Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6192 | 18 Nov 2024
Klinis : diabetes militus pada stroke hemoragik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi diabetes melitus pada stroke hemoragik, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang perawat ahli.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan dengan Proses Penyakit Stroke Hemoragik
2. Mobilitas Fisik Terganggu Berhubungan dengan Kelemahan Fisik Akibat Stroke Hemoragik
3. Risiko Cidera Berhubungan dengan Perubahan Sensasi dan Fungsi Motorik Akibat Stroke Hemoragik
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah: Keadaan di mana seseorang berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah yang abnormal.
2. Mobilitas Fisik Terganggu: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah, baik mandiri maupun dengan menggunakan alat bantu.
3. Risiko Cidera: Keadaan di mana seseorang berisiko mengalami kerusakan struktural atau fungsional pada jaringan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Glukosa Darah: Kemampuan individu dalam mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
2. Mobilitas: Kemampuan individu dalam melakukan pergerakan yang terarah dan terkontrol.
3. Pencegahan Cedera: Kemampuan individu dalam mencegah terjadinya kerusakan struktur atau fungsi tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Kadar Glukosa Darah, Manajemen Diabetes, Edukasi Kesehatan tentang Diabetes.
2. Mobilisasi Dini, Terapi Latihan, Pemberian Alat Bantu.
3. Pencegahan Risiko Jatuh, Manajemen Lingkungan, Perawatan Kulit.
Dalam penanganan kondisi diabetes melitus pada stroke hemoragik, perawat perlu mempertimbangkan masalah keperawatan yang terkait dengan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah, mobilitas fisik yang terganggu, serta risiko cedera. Intervensi keperawatan yang tepat, seperti pemantauan kadar glukosa darah, edukasi kesehatan, mobilisasi dini, dan pencegahan risiko jatuh, akan membantu dalam memperbaiki kondisi pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 6193 | 18 Nov 2024
Klinis : KASUS KEPERAWATAN KELUARGA Pengkajian dilakukan pada keluarga Tn. S (47 tahun) yang tinggal di Cimahi Tengah, Kp Sukanampa Rt04 Rw19 No.38. Tn. S merupakan kepala keluarga yang bekerja sebagai PNS dengan pendidikan terakhir Magister Pendidikan. Keluarga terdiri dari 5 anggota: ● Tn. S (47 tahun) sebagai kepala keluarga ● Ny. S (56 tahun) sebagai istri ● Nn. L (20 tahun) sebagai anak pertama ● Tn. A (17 tahun) sebagai anak kedua ● Nn. A (15 tahun) sebagai anak ketiga Saat pengkajian, ditemukan bahwa keluarga memiliki riwayat penyakit keturunan yaitu asma dari pihak ayah dan diabetes dari pihak ibu. Hal ini menyebabkan Tn. S merasa khawatir dengan kondisi kesehatan keluarganya. Kekhawatiran ini semakin meningkat seiring bertambahnya usia dan adanya faktor risiko penyakit keturunan tersebut.Dalam upaya menjaga kesehatan, keluarga telah menggunakan fasilitas BPJS kesehatan dan berusaha menjaga pola hidup dengan baik. Namun, kekhawatiran akan risiko penyakit keturunan membuat mereka cenderung terlalu berhati-hati dan kadang menimbulkan kecemasan berlebih. Keluarga menunjukkan kesadaran yang baik dalam mengenal masalah kesehatan anggotanya dan memberikan perawatan ketika ada yang sakit. Mereka juga aktif mencari informasi tentang kesehatan dan berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung gaya hidup sehat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, saya dapat menyusun beberapa diagnosa keperawatan keluarga beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan keluarga berhubungan dengan risiko penyakit keturunan
- SDKI: Kecemasan keluarga adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang dialami oleh keluarga terkait dengan masalah kesehatan atau kondisi yang sedang dihadapi.
- SLKI: Hasil yang diharapkan adalah keluarga dapat mengelola kecemasan terkait risiko penyakit keturunan dengan baik.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi tentang penyakit keturunan, mengajarkan teknik relaksasi, dan melibatkan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan: Manajemen kesehatan keluarga kurang efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengelola risiko penyakit keturunan
- SDKI: Manajemen kesehatan keluarga kurang efektif adalah ketidakmampuan keluarga dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mengambil tindakan yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
- SLKI: Hasil yang diharapkan adalah keluarga dapat mengelola risiko penyakit keturunan secara efektif.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi tentang penyakit keturunan, membantu keluarga menyusun rencana perawatan kesehatan, dan memfasilitasi keluarga untuk mengakses sumber daya kesehatan yang sesuai.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan fisik akibat penyakit keturunan
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena adanya masalah kesehatan.
