Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6356 | 19 Nov 2024
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Rentan terjadinya invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko:
- Pelemahan sistem pertahanan tubuh
- Penurunan fungsi integumen
- Tindakan invasif/prosedur medis
- Malnutrisi
- Kurang pengetahuan tentang pencegahan infeksi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Tanda dan gejala: peningkatan suhu tubuh, peningkatan jumlah leukosit, erythema, nyeri, pembengkakan, drainase, perubahan warna kulit/mukosa.
- Penyebab: organisme patogen, prosedur invasif, kondisi komorbid, malnutrisi, kurang pengetahuan.
- Risiko yang mungkin terjadi: sepsis, syok septik, disfungsi organ.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kriteria Hasil: tidak terjadi infeksi, tanda-tanda infeksi menurun, tidak ada komplikasi infeksi.
- Intervensi Keperawatan: memonitor tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan, melakukan prosedur aseptik, memberikan edukasi pencegahan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: perawatan luka, perawatan intravena, manajemen risiko infeksi, edukasi pencegahan infeksi.
- Aktivitas Keperawatan: memonitor tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan, melakukan prosedur aseptik, memberikan terapi sesuai indikasi.
Peran perawat sangat penting dalam mencegah dan mengelola risiko infeksi pada pasien. Perawat harus kompeten dalam menerapkan prinsip-prinsip pencegahan infeksi dan melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk meminimalkan risiko infeksi dan mencegah komplikasi yang dapat membahayakan kondisi pasien. -
Article No. 6357 | 19 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun bernama Dafa datang ke IGD dengan keluhan munculnya bintik-bintik merah (petechiae) di kulit dan mudah memar sejak satu minggu terakhir. Orang tuanya juga melaporkan adanya mimisan sebanyak dua kali dalam minggu ini tanpa penyebab yang jelas. Anak tidak demam, tidak lemas, dan aktivitasnya normal, tetapi orang tua khawatir karena bintik merah semakin banyak. Hasil pemeriksaan fisik: • Pucat: tidak. • Petechiae terlihat di lengan, kaki, dan punggung. • Tidak ada pembesaran limpa. • Tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 12,5 g/dL (normal). • Leukosit: 8.000/µL (normal). • Trombosit: 15.000/µL (rendah, normal: 150.000- 450.000/μL). • Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan tidak ada tanda leukemia.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Penurunan Jumlah Trombosit
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kemungkinan terjadinya kehilangan darah secara tiba-tiba, terus-menerus, dan berlebihan dari tempat yang normal.
- Penyebab: Penurunan jumlah trombosit, yang ditunjukkan oleh hasil pemeriksaan laboratorium.
- Tanda dan Gejala: Munculnya bintik-bintik merah (petechiae) di kulit, mudah memar, dan mimisan tanpa penyebab yang jelas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Anak dapat mempertahankan fungsi koagulasi yang adekuat dan mencegah terjadinya perdarahan.
- Indikator: Tidak ada lagi munculan bintik-bintik merah di kulit, tidak terjadi perdarahan spontan, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan lainnya.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Pemantauan Tanda Vital
b. Pemantauan Perdarahan
c. Manajemen Nutrisi
d. Edukasi Pasien dan Keluarga
e. Kolaborasi dengan Dokter (pemberian terapi sesuai indikasi)
Secara singkat, kasus Dafa menunjukkan adanya risiko perdarahan yang disebabkan oleh penurunan jumlah trombosit. Tujuan utama perawatan adalah mempertahankan fungsi koagulasi yang adekuat dan mencegah terjadinya perdarahan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda vital, pemantauan perdarahan, manajemen nutrisi, edukasi pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi yang sesuai. -
