SIKI: Intervensi Keperawatan Manajemen Konstipasi
Penjelasan:
Pasien mengalami masalah defekasi selama dirawat, yaitu sudah 5 hari tidak BAB dengan konsistensi feses yang lama dan sulit. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen konstipasi, seperti pengkajian pola defekasi, pemberian laksatif, dan edukasi tentang pola defekasi.
Secara umum, standar diagnosis keperawatan, hasil keperawatan, dan intervensi keperawatan yang digunakan adalah SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).