Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18542 | 14 Jun 2025
Klinis : JVP meningkat, pasien sesak, edema
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu JVP meningkat, pasien sesak, edema, dengan tone akademis dan persona pakar, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, disertai dengan kodenya:
1. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kelebihan Volume Cairan (10020)
Definisi: Akumulasi berlebihan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Keseimbangan Cairan (10001)
Definisi: Keadaan yang mencerminkan keseimbangan antara masukan dan pengeluaran cairan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Cairan (10001)
Definisi: Tindakan dalam mengontrol dan mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
2. Diagnosa Keperawatan: Dispnea
- SDKI: Dispnea (00029)
Definisi: Ketidaknyamanan atau kesulitan bernafas yang dialami individu.
- SLKI: Pola Napas (10005)
Definisi: Keadaan yang mencerminkan karakteristik, kecukupan, dan irama pola napas individu.
- SIKI: Manajemen Jalan Napas (10002)
Definisi: Tindakan dalam mempertahankan atau memperbaiki ventilasi dan pertukaran gas.
3. Diagnosa Keperawatan: Edema
- SDKI: Edema (00028)
Definisi: Akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang interstisial.
- SLKI: Perfusi Jaringan (10004)
Definisi: Keadaan yang mencerminkan kecukupan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
- SIKI: Manajemen Edema (10004)
Definisi: Tindakan dalam mengurangi atau mencegah akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang interstisial.
Kode-kode tersebut merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memudahkan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan. -
Article No. 18543 | 14 Jun 2025
Klinis : ADHF
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi ADHF (Acute Decompensated Heart Failure) dengan format yang diminta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.1
- Deskripsi: Acute systolic (congestive) heart failure
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Continuous invasive mechanical ventilation for less than 96 consecutive hours
Penjelasan:
Pasien dengan ADHF (Acute Decompensated Heart Failure) akan diklasifikasikan dengan kode ICD-10 I50.1, yang menggambarkan acute systolic (congestive) heart failure. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami dekompensasi jantung akut dengan penurunan fungsi sistolik.
Jika pasien memerlukan ventilasi mekanik invasif secara kontinyu selama kurang dari 96 jam, maka akan diberikan kode ICD-9-CM 39.95 untuk prosedur ini. Prosedur ini dilakukan untuk membantu respirasi dan oksigenasi pada pasien dengan ADHF. -
Article No. 18544 | 14 Jun 2025
Klinis : ADHF
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona sebagai pakar keperawatan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi ADHF (Acute Decompensated Heart Failure) berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal.
b. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Definisi: Jumlah cairan yang berlebihan dalam kompartemen intraseluler, ekstraseluler, atau keduanya.
c. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (00835)
Definisi: Penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke jantung, yang dapat mengancam kesehatan.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Intoleransi Aktivitas (10020)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal.
b. Kelebihan Volume Cairan (10014)
Definisi: Jumlah cairan yang berlebihan dalam kompartemen intraseluler, ekstraseluler, atau keduanya.
c. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (10178)
Definisi: Penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke jantung, yang dapat mengancam kesehatan.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Toleransi Aktivitas (20011)
Definisi: Kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal.
b. Keseimbangan Cairan (20009)
Definisi: Keadaan di mana jumlah cairan yang masuk dan keluar dari tubuh seimbang.
c. Perfusi Jaringan Jantung (20169)
Definisi: Pengiriman oksigen dan zat gizi yang adekuat ke jantung.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Intoleransi Aktivitas (30022)
Definisi: Upaya untuk mengidentifikasi dan mengatasi keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan di lingkungan tempat tinggal.
b. Manajemen Cairan (30010)
Definisi: Upaya untuk mengatur jumlah dan keseimbangan cairan yang masuk dan keluar dari tubuh.
c. Manajemen Perfusi Jaringan Jantung (30175)
Definisi: Upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan pengiriman oksigen dan zat gizi yang adekuat ke jantung.
