Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18562 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan INTOLERANSI AKTIVITAS berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) TAMPILKAN DS DO dan terapi obat yang sesuai dengan masalah keperawatan saja
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: INTOLERANSI AKTIVITAS
Data Subjektif:
1. Pasien mengeluhkan nyeri perut yang dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina.
2. Pasien tidak dapat buang air kecil selama 3 minggu sebelum masuk rumah sakit.
3. Pasien merasa sangat lemas, kehilangan nafsu makan dan minum.
4. Pasien mengeluhkan sesak napas saat nyeri datang.
5. Pasien mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
6. Pasien sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan.
7. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti.
Data Objektif:
1. Pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah.
2. Pasien tampak lemah, bibir kering.
3. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites.
4. Pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg.
5. Keadaan umum pasien baik, compos mentis.
6. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi.
7. Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg.
Terapi Obat yang Sesuai:
1. Tramal supp 3x/hari (untuk mengatasi nyeri)
2. Profonid 100mg (untuk mengatasi nyeri)
3. Ranitidine 2x150 mg/hari (untuk mengatasi mual)
4. Ondansetron 3x8 mg/hari (untuk mengatasi mual)
5. Kabiven 1000 ml/hari (untuk memenuhi kebutuhan nutrisi)
6. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun)
7. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
2. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan kualitas yang baik.
3. Pasien dapat mempertahankan berat badan yang optimal.
4. Pasien dapat mengendalikan nyeri dan keluhan lainnya.
5. Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi kesehatannya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
2. Manajemen Nyeri: Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dan memberikan intervensi untuk mengurangi nyeri.
3. Manajemen Nutrisi: Memantau asupan nutrisi pasien dan memberikan edukasi tentang diet yang sesuai.
4. Manajemen Istirahat dan Tidur: Memfasilitasi pasien untuk mendapatkan istirahat dan tidur yang cukup.
5. Terapi Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi kesehatannya.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan INTOLERANSI AKTIVITAS dipilih karena pasien mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat nyeri perut yang dirasakan semakin memberat, disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, serta keluhan lainnya seperti sesak napas, mual, dan penurunan berat badan yang signifikan. Hal ini menyebabkan pasien merasa lemah, tidak berdaya, dan takut akan masa depannya.
Terapi obat yang diberikan sesuai dengan gejala dan kondisi pasien, seperti Tramal supp dan Profonid untuk mengatasi nyeri, Ranitidine dan Ondansetron untuk mengatasi mual, serta Kabiven untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Obat-obatan lainnya diberikan untuk mengatasi komplikasi yang mungkin terjadi, seperti Leucogen dan Neurobion untuk mengatasi penurunan hematologi.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, dapat beristirahat dan tidur dengan kualitas yang baik, dapat mempertahankan berat badan yang optimal, dapat mengendalikan nyeri dan keluhan lainnya, serta dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi kesehatannya.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi manajemen aktivitas, manajemen nyeri, manajemen nutrisi, manajemen istirahat dan tidur, serta terapi dukungan emosional. Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai tingkat kemandirian yang optimal dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dapat mengelola gejala-gejala yang muncul, serta dapat beradaptasi secara positif dengan kondisi kesehatannya. -
Article No. 18563 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan GANGGUAN POLA TIDUR berdasarkan DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun) TAMPILKAN DS DO dan terapi obat yang sesuai dengan masalah keperawatan saja
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, masalah keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien adalah Gangguan Pola Tidur.
DATA SUBJEKTIF:
1. Pasien mengeluhkan sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut.
2. Pasien merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya.
3. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas.
DATA OBJEKTIF:
1. Pasien tampak lemah, gelisah, dan meringis saat merasakan nyeri perut.
2. Pasien hanya dapat tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun.
TERAPI OBAT:
1. Tramal supp 3x/hari: untuk mengurangi nyeri perut
2. Ranitidine 2x150 mg/hari: untuk mengurangi gejala saluran cerna akibat nyeri perut
3. Ondansetron 3x8 mg/hari: untuk mengurangi mual dan muntah
LUARAN/OUTPUT YANG DIHARAPKAN (SLKI):
1. Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per hari.
