Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20489 | 06 Aug 2025
Klinis : Hasil pengkajian kesehatan di suatu desa menunjukkan, 10% ibu hamil mengalami anemia, 30% nafsu makan berkurang, 50% merasa cepat lelah, dan 25% tidak mengonsumsi tablet Fe secara rutin. Perawat melakukan penyuluhan kesehatan pada kelompok ibu hamil. Apa kriteria evaluasi formatif pada kasus tersebut? A.Ibu hamil mengetahui program pendampingan kehamilan. B.Ibu hamil rutin mengonsumsi makanan bergizi. C.Ibu hamil dapat menjelaskan dampak anemia. D.Ibu hamil rutin melakukan antenatal care. E.Ibu hamil tidak mengalami anemia.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kasus ini, terdapat beberapa kondisi yang perlu ditangani oleh perawat, yaitu:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Intake Nutrisi Tidak Adekuat
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Asupan Makanan Tidak Adekuat
3. Kelelahan berhubungan dengan Anemia
Kriteria Evaluasi Formatif:
C. Ibu hamil dapat menjelaskan dampak anemia.
Hal ini penting agar ibu hamil memahami pentingnya mencegah dan mengatasi anemia selama kehamilan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan: Terpenuhi
2. Status Nutrisi: Adekuat
3. Tingkat Energi: Membaik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan
- Kaji status hidrasi
- Pantau asupan dan output cairan
- Berikan edukasi tentang pentingnya konsumsi cairan yang cukup
2. Manajemen Nutrisi
- Kaji pola makan dan preferensi makanan
- Berikan konseling gizi tentang makanan bergizi untuk ibu hamil
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk rencana makan yang tepat
3. Manajemen Kelelahan
- Kaji penyebab kelelahan, termasuk anemia
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan aktivitas yang sesuai
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan anemia
Penjelasan:
Perawat perlu mengidentifikasi dan menangani masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh ibu hamil, seperti anemia, penurunan nafsu makan, dan kelelahan. Melalui penyuluhan kesehatan, perawat dapat memberikan edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman ibu hamil terhadap dampak anemia, pentingnya konsumsi makanan bergizi, dan manajemen energi yang tepat. Tujuannya adalah agar ibu hamil dapat mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang dialami, sehingga status nutrisi, hidrasi, dan energi mereka dapat terpenuhi dengan baik. -
Article No. 20490 | 06 Aug 2025
Klinis : Hasil pengkajian kesehatan di suatu desa menunjukkan, 10% ibu hamil mengalami anemia, 30% nafsu makan berkurang, 50% merasa cepat lelah, dan 25% tidak mengonsumsi tablet Fe secara rutin. Perawat melakukan penyuluhan kesehatan pada kelompok ibu hamil. Apa kriteria evaluasi formatif pada kasus tersebut? A.Ibu hamil mengetahui program pendampingan kehamilan. B.Ibu hamil rutin mengonsumsi makanan bergizi. C.Ibu hamil dapat menjelaskan dampak anemia. D.Ibu hamil rutin melakukan antenatal care. E.Ibu hamil tidak mengalami anemia.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berikut saya berikan penjelasan rinci terkait kasus yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
2. Kelelahan berhubungan dengan anemia.
3. Ketidakpatuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman pentingnya konsumsi tablet Fe.
Kriteria Evaluasi Formatif:
C. Ibu hamil dapat menjelaskan dampak anemia.
Evaluasi ini sesuai karena tujuannya adalah memastikan ibu hamil memahami kondisi anemia dan risikonya, sehingga mereka termotivasi untuk memperbaiki asupan nutrisi dan rutin mengonsumsi tablet Fe.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Asupan Nutrisi: Ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat.
2. Pengetahuan: Ibu hamil memahami pentingnya konsumsi tablet Fe dan dampak anemia.
3. Perilaku Sehat: Ibu hamil rutin mengonsumsi tablet Fe dan makanan bergizi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi: Memberikan edukasi tentang makanan bergizi untuk ibu hamil, membantu penyusunan menu makanan yang sesuai.
2. Edukasi Kesehatan: Memberikan penyuluhan tentang anemia, pentingnya konsumsi tablet Fe, dan dampak anemia pada kehamilan.
