Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4328 | 02 Nov 2024
Klinis : latihan berkemih
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi "latihan berkemih" dapat dikaitkan dengan diagnosis dan tindakan medis berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R32
- Deskripsi: Inkontinensia urin, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana individu mengalami kesulitan dalam mengendalikan berkemih, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelemahan otot panggul, gangguan neurologis, atau faktor usia.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.71
- Deskripsi: Latihan otot pelvis dan perineum. Kode ini mengacu pada intervensi rehabilitatif yang bertujuan untuk memperkuat otot-otot panggul dan meningkatkan kontrol berkemih, yang dapat menjadi bagian dari penanganan inkontinensia urin.
Penjelasan detail:
- Kode ICD-10 R32 mencakup berbagai bentuk inkontinensia urin yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, termasuk inkontinensia stres, urgensi, dan fungsional.
- Latihan berkemih atau latihan otot panggul (kode ICD-9-CM 89.71) adalah salah satu modalitas terapi yang dapat direkomendasikan untuk mengatasi inkontinensia urin. Tujuannya adalah untuk memperkuat otot-otot panggul dan meningkatkan kontrol volunter atas proses berkemih.
- Latihan berkemih dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien di bawah bimbingan tenaga kesehatan, atau dalam bentuk terapi latihan yang dilakukan di bawah pengawasan profesional.
- Selain latihan otot panggul, tindakan medis lain yang mungkin dipertimbangkan untuk penanganan inkontinensia urin dapat mencakup intervensi farmakologis, alat bantu inkontinensia, atau tindakan bedah dalam kasus-kasus tertentu. -
Article No. 4329 | 02 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 27 tahun, bernama Rina, datang ke klinik dengan keluhan gatal, rasa terbakar, dan keputihan yang kental serta berbau ringan di area genital. Rina menyebutkan bahwa keluhan ini sudah berlangsung selama beberapa hari dan membuatnya merasa tidak nyaman, terutama saat buang air kecil. Dia juga merasa gatal dan sedikit kemerahan di sekitar area yang terinfeksi. Rina memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 dan sedang menjalani terapi antibiotik untuk infeksi saluran pernapasan selama dua minggu terakhir. Dia merasa khawatir karena gejala ini belum pernah dialaminya sebelumnya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang dikeluhkan oleh Rina, yaitu gatal, rasa terbakar, keputihan kental, serta berbau ringan di area genital, disertai dengan riwayat diabetes melitus tipe 2 dan penggunaan antibiotik dalam 2 minggu terakhir, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi Genital
Penjelasan: Rina memiliki risiko mengalami infeksi genital yang ditandai dengan gejala gatal, rasa terbakar, keputihan kental, dan bau ringan di area genital. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor predisposisi seperti diabetes melitus tipe 2 dan penggunaan antibiotik yang dapat mempengaruhi keseimbangan flora normal pada area genital.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), penjelasan singkat adalah sebagai berikut:
SDKI: Risiko Infeksi Genital
- Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen di area genital yang dapat mengganggu kesehatan.
- Faktor Risiko: Diabetes melitus, penggunaan antibiotik, higiene buruk, dan faktor lain yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan flora normal.
SLKI: Kesehatan Genital
- Luaran: Tidak terjadi infeksi genital, tidak terjadi komplikasi, dan tidak terjadi penularan infeksi.
SIKI: Manajemen Infeksi Genital
- Intervensi: Identifikasi penyebab infeksi, edukasi tentang pencegahan infeksi, perawatan area genital, dan pemantauan gejala infeksi.
Dengan demikian, pengelolaan yang tepat untuk kondisi Rina adalah melakukan identifikasi penyebab infeksi, memberikan edukasi tentang pencegahan infeksi, melakukan perawatan area genital, serta memantau perkembangan gejala infeksi. -
Article No. 4330 | 02 Nov 2024
Klinis : Resiko Bunuh Diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Risiko Bunuh Diri.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Bunuh Diri
Definisi:
Risiko Bunuh Diri adalah keadaan di mana individu memiliki niat atau tindakan melukai diri sendiri secara disengaja untuk mengakhiri hidup.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko Bunuh Diri adalah keadaan di mana individu memiliki niat atau tindakan melukai diri sendiri secara disengaja untuk mengakhiri hidup.
- Karakteristik Definisi: Perilaku bunuh diri, Ide bunuh diri, Persiapan bunuh diri, Riwayat percobaan bunuh diri.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Individu dapat mengendalikan ide dan perilaku bunuh diri, Individu dapat mengatasi stres dan koping yang maladaptif, Individu dapat meningkatkan dukungan sosial.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Risiko Bunuh Diri, Terapi Kognitif, Dukungan Emosional, Terapi Keluarga, Edukasi Kesehatan Mental.
