Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4267 | 02 Nov 2024
Klinis : Klien masuk IGD RSPP pada tanggal 02 April 2019 pukul 20.40 WIB, klien datang dengan keluhan badan demam dan mengeluh sakit ulu hati, serta anyang-anyangan dan nyeri saat BAK. Diagnosa Medis: Infeksi Saluran Kemih. Setelah mendapatkan terapi dan dilakukan pemeriksaan laboratorium, klien disarankan untuk di rawat. Klien masuk rawat inap pada tanggal 02 April 2019 pukul 22.48 WIB di kamar 436, kelas superior, Ruang Bentayan Lantai IV B Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Nomor Register 699717 dengan diagnosa medis Infeksi Saluran Kemih. Klien bernama Nn. T, Klien berumur 17 tahun, Klien berjenis kelamin perempuan, belum menikah, Klien beragama islam, pendidikan klien saat ini SMA, bahasa yang di gunakan bahasa Indonesia, dan bertempat tinggal di Jalan Ulujami Raya Gg. Palem Pesanggrahan Jakarta selatan, sumber biaya selama perawatan ditanggung oleh pribadi, dan sumber informasi diperoleh dari klien, keluarga klien, perawat ruangan, dan status file pasien. Klien mengeluh badan demam dan mengeluh sakit ulu hati, serta anyang-anyangan dan nyeri saat BAK. Upaya mengatasinya klien banyak minum air putih dan keluarga membawa ke IGD RSPP.Klien tidak mempunyai riwayat penyakit, klien tidak mempunyai riwayat alergi obat, dan klien tidak mempunyai riwayat dalam pemakaian obat. Klien bernama Nn. T, berumur 17 tahun, klien anak ketiga dari tiga bersaudara. Klien tinggal satu rumah dengan orang tua dan kedua kakaknya. Keluarga klien mengatakan nenek dan kakeknya meninggal karena sudah tua. Keluarga klien mengatakan tidak ada penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko penyakitnya. Orang terdekat klien adalah Ibunya. Pola komunikasi didalam keluarga klien adalah komunikasi terbuka, segala sesuatu dibicarakan bersama dan pembuat keputusan secara musyawarah. Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan kemasyarakatan dilingkungannya. Keluarga klien mengatakan dampak penyakit klien terhadap keluarga yaitu keluarga merasa khawatir dan cemas dengan keadaan klien. Klien mengatakan mekanisme koping terhadap stress adalah tidur. Klien memikirkan penyakitnya saat ini dan berharap sakitnya tidak terasa lagi dan cepat sembuh agar bisa masuk sekolah. Tidak ada nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan, klien selalu sholat 5 waktu Keluarga klien mengatakan lingkungan sekitar rumah klien tidak padat, tidak terkontaminasi dengan lingkungan yang tercemar, rumah klien bersih, nyaman dan jauh dari jalan raya sehingga terasa tenang dan tidak berisik. Sumber air keluarga yaitu sumur, dengan kondisi bersih dan tidak berbau. Selama dirumah sakit klien makan 3 kali sehari, tidak nafsu makan, klien makan setengah porsi, tidak menggunakan alat bantu makan seperti NGT. Frekuensi BAB klien 1 kali sehari pada waktu pagi hari, warnanya kuning kecokelatan, konsistensinya lembek, klien tidak mempunyai keluhan dalam BAB, dan tidak menggunakan laxatif. Selama dirumah sakit klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa, merasa nyeri setiap kali beraktivitas. Klien memiliki perilaku buruk yaitu kebiasaan menahan berkemih, kurang minum air putih, klien tidak sering mengganti pembalut saat sedang menstruasi, dan mengenakan celana dalam yang terlalu ketat. Berat badan 42 kg, Tinggi badan klien 157 cm. Keadaan umum klien sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. konjungtiva pucat, kornea klien normal, sklera klien anikterik, pupil isokor, klien tidak mempunyai kelainan pada otot-otot mata, fungsi penglihatan klien baik, Sistem Pendengaran, tidak ada tinitus, tidak ada gangguan keseimbangan, fungsi pendengaran klien normal, dan klien tidak menggunakan alat bantu dengar, Sistem wicara klien normal, gaya bicara klien normal