3. Konseling: Mendiskusikan hambatan dalam mengonsumsi tablet Fe dan makanan bergizi, serta membantu menemukan solusi.
4. Manajemen Obat: Memantau kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet Fe, serta memberikan dukungan dan motivasi.
Tone: Akademis, baku, dan informatif.
Persona: Pakar/perawat yang berpengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan ditanyakan kembali. Wassalamualaikum. -
Article No. 20491 | 06 Aug 2025
Klinis : Hasil kunjungan rumah menunjukkan seorang perempuan, 49 tahun, didiagnosis Ca Cervik sejak satu bulan yang lalu. Klien mengatakan cemas selama menjalani terapi, tidak ingin membebani keluarga dan ingin segera pulih. Keluarga mengatakan berusaha mengobati klien sampai sembuh. Hasil pemeriksaan: TD 150/90 mmHg, frekuensi napas 22x/menit, frekuensi nadi 108x/menit, suhu 37°C. Apa fokus pengkajian selanjutnya pada kasus tersebut? A. Nilai dan norma keluarga B. Riwayat kesehatan keluarga C. Struktur dan peran keluarga D. Fungsi perawatan kesehatan keluarga E.Stress, koping dan adaptasi keluarga
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Berdasarkan kondisi yang Ibu uraikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, fokus pengkajian selanjutnya, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kecemasan berhubungan dengan diagnosis penyakit kanker serviks.
Klien mengatakan cemas selama menjalani terapi dan tidak ingin membebani keluarga.
Fokus Pengkajian Selanjutnya:
E. Stress, koping, dan adaptasi keluarga
Penting untuk mengkaji bagaimana klien dan keluarga mengelola stres dan beradaptasi dengan diagnosis penyakit kanker serviks. Hal ini akan membantu menentukan intervensi yang tepat untuk meningkatkan koping dan adaptasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali
Klien dapat mengendalikan kecemasan yang dirasakan selama proses pengobatan.
2. Keterlibatan Keluarga dalam Perawatan Meningkat
Keluarga dapat terlibat secara aktif dalam memberikan dukungan dan perawatan bagi klien.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
- Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi kecemasan
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
- Berikan informasi yang akurat tentang kondisi dan proses pengobatan
- Fasilitasi diskusi dengan keluarga untuk mengekspresikan perasaan
2. Dukungan Emosional
- Dengarkan dengan aktif untuk memahami perasaan dan kekhawatiran klien
- Berikan afirmasi positif dan dorongan untuk tetap semangat
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional
3. Edukasi Kesehatan
- Berikan edukasi tentang penyakit kanker serviks dan proses pengobatannya
- Ajarkan strategi manajemen gejala dan efek samping terapi
- Beri informasi tentang sumber daya dan layanan pendukung yang tersedia
Semoga penjelasan ini dapat membantu Ibu dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan terpusat pada klien. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya bersedia untuk membantu. Wassalamualaikum. -
Article No. 20492 | 06 Aug 2025
Klinis : Hasil kunjungan rumah menunjukkan laki-laki, 68 tahun, mengalami DM sejak 4 tahun yang lalu. Hasil pengkajian: terdapat luka pada tumit kaki karena benda tajam yang lama sembuh, tampak kaki klien tidak menggunakan alas kaki, rumah berantakan dan halaman depan penuh dengan batu-batuan. Perawat sudah berdiskusi tentang cara perawatan luka. Apa tindakan keperawatan selanjutnya pada kasus tersebut? A.Mengobservasi luka. B.Menganjurkan latihan fisik C.Menjelaskan dampak DM jika tidak dirawat. D.Menjelaskan empat pilar penatalaksanaan DM. E.Menganjurkan menciptakan lingkungan yang aman.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berdasarkan informasi yang diberikan, saya akan menganalisis diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan yang sesuai untuk kasus tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko cedera (No. 00035)
Definisi: Rentan mengalami luka fisik yang dapat membahayakan integritas tubuh.
Faktor berhubungan: Ketidakmampuan mempertahankan lingkungan yang aman.