Article No. 6358 | 19 Nov 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun bernama Dafa datang ke IGD dengan keluhan munculnya bintik-bintik merah (petechiae) di kulit dan mudah memar sejak satu minggu terakhir. Orang tuanya juga melaporkan adanya mimisan sebanyak dua kali dalam minggu ini tanpa penyebab yang jelas. Anak tidak demam, tidak lemas, dan aktivitasnya normal, tetapi orang tua khawatir karena bintik merah semakin banyak. Hasil pemeriksaan fisik: • Pucat: tidak. • Petechiae terlihat di lengan, kaki, dan punggung. • Tidak ada pembesaran limpa. • Tanda-tanda vital dalam batas normal. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 12,5 g/dL (normal). • Leukosit: 8.000/µL (normal). • Trombosit: 15.000/µL (rendah, normal: 150.000- 450.000/μL). • Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan tidak ada tanda leukemia.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Dafa adalah:
1. Risiko Perdarahan Berhubungan Dengan Penurunan Jumlah Trombosit
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tidak terjadi perdarahan spontan
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada kelelahan yang berlebihan
4. Anak dapat beraktivitas sesuai usia
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital secara rutin
2. Pantau adanya tanda-tanda perdarahan seperti petekie, ekimosis, dan epistaksis
3. Pertahankan kebersihan kulit dan mulut untuk mencegah infeksi
4. Berikan edukasi kepada orang tua tentang tanda-tanda perdarahan dan kapan harus segera ke rumah sakit
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi penunjang seperti transfusi trombosit jika diperlukan
6. Anjurkan istirahat cukup dan hindari aktivitas berat
7. Berikan nutrisi yang cukup untuk menjaga status hemodinamik
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan ini dipilih karena adanya penurunan jumlah trombosit yang dapat meningkatkan risiko perdarahan pada Dafa. Intervensi keperawatan diarahkan untuk memantau tanda-tanda perdarahan, mencegah komplikasi, dan mempertahankan stabilitas kondisi Dafa. Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada kelelahan yang berlebihan, dan anak dapat beraktivitas sesuai usianya. -
Article No. 6359 | 19 Nov 2024
Klinis : Perawatan jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi perawatan jantung.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Perawatan Jantung:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi perawatan jantung adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak". Diagnosa ini menggambarkan adanya gangguan dalam sistem kardiovaskular yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan jantung. Hal ini dapat terjadi akibat berbagai kondisi seperti penyakit jantung koroner, gangguan katup jantung, atau gagal jantung.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Kardiak Membaik
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil (tekanan darah, nadi, respirasi)
- Pasien melaporkan berkurangnya gejala seperti nyeri dada, sesak napas, dan edema
- Pemeriksaan diagnostik menunjukkan perbaikan pada fungsi jantung (misalnya, peningkatan ejeksi fraksi, perbaikan aliran darah)
2. Manajemen Regimen Terapi Efektif
- Pasien dapat menjelaskan regimen terapeutik yang diberikan (obat-obatan, diet, aktivitas)
- Pasien melakukan regimen terapi sesuai dengan rekomendasi tenaga kesehatan
- Pasien melaporkan tidak adanya efek samping yang merugikan dari regimen terapi
3. Koping Efektif terhadap Kondisi Kesehatan
- Pasien dapat mengidentifikasi sumber stres dan strategi koping yang efektif
- Pasien menggunakan strategi koping yang tepat untuk mengelola stres terkait kondisi jantungnya
- Pasien menunjukkan peningkatan dalam kesejahteraan fisik dan psikologis
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Mengukur tanda-tanda vital secara teratur (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Memantau perubahan tanda-tanda vital dan melaporkan kepada tenaga kesehatan
