Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4191 | 01 Nov 2024
Klinis : Pasien anak laki-laki, usia 3 tahun, berat badan 12 kg, dibawa orang tuanya ke RS dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Keluhan anak saat dilakukan pengkajian adalah sesak disertai batuk dan muntah 5 kali berupa makanan yang dimakan sebanyak ¼ gelas belimbing dan ibu mengatakan anak hanya mau makan sedikit (makanan dari RS hanya dimakan ¼ porsi). Batuk tidak disertai dahak, darah. Sesak nafas terjadi sampai bibir berwarna kebiruan, disertai suara mengi, dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi. Batuk dan sesak dirasakan terutama bila udara dingin atau bila pasien kelelahan karena terlalu aktif atau banyak beraktivitas. Sesak dan batuk dirasakan semakin memberat pada malam hari terutama saat udara dingin, serta berkurang setelah diberikan obat sirup batuk pilek. Sebelumnya pasien juga sering mengalami sesak nafas terutama pada malam hari pada usia 1 tahun. Pasien sempat dirawat di rumah sakit, dikatakan menderita radang paru, kemudian sembuh. Sekitar 3 bulan setelah keluar dari rumah sakit, keluhan batuk dan sesak kembali timbul, namun pasien hanya dibawa berobat kebidan dan mendapat obat sirup batuk pilek, kemudian pasien Kembali sembuh. Pada 5 bulan lalu, keluhan batuk dan sesak nafas Kembali timbul, pasien hanya diberi obat sirup batuk pilek dan sembuh. Saat ini keluhan sesak nafas dan batuk kembali timbul, namun karena sesak nafas disertai bibir kebiruan, akhirnya pasien dibawa ke rumah sakit. Terdapat riwayat alergi dingin pada pasien. Riwayat asma, alergi debu dan dingin pada keluarga ada, yaitu pada ibu dan nenek pasien. Riwayat merokok pada keluarga tidak ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sesak nafas, compos mentis, nadi 120x/menit, pernafasan42x/menit, suhu 36,5o C. Pemeriksaan fisik pada kepala didapatkan tampak kepala normochephal, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, telinga dalam batas normal, hidung simetris, napas cuping hidung tidak ada, bibir sianosis. Pada leher tampak trakea ditengah dan simetris. Pada pemeriksaan thoraks terdapat retraksi subcostal, pergerakan dinding dada cepat, taktil fremitus simetris kanan dan kiri, perkusi hipersonor, dan auskultasi terdengar vesikuler menurun serta wheezing meningkat pada akhir ekspirasi pada kedua lapang paru. Pada cor dan abdomen dalam batas normal. Pada ekstremitas tidak terdapat edema dan tidak ada sianosis. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Hasil perkembangan anak dengan KPSP diperoleh anak mampu melaksanakan 8 tugas perkembangan dari 10 tugas perkembangan. 2 tugas perkembangan yang belum bisa dilaksanakan adalah membuat kalimat yang minimal terdiri dari 2 kata dan mengikuti perintah seperti letakkan kertas ini di atas meja. Diagnosis medis pada pasien ini adalah asma bronkial derajat ringan episodic jarang, dengan penatalaksanaan secara non-medikamentosa dilakukan edukasi agar menghindari allergen berupa udara dingin dan membatasi aktivitas fisik berlebihan, dan secara medika mentosa yaitu dengan nebulisasi ventolin1,25 mg dengan NaCl 0.9%, ampicillin 400mg/8 jam, dan ranitidine 6,25mg/12 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang berhubungan: Sekresi yang berlebihan, edema mukosa, obstruksi jalan napas, kelelahan otot-otot pernapasan.
Gejala dan tanda mayor: Sesak napas, retraksi, wheezing, produksi sekret yang berlebihan.
2. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan.
Faktor yang berhubungan: Gejala pernapasan yang membatasi aktivitas.
Gejala dan tanda mayor: Kelelahan, sesak napas saat aktivitas, takikardia, dan penurunan toleransi aktivitas.
3. Makan tidak adekuat
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Faktor yang berhubungan: Anoreksia, mual, dan muntah.
Gejala dan tanda mayor: Berat badan yang tidak memadai, asupan makanan yang tidak adekuat, penurunan berat badan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Toleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
3. Status Nutrisi: Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Aktivitas
3. Manajemen Nutrisi
Jadi, dalam kondisi pasien anak laki-laki usia 3 tahun dengan keluhan sesak napas, batuk, dan mual, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah bersihan jalan napas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan makan tidak adekuat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, manajemen aktivitas, dan manajemen nutrisi, dengan tujuan agar pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan, dan memenuhi kebutuhan nutrisinya. -
Article No. 4193 | 01 Nov 2024
Klinis : Risiko aspirasi ketidakefektifan bersihan jala nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Aspirasi dan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Aspirasi
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami masuknya benda asing (termasuk cairan, makanan, secret) ke dalam saluran napas.