2. Ketidakpatuhan (No. 00079)
Definisi: Pola perilaku yang tidak mengikuti rekomendasi terapeutik yang disepakati oleh klien dan profesional kesehatan.
Faktor berhubungan: Kurangnya motivasi, dukungan keluarga yang tidak adekuat.
3. Manajemen diri kesehatan tidak efektif (No. 00080)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, memulai, dan melakukan kegiatan untuk mengatur kondisi kesehatan.
Faktor berhubungan: Kurangnya pengetahuan, dukungan yang tidak adekuat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko cedera (No. 00035):
a. Menciptakan lingkungan yang aman (041202)
b. Bebas dari cedera (041203)
2. Ketidakpatuhan (No. 00079):
a. Komitmen terhadap program perawatan (100501)
b. Perilaku kesehatan (100502)
3. Manajemen diri kesehatan tidak efektif (No. 00080):
a. Kemampuan merawat diri (104102)
b. Pengetahuan tentang kondisi kesehatan (104103)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko cedera (No. 00035):
a. Ciptakan lingkungan yang aman (6460)
- Identifikasi faktor risiko cedera di lingkungan klien
- Anjurkan klien untuk membersihkan lingkungan rumah dari benda-benda yang dapat menyebabkan cedera
- Anjurkan klien untuk menggunakan alas kaki yang sesuai untuk mencegah cedera
b. Manajemen lingkungan: Keamanan (6486)
- Identifikasi risiko keselamatan di lingkungan klien
- Kolaborasi dengan klien untuk mengoptimalkan keamanan lingkungan
2. Ketidakpatuhan (No. 00079):
a. Kontrol diri: Perilaku kesehatan (5602)
- Diskusikan alasan ketidakpatuhan dan manfaat patuh dalam perawatan DM
- Bantu klien menetapkan tujuan perawatan diri yang realistis
- Perkuat perilaku patuh klien
b. Peningkatan dukungan sistem (5440)
- Identifikasi sumber dukungan keluarga/sosial yang dapat membantu klien patuh dalam perawatan
3. Manajemen diri kesehatan tidak efektif (No. 00080):
a. Perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari (1800)
- Ajarkan klien tentang perawatan kaki, termasuk perawatan luka
- Motivasi klien untuk melakukan perawatan kaki secara mandiri
b. Peningkatan pengetahuan: Proses penyakit (5602)
- Jelaskan dampak DM yang tidak dikelola dengan baik, termasuk risiko komplikasi
- Jelaskan empat pilar penatalaksanaan DM (edukasi, diet, olahraga, dan obat)
Perawat perlu melakukan observasi dan evaluasi secara berkala terhadap kemajuan klien, serta melakukan kolaborasi dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terpadu. Semoga penjelasan ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 20493 | 06 Aug 2025
Klinis : Hasil pengkajian kesehatan disuatu desa didapatkan 30% masyarakat mengalami hipertensi, 5% dengan stroke, sebagian besar masyarakat mengkonsumsi makanan cepat saji. Perawat akan melakukan skrining kesehatan. Apa bentuk tindakan yang dilakukan oleh perawat? A.penyuluhan kesehatan B.prevensi sekunder C.prevensi tersier D.prevensi primer E.kuratif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
- Ditandai dengan prevalensi hipertensi 30% dan stroke 5% pada masyarakat, serta pola konsumsi makanan cepat saji yang dominan.
2. Risiko Kekurangan Pengetahuan
- Terkait dengan kurangnya pemahaman masyarakat tentang gaya hidup sehat dan manajemen penyakit kronis seperti hipertensi dan stroke.
Bentuk Tindakan Perawat:
D. Prevensi Primer
- Tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk mencegah terjadinya penyakit atau masalah kesehatan pada masyarakat yang belum mengalami kondisi tersebut.
- Contoh: Skrining kesehatan, penyuluhan tentang gaya hidup sehat, edukasi mengenai pencegahan hipertensi dan stroke.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Kesehatan: Meningkat
- Masyarakat mampu mengelola kesehatan mereka dengan baik, seperti menerapkan pola makan sehat, aktivitas fisik, dan pemantauan tekanan darah secara rutin.