Sebagai perawat, saya akan membantu mengidentifikasi faktor-faktor risiko, memantau tanda-tanda perilaku bunuh diri, dan mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif untuk membantu pasien mengatasi ide dan perilaku bunuh diri, meningkatkan koping yang adaptif, serta memperoleh dukungan sosial yang memadai. -
Article No. 4331 | 02 Nov 2024
Klinis : Resiko Bunuh Diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Risiko Bunuh Diri" dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Bunuh Diri
Definisi:
Risiko Bunuh Diri adalah keadaan di mana individu memiliki potensi untuk melukai diri sendiri secara sengaja dengan tujuan mengakhiri hidup.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Bunuh Diri ditandai dengan gejala-gejala seperti mengekspresikan ide atau niat untuk bunuh diri, memiliki rencana untuk bunuh diri, dan/atau memiliki akses terhadap sarana untuk bunuh diri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Risiko Bunuh Diri adalah individu dapat mengenali dan mengelola pikiran, perasaan, dan perilaku yang mengarah pada bunuh diri, serta dapat mengembangkan strategi koping yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Risiko Bunuh Diri meliputi:
1. Asesmen komprehensif terhadap faktor-faktor risiko dan protektif.
2. Pemberian edukasi tentang bunuh diri dan strategi pencegahannya.
3. Pengembangan rencana keselamatan individu.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk intervensi yang diperlukan.
5. Pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap kondisi individu.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan komprehensif diharapkan dapat menurunkan risiko bunuh diri dan meningkatkan kesejahteraan individu. -
Article No. 4332 | 02 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu pertukaran gas.
- Penyebab: Penyakit paru, kelelahan otot pernapasan, dan ansietas.
3. Kurang Pengetahuan
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan suatu topik.
- Penyebab: Keterbatasan pengalaman, kurangnya paparan, dan kurangnya motivasi untuk belajar.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Identifikasi adanya sekresi, suara napas abnormal, dan perubahan pola napas.
- Ketidakefektifan Pola Napas: Identifikasi perubahan frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Kurang Pengetahuan: Identifikasi pemahaman pasien tentang penyakit, pengobatan, dan perawatan diri yang tidak memadai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Tujuannya adalah membersihkan jalan napas, mempertahankan fungsi pernapasan yang optimal, dan mencegah komplikasi.
- Ketidakefektifan Pola Napas: Tujuannya adalah mempertahankan pola napas yang efektif, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kenyamanan pasien.
- Kurang Pengetahuan: Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakit, pengobatan, dan perawatan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Intervensi yang dapat dilakukan adalah suction, pemberian bronkodilator, dan latihan batuk efektif.
- Ketidakefektifan Pola Napas: Intervensi yang dapat dilakukan adalah oksigenasi, posisi semi-fowler, dan latihan pernapasan.
- Kurang Pengetahuan: Intervensi yang dapat dilakukan adalah edukasi kesehatan, konseling, dan pemberian leaflet/brosur.
Dalam kondisi pasien dengan dugaan tuberkulosis paru, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Ketidakefektifan Pola Napas, dan Kurang Pengetahuan. Perawat dapat memberikan intervensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 4333 | 02 Nov 2024
Klinis : Post partum blues
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi post partum blues.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Keluarga (PPBLUES)
Definisi: Perubahan dalam fungsi dan struktur keluarga yang tidak efektif dalam merespon situasi stres pascakelahiran.
2. Gangguan Tidur (INSOMN)
Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan tidur yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keluarga Mampu Beradaptasi (KEMPER)
Kriteria Hasil: Keluarga menunjukkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pascakelahiran.
2. Pola Tidur Terpelihara (POLATR)
Kriteria Hasil: Klien menunjukkan pola tidur yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Dukungan Keluarga (DUKKER)
Definisi Intervensi: Pemberian bantuan emosional, informasi, dan instrumental kepada keluarga untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan perubahan pascakelahiran.
2. Manajemen Tidur (MANTID)
Definisi Intervensi: Memfasilitasi klien untuk memperoleh tidur yang adekuat dan meningkatkan kualitas tidur.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan kondisi post partum blues mengalami perubahan dalam fungsi dan struktur keluarga yang tidak efektif dalam merespon situasi stres pascakelahiran. Selain itu, pasien juga dapat mengalami gangguan tidur yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari. Sebagai perawat, tujuan utama adalah membantu keluarga untuk beradaptasi dengan perubahan pascakelahiran dan memastikan pasien memperoleh pola tidur yang terpelihara. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah dukungan keluarga dan manajemen tidur. -
Article No. 4334 | 02 Nov 2024
Klinis : P E S dari defisit nutrisi pada pasien HF etiologi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diberikan, yaitu PES (Protein-Energy Starvation) dari defisit nutrisi pada pasien dengan Penyakit Jantung (Heart Failure/HF) sebagai etiologi, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E43
- Deskripsi: Malnutrisi protein-energi berat, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian nutrisi parenteral total
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E43 (Malnutrisi protein-energi berat, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk menggambarkan kondisi PES (Protein-Energy Starvation) yang terjadi pada pasien dengan Penyakit Jantung (Heart Failure/HF) sebagai etiologi. Kode ini mencakup kondisi malnutrisi protein-energi berat yang parah dan tidak dapat diklasifikasikan dalam kategori lain.