Dengan demikian, diagnosis keperawatan, definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi ADHF (Acute Decompensated Heart Failure) telah dipaparkan. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 18545 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis (NANDA-I: 00133)
SDKI: Nyeri Kronis
SLKI: Kontrol Nyeri
SIKI: Manajemen Nyeri
Kode: 10019
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah sedemikian rupa, dengan onset mendadak atau lambat dan intensitas ringan hingga berat, berlangsung lebih dari 3 bulan.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur (NANDA-I: 00198)
SDKI: Gangguan Pola Tidur
SLKI: Peningkatan Kualitas Tidur
SIKI: Manajemen Tidur
Kode: 10018
Definisi: Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (NANDA-I: 00002)
SDKI: Risiko Nutrisi Tidak Adekuat
SLKI: Peningkatan Status Nutrisi
SIKI: Manajemen Nutrisi
Kode: 10016
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
4. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan (NANDA-I: 00146)
SDKI: Kecemasan
SLKI: Pengendalian Kecemasan
SIKI: Manajemen Kecemasan
Kode: 10001
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
5. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh (NANDA-I: 00118)
SDKI: Gangguan Citra Tubuh
SLKI: Peningkatan Citra Tubuh
SIKI: Manajemen Citra Tubuh
Kode: 10004
Definisi: Persepsi negatif atau ketidakpuasan terhadap penampilan fisik atau fungsi tubuh.
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Kronis: Pasien mengalami nyeri perut yang berlangsung selama ±3 bulan dengan berbagai karakteristik nyeri.
2. Gangguan Pola Tidur: Pasien mengalami gangguan tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan.
3. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan, penurunan nafsu makan, dan kesulitan makan.
4. Kecemasan: Pasien merasa khawatir, bingung, dan takut akan masa depannya serta proses pengobatan.
5. Gangguan Citra Tubuh: Pasien merasa dirinya tidak berdaya, lemah, dan terpengaruh secara fisik dan mental, serta merasa terbebani oleh kondisi fisiknya yang menurun. -
Article No. 18546 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah beberapa **Diagnosa Keperawatan** berdasarkan data yang diberikan, disertai penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** sesuai dengan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Nyeri Akut (SDKI: B.1.1)**
**Definisi (SDKI):** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan durasi kurang dari 3 bulan.
**Data Pendukung:**
- Nyeri abdomen (skala 6/10) dengan karakteristik seperti "diperas".
- Nyeri memberat saat malam atau aktivitas.
- Pasien meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah.
- Gangguan tidur akibat nyeri.
**Luaran (SLKI: L.1.1.1)**
- **Kriteria Evaluasi:**
- Skala nyeri menurun (?3/10).
- Ekspresi wajah rileks.
- Pasien mampu beristirahat dengan nyaman.
**Intervensi (SIKI: I.1.1.1)**
- **Manajemen Nyeri:**
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Berikan analgesik sesuai resep (Tramal supp, Profonid).
- Atur posisi nyaman (semi-Fowler untuk mengurangi tekanan abdomen).
---
### **2. Gangguan Pola Tidur (SDKI: B.5.1)**
**Definisi (SDKI):** Perubahan kuantitas atau kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari.
**Data Pendukung:**
- Tidur hanya 3 jam/malam, sering terbangun karena nyeri.
- Kualitas tidur buruk, pasien merasa tidak puas.
**Luaran (SLKI: L.5.1.1)**
- **Kriteria Evaluasi:**
- Durasi tidur ?6 jam/hari.
- Pasien melaporkan perbaikan kualitas tidur.
**Intervensi (SIKI: I.5.1.1)**
- **Terapi Lingkungan Tidur:**
- Ciptakan lingkungan tenang dan redup cahaya.
- Batasi stimulan sebelum tidur.
- Jadwalkan pemberian analgesik sebelum tidur.