2. Pengetahuan: Meningkat
- Masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang faktor risiko, pencegahan, dan pengelolaan hipertensi, stroke, serta pentingnya gaya hidup sehat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan
- Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang hipertensi, stroke, dan gaya hidup sehat.
- Materi edukasi mencakup definisi, faktor risiko, tanda-tanda, pencegahan, dan pengelolaan penyakit.
2. Skrining Kesehatan
- Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengidentifikasi individu dengan risiko hipertensi, stroke, atau masalah kesehatan lainnya.
- Hasil skrining digunakan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
3. Konseling Gaya Hidup
- Memberikan bimbingan dan dukungan kepada masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup sehat, seperti pola makan bergizi, aktivitas fisik, dan manajemen stres.
- Membantu masyarakat mengidentifikasi dan mengatasi hambatan dalam menerapkan gaya hidup sehat.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Sebagai perawat, tindakan yang perlu dilakukan adalah fokus pada prevensi primer untuk mencegah terjadinya penyakit atau masalah kesehatan pada masyarakat. Hal ini sesuai dengan kondisi yang ditemukan, di mana prevalensi hipertensi dan stroke cukup tinggi, serta pola konsumsi makanan cepat saji yang dominan.
Melalui skrining kesehatan, perawat dapat mengidentifikasi individu-individu yang berisiko mengalami hipertensi, stroke, atau masalah kesehatan lainnya. Hasil skrining ini akan menjadi dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya.
Intervensi utama yang diperlukan adalah edukasi kesehatan dan konseling gaya hidup. Dalam edukasi kesehatan, perawat akan memberikan informasi dan pemahaman yang komprehensif kepada masyarakat tentang hipertensi, stroke, dan pentingnya gaya hidup sehat. Materi edukasi harus mencakup definisi, faktor risiko, tanda-tanda, pencegahan, dan pengelolaan penyakit.
Selain itu, perawat juga perlu memberikan konseling gaya hidup kepada masyarakat. Konseling ini bertujuan untuk membantu masyarakat mengadopsi dan menerapkan gaya hidup sehat, seperti pola makan bergizi, aktivitas fisik, dan manajemen stres. Perawat juga perlu mengidentifikasi dan membantu mengatasi hambatan yang mungkin dihadapi oleh masyarakat dalam menerapkan gaya hidup sehat.
Melalui intervensi yang komprehensif dan terarah, diharapkan dapat meningkatkan manajemen kesehatan dan pengetahuan masyarakat, sehingga dapat mencegah atau menunda terjadinya hipertensi, stroke, dan masalah kesehatan lainnya. -
Article No. 20494 | 06 Aug 2025
Klinis : Hasil pengkajian kesehatan di suatu posyandu balita menunjukkan 50% balita hadir rutin ke posyandu, jarak rumah warga ke posyandu cukup jauh. Jumlah kader yang aktif ada 3 orang, kader sudah berusaha mengajak warga untuk membawa balitanya ke posyandu namun warga berpendapat tidak ada gunanya ke posyandu karena tidak dapat obat. Apa implementasi keperawatan pada kasus tersebut? A.Melatih kader baru untuk posyandu B.Memotivasi warga untuk hadir ke posyandu. C.Melibatkan tokoh masyarakat untuk memotivasi warga. D.Memberi penyuluhan tentang pentingnya kesehatan balita. E.Menjemput bola ke keluarga balita untuk datang ke posyandu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Keterlibatan Perawatan Komunitas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan individu, keluarga, atau komunitas untuk berpartisipasi dalam program perawatan kesehatan yang direkomendasikan.
- Faktor Berhubungan: Persepsi bahwa program tidak bermanfaat, Jarak yang jauh ke fasilitas kesehatan, Keterbatasan sumber daya.
Implementasi Keperawatan:
B. Memotivasi warga untuk hadir ke posyandu.
- Rasional: Memberikan motivasi dan edukasi kepada warga tentang pentingnya posyandu untuk kesehatan balita, dapat meningkatkan partisipasi warga dalam kegiatan posyandu.