2. Pasien dapat beristirahat dengan cukup dan merasa puas dengan kualitas tidurnya.
3. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, dan faktor yang memperberat/memperingan nyeri.
b. Berikan intervensi farmakologis (analgesik) sesuai instruksi dokter.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan dosis dan jadwal pemberian analgesik.
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
2. Manajemen Tidur
a. Kaji pola tidur pasien, termasuk lama tidur, kualitas tidur, dan faktor-faktor yang mengganggu.
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur, seperti suhu ruangan yang sejuk, pencahayaan yang redup, dan suasana yang tenang.
c. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya istirahat yang cukup untuk pemulihan.
d. Bantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya untuk mengurangi kelelahan.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang dapat membantu meningkatkan kualitas tidur, jika diperlukan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu dapat tidur dengan nyenyak, beristirahat dengan cukup, dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. -
Article No. 18564 | 14 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian perawat di Desa Kemuningsari Kidul ditemukan data peningkatan 5 % kasus baru DM dan peningkatan 8% kasus baru hipertensi. Sebanyak 70% keluarga yang tinggal di desa tersebut tergolong keluarga prasejahtera dan sejahtera 1, 50% keluarga di desa tersebut berpendidikan rendah, dan masih minimnya pengetahuan warga terkait penyakit DM dan Hipertensi. Desa tersebut sudah memiliki Posyandu ILP yang berjalan setiap bulan sekali namun masih banyak warga yang tidak hadir secara rutin dalam kegiatan tersebut. Warga mengatakan bahwa adanya Posyandu ILP juga hanya melakukan pengecekan tekanan darah dan pengukuran kadar gula darah saja.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan hasil pengkajian perawat di Desa Kemuningsari Kidul, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, sesuai dengan ketetapan Persatuan Perawat Nasional Indonesia, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
- SDKI: Manajemen Kesehatan Keluarga (D.0080)
Definisi: Kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
- SLKI: Pengelolaan Kesehatan Keluarga (F.0080)
Definisi: Tindakan yang dilakukan keluarga untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
- SIKI: Pemberdayaan Keluarga (I.0080)
Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi keluarga agar mampu mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan terkait Penyakit Diabetes Mellitus dan Hipertensi
- SDKI: Kurang Pengetahuan (D.0099)
Definisi: Kurangnya informasi terkait penyakit, kondisi kesehatan, perawatan, dan pengobatan.
- SLKI: Peningkatan Pengetahuan (F.0099)
Definisi: Peningkatan informasi yang dimiliki terkait penyakit, kondisi kesehatan, perawatan, dan pengobatan.
- SIKI: Edukasi Kesehatan (I.0099)
Definisi: Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait penyakit, kondisi kesehatan, perawatan, dan pengobatan.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakhadiran ke Posyandu ILP
- SDKI: Ketidakhadiran (D.0088)
Definisi: Tidak menghadiri atau tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang telah dijadwalkan.
- SLKI: Partisipasi (F.0088)
Definisi: Keterlibatan aktif dalam kegiatan yang telah dijadwalkan.
- SIKI: Manajemen Partisipasi (I.0088)
Definisi: Intervensi untuk memfasilitasi dan mendorong keikutsertaan dalam kegiatan yang telah dijadwalkan.