---
### **3. Ansietas (SDKI: B.3.1)**
**Definisi (SDKI):** Perasaan khawatir, ketakutan, atau gelisah akibat ancaman yang tidak spesifik.
**Data Pendukung:**
- Pasien khawatir akan masa depan, takut meninggalkan anak.
- Tampak bingung, gelisah, dan tidak fokus saat diajak bicara.
**Luaran (SLKI: L.3.1.1)**
- **Kriteria Evaluasi:**
- Ekspresi wajah lebih tenang.
- Pasien mampu mengidentifikasi strategi koping.
**Intervensi (SIKI: I.3.1.1)**
- **Dukungan Emosional:**
- Dengarkan keluhan pasien dengan empati.
- Libatkan keluarga (anak) sebagai support system.
- Ajarkan teknik distraksi (misal: mendengarkan musik).
---
### **4. Intoleransi Aktivitas (SDKI: B.2.1)**
**Definisi (SDKI):** Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
**Data Pendukung:**
- Lemas, aktivitas dibantu anak.
- Sesak napas saat nyeri muncul.
**Luaran (SLKI: L.2.1.1)**
- **Kriteria Evaluasi:**
- Pasien mampu melakukan aktivitas ringan tanpa sesak.
- Denyut nadi stabil saat aktivitas.
**Intervensi (SIKI: I.2.1.1)**
- **Latihan Bertahap:**
- Bantu pasien dalam mobilisasi bertahap.
- Pantau tanda vital sebelum/sesudah aktivitas.
---
### **5. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI: B.4.1)**
**Definisi (SDKI):** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik.
**Data Pendukung:**
- Penurunan BB dari 50 kg ? 39 kg.
- Nafsu makan menurun, hanya makan 2x/hari.
- Lidah kotor, stomatitis.
**Luaran (SLKI: L.4.1.1)**
- **Kriteria Evaluasi:**
- Asupan kalori sesuai kebutuhan (1900 kkal/hari).
- Tidak ada penurunan BB lebih lanjut.
**Intervensi (SIKI: I.4.1.1)**
- **Manajemen Nutrisi:**
- Berikan diet tinggi protein dan kalori.
- Anjurkan makan kecil tapi sering.
- Lakukan perawatan mulut untuk stomatitis.
---
### **6. Risiko Infeksi (SDKI: B.6.2)**
**Definisi (SDKI):** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen.
**Data Pendukung:**
- Leukosit rendah (2,83,7 Rb/ul).
- Trombosit rendah (105130 Rb/ul).
- Riwayat efusi pleura dan massa multikistik.
**Intervensi (SIKI: I.6.2.1)**
- **Pencegahan Infeksi:**
- Pantau suhu tubuh dan tanda infeksi.
- Ajarkan cuci tangan yang benar.
- Hindari prosedur invasif tidak perlu.
---
### **7. Gangguan Citra Diri (SDKI: B.3.3)**
**Definisi (SDKI):** Perubahan persepsi terhadap diri sendiri akibat penyakit.
**Data Pendukung:**
- Pasien merasa tidak berdaya, takut akan masa depan.
- Mengganggu peran sebagai ibu.
**Intervensi (SIKI: I.3.3.1)**
- **Terapi Psikososial:**
- Bantu pasien mengekspresikan perasaan.
- Berikan reinforcement positif.
---
### **Kode SDKI-SLKI-SIKI Lengkap**
| Diagnosa | SDKI | SLKI | SIKI |
|------------------------|------------|------------|------------|
| Nyeri Akut | B.1.1 | L.1.1.1 | I.1.1.1 |
| Gangguan Pola Tidur | B.5.1 | L.5.1.1 | I.5.1.1 |
| Ansietas | B.3.1 | L.3.1.1 | I.3.1.1 |
| Intoleransi Aktivitas | B.2.1 | L.2.1.1 | I.2.1.1 |
| Ketidakseimbangan Nutrisi | B.4.1 | L.4.1.1 | I.4.1.1 |
| Risiko Infeksi | B.6.2 | - | I.6.2.1 |
| Gangguan Citra Diri | B.3.3 | - | I.3.3.1 |
Semua diagnosa dan intervensi harus **dievaluasi secara berkala** dan disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 18547 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan (SIKI) yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kronis (00133)
Karakteristik Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah sedemikian rupa (durasi >3 bulan).