C. Melibatkan tokoh masyarakat untuk memotivasi warga.
- Rasional: Tokoh masyarakat yang berpengaruh dapat membantu dalam memberikan motivasi dan dukungan kepada warga untuk datang ke posyandu.
D. Memberi penyuluhan tentang pentingnya kesehatan balita.
- Rasional: Memberikan penyuluhan dan edukasi kepada warga tentang manfaat posyandu dan pentingnya pemantauan kesehatan balita dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi warga.
E. Menjemput bola ke keluarga balita untuk datang ke posyandu.
- Rasional: Proaktif menjemput atau mendatangi keluarga balita dapat memfasilitasi akses warga ke posyandu, terutama bagi mereka yang tinggal jauh dari posyandu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Partisipasi dalam Perawatan Kesehatan Komunitas
- Definisi: Kemampuan individu, keluarga, atau komunitas untuk terlibat dalam program perawatan kesehatan yang direkomendasikan.
- Kriteria Hasil:
- Warga mengungkapkan manfaat posyandu untuk kesehatan balita.
- Warga berpartisipasi secara rutin dalam kegiatan posyandu.
- Warga menyampaikan kepuasan terhadap pelayanan posyandu.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Keterlibatan Komunitas
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi individu, keluarga, atau komunitas dalam program perawatan kesehatan.
- Aktivitas Keperawatan:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan warga dalam posyandu.
- Melibatkan tokoh masyarakat untuk mendukung dan memotivasi warga.
- Memberikan penyuluhan dan edukasi kesehatan tentang manfaat posyandu.
- Melakukan kunjungan rumah untuk menjemput warga datang ke posyandu.
- Mengevaluasi efektivitas intervensi yang dilakukan.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Keterlibatan Perawatan Komunitas Tidak Efektif. Hal ini didasarkan pada kondisi yang diberikan, yaitu rendahnya partisipasi warga dalam kegiatan posyandu, persepsi warga bahwa posyandu tidak bermanfaat, serta jarak rumah warga yang cukup jauh dari posyandu.
Implementasi Keperawatan yang sesuai adalah memotivasi warga untuk hadir ke posyandu, melibatkan tokoh masyarakat untuk memotivasi warga, memberikan penyuluhan tentang pentingnya kesehatan balita, dan menjemput bola ke keluarga balita untuk datang ke posyandu. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, partisipasi, dan akses warga dalam memanfaatkan layanan posyandu.
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah Partisipasi dalam Perawatan Kesehatan Komunitas, di mana warga dapat mengungkapkan manfaat posyandu, berpartisipasi secara rutin, dan menyampaikan kepuasan terhadap pelayanan posyandu. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran adalah Manajemen Keterlibatan Komunitas, di mana perawat melakukan identifikasi faktor-faktor, melibatkan tokoh masyarakat, memberikan penyuluhan, melakukan kunjungan rumah, dan mengevaluasi efektivitas intervensi.
Secara keseluruhan, pendekatan yang komprehensif diperlukan untuk meningkatkan partisipasi warga dalam kegiatan posyandu, dengan melibatkan berbagai pihak dan memberikan edukasi yang tepat, sehingga dapat meningkatkan kesehatan balita di komunitas. -
Article No. 20495 | 06 Aug 2025
Klinis : bayi dengan ibu CMV leukosit 5,6
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Untuk bayi dengan ibu yang terinfeksi Cytomegalovirus (CMV) dan memiliki jumlah leukosit 5,6, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Resiko Infeksi". Infeksi CMV pada ibu dapat menyebabkan penularan virus ke bayi, yang dapat mengakibatkan komplikasi serius, seperti gangguan perkembangan, keterlambatan pertumbuhan, dan masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, bayi berisiko tinggi mengalami infeksi yang dapat berdampak buruk pada kondisi kesehatannya.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bayi tidak mengalami komplikasi akibat infeksi CMV.
2. Bayi menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang sesuai dengan usianya.
3. Bayi mencapai berat badan dan tinggi badan yang sesuai dengan standar pertumbuhan.
4. Ibu/keluarga dapat merawat bayi dengan tepat dan mampu mengenali tanda-tanda infeksi dini.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status kesehatan bayi secara rutin.