dan dapat dimengerti. Tidak ada aphasia, aphonia, dysartria, dysphasia maupun anarthia. Jalan nafas klien bersih tidak ada sumbatan, tidak ada sesak saat bernafas, klien tidak menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi nafas 18x/menit, irama teratur, jenis pernafasan spontan, pernafasan klien dalam. Tidak ada batuk, tidak ada sputum, palpasi dada simetris, suara nafas klien vesikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, klien tidak menggunakan alat bantu nafas. Sirkulasi Perifer: nadi 74x/menit, irama teratur, denyut kuat, TD: 113/74 mmHg, klien tidak terdapat distensi vena jugularis kanan dan kiri, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler < 3 detik, tidak ada edema. Sirkulasi Jantung: kecepatan denyut apical 80x/menit, irama jantung teratur, tidak terdapat kelainan bunyi jantung murmur dan gallop, tidak ada sakit dada. Tidak ada keluhan sakit kepala, bising usus 10 kali per menit, Klien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, intake klien 1250 ml (oral 750 ml dan infus 500 ml), output klien 1100 ml (urin 1100 ml), jadi balance cairan klien adalah 150cc. Klien terdapat perubahan pola berkemih yaitu retensi, warna urin kuning kental/coklat, terdapat ketegangan kandung kemih, klien mengeluh sakit pinggang dengan skala nyeri 7. Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan, tidak ada nyeri pada tulang sendi, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot klien baik. Kekuatan Otot ekstremitas kiri atas 5555, ekstremitas kiri bawah 5555, ekstremitas kanan atas 5555, ekstremitas kanan bawah 5555. Klien paham tentang penyakitnya tetapi hanya sedikit yang di pahami. Klien mengatakan penyakitnya disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri. Klien dan keluarga mengatakan mengetahui tentang penyakit nya dari dokter yang memeriksa saat di IGD.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi klien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Urin Fungsional
2. Nyeri Akut
3. Defisit Perawatan Diri: Eliminasi
Penjelasan Singkat:
1. Inkontinensia Urin Fungsional
- SDKI: Ketidakmampuan individu untuk mengendalikan pengeluaran urin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi, seperti gaya hidup atau lingkungan.
- SLKI: Peningkatan kontrol berkemih, Manajemen Inkontinensia Urin.
- SIKI: Manajemen Inkontinensia Urin, Pelatihan Berkemih.
2. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Manajemen Nyeri, Kontrol Nyeri.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Analgesik: Pemberian.
3. Defisit Perawatan Diri: Eliminasi
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri eliminasi secara mandiri.
- SLKI: Perawatan Diri: Eliminasi, Peningkatan Eliminasi Urin.
- SIKI: Perawatan Eliminasi Urin, Edukasi Kesehatan: Eliminasi.
Berdasarkan data yang diberikan, klien mengalami infeksi saluran kemih yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin, nyeri saat berkemih, dan defisit perawatan diri dalam eliminasi urin. Perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa tersebut untuk membantu klien dalam mengatasi masalah kesehatannya. -
Article No. 4268 | 02 Nov 2024
Klinis : klien mengeluh ada bisikan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi klien yang mengeluh ada bisikan, dengan tone akademis dan persona pakar.
Diagnosa Keperawatan:
Halusinasi Pendengaran
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Halusinasi Pendengaran adalah persepsi palsu terhadap suara atau bunyi tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Klien dapat mengidentifikasi halusinasi yang dialami.
2. Klien dapat mengendalikan halusinasi yang dialami.
3. Klien dapat beradaptasi terhadap halusinasi yang dialami.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Mengkaji tipe, frekuensi, durasi, dan isi halusinasi.