2. Manajemen Aktivitas dan Istirahat
- Menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien
- Memfasilitasi istirahat yang cukup dan membantu pasien mengelola kelelahan
3. Manajemen Nutrisi
- Mengevaluasi kebutuhan nutrisi pasien dan memberikan diet yang sesuai
- Memantau asupan dan keseimbangan cairan pasien
4. Edukasi dan Konseling Kesehatan
- Memberikan informasi tentang penyakit jantung dan perawatannya
- Membantu pasien memahami dan menjalankan regimen terapi yang direkomendasikan
5. Intervensi Psikososial
- Mengidentifikasi faktor stres dan masalah psikologis yang dihadapi pasien
- Memfasilitasi strategi koping yang efektif dan dukungan sosial
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada luaran yang diharapkan, diharapkan pasien dengan kondisi perawatan jantung dapat mencapai perbaikan perfusi jaringan jantung, manajemen regimen terapi yang efektif, dan koping yang baik terhadap kondisi kesehatannya. -
Article No. 6360 | 19 Nov 2024
Klinis : KASUS KANKER MK. ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF Tn. Mahdad pria berusia 58 tahun dirawat di Ruangan rawat inap penyakit Bedah RSU A sejak satu hari yang lalu. Pasien masuk RS melalui UGD karena hematuria total, nyeri difus pada penis, uretroragia, retensi urin kandung kemih yang berhubungan dengan rectorragie dan anemia. Satu minggu sebelum masuk RS, pasien mengatakan mengalami disuria dengan onset yang tertunda dan nokturia yang terdiri dari empat kali elevasi nokturnal. Hal ini menyebabkan pasien tidak puas BAK, inkontinensia urin, tidak bisa tidur nyenyak, tidur 3-4 jam/hari, sering sakit kepala dan tidak lagi bekerja seperti biasanya. Saat disuria, pasien minum air panas, mengompres hangat pada symphisis pubis dan minum obat acetamynophen. Pasien sudah terdiagnosa adenokarsinoma prostat sejak 10 bulan yang lalu. Pada dua bulan terakhir, Pasien tidak pernah kontrol ke dokter dan tidak lagi minum obat-obatan. Pasien mengatakan sudah bosan minum obat terus dan tidak mau kemoterapi. Pasien mengatakan ia melakukan terapi bekam dan akupuntur ke terapis tradiosional sejak 3 bulan terakhir. Hasil Pemeriksaan hari pertama rawat inap didapatkan data sebagai berikut : BB 69 kg, TB 173 cm., , skala nyeri 7-8. Kesadaran compos mentis, tampak bersih, tampak pucat, tampak lemah, tampak sakit sedang, tampak tidur dengan semifowler. Kepala utuh, simetris, sklera ikterik dan tampak lingkaran hallo, konjungtiva anemis. Terpasang nasal kanul dengan O2 3 liter/menit, tidak ada pernafasan cuping hidung, bunyi paru vesikuler, tidak ada rales, ronchi maupun wheezing, tidak ada retraksi dada, respirasi 24 kali/menit, SaO2 100% dengan oksigen. TD 145/86 mmHg, denyut nadi 96 kali/menit , suhu tubuh 38,2 C denyut nadi reguler, BJ I lub, BJ II dub, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada peningkatan JVP, denyut nadi carotis kuat dan reguler, tidak ada hematoma, tidak ada edema, tidak ada varises, tidak ada trombhoplebitis, terpasang IVFD RL 20 gtt di vena radialis dextra. Wajah, bibir, konjungtiva dan akral tampak anemis, CRT 4 detik, tidak ada clubbing finger, akral teraba hangat. Bibir kering dan anemis, tercium halitosis, rongga mulut dan gigi tidak ada kelainan, tonsil tidak teraba, Abdomen datar, tidak ada hepatomegali dan splenomegali, terdapat nyeri tekan area sympbisis pubis dengan skala 2-3, tidak ada nyeri lepas, bising usus 8-9 kali/menit, terdapat nyeri perkusi pada area sekitar umbilical, anus tidak ada kelainan, refleks anus positif. Pada pemeriksaan rektal, adanya volume prostat yang membesar, konsistensi keras, permukaan tidak teratur, skala nyeri 1, pada jari pemeriksa terdapat bercak darah merah dan segar. BAB 2 hari sekali, dengan konsisitensi padat. terdapat Ulserasi bertunas berdiameter