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
Karakteristik Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
3. Kelelahan (00093)
Karakteristik Definisi: Tidak adanya energi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
4. Perubahan Citra Tubuh (00118)
Karakteristik Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan tentang penampilan dan fungsi tubuh.
5. Ansietas (00146)
Karakteristik Definisi: Perasaan takut, gugup, dan tidak aman yang tidak jelas dan tidak berhubungan secara khusus dengan suatu objek yang dapat dijelaskan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Kronis:
- Tingkat Nyeri Terkontrol
- Perilaku untuk Mengendalikan Nyeri
- Kemampuan Mengendalikan Nyeri
- Durasi Nyeri Menurun
2. Gangguan Pola Tidur:
- Lamanya Tidur
- Kualitas Tidur
- Kemampuan Tidur Membaik
3. Kelelahan:
- Tingkat Kelelahan Menurun
- Energi Meningkat
- Aktivitas Sehari-hari Meningkat
4. Perubahan Citra Tubuh:
- Penerimaan Citra Tubuh
- Kepuasan Citra Tubuh
- Perilaku Pengelolaan Citra Tubuh
5. Ansietas:
- Tingkat Ansietas Menurun
- Kemampuan Mengatasi Ansietas
- Ketegangan Terkendali
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Kronis:
- Manajemen Nyeri
- Terapi Relaksasi
- Terapi Komplementer
2. Gangguan Pola Tidur:
- Peningkatan Tidur
- Terapi Lingkungan
- Edukasi Pola Tidur
3. Kelelahan:
- Manajemen Energi
- Aktivitas Ringan
- Peningkatan Nutrisi
4. Perubahan Citra Tubuh:
- Terapi Konseling Citra Tubuh
- Bimbingan Citra Tubuh
- Edukasi Citra Tubuh
5. Ansietas:
- Manajemen Ansietas
- Terapi Relaksasi
- Edukasi Ansietas
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
1. Nyeri Kronis:
- Pasien mengeluhkan nyeri perut yang dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir, semakin memberat, dan disertai perut yang terasa tegang dan kaku. Nyeri ini mempengaruhi aktivitas sehari-hari pasien.
- Luaran yang diharapkan adalah pasien mampu mengendalikan nyeri, dengan penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan mengendalikan nyeri, dan penurunan durasi nyeri.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri (seperti pemberian analgesik, terapi panas/dingin, dll.), terapi relaksasi (seperti napas dalam, distraksi, dll.), dan terapi komplementer (seperti aromaterapi, akupresur, dll.) untuk membantu pasien mengelola dan mengurangi nyeri.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Pasien mengeluhkan sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan, sering terbangun di malam hari, dan merasa kualitas tidurnya buruk.
- Luaran yang diharapkan adalah peningkatan lamanya tidur, kualitas tidur, dan kemampuan pasien untuk tidur dengan baik.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi peningkatan tidur (seperti manajemen lingkungan yang nyaman, pemberian teknik relaksasi, dll.), terapi lingkungan (seperti menjaga suhu, pencahayaan, dan kebisingan yang optimal), dan edukasi pola tidur yang baik.
3. Kelelahan:
- Pasien mengeluhkan merasa sangat lemas dan aktivitas fisiknya terbatas akibat penurunan berat badan yang signifikan.
- Luaran yang diharapkan adalah penurunan tingkat kelelahan, peningkatan energi, dan peningkatan aktivitas sehari-hari pasien.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen energi (seperti pengaturan aktivitas dan istirahat yang seimbang), aktivitas ringan (seperti latihan fisik yang disesuaikan dengan kondisi pasien), dan peningkatan nutrisi (seperti pemberian diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien).