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, perawat dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan di Desa Kemuningsari Kidul. -
Article No. 18565 | 14 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian perawat di Desa Kemuningsari Kidul ditemukan data peningkatan 5 % kasus baru DM dan peningkatan 8% kasus baru hipertensi. Sebanyak 70% keluarga yang tinggal di desa tersebut tergolong keluarga prasejahtera dan sejahtera 1, 50% keluarga di desa tersebut berpendidikan rendah, dan masih minimnya pengetahuan warga terkait penyakit DM dan Hipertensi. Desa tersebut sudah memiliki Posyandu ILP yang berjalan setiap bulan sekali namun masih banyak warga yang tidak hadir secara rutin dalam kegiatan tersebut. Warga mengatakan bahwa adanya Posyandu ILP juga hanya melakukan pengecekan tekanan darah dan pengukuran kadar gula darah saja.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Kesehatan Tidak Sehat
- Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit DM dan hipertensi, serta rendahnya tingkat pendidikan.
- Ditandai dengan peningkatan 5% kasus baru DM dan 8% kasus baru hipertensi, serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu ILP.
2. Risiko Defisit Pengetahuan
- Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit DM dan hipertensi.
- Ditandai dengan minimnya pengetahuan warga terkait penyakit DM dan hipertensi, serta masih banyak warga yang tidak hadir secara rutin dalam kegiatan Posyandu ILP.
3. Risiko Ketidakstabilan Keluarga
- Berhubungan dengan status sosial ekonomi keluarga yang tergolong prasejahtera dan sejahtera 1.
- Ditandai dengan 70% keluarga di desa tersebut tergolong keluarga prasejahtera dan sejahtera 1.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan Tentang Kesehatan
- Masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit DM dan hipertensi, serta pentingnya partisipasi dalam kegiatan Posyandu ILP.
- Indikator: Masyarakat dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda, dan gejala, serta penatalaksanaan penyakit DM dan hipertensi.
2. Perilaku Kesehatan
- Masyarakat menerapkan perilaku sehat dalam mencegah dan mengelola penyakit DM dan hipertensi.
- Indikator: Masyarakat secara rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah dan kadar gula darah di Posyandu ILP.
3. Stabilitas Keluarga
- Keluarga mampu beradaptasi dengan kondisi sosial ekonomi yang tergolong prasejahtera dan sejahtera 1.
- Indikator: Keluarga dapat memenuhi kebutuhan dasar dan mengakses sumber daya yang tersedia di masyarakat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pendidikan Kesehatan
- Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang penyakit DM dan hipertensi, serta pentingnya partisipasi dalam kegiatan Posyandu ILP.
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DM dan hipertensi, serta pentingnya partisipasi dalam kegiatan Posyandu ILP.
- Aktivitas: Memberikan penyuluhan, menggunakan media edukasi, dan melibatkan tokoh masyarakat.
2. Manajemen Kesehatan Komunitas
- Mengkoordinasikan dan meningkatkan ketersediaan sumber daya kesehatan di masyarakat, seperti Posyandu ILP.
- Tujuan: Meningkatkan akses dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu ILP.
- Aktivitas: Bekerja sama dengan pihak terkait untuk mengoptimalkan peran Posyandu ILP, serta melakukan pendampingan dan motivasi kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
3. Dukungan Keluarga
- Memberikan dukungan kepada keluarga dalam beradaptasi dengan kondisi sosial ekonomi yang tergolong prasejahtera dan sejahtera 1.
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar dan mengakses sumber daya yang tersedia di masyarakat.