- SLKI: Hasil yang diharapkan adalah keluarga dapat mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas anggota keluarga yang terdampak oleh penyakit keturunan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi tentang manajemen penyakit keturunan, mengajarkan teknik konservasi energi, dan merekomendasikan modifikasi lingkungan yang mendukung aktivitas.
Dengan memahami diagnosa keperawatan keluarga, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada keluarga untuk membantu mereka mengelola risiko penyakit keturunan secara efektif. -
Article No. 6194 | 18 Nov 2024
Klinis : KASUS KEPERAWATAN KELUARGA Pengkajian dilakukan pada keluarga Tn. S (47 tahun) yang tinggal di Cimahi Tengah, Kp Sukanampa Rt04 Rw19 No.38. Tn. S merupakan kepala keluarga yang bekerja sebagai PNS dengan pendidikan terakhir Magister Pendidikan. Keluarga terdiri dari 5 anggota: ● Tn. S (47 tahun) sebagai kepala keluarga ● Ny. S (56 tahun) sebagai istri ● Nn. L (20 tahun) sebagai anak pertama ● Tn. A (17 tahun) sebagai anak kedua ● Nn. A (15 tahun) sebagai anak ketiga Saat pengkajian, ditemukan bahwa keluarga memiliki riwayat penyakit keturunan yaitu asma dari pihak ayah dan diabetes dari pihak ibu. Hal ini menyebabkan Tn. S merasa khawatir dengan kondisi kesehatan keluarganya. Kekhawatiran ini semakin meningkat seiring bertambahnya usia dan adanya faktor risiko penyakit keturunan tersebut.Dalam upaya menjaga kesehatan, keluarga telah menggunakan fasilitas BPJS kesehatan dan berusaha menjaga pola hidup dengan baik. Namun, kekhawatiran akan risiko penyakit keturunan membuat mereka cenderung terlalu berhati-hati dan kadang menimbulkan kecemasan berlebih. Keluarga menunjukkan kesadaran yang baik dalam mengenal masalah kesehatan anggotanya dan memberikan perawatan ketika ada yang sakit. Mereka juga aktif mencari informasi tentang kesehatan dan berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung gaya hidup sehat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Keluarga:
1. Risiko Kecemasan Keluarga Berhubungan Dengan Riwayat Penyakit Keturunan
Penjelasan singkat:
Berdasarkan pengkajian, ditemukan bahwa keluarga Tn. S memiliki riwayat penyakit keturunan, yaitu asma dari pihak ayah dan diabetes dari pihak ibu. Hal ini menyebabkan Tn. S merasa khawatir dengan kondisi kesehatan keluarganya, dan kekhawatiran ini semakin meningkat seiring bertambahnya usia dan adanya faktor risiko penyakit keturunan tersebut. Kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan berlebih pada keluarga, sehingga perlu adanya intervensi keperawatan untuk mengurangi risiko kecemasan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00146
Definisi: Kekhawatiran yang berlebihan terhadap masalah kesehatan atau ancaman yang dirasakan saat ini atau di masa depan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1211
Luaran: Tingkat Kecemasan Menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6680
Intervensi: Manajemen Kecemasan -
Article No. 6195 | 18 Nov 2024
Klinis : ● Keluarga menggunakan fasilitas BPJS kesehatan untuk pemeriksaan rutin ● Tn. S dan Ny. S menyatakan selalu menjaga pola hidup dengan baik ● Keluarga aktif mencari informasi tentang pencegahan penyakit keturunan DO: ● Adanya riwayat penyakit asma dari pihak ayah ● Adanya riwayat penyakit diabetes dari pihak ibu ● Keluarga menunjukkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat Pagi. Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, diagnosa keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- Definisi: Berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah yang tidak stabil dari rentang normal.
- Faktor Risiko: Riwayat penyakit diabetes dari pihak ibu.
2. Risiko Terjadinya Serangan Asma
- Definisi: Berisiko mengalami gangguan pada saluran pernapasan yang menyebabkan kesulitan bernapas.
- Faktor Risiko: Riwayat penyakit asma dari pihak ayah.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian dan analisis data pasien.
- Tujuannya adalah untuk menciptakan keseragaman dalam praktek keperawatan di Indonesia.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang diberikan.
- Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Tujuannya adalah untuk meningkatkan keamanan dan efektivitas tindakan keperawatan.