2. Pemberian perawatan suportif, seperti nutrisi yang adekuat, cairan, dan terapi sesuai kebutuhan.
3. Edukasi kepada ibu/keluarga mengenai:
a. Cara penularan dan risiko infeksi CMV pada bayi.
b. Tanda-tanda infeksi yang harus diperhatikan.
c. Teknik perawatan bayi yang tepat, termasuk kebersihan tangan dan lingkungan.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (pediatri, ahli penyakit infeksi) untuk penatalaksanaan medis yang komprehensif.
5. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi secara berkala.
6. Konseling dan dukungan psikologis bagi ibu/keluarga dalam menghadapi kondisi bayi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Resiko Infeksi" dipilih karena bayi dengan ibu yang terinfeksi CMV memiliki risiko tinggi mengalami infeksi, yang dapat berdampak buruk pada kondisi kesehatan dan perkembangannya. Luaran yang diharapkan meliputi pencegahan komplikasi, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, serta peningkatan kemampuan ibu/keluarga dalam merawat bayi. Intervensi keperawatan difokuskan pada pemantauan kesehatan, pemberian perawatan suportif, edukasi kepada ibu/keluarga, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta dukungan psikologis. Tujuannya adalah untuk meminimalkan risiko infeksi, memastikan perkembangan bayi yang optimal, dan mempersiapkan ibu/keluarga dalam merawat bayi dengan kondisi tersebut. -
Article No. 20496 | 06 Aug 2025
Klinis : Ny. S berusia 75 tahun, datang ke IGD RSUD Tarakan dengan keluhan lemas, pusing, dan mudah lelah semenjak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan selama satu minggu ini, BAB nya berwarna hitam pekat dan terdapat darah yang keluar bersama fesesnya. Pasien mengatakan tidak ada riwayat trauma sebelumnya, dan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Diagnosa medis Ny. S adalah Anemia akibat Melena. Pengkajian terfokus : Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus, TD: 95/60 mmHg, RR: 22x/menit, N: 105x/menit, S: 36,8 celcius, pasien terlihat sangat pucat, konjungtiva pucat, terlihat sangat lemas, turgor kulit menurun, HB: 6,4 g/dL, diberikan infus NS/24 jam, diberikan transfusi PRC sebanyak 3 kantong, Omeprazole
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum, Ibu. Berikut saya sajikan analisis diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi Ny. S:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan keluhan lemas, pusing, dan mudah lelah.
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan Hb, ditandai dengan feses berwarna hitam pekat dan terdapat darah.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan asupan nutrisi, ditandai dengan pasien terlihat sangat pucat dan turgor kulit menurun.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi.
- Klien tidak mengeluh pusing, lemas, dan mudah lelah.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Risiko Perdarahan:
- Tidak terjadi perdarahan lagi.
- Nilai Hb kembali normal.
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif.
3. Keseimbangan Nutrisi:
- Berat badan klien dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Asupan nutrisi adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat toleransi aktivitas klien.
- Bantu klien beraktivitas sesuai toleransi.
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan edukasi tentang manajemen energi.
2. Risiko Perdarahan:
- Pantau tanda-tanda perdarahan aktif.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi transfusi.
- Berikan dukungan nutrisi yang adekuat.
- Edukasi klien dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan.
3. Keseimbangan Nutrisi:
- Kaji asupan nutrisi klien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
- Berikan makanan dengan kalori dan protein yang tinggi.
- Pantau berat badan klien secara berkala.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
Implementasi dari intervensi-intervensi tersebut diharapkan dapat membantu memulihkan kondisi Ny. S dan mencapai luaran yang diharapkan. Saya bersedia memberikan penjelasan lebih lanjut jika diperlukan. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 20497 | 06 Aug 2025
Klinis : PASIEN DATANG DENGAN KELUHAN TEKANAN DARAH TINGGI, PUSING, MUNTAH WARNA HITAM
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: PASIEN DATANG DENGAN KELUHAN TEKANAN DARAH TINGGI, PUSING, MUNTAH WARNA HITAM
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu tekanan darah tinggi, pusing, dan muntah warna hitam, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Hipertensi Tidak Terkontrol
Definisi: Tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang melebihi batas normal dan tidak dapat dikendalikan.