2. Kode ICD-9-CM 96.04 (Pemberian nutrisi parenteral total) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan pemberian nutrisi parenteral total, yang mungkin diperlukan dalam mengatasi defisit nutrisi pada pasien dengan Penyakit Jantung (Heart Failure/HF) dan malnutrisi protein-energi berat. Pemberian nutrisi parenteral total dapat menjadi intervensi penting untuk memperbaiki status nutrisi pasien dalam kondisi ini.
Perlu diperhatikan bahwa kode ICD-9-CM hanya digunakan untuk klasifikasi prosedur atau tindakan medis, sedangkan kode ICD-10 digunakan untuk klasifikasi diagnosis. Pemilihan kode yang tepat sangat penting untuk mendokumentasikan dan memfasilitasi perawatan yang komprehensif bagi pasien. -
Article No. 4335 | 02 Nov 2024
Klinis : P E S dari defisit nutrisi pada pasien HF etiologi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Nutrisi Berhubungan dengan Proses Penyakit Jantung Gagal (HF)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi adalah keadaan dimana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan defisit nutrisi pada pasien HF adalah:
1. Pasien dapat mencapai keseimbangan nutrien yang adekuat.
2. Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai.
3. Pasien dapat menunjukkan peningkatan kadar albumin serum.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani defisit nutrisi pada pasien HF meliputi:
1. Pengkajian status nutrisi secara komprehensif.
2. Pemberian diet seimbang sesuai kebutuhan pasien.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat.
4. Pemantauan intake dan output nutrisi pasien.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi intervensi nutrisi.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian P-E-S (Penyebab, Etiologi, dan Gejala) dari defisit nutrisi pada pasien HF untuk menentukan diagnosa keperawatan yang tepat dan merencanakan intervensi yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 4336 | 02 Nov 2024
Klinis : P E S dari defisit nutrisi pada pasien HF etiologi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakadekuatan Asupan pada Pasien Gagal Jantung
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit, pengobatan, depresi, atau hambatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Defisit Nutrisi pada pasien Gagal Jantung antara lain:
1. Asupan Nutrisi Adekuat
2. Berat Badan Ideal
3. Tidak Terjadi Komplikasi Akibat Malnutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pengkajian Nutrisi Komprehensif
2. Edukasi Gizi dan Manajemen Diet
3. Kolaborasi dengan Ahli Gizi untuk Terapi Nutrisi yang Tepat
4. Pemantauan Asupan, Status Gizi, dan Berat Badan
5. Intervensi untuk Mengatasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Defisit Nutrisi
Dengan pendekatan ini, diharapkan perawat dapat membantu pasien Gagal Jantung untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat, mencapai berat badan ideal, dan mencegah komplikasi terkait malnutrisi. -
Article No. 4337 | 02 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 27 tahun, bernama Rina, datang ke klinik dengan keluhan gatal, rasa terbakar, dan keputihan yang kental serta berbau ringan di area genital. Rina menyebutkan bahwa keluhan ini sudah berlangsung selama beberapa hari dan membuatnya merasa tidak nyaman, terutama saat buang air kecil. Dia juga merasa gatal dan sedikit kemerahan di sekitar area yang terinfeksi. Rina memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 dan sedang menjalani terapi antibiotik untuk infeksi saluran pernapasan selama dua minggu terakhir. Dia merasa khawatir karena gejala ini belum pernah dialaminya sebelumnya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Rina:
Diagnosa Keperawatan:
1. Infeksi Vagina berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 dan terapi antibiotik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Adanya infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti jamur, bakteri, atau parasit.
- Penyebab: Faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi vagina antara lain diabetes melitus, penggunaan antibiotik, dan perubahan pH vagina.
- Gejala dan Tanda: Gatal, rasa terbakar, keputihan kental berbau, nyeri saat berkemih, dan kemerahan di area genital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak ada tanda-tanda infeksi vagina, mengelola gejala yang ada, dan meningkatnya pengetahuan pasien tentang perawatan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen infeksi vagina, perawatan diri genital, edukasi tentang infeksi vagina dan manajemen gejala.
Penjelasan Singkat:
Rina mengalami infeksi vagina yang kemungkinan disebabkan oleh faktor risiko yang dimilikinya, yaitu diabetes melitus tipe 2 dan penggunaan antibiotik. Perawat perlu membantu Rina dalam mengelola infeksi vagina, mengatasi gejala yang ada, serta memberikan edukasi terkait perawatan diri dan pencegahan infeksi vagina di masa depan.