3. Mengajarkan teknik mengontrol halusinasi.
4. Mendorong klien untuk melaporkan halusinasi yang dialami.
5. Membantu klien mengidentifikasi faktor pencetus halusinasi.
6. Memberikan obat-obatan sesuai indikasi.
7. Melibatkan keluarga dalam perawatan klien.
Sebagai pakar, saya menekankan pentingnya penanganan yang komprehensif dan kolaboratif antara perawat, pasien, dan keluarga untuk mengatasi masalah halusinasi pendengaran yang dialami klien. Pendekatan yang holistik dengan melibatkan aspek fisik, psikologis, dan sosial akan memberikan hasil yang optimal. -
Article No. 4269 | 02 Nov 2024
Klinis : emosi tidak stabil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi emosi tidak stabil, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Emosi
Definisi:
Rentan mengalami perubahan suasana hati yang tidak terkendali, yang dapat menganggu fungsi dan interaksi sosial.
Faktor Risiko:
- Stresor yang berlebihan
- Gangguan psikologis
- Riwayat masalah kesehatan mental
Tanda dan Gejala:
- Perubahan suasana hati yang tidak terkendali
- Mudah marah atau tersinggung
- Kesulitan mengontrol emosi
- Gangguan interaksi sosial
Intervensi Keperawatan (SDKI):
1. Manajemen Emosi
2. Terapi Perilaku Kognitif
3. Dukungan Emosional
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Kendali Emosi
2. Stabilitas Emosi
3. Interaksi Sosial
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Asesmen Emosi
2. Terapi Relaksasi
3. Terapi Kognitif
4. Konseling Individu
Dalam kondisi emosi tidak stabil, perawat berperan penting dalam membantu pasien mengelola emosinya melalui intervensi yang komprehensif, baik dari segi fisik, psikologis, maupun sosial. Dengan pendekatan yang akademis dan keahlian sebagai perawat profesional, diharapkan pasien dapat mencapai stabilitas emosi dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 4270 | 02 Nov 2024
Klinis : emosi tidak stabil
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, untuk kondisi "emosi tidak stabil", berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F34.0
- Deskripsi: Distimia, kondisi kronis di mana suasana hati seseorang cenderung depresi, dengan sedikit variasi dari hari ke hari. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi sehari-hari.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.39
- Deskripsi: Terapi perilaku dan kognitif, prosedur non-invasif yang bertujuan untuk membantu pasien mengembangkan strategi untuk mengatasi gangguan emosional dan pola pikir yang tidak sehat. Terapi ini dapat membantu pasien dengan kondisi emosi tidak stabil untuk mencapai stabilitas emosional yang lebih baik.
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 F34.0 (Distimia):
- Distimia adalah gangguan mood kronis yang ditandai dengan suasana hati yang cenderung depresi, dengan sedikit variasi dari hari ke hari.
- Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi sehari-hari, seperti masalah di tempat kerja, hubungan interpersonal, dan aktivitas sosial.
- Gejala distimia dapat meliputi perasaan sedih, pesimistis, rendah diri, dan kurangnya energi, namun tidak mencapai tingkat keparahan seperti pada depresi mayor.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 94.39 (Terapi perilaku dan kognitif):
- Terapi perilaku dan kognitif adalah intervensi non-invasif yang bertujuan untuk membantu pasien mengembangkan strategi untuk mengatasi gangguan emosional dan pola pikir yang tidak sehat.
- Dalam konteks emosi tidak stabil, terapi ini dapat membantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan emosional.
- Dengan pendekatan ini, pasien dapat belajar teknik-teknik untuk mengelola emosi, meningkatkan kemampuan regulasi diri, dan mencapai stabilitas emosional yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari. -
Article No. 4271 | 02 Nov 2024
Klinis : klien terdiagnosa ocd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi klien dengan diagnosa OCD (Obsessive Compulsive Disorder) dengan tone akademis dan persona pakar/perawat:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan obsesi dan kompulsi yang tidak terkontrol.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan adalah respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang disadari maupun tidak disadari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan.
b. Klien dapat mendemonstrasikan strategi untuk mengatasi kecemasan.
c. Klien dapat menunjukkan penurunan tanda dan gejala kecemasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
a. Manajemen Kecemasan: Mengidentifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi kecemasan klien, serta membantu klien dalam mengembangkan strategi koping yang efektif.
b. Terapi Perilaku: Membantu klien untuk mengenali dan mengubah pola pikir dan perilaku obsesif-kompulsif yang maladaptif.
c. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi kepada klien dan keluarga mengenai OCD, gejala, penyebab, dan penatalaksanaannya.