sekitar 1 sentimeter (cm) pada sulkus balano-preputial (Gambar dibawah) dan pengerasan badan kavernosa. Tidak ada nanah, tidak ada darah. Pasien mengatakan perih jika terkena air atau urin. Pasien mengatakan sering dioles dengan bethadin. Pasien juga mengatakan tidak lagi berhubungan seks dengan istrinya sejak kondisinya seperti ini. Skrotum dan ttestis tidak ada kelainan. Terpasang kateter uretro-vesikal charriere (CH) 22 arus ganda dengan sistem irigasi kandung kemih. Terdapat hematuria dalam urin bag yang berjumlah 360 ml/5 jam. Ekstrimitas atas dan bawah utuh dan simetris, tidak ada kelaianan bentuk, kekuatan otot ekstrimitas atas 5 dan ekstrimitas bawah 4, refleks patela positif. Vertebra utuh dan tidak ada kelainan. Pasien mengatakan terasa panas pada sakrum hingga ke bokong. Nervus kranial 1-XII tidak ada kelainan. Pasien selalu menggunakan kursi roda untuk melakukan kegiatan. Sejak dirawat Pasien tidak menghabiskan porsi makan, ia makan 4-5 sendok. Minum air mineral 1000 - 1500 ml/hari, pasien mengatakan biasanya ia lebih sering minum air teh dan kopi dibandingkan air mineral. Pasien makan makanan cemilan (gorengan, buah, biskuit, kue). Saat di rumah, pasien hanya makan 2 kali/hari dan menghabiskan ½ porsi. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan: PSA Total adalah 7,4 nanogram per militru (ng/ml). Kadar kreatinin serum adalah 9,3 mg/l. Dosis uremia adalah 0,26 g/L. hemoglobin 9,3 g/dl. Pemeriksaan sitobakteriologi urin : adanya Escherichia coli (E. coli). USG menunjukkan hipertrofi prostat sebesar 107,36 g. Levofloxacin diberikan dengan dosis 500 mg sekali sehari. Uretrosistoskopi menunjukkan adanya tumor uretra berdarah yang meluas dari uretra bulbar ke prostat. MRI prostat menunjukkan adanya proses tumor prostat yang besar, kontur tidak teratur, heterogen, dan tidak terbatas pada daerah anorektal di belakang badan. Biopsi prostat dengan analisis anatomi-sitopatologi yang mendukung adenokarsinoma prostat dengan skor Gleason 7 (4+3). Diagnosis kanker prostat dengan perluasan korpus kavernosum, uretra, dan rektum yang terkait dengan rektorrhagia dipertahankan. Kanker diklasifikasikan sebagai T4N0MX. DPJP memberikan transfusi darah whole blood 1 labu, levofloxacin 500 mg sekali sehari, ciproterone asetat 200 mg dalam 2 dosis, paracetamol 500 mg jika demam dan sangobion 2x1. pasien didampingi istrinya (Ny. Yosi usia 56 tahun) dan anaknya (Tn. Mahdi usia 22 tahun). Pasien memiliki 3 anak dan semuanya telah menikah. Pasien tinggal dengan istrinya dan satu anaknya (Tn. Mahdi). Pasien memiliki hipertensi sejak usia 47 tahun dan selalu minum 10 mg amlodipine setiap hari. Pasien pernah mengalami TB Paru dan telah sembuh. Pasien bekerja sebagai pembuat meubel dan petani. Pasien dan keluarganya beragama Islam dan berasal dari suku jawa. Ia perokok sejak usia 20 tahun. Ibu pasien mengalami kanker payudara dan kakanya mengalami benigna prostate hipertropi. Istri pasien mengatakan bahwa suaminya selalu marah-marah dengan perubahan kondisi kesehatannya. Ia selalu menolak minum obat dan makan. Ia bingung harus gimana lagi menangani penyakit suaminya dan biayanya juga mahal. Ia berharap suaminya bisa sehat lagi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus kanker pada Tn. Mahdad:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis (kanker prostat)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ulserasi bertunas di sulkus balano-preputial
3. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi aliran urin (tumor prostat)
4. Kelelahan berhubungan dengan penyakit kronis (kanker prostat)
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
6. Ketidakefektifan pola makan berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi seksual
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol: Pasien melaporkan penurunan nyeri dari skala 7-8 menjadi 3-4.