Dalam kondisi ini, keluarga telah menunjukkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin. Saya sebagai perawat akan memberikan edukasi terkait pentingnya monitoring gula darah dan pencegahan serangan asma, serta mendorong keluarga untuk secara aktif memanfaatkan fasilitas BPJS kesehatan untuk pemeriksaan rutin. Semoga informasi ini bermanfaat. Terima kasih. -
Article No. 6196 | 18 Nov 2024
Klinis : ● Keluarga menggunakan fasilitas BPJS kesehatan untuk pemeriksaan rutin ● Tn. S dan Ny. S menyatakan selalu menjaga pola hidup dengan baik ● Keluarga aktif mencari informasi tentang pencegahan penyakit keturunan DO: ● Adanya riwayat penyakit asma dari pihak ayah ● Adanya riwayat penyakit diabetes dari pihak ibu ● Keluarga menunjukkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Penyakit Kardiovaskular
- Definisi: Kondisi di mana individu berisiko mengalami penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, stroke, atau penyakit pembuluh darah lainnya.
- Faktor risiko yang ada pada kasus ini adalah adanya riwayat penyakit diabetes dari pihak ibu.
2. Risiko Penyakit Paru
- Definisi: Kondisi di mana individu berisiko mengalami penyakit paru, seperti asma, PPOK, atau gangguan paru lainnya.
- Faktor risiko yang ada pada kasus ini adalah adanya riwayat penyakit asma dari pihak ayah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Risiko Penyakit Kardiovaskular
- Definisi: Kemampuan individu dan keluarga untuk mengelola faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular.
- Kriteria hasil: Individu dan keluarga memahami faktor risiko penyakit kardiovaskular, dapat mengendalikan faktor risiko, dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
2. Kontrol Risiko Penyakit Paru
- Definisi: Kemampuan individu dan keluarga untuk mengelola faktor-faktor risiko penyakit paru.
- Kriteria hasil: Individu dan keluarga memahami faktor risiko penyakit paru, dapat mengendalikan faktor risiko, dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Risiko Penyakit Kardiovaskular
- Identifikasi faktor risiko penyakit kardiovaskular pada keluarga.
- Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit kardiovaskular dan cara pencegahannya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan, jika diperlukan.
- Monitor dan evaluasi status kesehatan kardiovaskular keluarga secara berkala.
2. Manajemen Risiko Penyakit Paru
- Identifikasi faktor risiko penyakit paru pada keluarga.
- Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit paru dan cara pencegahannya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan, jika diperlukan.
- Monitor dan evaluasi status kesehatan paru keluarga secara berkala.
Pada kasus ini, karena keluarga sudah menunjukkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin dan aktif mencari informasi tentang pencegahan penyakit keturunan, intervensi keperawatan yang dilakukan dapat berfokus pada edukasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan, serta monitor dan evaluasi status kesehatan keluarga secara berkala. Tujuannya adalah agar keluarga dapat mempertahankan dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola faktor risiko penyakit kardiovaskular dan paru. -
Article No. 6197 | 18 Nov 2024
Klinis : diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi diare.
Diagnosa Keperawatan:
1. Diare
Penjelasan Singkat:
Diare merupakan kondisi di mana seseorang mengalami buang air besar yang encer, tidak terkontrol, dan terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari. Diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi bakteri, virus, atau parasit, serta faktor lainnya seperti asupan makanan yang tidak sehat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, diare dapat diklasifikasikan sebagai diagnosis keperawatan dengan kode 00013. Definisi dari diare adalah "Pengeluaran feses yang tidak normal, berlebihan dalam jumlah, konsistensi, dan/atau frekuensi".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang terkait dengan diare berdasarkan SLKI adalah:
1. Perilaku hidup bersih dan sehat
2. Keseimbangan elektrolit
3. Pemulihan fungsi gastrointestinal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani diare berdasarkan SIKI antara lain:
1. Manajemen diare
2. Edukasi perawatan diare
3. Pemberian cairan intravena
4. Terapi nutrisi
5. Pemantauan tanda-tanda vital
Dalam praktik keperawatan, perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang sesuai, serta melakukan evaluasi untuk memastikan hasil yang diharapkan dapat tercapai. -
Article No. 6198 | 18 Nov 2024
Klinis : cacingan keremi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, untuk kondisi cacingan keremi, berikut adalah informasi kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B82.0
- Deskripsi: Enterobiasis (infeksi cacing keremi)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.94
- Deskripsi: Pemeriksaan mikroskopis tinja untuk mendeteksi telur cacing atau parasit lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 B82.0 digunakan untuk mendiagnosis infeksi oleh cacing keremi (Enterobius vermicularis), yang merupakan salah satu jenis cacing yang paling umum menginfeksi manusia, terutama anak-anak.