Penjelasan Singkat:
Klien dengan OCD sering mengalami kecemasan yang terkait dengan obsesi dan kompulsi yang tidak terkontrol. Diagnosa keperawatan utama yang sesuai adalah Kecemasan. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan mencakup manajemen kecemasan, terapi perilaku, serta edukasi kesehatan. Tujuannya adalah agar klien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan, mendemonstrasikan strategi koping yang efektif, dan menunjukkan penurunan tanda-tanda kecemasan. -
Article No. 4272 | 02 Nov 2024
Klinis : skizoprenia afektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi skizophrenia afektif, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
3. Gangguan Proses Pikir
4. Isolasi Sosial
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Keadaan di mana individu menunjukkan potensi untuk menyerang atau merusak orang lain, properti, atau diri sendiri.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah, mengurangi, atau mengendalikan perilaku agresif atau destruktif pada individu.
- SIKI: Tindakan perawat yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau mengendalikan potensi perilaku kekerasan pasien.
2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
- SDKI: Pengalaman sensorik yang tampak nyata namun dibangkitkan oleh pikiran sendiri.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mengenali, mengatasi, dan mencegah pengalaman sensori yang terdistorsi.
- SIKI: Tindakan perawat yang dilakukan untuk membantu pasien mengenali, mengatasi, dan mencegah halusinasi.
3. Gangguan Proses Pikir
- SDKI: Keadaan di mana individu menunjukkan gangguan dalam proses berpikir, termasuk persepsi, atensi, kognisi, dan logika.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mempertahankan proses berpikir yang efektif.
- SIKI: Tindakan perawat yang dilakukan untuk mempertahankan proses berpikir pasien yang efektif.
4. Isolasi Sosial
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami kesepian yang dirasakan, atau kurangnya interaksi sosial.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi interaksi sosial yang bermakna dan meningkatkan jaringan dukungan sosial.
- SIKI: Tindakan perawat yang dilakukan untuk memfasilitasi interaksi sosial pasien dan meningkatkan dukungan sosialnya.
Dalam kondisi skizophrenia afektif, diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sangat penting untuk membantu pasien dalam pemulihan dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 4273 | 02 Nov 2024
Klinis : skizoafektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi skizoafektif.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), pasien dengan skizoafektif memiliki risiko untuk berperilaku kekerasan. Pasien mungkin mengalami halusinasi, delusi, atau gangguan afektif yang dapat menyebabkan perilaku agresif atau berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda perilaku kekerasan
- Pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan
- Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain secara wajar
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Perilaku: Mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan, memantau tanda-tanda perilaku kekerasan, dan memberikan intervensi untuk mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan.
- Terapi Aktivitas: Mengembangkan aktivitas yang dapat membantu pasien dalam mengekspresikan emosi secara aman dan konstruktif.
- Terapi Kognitif: Membantu pasien dalam mengidentifikasi dan mengoreksi distorsi kognitif yang dapat memicu perilaku kekerasan.