- Faktor risiko: Gangguan neurologis, gangguan menelan, gangguan reflek batuk, dan lain-lain.
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
- Penyebab: Produksi secret yang berlebih, ketidakmampuan batuk efektif, dan obstruksi jalan napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Risiko Aspirasi: Terjaganya jalan napas terbuka, tidak terjadi aspirasi, dan tidak terjadi komplikasi lain.
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Pasien dapat membersihkan jalan napas dengan efektif, tidak terjadi obstruksi jalan napas, dan tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Risiko Aspirasi: Intervensi mencakup manajemen jalan napas, manajemen nutrisi, dan edukasi pasien/keluarga.
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Intervensi mencakup manajemen jalan napas, fisioterapi dada, dan pengisapan lendir.
Dengan tone akademis dan persona pakar perawat, penjelasan di atas memberikan gambaran komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, standar luaran, dan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko aspirasi dan ketidakefektifan bersihan jalan napas berdasarkan panduan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 4194 | 01 Nov 2024
Klinis : Risiko aspirasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Aspirasi
Definisi:
Risiko Aspirasi adalah keadaan di mana individu mengalami ancaman terjadinya masuknya benda asing ke dalam saluran pernapasan yang dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia aspirasi.
Penyebab Risiko Aspirasi:
1. Gangguan refleks batuk dan menelan
2. Penurunan kesadaran
3. Hambatan pada saluran napas
4. Gangguan motilitas esofagus
5. Gangguan produksi dan bersihan sekresi
6. Kondisi yang menyebabkan regurgitasi/muntah
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi:
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas adalah keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
1. Produksi sekret yang berlebihan
2. Penurunan refleks batuk
3. Obstruksi jalan napas
4. Kelemahan otot pernapasan
5. Keletihan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Aspirasi dan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas merupakan diagnosa keperawatan yang tercantum dalam SDKI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk Risiko Aspirasi adalah Tidak Terjadi Aspirasi, sedangkan untuk Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas adalah Bersihan Jalan Napas Efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk Risiko Aspirasi dan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, antara lain:
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen batuk
3. Manajemen mukus
4. Suction
5. Terapi oksigen -
Article No. 4195 | 01 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan persona pakar dan nurse, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien yang datang dengan keluhan batuk pilek.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Indikator: Frekuensi napas, irama napas, penggunaan otot bantu pernapasan, produksi sekret, kemampuan batuk, bunyi napas.
- Faktor terkait: Sekret berlebihan, obstruksi jalan napas, kelemahan otot pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Jalan napas terbuka, pola napas efektif, kemampuan batuk efektif, kemampuan bernafas tanpa distress.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen jalan napas, pengisapan lendir, pemberian bronkodilator, pengaturan posisi, latihan pernapasan.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Indikator: Kelelahan, napas pendek, peningkatan frekuensi jantung, pembatasan aktivitas.
- Faktor terkait: Kelemahan, sesak napas, keterbatasan fisik.
SLKI:
- Luaran: Toleransi aktivitas meningkat, kelelahan berkurang, kemampuan aktivitas meningkat.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen aktivitas, terapi oksigen, latihan fisik, edukasi manajemen kelelahan.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur dalam menangani pasien dengan keluhan batuk pilek. -
Article No. 4196 | 01 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan diare.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare
- Definisi: Pola eliminasi feses yang tidak normal, berupa peningkatan frekuensi, volume, dan konsistensi feses yang lebih encer dari biasanya.
- Penyebab: Infeksi bakteri, virus, parasit, obat-obatan, intoleransi makanan, stres, dan kondisi medis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan status cairan dan elektrolit
- Indikator: Keseimbangan cairan dan elektrolit yang stabil, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan parameter laboratorium yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen diare
- Intervensi: Mengidentifikasi penyebab, memantau tanda-tanda vital, mengatur pola makan, memberikan cairan dan elektrolit, serta melakukan tindakan farmakologis sesuai indikasi.
2. Perawatan hidrasi
- Intervensi: Memantau asupan dan output cairan, menjaga keseimbangan cairan, dan memberikan cairan sesuai kebutuhan.