Gejala yang muncul: Pusing, nyeri kepala, mudah marah, sulit berkonsentrasi, sering buang air kecil, muntah, hingga perdarahan.
b. Risiko Perdarahan
Definisi: Berisiko mengalami kehilangan darah dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan.
Gejala yang muncul: Muntah warna hitam yang mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna.
Kedua diagnosa tersebut saling terkait, di mana hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi berupa perdarahan pada saluran cerna, sehingga pasien mengalami muntah warna hitam.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Kontrol Hipertensi
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
Kriteria hasil: Tekanan darah dalam batas normal, tidak terjadi komplikasi akibat hipertensi.
b. Integritas Jaringan
Definisi: Keutuhan struktur dan fungsi jaringan.
Kriteria hasil: Tidak terjadi perdarahan atau komplikasi lain akibat hipertensi.
Dengan tercapainya kedua luaran tersebut, diharapkan pasien dapat pulih dari kondisi hipertensi tidak terkontrol dan perdarahan, serta terhindar dari komplikasi lebih lanjut.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Manajemen Hipertensi
- Lakukan pengukuran tekanan darah secara berkala
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antihipertensi
- Ajarkan pasien tentang diet rendah garam dan aktivitas fisik yang sesuai
- Pantau tanda-tanda komplikasi hipertensi
b. Manajemen Perdarahan
- Lakukan pengkajian tanda-tanda perdarahan (warna, jumlah, asal perdarahan)
- Berikan cairan/elektrolit untuk mengganti volume darah yang hilang
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan antihemorrhagic
- Ajarkan pasien tentang diet dan aktivitas yang dapat mencegah perdarahan
- Pantau perkembangan kondisi pasien secara berkala
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu tekanan darah terkontrol dan integritas jaringan terjaga, sehingga terhindar dari komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 20498 | 06 Aug 2025
Klinis : ht emergency
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kondisi "ht emergency" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "ht emergency":
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi "ht emergency" adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer". Diagnosa ini menggambarkan adanya penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat menyebabkan gangguan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan. Hal ini dapat terjadi akibat peningkatan tekanan darah yang mendadak dan dapat mengancam nyawa pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, termasuk tekanan darah, denyut nadi, dan respirasi yang berada dalam rentang normal.
2. Perfusi Jaringan: Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat, ditandai dengan ekstremitas yang hangat, capillary refill yang normal, dan tidak ada tanda-tanda sianosis.
3. Manajemen Nyeri: Pasien melaporkan nyeri yang terkontrol atau berkurang, serta menunjukkan tanda-tanda relaksasi fisik dan emosional.
4. Pengetahuan tentang Kondisi Kesehatan: Pasien dan/atau keluarga menunjukkan pemahaman yang baik tentang kondisi kesehatan, termasuk penyebab, gejala, dan penanganan yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Secara rutin memantau dan mencatat tekanan darah, denyut nadi, respirasi, dan suhu pasien untuk mendeteksi perubahan yang mungkin terjadi.
2. Manajemen Hipertensi: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis yang tepat, seperti pemberian obat antihipertensi, serta memantau efektivitas dan efek sampingnya.
3. Manajemen Nyeri: Mengevaluasi tingkat nyeri pasien, memberikan intervensi non-farmakologis (misalnya relaksasi, kompres hangat/dingin) dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan informasi yang komprehensif tentang kondisi kesehatan pasien, faktor-faktor risiko, gejala, penanganan, dan langkah-langkah pencegahan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
5. Pemantauan Perfusi Jaringan: Secara rutin mengevaluasi tanda-tanda perfusi jaringan, seperti warna kulit, suhu ekstremitas, dan pengisian kapiler, serta mengambil tindakan yang tepat jika ditemukan adanya penurunan perfusi.
Penerapan intervensi-intervensi keperawatan ini secara komprehensif diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilitas hemodinamik, perfusi jaringan yang adekuat, manajemen nyeri yang efektif, serta peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai kondisi kesehatan. Tujuan akhirnya adalah untuk memulihkan kondisi pasien dan mencegah terjadinya komplikasi yang dapat mengancam nyawa.