- Aktivitas: Memberikan konseling, mengidentifikasi sumber daya yang dapat diakses, dan memfasilitasi akses terhadap layanan dan program pemerintah.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, perilaku kesehatan, dan stabilitas keluarga di Desa Kemuningsari Kidul, sehingga dapat mencegah dan mengelola penyakit DM dan hipertensi secara efektif. -
Article No. 18566 | 14 Jun 2025
Klinis : SESAK NAFAS
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi SESAK NAFAS.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi sesak nafas adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan mekanis, obstruktif, atau neuromuskular.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi sesak nafas adalah:
1. Pola Napas Efektif
Luaran ini menggambarkan kemampuan klien untuk mempertahankan pola napas yang adekuat dan memberikan ventilasi yang efektif. Indikator yang dapat digunakan adalah frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, serta tidak ada tanda-tanda kerja napas yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran pola napas efektif pada kondisi sesak nafas adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
Intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas agar ventilasi dapat optimal. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Memposisikan klien dalam posisi semi-Fowler atau Fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan klien
- Melakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
- Mengajarkan teknik napas dalam dan latihan batuk efektif
2. Manajemen Ventilasi
Intervensi ini bertujuan untuk memfasilitasi proses ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Memantau parameter vital terkait pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman napas)
- Mengkaji adanya tanda-tanda distres pernapasan
- Mengatur kecepatan dan konsentrasi oksigen sesuai kebutuhan klien
- Mengajarkan teknik pernapasan diafragmatik
3. Manajemen Nyeri
Intervensi ini ditujukan untuk mengelola nyeri yang mungkin dirasakan klien sehingga tidak mengganggu proses pernapasan. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Mengkaji nyeri yang dirasakan klien
- Memberikan analgesik sesuai kebutuhan dan instruksi tenaga kesehatan
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi dan distraksi
Dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada pengelolaan jalan napas, ventilasi, dan nyeri, diharapkan klien dapat mencapai luaran pola napas efektif sehingga dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat dan memenuhi kebutuhan oksigenasi. -
Article No. 18567 | 14 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 27 tahun, sedang hamil 28 minggu 6 hari (trimester III), datang untuk kontrol rutin kehamilan tanpa keluhan. Pasien tampak kooperatif, tenang, dan menyatakan rutin mengonsumsi tablet Fe. Tekanan darah 95/66 mmHg, denyut jantung janin 153 x/menit, tinggi fundus uteri 23 cm. BB naik dari 59,6 kg menjadi 70,5 kg, IMT saat ini 29,4. Tidak ditemukan komplikasi kebidanan maupun penyakit penyerta. Presentasi janin kepala, belum masuk PAP. Riwayat imunisasi lengkap (TT5), tidak memiliki alergi, dan didukung oleh keluarga dalam kehamilan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus tersebut:
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Kode D.0014 Kesiapan Meningkatkan Perawatan Diri: Kehamilan**
*(Readiness for Enhanced Self-Care: Pregnancy)*
**Penjelasan:**
Pasien dalam kondisi kehamilan trimester III tanpa keluhan, kooperatif, dan telah menjalankan perawatan diri seperti konsumsi tablet Fe serta kontrol rutin. Diagnosa ini menggambarkan kesiapan pasien untuk mempertahankan atau meningkatkan perawatan diri selama kehamilan dengan dukungan keluarga yang baik.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
**Kode L.15001 Perilaku Perawatan Diri**
*(Self-Care Behavior)*
**Kriteria Evaluasi:**
1. Pasien mampu menjelaskan pentingnya kontrol rutin kehamilan.
2. Pasien mengonsumsi tablet Fe sesuai anjuran.
3. Pasien memantau kenaikan berat badan dan tanda bahaya kehamilan.
4. Pasien melaporkan dukungan keluarga dalam perawatan kehamilan.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
**Kode I.15010 Pendidikan Kesehatan: Kehamilan**
*(Health Education: Pregnancy)*
**Intervensi:**
1. Memberikan edukasi tentang nutrisi seimbang dan kenaikan berat badan ideal selama kehamilan (IMT 29,4 menunjukkan overweight, perlu pemantauan).
2. Memastikan kepatuhan konsumsi tablet Fe dan suplemen lainnya.
3. Menjelaskan tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III (pre-eklampsia, persalinan prematur, dll.).
4. Mendorong aktivitas fisik sesuai kemampuan dan istirahat yang cukup.
5. Memfasilitasi dukungan keluarga dalam memantau perkembangan kehamilan.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **Kode Diagnosa (D.0014)** sesuai dengan **PPNI (2021)**.