2. Integritas Kulit Terpelihara: Luka di sulkus balano-preputial mengalami penyembuhan.
3. Pengeluaran Urin Membaik: Pasien dapat berkemih dengan lancar tanpa obstruksi.
4. Kelelahan Berkurang: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
5. Bebas Infeksi: Tidak terjadi tanda-tanda infeksi pada pasien.
6. Nutrisi Adekuat: Pasien dapat menghabiskan porsi makan dan cairan yang cukup.
7. Citra Tubuh Positif: Pasien menerima perubahan fungsi seksual dan tetap merasa berharga.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan analgetik sesuai resep
- Ajarkan teknik relaksasi
- Monitor respons terhadap intervensi nyeri
2. Perawatan Luka:
- Lakukan perawatan luka secara aseptik
- Aplikasikan pelembab kulit
- Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka
3. Manajemen Eliminasi Urin:
- Monitor input dan output cairan
- Lakukan irigasi kandung kemih secara rutin
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan kateter
4. Manajemen Kelelahan:
- Identifikasi faktor penyebab kelelahan
- Bantu pasien menjadwalkan aktivitas dan istirahat
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan
5. Pencegahan Infeksi:
- Pastikan prosedur aseptik dalam tindakan keperawatan
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk terapi antibiotik
6. Manajemen Nutrisi:
- Monitor asupan dan output nutrisi
- Berikan makanan yang sesuai dengan preferensi pasien
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang nutrisi yang adekuat
7. Terapi Fungsi Seksual:
- Diskusikan perubahan fungsi seksual dengan pasien dan keluarga
- Berikan dukungan emosional
- Ajarkan teknik komunikasi dan intimasi non-seksual
Tone: Akademis, Persona: Pakar, Nurse -
Article No. 6361 | 19 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit kepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit kepala.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kepala
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Kepala didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di area kepala. Karakteristik definisi meliputi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Nyeri Kepala antara lain:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Pasien dapat mengenali dan mengelola faktor yang mempengaruhi nyeri
3. Pasien dapat beradaptasi dengan nyeri yang tidak dapat dihilangkan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Nyeri Kepala meliputi:
1. Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri, memberikan analgesik, teknik relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
2. Edukasi: Mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari pemicu nyeri, serta menerapkan manajemen nyeri.
3. Kolaborasi: Merujuk pasien ke tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis, ahli gizi) jika diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan keselamatan pasien. -
Article No. 6362 | 19 Nov 2024
Klinis : os mengeluh pusing berkunang kunang dan mual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Pusing Berkunang-kunang dan Mual
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Persepsi subjektif individu tentang sensasi berputar pada kepala atau lingkungan yang menyebabkan rasa tidak nyaman, disertai rasa ingin muntah.
- Karakteristik Definisi: Pusing, berkunang-kunang, mual, tidak seimbang, lingkungan tampak berputar.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan: Kontrol Gejala
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan dan mengelola gejala yang dialami.
- Kriteria Hasil:
- Melaporkan pusing, berkunang-kunang, dan mual berkurang
- Melaporkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa gangguan
- Menunjukkan strategi untuk mengatasi pusing, berkunang-kunang, dan mual
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Mual dan Muntah
- Definisi: Tindakan untuk mengendalikan dan mengelola mual dan muntah.
- Aktivitas Keperawatan:
- Kaji faktor-faktor yang menyebabkan mual dan muntah
- Berikan antiemetik sesuai instruksi
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual
- Bantu pasien untuk mempertahankan posisi yang nyaman
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan mual dan muntah
Semoga penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran terkait standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pusing berkunang-kunang dan mual. Apabila Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, saya siap membantu. -
Article No. 6363 | 19 Nov 2024
Klinis : os mengeluh pusing berkunang kunang dan mual,os riw ht
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan dan elektrolit yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
- Faktor-faktor yang berkontribusi: Riwayat hipertensi, mual, dan pusing.
2. Nyeri Kepala
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan atau potensial kerusakan jaringan di kepala.
- Faktor-faktor yang berkontribusi: Pusing dan mata berkunang-kunang.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- SDKI menyediakan taksonomi diagnosis keperawatan yang terstandar dan dapat digunakan oleh perawat dalam praktik klinis.
- Diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan adalah "Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit" dan "Nyeri Kepala".
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- SLKI menyediakan taksonomi hasil atau luaran keperawatan yang terstandar, yang dapat digunakan oleh perawat untuk menetapkan tujuan asuhan keperawatan.
- Luaran keperawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi ini mencakup "Keseimbangan Cairan" dan "Kontrol Nyeri".
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- SIKI menyediakan taksonomi intervensi keperawatan yang terstandar, yang dapat digunakan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
- Intervensi keperawatan yang dapat diterapkan untuk kondisi ini mencakup "Manajemen Cairan" dan "Manajemen Nyeri".