Dalam kondisi ini, pasien datang dengan keluhan diare. Perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab dan memberikan perawatan yang sesuai. Tujuan utamanya adalah memulihkan status cairan dan elektrolit pasien, mengatasi diare, dan mencegah komplikasi. Perawat juga perlu melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan untuk memastikan keberhasilan intervensi. -
Article No. 4197 | 01 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan mata kabur, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Perubahan Fungsi Visual
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Penglihatan adalah kondisi di mana terjadi penurunan atau perubahan fungsi visual yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mendukung fungsi visual yang optimal, melaporkan pengurangan gejala gangguan penglihatan, dan dapat mempertahankan kemampuan fungsional yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemberian informasi terkait kondisi penglihatan, pelatihan penggunaan alat bantu penglihatan, modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko cedera, dan kolaborasi dengan profesional kesehatan lain (misalnya, oftalmolog) untuk mengatasi penyebab gangguan penglihatan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Penjelasan ini disajikan dengan nada akademis dan perspektif seorang pakar dan perawat, memberikan informasi diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar PPNI. -
Article No. 4198 | 01 Nov 2024
Klinis : Cedera kepalla
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi cedera kepala.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Otak
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
- Penyebab: Cedera kepala yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan, atau pembengkakan otak.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik yang disengaja dan terkoordinasi dari satu atau lebih anggota tubuh.
- Penyebab: Cedera kepala yang dapat menyebabkan gangguan kognitif, motorik, atau sensorik.
3. Gangguan Komunikasi
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem simbol untuk berkomunikasi.
- Penyebab: Cedera kepala yang dapat menyebabkan afasia, disartria, atau gangguan kognitif yang mempengaruhi kemampuan komunikasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien.
- Dalam kasus cedera kepala, SDKI dapat digunakan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan seperti risiko penurunan perfusi jaringan otak, gangguan mobilitas fisik, dan gangguan komunikasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Dalam kasus cedera kepala, SLKI dapat digunakan untuk menetapkan luaran seperti perfusi jaringan otak yang optimal, mobilitas fisik yang membaik, dan komunikasi yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Dalam kasus cedera kepala, SIKI dapat digunakan untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan seperti pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, terapi fisik, dan terapi wicara.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk pasien dengan cedera kepala, sehingga dapat membantu mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 4199 | 01 Nov 2024
Klinis : Cedera kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi cedera kepala.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan struktur muskuloskeletal dan syaraf akibat cedera kepala.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam kemampuan untuk bergerak secara mandiri dan terkoordinasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien dapat melakukan pergerakan dengan bantuan alat/orang lain.
2. Pasien dapat melakukan pergerakan dengan mandiri.
3. Pasien dapat mempertahankan pergerakan yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Latihan Gerak: Memfasilitasi pasien untuk melakukan latihan fisik dalam rangka pemulihan fungsi dan pergerakan.
2. Manajemen Nyeri: Mengendalikan rasa nyeri yang mungkin dialami pasien akibat cedera kepala.
3. Perawatan Luka: Memastikan luka akibat cedera kepala mendapat perawatan yang optimal untuk mencegah komplikasi.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi cedera kepala dan pendekatan keperawatan yang sesuai dengan standar PPNI. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 4200 | 01 Nov 2024
Klinis : Peningkatan TIK
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan tekanan di dalam rongga kranium, yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan kematian.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Intrakranial Tekanan terkontrol
2. Perfusi Serebral Memadai
3. Status Neurologis Memadai
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Pemantauan Tekanan Intrakranial
2. Manajemen Tekanan Intrakranial
3. Manajemen Pergeseran Massa Intrakranial
Sebagai seorang perawat profesional, kami memahami bahwa peningkatan TIK merupakan kondisi yang membutuhkan penanganan segera dan komprehensif. Kami akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memantau, mengelola, dan meminimalkan risiko yang terkait dengan kondisi ini, serta memastikan pemulihan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 4201 | 01 Nov 2024
Klinis : Batuk kering
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi batuk kering.
Diagnosa Keperawatan:
Batuk tidak efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Batuk tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret dari saluran napas secara efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pengeluaran jalan napas yang efektif
2. Pola napas efektif
3. Bebas komplikasi saluran napas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas
2. Terapi oksigen
3. Manajemen batuk
Sebagai seorang pakar di bidang keperawatan, saya memahami bahwa kondisi batuk kering merupakan suatu gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti iritasi saluran pernapasan, alergi, atau kondisi medis lainnya. Diagnosa keperawatan "Batuk tidak efektif" menggambarkan ketidakmampuan pasien dalam mengeluarkan sekret dari saluran napas secara efektif, yang dapat berdampak pada pola napas dan risiko komplikasi saluran napas.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, pemberian terapi oksigen, dan manajemen batuk. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pengeluaran sekret, meningkatkan pola napas yang efektif, dan mencegah komplikasi saluran napas. Evaluasi keberhasilan intervensi dapat dilihat dari luaran keperawatan, seperti pengeluaran jalan napas yang efektif, pola napas yang efektif, dan bebas komplikasi saluran napas.