4. Perubahan Citra Tubuh:
- Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu.
- Luaran yang diharapkan adalah peningkatan penerimaan, kepuasan, dan perilaku pengelolaan citra tubuh pasien.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi terapi konseling citra tubuh (untuk membantu pasien menerima dan mengelola perubahan citra tubuhnya), bimbingan citra tubuh (untuk membantu pasien mengembangkan strategi pengelolaan citra tubuh), dan edukasi citra tubuh (untuk memberikan pemahaman tentang perubahan citra tubuh yang dialami pasien).
5. Ansietas:
- Pasien sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. Ia juga merasa takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya.
- Luaran yang diharapkan adalah penurunan tingkat ansietas, peningkatan kemampuan mengatasi ansietas, dan pengendalian ketegangan pasien.
- Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen ansietas (seperti teknik relaksasi, terapi kognitif-perilaku, dll.), terapi relaksasi (untuk membantu pasien mengelola ketegangan dan ansietas), dan edukasi ansietas (untuk memberikan pemahaman tentang ansietas yang dialami pasien dan strategi pengelolaan). -
Article No. 18548 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, 12. merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 13. Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas. 14. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 15. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 16. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 17. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 18. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 19. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 20. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 21. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 22. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 23. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 24. Pendidikan terakhir SMP 25. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 26. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 27. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. DATA OBYEKTIF 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. klien tampak kebinggungan saat ditanyakan ulang penyakitnya dan saat ditanyakan tentang pola makan yang sehat buat penyakitnya, 4. Saat diajak berbicara, pasien tampak bingung, gelisah, tidak melihat ke arah lawan bicara, 5. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 6. Pasien tampak sedikit sesak saat merasa nyeri akibat perut membesar disertasi asites. 7. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 8. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 9. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 10. Konjungtiva anemis 11. 12. Keadaan umum : baik, Compos mentis 13. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 14. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 15. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 16. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk tidak elastis c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 17. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 18. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 19. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 20. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 21. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 22. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 23. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), yaitu:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis (SDKI Kode: 00133)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain), dengan onset tiba-tiba atau lambat, dan berlangsung lebih dari 3 bulan.
Kode SLKI: 10079 Manajemen Nyeri
Kode SIKI: M0150 Manajemen Nyeri
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Tidur (SDKI Kode: 00198)
Definisi: Ketidakmampuan untuk tidur atau mempertahankan tidur selama periode waktu yang diharapkan.
Kode SLKI: 10058 Kualitas Tidur
Kode SIKI: K0160 Manajemen Tidur
3. Diagnosa Keperawatan: Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Kode: 00002)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Kode SLKI: 10111 Status Nutrisi
Kode SIKI: N0135 Manajemen Nutrisi
4. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas (SDKI Kode: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Kode SLKI: 10003 Toleransi Aktivitas
Kode SIKI: A0240 Manajemen Aktivitas
5. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan (SDKI Kode: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Kode SLKI: 10014 Ketenangan
Kode SIKI: C0230 Manajemen Kecemasan
Penjelasan singkat dari masing-masing diagnosa keperawatan:
1. Nyeri Kronis: Pasien mengeluhkan nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir, dengan karakteristik nyeri seperti "diperas" yang dirasakan semakin memberat, serta disertai perut yang terasa tegang dan kaku.
2. Gangguan Tidur: Pasien mengeluhkan sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan, sering terbangun di malam hari, dan hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam.
3. Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan, mulai kehilangan nafsu makan dan minum, serta hanya makan dua kali sehari.
4. Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat nyeri, kelemahan, dan kelelahan.