Dengan pendekatan yang komprehensif berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat mengenali dan mengendalikan perilaku kekerasan, serta berinteraksi dengan orang lain secara wajar. -
Article No. 4274 | 02 Nov 2024
Klinis : Klien masuk IGD RSPP pada tanggal 02 April 2019 pukul 20.40 WIB, klien datang dengan keluhan badan demam dan mengeluh sakit ulu hati, serta anyang-anyangan dan nyeri saat BAK. Diagnosa Medis: Infeksi Saluran Kemih. Setelah mendapatkan terapi dan dilakukan pemeriksaan laboratorium, klien disarankan untuk di rawat. Klien masuk rawat inap pada tanggal 02 April 2019 pukul 22.48 WIB di kamar 436, kelas superior, Ruang Bentayan Lantai IV B Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Nomor Register 699717 dengan diagnosa medis Infeksi Saluran Kemih. Klien bernama Nn. T, Klien berumur 17 tahun, Klien berjenis kelamin perempuan, belum menikah, Klien beragama islam, pendidikan klien saat ini SMA, bahasa yang di gunakan bahasa Indonesia, dan bertempat tinggal di Jalan Ulujami Raya Gg. Palem Pesanggrahan Jakarta selatan, sumber biaya selama perawatan ditanggung oleh pribadi, dan sumber informasi diperoleh dari klien, keluarga klien, perawat ruangan, dan status file pasien. Klien mengeluh badan demam dan mengeluh sakit ulu hati, serta anyang-anyangan dan nyeri saat BAK. Upaya mengatasinya klien banyak minum air putih dan keluarga membawa ke IGD RSPP.Klien tidak mempunyai riwayat penyakit, klien tidak mempunyai riwayat alergi obat, dan klien tidak mempunyai riwayat dalam pemakaian obat. Klien bernama Nn. T, berumur 17 tahun, klien anak ketiga dari tiga bersaudara. Klien tinggal satu rumah dengan orang tua dan kedua kakaknya. Keluarga klien mengatakan nenek dan kakeknya meninggal karena sudah tua. Keluarga klien mengatakan tidak ada penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko penyakitnya. Orang terdekat klien adalah Ibunya. Pola komunikasi didalam keluarga klien adalah komunikasi terbuka, segala sesuatu dibicarakan bersama dan pembuat keputusan secara musyawarah. Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan kemasyarakatan dilingkungannya. Keluarga klien mengatakan dampak penyakit klien terhadap keluarga yaitu keluarga merasa khawatir dan cemas dengan keadaan klien. Klien mengatakan mekanisme koping terhadap stress adalah tidur. Klien memikirkan penyakitnya saat ini dan berharap sakitnya tidak terasa lagi dan cepat sembuh agar bisa masuk sekolah. Tidak ada nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan, klien selalu sholat 5 waktu Keluarga klien mengatakan lingkungan sekitar rumah klien tidak padat, tidak terkontaminasi dengan lingkungan yang tercemar, rumah klien bersih, nyaman dan jauh dari jalan raya sehingga terasa tenang dan tidak berisik. Sumber air keluarga yaitu sumur, dengan kondisi bersih dan tidak berbau. Selama dirumah sakit klien makan 3 kali sehari, tidak nafsu makan, klien makan setengah porsi, tidak menggunakan alat bantu makan seperti NGT. Frekuensi BAB klien 1 kali sehari pada waktu pagi hari, warnanya kuning kecokelatan, konsistensinya lembek, klien tidak mempunyai keluhan dalam BAB, dan tidak menggunakan laxatif. Selama dirumah sakit klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa, merasa nyeri setiap kali beraktivitas. Klien memiliki perilaku buruk yaitu kebiasaan menahan berkemih, kurang minum air putih, klien tidak sering mengganti pembalut saat sedang menstruasi, dan mengenakan celana dalam yang terlalu ketat. Berat badan 42 kg, Tinggi badan klien 157 cm. Keadaan umum klien sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. konjungtiva pucat, kornea klien normal, sklera klien anikterik, pupil isokor, klien tidak mempunyai kelainan pada otot-otot mata, fungsi penglihatan klien baik, Sistem Pendengaran, tidak ada tinitus, tidak ada gangguan keseimbangan, fungsi pendengaran klien normal, dan klien tidak menggunakan alat bantu dengar, Sistem wicara klien normal, gaya bicara klien normal dan dapat dimengerti. Tidak ada aphasia, aphonia, dysartria, dysphasia maupun anarthia. Jalan nafas klien bersih tidak ada sumbatan, tidak ada sesak saat bernafas, klien tidak menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi nafas 18x/menit, irama teratur, jenis pernafasan spontan, pernafasan klien dalam. Tidak ada batuk, tidak ada sputum, palpasi dada simetris, suara nafas klien vesikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, klien tidak menggunakan alat bantu nafas. Sirkulasi Perifer: nadi 74x/menit, irama teratur, denyut kuat, TD: 113/74 mmHg, klien tidak terdapat distensi vena jugularis kanan dan kiri, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler < 3 detik, tidak ada edema. Sirkulasi Jantung: kecepatan denyut apical 80x/menit, irama jantung teratur, tidak terdapat kelainan bunyi jantung murmur dan gallop, tidak ada sakit dada. Tidak ada keluhan sakit kepala, bising usus 10 kali per menit, Klien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, intake klien 1250 ml (oral 750 ml dan infus 500 ml), output klien 1100 ml (urin 1100 ml), jadi balance cairan klien adalah 150cc. Klien terdapat perubahan pola berkemih yaitu retensi, warna urin kuning kental/coklat, terdapat ketegangan kandung kemih, klien mengeluh sakit pinggang dengan skala nyeri 7. Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan, tidak ada nyeri pada tulang sendi, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot klien baik. Kekuatan Otot ekstremitas kiri atas 5555, ekstremitas kiri bawah 5555, ekstremitas kanan atas 5555, ekstremitas kanan bawah 5555. Klien paham tentang penyakitnya tetapi hanya sedikit yang di pahami. Klien mengatakan penyakitnya disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri. Klien dan keluarga mengatakan mengetahui tentang penyakit nya dari dokter yang memeriksa saat di IGD.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi pada saluran kemih.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun.
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi pada saluran kemih.
- SDKI: Nyeri akut
- SLKI: Penanggulangan nyeri
- SIKI: Manajemen nyeri
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun.
- SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
- SLKI: Peningkatan intake nutrisi
- SIKI: Manajemen nutrisi
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
- SDKI: Gangguan eliminasi urin
- SLKI: Peningkatan eliminasi urin
- SIKI: Manajemen eliminasi urin
Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI ini mengacu pada standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengatasi kondisi klien dengan infeksi saluran kemih. -
Article No. 4275 | 02 Nov 2024
Klinis : klien sulit fokus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi klien yang sulit fokus, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Proses Pikir adalah ketidakmampuan individu untuk memproses informasi secara efektif, yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk memfokuskan, mempertahankan, atau mengalihkan perhatian.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Fokus Perhatian Membaik
2. Kemampuan Memproses Informasi Membaik
3. Kemampuan Memecahkan Masalah Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Lingkungan: Meminimalkan Distraksi
2. Terapi Aktivitas: Aktivitas Stimulasi Kognitif
3. Edukasi Kesehatan: Manajemen Gangguan Proses Pikir
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Sebagai pakar keperawatan, saya akan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai diagnosa keperawatan Gangguan Proses Pikir dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan standar PPNI. Saya akan menyampaikannya dengan nada yang formal dan informasi yang terstruktur. -
Article No. 4276 | 02 Nov 2024
Klinis : Mood labil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu mood labil dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah contoh Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Disregulasi Emosi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kegagalan individu dalam mengatur emosi secara adaptif yang ditandai dengan fluktuasi emosi yang tidak sesuai dengan situasi.
- Faktor yang Berhubungan: Stres, riwayat trauma, konsep diri negatif, kurangnya dukungan sosial.
- Gejala dan Tanda: Mood yang mudah berubah-ubah, reaksi emosional yang tidak proporsional dengan situasi, kesulitan mengontrol emosi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Individu mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara adaptif, mengelola emosi dengan baik, dan menunjukkan peningkatan stabilitas emosi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Disfungsi Emosi, Terapi Relaksasi, Terapi Kognitif, Konseling Individu, Edukasi Manajemen Stres.
- Tujuan Intervensi: Membantu individu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara adaptif, meningkatkan kemampuan dalam mengelola emosi, dan mencapai stabilitas emosi yang lebih baik.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Disregulasi Emosi" menggambarkan kegagalan individu dalam mengatur emosi secara adaptif, yang ditandai dengan fluktuasi emosi yang tidak sesuai dengan situasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen disfungsi emosi, terapi relaksasi, terapi kognitif, konseling individu, dan edukasi manajemen stres. Tujuannya adalah membantu individu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara adaptif, meningkatkan kemampuan dalam mengelola emosi, dan mencapai stabilitas emosi yang lebih baik.