- **Kode SLKI (L.15001)** dan **SIKI (I.15010)** mengacu pada standar PPNI terkait kehamilan normal.
- **IMT 29,4** termasuk kategori **overweight**, sehingga perlu pemantauan untuk mencegah komplikasi seperti diabetes gestasional atau hipertensi.
Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut berdasarkan perkembangan pasien, evaluasi berkala dapat dilakukan.
*(Sumber: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) PPNI, 2021)* -
Article No. 18568 | 14 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 27 tahun, sedang hamil 28 minggu 6 hari (trimester III), datang untuk kontrol rutin kehamilan tanpa keluhan. Pasien tampak kooperatif, tenang, dan menyatakan rutin mengonsumsi tablet Fe. Tekanan darah 95/66 mmHg, denyut jantung janin 153 x/menit, tinggi fundus uteri 23 cm. BB naik dari 59,6 kg menjadi 70,5 kg, IMT saat ini 29,4. Tidak ditemukan komplikasi kebidanan maupun penyakit penyerta. Presentasi janin kepala, belum masuk PAP. Riwayat imunisasi lengkap (TT5), tidak memiliki alergi, dan didukung oleh keluarga dalam kehamilan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, berikut diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat ditetapkan:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode: 00221
b. Judul: Risiko Kekurangan Volume Cairan
c. Definisi: Berisiko mengalami pengurangan cairan intraseluler, interstisial, dan/atau intravaskular, yang dapat mengancam kesehatan.
2. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 10009
b. Judul: Risiko Kekurangan Volume Cairan
c. Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami pengurangan cairan intraseluler, interstisial, dan/atau intravaskular, yang dapat mengancam kesehatan.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 30001
b. Judul: Keseimbangan Cairan
c. Definisi: Keadaan di mana tubuh dapat mempertahankan volume dan komposisi cairan yang tepat untuk mendukung fungsi fisiologis.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 80001
b. Judul: Manajemen Cairan
c. Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang tepat.
Penjelasan singkat:
Pasien wanita usia 27 tahun, sedang hamil trimester III, datang untuk kontrol rutin kehamilan tanpa keluhan. Tidak ditemukan komplikasi kebidanan maupun penyakit penyerta. Namun, terdapat kenaikan berat badan yang cukup signifikan, dengan IMT saat ini 29,4, yang dapat berisiko menyebabkan kekurangan volume cairan. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah "Risiko Kekurangan Volume Cairan", dengan tujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh yang optimal selama kehamilan.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Cairan, yang meliputi pemantauan intake dan output cairan, serta pengaturan asupan cairan sesuai kebutuhan ibu hamil. Selain itu, edukasi dan dukungan untuk mempertahankan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat juga penting dilakukan.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 18569 | 14 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 27 tahun, sedang hamil 28 minggu 6 hari (trimester III), datang untuk kontrol rutin kehamilan tanpa keluhan. Pasien tampak kooperatif, tenang, dan menyatakan rutin mengonsumsi tablet Fe. Tekanan darah 95/66 mmHg, denyut jantung janin 153 x/menit, tinggi fundus uteri 23 cm. BB naik dari 59,6 kg menjadi 70,5 kg, IMT saat ini 29,4. Tidak ditemukan komplikasi kebidanan maupun penyakit penyerta. Presentasi janin kepala, belum masuk PAP. Riwayat imunisasi lengkap (TT5), tidak memiliki alergi, dan didukung oleh keluarga dalam kehamilan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus tersebut:
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Kode DX. 0016** **Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan tentang Perawatan Kehamilan** *(Readiness for Enhanced Knowledge: Pregnancy Care)*
**Penjelasan:**
Pasien dalam kondisi kehamilan trimester III tanpa keluhan atau komplikasi, namun memerlukan edukasi lebih lanjut terkait persiapan persalinan, nutrisi, dan pemantauan tanda bahaya kehamilan.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode LO. 1801** **Pengetahuan tentang Perawatan Kehamilan** *(Knowledge: Pregnancy Care)*
**Kriteria Luaran:**
- Menyatakan pemahaman tentang perubahan fisiologis kehamilan.
- Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.
- Melaporkan kepatuhan dalam mengonsumsi suplemen (Fe).
- Menjelaskan pentingnya kontrol antenatal rutin.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode IN. 5601** **Edukasi Kesehatan** *(Health Education)*
**Intervensi:**
- Memberikan informasi tentang nutrisi seimbang untuk ibu hamil dengan IMT >29 (overweight).
- Menjelaskan tanda-tanda persalinan dan kapan harus ke fasilitas kesehatan.
- Memantau kenaikan berat badan dan memberikan rekomendasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan.
- Memastikan pasien memahami pentingnya suplementasi Fe dan imunisasi TT.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **IMT 29,4** termasuk dalam kategori *overweight*, sehingga perlu pemantauan asupan nutrisi untuk mencegah komplikasi seperti diabetes gestasional atau hipertensi.
- **Tekanan darah 95/66 mmHg** masih dalam batas normal untuk ibu hamil, tetapi perlu diwaspadai jika disertai gejala hipotensi.
- **Peningkatan berat badan (10,9 kg)** perlu dievaluasi lebih lanjut untuk memastikan kenaikan sesuai rekomendasi (total kenaikan BB ideal untuk IMT overweight: 711,5 kg).
Jika diperlukan, dapat ditambahkan **DX. 0002 (Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh)** jika terdapat indikasi kuat terkait pola makan yang tidak terkontrol.
---
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 4* PPNI (2020)
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 3* PPNI (2019)
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 3* PPNI (2020)
Semoga membantu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan diskusikan. -
Article No. 18570 | 14 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 27 tahun, sedang hamil 28 minggu 6 hari (trimester III), datang untuk kontrol rutin kehamilan tanpa keluhan. Pasien tampak kooperatif, tenang, dan menyatakan rutin mengonsumsi tablet Fe. Tekanan darah 95/66 mmHg, denyut jantung janin 153 x/menit, tinggi fundus uteri 23 cm. BB naik dari 59,6 kg menjadi 70,5 kg, IMT saat ini 29,4. Tidak ditemukan komplikasi kebidanan maupun penyakit penyerta. Presentasi janin kepala, belum masuk PAP. Riwayat imunisasi lengkap (TT5), tidak memiliki alergi, dan didukung oleh keluarga dalam kehamilan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan zat gizi esensial yang diperlukan untuk metabolisme tubuh.
2. Risiko Hipertermi
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan suhu tubuh di atas normal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
a. Indikator: Berat badan, Asupan makanan, Kadar hemoglobin
b. Kriteria Hasil: Berat badan sesuai dengan usia kehamilan, Asupan makanan yang adekuat, Kadar hemoglobin dalam batas normal
2. Risiko Hipertermi
a. Indikator: Suhu tubuh, Tanda-tanda vital, Kenyamanan
b. Kriteria Hasil: Suhu tubuh dalam batas normal, Tanda-tanda vital stabil, Pasien merasa nyaman
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
a. Pemantauan nutrisi
b. Edukasi gizi
c. Kolaborasi dengan ahli gizi
d. Pemberian suplemen sesuai indikasi
2. Risiko Hipertermi
a. Pemantauan tanda-tanda vital
b. Pemberian lingkungan yang nyaman
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, dokter) jika diperlukan
Penjelasan:
Pasien wanita usia 27 tahun, sedang hamil trimester III, tanpa keluhan, dan tampak kooperatif. Namun, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Kenaikan berat badan yang cukup signifikan (10,9 kg) dapat menunjukkan adanya kelebihan asupan nutrisi, yang berisiko terhadap kehamilan.
- Diperlukan pemantauan nutrisi, edukasi gizi, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk memastikan asupan nutrisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil.