2. Kode ICD-9-CM 86.94 adalah kode untuk prosedur pemeriksaan mikroskopis tinja, yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya telur cacing keremi atau parasit lainnya. Prosedur ini merupakan langkah penting dalam konfirmasi diagnosis cacingan keremi.
Pemilihan kode yang tepat dalam sistem klasifikasi ICD-10 dan ICD-9-CM sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat, serta untuk proses penagihan dan klaim asuransi yang sesuai. -
Article No. 6199 | 18 Nov 2024
Klinis : Wajah asimetris, bicara pelo, CT scan menunjukkan infark lobus parietal sinistra
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Kerusakan Neuromuskular Sekunder Infark Lobus Parietal Sinistra Ditandai dengan Wajah Asimetris dan Bicara Pelo.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah, baik mandiri maupun dengan bantuan.
- Kerusakan Neuromuskular: Kerusakan pada sistem saraf dan otot yang menyebabkan penurunan fungsi pergerakan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Mobilitas Fisik Teratasi: Kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah, baik mandiri maupun dengan bantuan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Aktivitas: Intervensi untuk mengatur dan mengoptimalkan aktivitas pasien.
- Terapi Latihan: Intervensi untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, dan koordinasi otot.
- Terapi Wicara: Intervensi untuk memulihkan kemampuan berbicara.
Penjelasan Singkat:
Infark lobus parietal sinistra dapat menyebabkan gangguan pada kontrol pergerakan sisi tubuh kanan, yang ditunjukkan dengan wajah asimetris dan bicara pelo. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, terapi latihan, dan terapi wicara untuk membantu pemulihan fungsi motorik dan komunikasi pasien. -
Article No. 6200 | 18 Nov 2024
Klinis : g2p1a0 hamil 10 minggu abortus imminens
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi g2p1a0 hamil 10 minggu dengan abortus imminens.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Abortus Imminens
Definisi: Keadaan di mana terdapat ancaman keguguran sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
2. Kecemasan
Definisi: Perasaan khawatir, tidak tenang, atau takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Abortus Imminens
- Pantau tanda-tanda vital dan perdarahan
- Berikan dukungan emosional dan informasi tentang kondisi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut
2. Manajemen Kecemasan
- Identifikasi penyebab kecemasan
- Beri edukasi tentang kondisi dan proses penanganan
- Fasilitasi relaksasi dan teknik pengelolaan stres
Hasil yang Diharapkan (SLKI):
1. Kondisi Abortus Imminens Terkendali
- Perdarahan terkontrol
- Stabilitas tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Kecemasan Menurun
- Klien mampu mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Klien mampu menerapkan teknik relaksasi
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memantau kondisi klien, memberikan dukungan emosional, dan memfasilitasi penanganan abortus imminens serta pengelolaan kecemasan klien. Tujuan utamanya adalah menjaga keselamatan klien dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 6201 | 18 Nov 2024
Klinis : Hamil 10 Minggu Mual muntah sejak 2 Minggu Lemas, tugor kulit berkurang mata cekung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual Muntah Berhubungan dengan Perubahan Fisologis Kehamilan
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Sensasi ingin muntah yang didahului oleh perasaan tidak nyaman di perut, yang dapat menyebabkan pengeluaran isi perut melalui mulut.
- SLKI: Pasien menunjukkan penurunan frekuensi dan/atau volume mual muntah, menunjukkan toleransi terhadap makanan dan cairan, dan pemulihan status hidrasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen mual muntah, manajemen nutrisi, dan edukasi terkait gejala dan penanganannya.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Berhubungan dengan Mual Muntah
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Kondisi di mana individu berisiko mengalami kekurangan atau kelebihan cairan, elektrolit, dan asam basa.
- SLKI: Pasien menunjukkan status hidrasi yang membaik, nilai elektrolit yang normal, dan tidak mengalami komplikasi terkait ketidakseimbangan cairan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen cairan, pemantauan status hidrasi, dan edukasi terkait asupan cairan yang adekuat.
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Fisik
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan akibat ketidakcukupan energi fisiologis.
- SLKI: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, tidak mengalami gejala kelelahan saat beraktivitas, dan mampu memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen aktivitas, pemberian edukasi terkait aktivitas yang sesuai, dan pendampingan dalam beraktivitas.
Semoga penjelasan ini dapat membantu anda dalam memahami kondisi yang anda paparkan. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika masih membutuhkan informasi tambahan.