Dalam praktik keperawatan, perawat akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam melakukan pengkajian, menetapkan diagnosis keperawatan, merencanakan intervensi, dan mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 6364 | 19 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita umur 30 tahun, dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas, susah tidur, cemas sudah 3 hari. Saat dikaji oleh perawat pasien mengatakan punya penyakit asma. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan pula SLKI, SIKI, dan kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang bagi pasien dan obat-obatan yg sesuai.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, berikut adalah rincian diagnosis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J45.909
- Deskripsi: Asma, tidak spesifik, tanpa status asmatikus
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Terapi oksigen
3. Diagnosis SDKI:
- Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Napas
- Kode: 00030
4. Luaran SLKI:
- Luaran Keperawatan: Pola Napas Efektif
- Kode: 0403
5. Intervensi SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Asma
- Kode: F0505
6. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan fungsi paru (spirometri)
- Rontgen dada
7. Penatalaksanaan Farmakologis:
- Bronkodilator (β2-agonis jangka pendek)
- Kortikosteroid inhalasi
- Antihistamin (jika ada gejala alergi)
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan sesak nafas, susah tidur, dan cemas yang disertai riwayat asma dapat didiagnosis dengan Asma (J45.909) berdasarkan kode ICD-10. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Pola Napas (00030) berdasarkan SDKI.
Luaran keperawatan yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif (0403) sesuai dengan SLKI. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Asma (F0505) berdasarkan SIKI.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fungsi paru (spirometri) dan rontgen dada untuk mengevaluasi kondisi paru-paru pasien. Penatalaksanaan farmakologis yang dapat diberikan adalah bronkodilator (β2-agonis jangka pendek), kortikosteroid inhalasi, dan antihistamin (jika ada gejala alergi) untuk mengatasi gejala asma. -
Article No. 6365 | 19 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita umur 30 tahun, dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas, susah tidur, cemas sudah 3 hari. Saat dikaji oleh perawat pasien mengatakan punya penyakit asma. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sertakan pula SLKI, SIKI, dan kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang bagi pasien dan obat-obatan yg sesuai.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai kasus yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Pola Nafas (00032)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- Penyebab: Penyakit asma.
- Gejala: Sesak napas, rasa tertekan di dada, pernapasan dangkal.
2. Kecemasan (00146)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons otonom, perasaan tegang, dan perilaku yang menunjukkan ketegangan.
- Penyebab: Penyakit asma yang belum terkontrol dengan baik.
- Gejala: Susah tidur, merasa cemas.
Diagnosa ICD:
1. J45 - Asma
SLKI (Luaran Keperawatan SNKI):
1. Pola Napas Efektif (0415)
- Definisi: Kemampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda kesulitan bernapas
- Irama napas teratur
2. Tingkat Kecemasan Terkontrol (1211)
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan ketakutan, kekhawatiran, atau keprihatinan.
- Kriteria Hasil:
- Mampu mengendalikan perasaan cemas
- Mampu tidur dengan nyenyak
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
SIKI (Intervensi Keperawatan SNKI):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Definisi: Mempertahankan atau memulihkan kemampuan bernapas.
- Aktivitas Keperawatan:
- Monitor status pernapasan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
2. Manajemen Kecemasan (5820)
- Definisi: Minimalisasi kecemasan yang dirasakan dan dialami oleh individu.
- Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi penyebab kecemasan
- Berikan informasi yang akurat dan terpercaya
- Ajarkan teknik relaksasi
- Kolaborasi pemberian obat anxiolytic jika diperlukan
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan fungsi paru (spirometri)
2. Tes alergi (kulit atau darah)
3. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, elektrolit, fungsi hati, dan fungsi ginjal
Obat-obatan:
1. Bronkodilator: salbutamol, terbutalin, atau ipratropium bromida
2. Anti-inflamasi: kortikosteroid (inhaler atau oral)
3. Anxiolytic: diazepam atau lorazepam (jika diperlukan)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif (0415)
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda kesulitan bernapas
- Irama napas teratur
2. Tingkat Kecemasan Terkontrol (1211)
- Pasien mampu mengendalikan perasaan cemas
- Pasien mampu tidur dengan nyenyak
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Monitor status pernapasan pasien
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator sesuai resep dokter
2. Manajemen Kecemasan (5820)
- Identifikasi penyebab kecemasan pada pasien
- Berikan informasi yang akurat dan terpercaya tentang kondisi asma
- Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien
- Kolaborasi pemberian anxiolytic jika diperlukan sesuai resep dokter
Penjelasan rinci mengenai setiap poin di atas telah diberikan. Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain yang masih kurang jelas.