2. Risiko Hipertermi:
- Meskipun tanda-tanda vital saat ini dalam batas normal, suhu tubuh tetap perlu dipantau karena ibu hamil berisiko mengalami peningkatan suhu tubuh.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian lingkungan yang nyaman, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu berat badan sesuai usia kehamilan, asupan makanan yang adekuat, kadar hemoglobin dalam batas normal, suhu tubuh dalam batas normal, tanda-tanda vital stabil, dan pasien merasa nyaman. -
Article No. 18571 | 14 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 27 tahun, sedang hamil 28 minggu 6 hari (trimester III), datang untuk kontrol rutin kehamilan tanpa keluhan. Pasien tampak kooperatif, tenang, dan menyatakan rutin mengonsumsi tablet Fe. Tekanan darah 95/66 mmHg, denyut jantung janin 153 x/menit, tinggi fundus uteri 23 cm. BB naik dari 59,6 kg menjadi 70,5 kg, IMT saat ini 29,4. Tidak ditemukan komplikasi kebidanan maupun penyakit penyerta. Presentasi janin kepala, belum masuk PAP. Riwayat imunisasi lengkap (TT5), tidak memiliki alergi, dan didukung oleh keluarga dalam kehamilan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI SLKI SIKI**
*(Berdasarkan Standar PPNI untuk Kehamilan Normal Trimester III)*
---
### **Diagnosa Keperawatan Utama**
**Kode SDKI: 00015**
**Kesiapan Meningkatkan Pemeliharaan Kesehatan (Readiness for Enhanced Health Management)**
**Definisi**: Kondasi di mana pasien memiliki motivasi dan kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan, termasuk kepatuhan terhadap perawatan antenatal.
**Penjelasan**: Pasien menunjukkan kesadaran akan pentingnya kontrol rutin kehamilan, kepatuhan mengonsumsi tablet Fe, dan dukungan keluarga. Tidak ada keluhan atau komplikasi, tetapi perlu pemantauan terkait kenaikan berat badan (IMT 29,4 ? *overweight*) dan edukasi pencegahan risiko (misal: preeklamsia, diabetes gestasional).
---
### **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Kode SLKI: 1401**
**Kepatuhan terhadap Program Perawatan Antenatal**
**Indikator**:
- Pasien mampu menyebutkan jadwal kontrol berikutnya (*SLKI.1401.01*).
- Pasien mengonsumsi suplemen sesuai anjuran (*SLKI.1401.03*).
- Pasien melaporkan tidak ada keluhan yang mengganggu (*SLKI.1401.05*).
---
### **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Kode SIKI: 4410**
**Edukasi Kesehatan Maternal**
**Intervensi**:
- Memberikan informasi tentang nutrisi seimbang dan batasan kenaikan BB ideal (*SIKI.4410.02*).
- Memantau tanda-tanda bahaya kehamilan (gerakan janin, edema, sakit kepala) (*SIKI.4410.04*).
- Mendorong aktivitas fisik sesuai toleransi (*SIKI.4410.06*).
**Kode SIKI Tambahan: 6500**
**Pemantauan Janin**
- Auskultasi DJJ dan pengukuran TFU (*SIKI.6500.01*).
---
### **Catatan Akademis**
1. **IMT 29,4** termasuk *overweight* (risiko: makrosomia, persalinan prolong). Perlu kolaborasi dengan ahli gizi.
2. **Tekanan darah 95/66 mmHg** masih dalam batas normal, tetapi perlu waspada hipotensi simtomatik.
3. **Kode SDKI 00015** dipilih karena fokus pada peningkatan kesehatan, bukan masalah aktual (sesuai *NANDA-I* adaptasi PPNI).
---
*Referensi: Buku SDKI-SLKI-SIKI Edisi 4 PPNI (2020) dan Standar Asuhan Keperawatan Kebidanan (INK).*
*(Format RTF siap disalin ke dokumen keperawatan)*