5. Kecemasan: Pasien merasa cemas, khawatir, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. -
Article No. 18549 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF mulai kehilangan nafsu makan dan minum merasa sangat lemas pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan ? DATA OBYEKTIF mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg Pasien tampak tampak lemah, bibir kering terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah Konjungtiva anemis Terdapat stomatitis Lidah kotor Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi Warna kulit pucat Turgor kulit buruk tidak elastis Rambut tampak rontok dan tidak baik Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas Asupan cairan: ±1000 cc/hari Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas Kabiven 1000 ml/hari Hemoglobin: P2: 9,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Defisit Perawatan Diri (SDKI: 00051)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
b. Gangguan Pola Tidur (SDKI: 00198)
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
c. Risiko Malnutrisi (SDKI: 00202)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan berat badan, asupan nutrisi, dan/atau perubahan komposisi tubuh yang merugikan.
d. Nyeri Kronis (SDKI: 00133)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berkelanjutan atau potensial, dengan onset lambat, berlangsung lama, dan mungkin menghalangi aktivitas sehari-hari.
e. Kecemasan (SDKI: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
2. Penjelasan Singkat:
a. Defisit Perawatan Diri: Pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri, seperti makan, minum, dan menjaga kebersihan diri.
b. Gangguan Pola Tidur: Pasien mengalami kesulitan tidur, kualitas tidur yang buruk, dan tidak merasa cukup istirahat.
c. Risiko Malnutrisi: Pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan, asupan nutrisi yang tidak adekuat, dan perubahan komposisi tubuh yang merugikan.
d. Nyeri Kronis: Pasien mengalami nyeri perut yang terus-menerus dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
e. Kecemasan: Pasien merasa takut dan khawatir akan masa depannya yang tidak pasti.
3. Kode dan Definisi:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- 00051: Defisit Perawatan Diri
- 00198: Gangguan Pola Tidur
- 00202: Risiko Malnutrisi
- 00133: Nyeri Kronis
- 00146: Kecemasan
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Terkait dengan diagnosa di atas, beberapa luaran yang dapat dipertimbangkan adalah Perawatan Diri: Makan, Pola Tidur, Status Nutrisi, Kontrol Nyeri, dan Tingkat Kecemasan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Terkait dengan diagnosa di atas, beberapa intervensi yang dapat dipertimbangkan adalah Bantuan Perawatan Diri: Makan, Manajemen Pola Tidur, Manajemen Nutrisi, Manajemen Nyeri, dan Manajemen Kecemasan. -
Article No. 18550 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan defisit nutrisi berdasarkan DATA SUBYEKTIF mulai kehilangan nafsu makan dan minum merasa sangat lemas pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan ? DATA OBYEKTIF mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg Pasien tampak tampak lemah, bibir kering terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah Konjungtiva anemis Terdapat stomatitis Lidah kotor Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi Warna kulit pucat Turgor kulit buruk tidak elastis Rambut tampak rontok dan tidak baik Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas Asupan cairan: ±1000 cc/hari Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas Kabiven 1000 ml/hari Hemoglobin: P2: 9,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan asupan makanan dan minuman, ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan, lemah, bibir kering, sariawan, dan bercak putih pada lidah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00002
Defisit Nutrisi
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami penurunan asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1405
Keseimbangan Nutrisi
Definisi: Derajat keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6480
Manajemen Nutrisi
Definisi: Pengaturan, pengawasan, dan bantuan terkait dengan asupan makanan dan cairan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami defisit nutrisi yang ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan, lemah, bibir kering, sariawan, dan bercak putih pada lidah. Hal ini disebabkan oleh penurunan asupan makanan dan minuman, serta gangguan pola tidur dan nyeri perut yang terus-menerus. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi, yang meliputi pengaturan, pengawasan, dan bantuan terkait dengan asupan makanan dan cairan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme pasien. -
Article No. 18551 | 14 Jun 2025
Klinis : sesuaikan defisit nutrisi berdasarkan DATA SUBYEKTIF mulai kehilangan nafsu makan dan minum merasa sangat lemas pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya Pola tidur pasien terganggu dengan kualitas tidur yang buruk akibat nyeri, dan aktivitas fisik pasien terbatas Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan ? DATA OBYEKTIF mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg Pasien tampak tampak lemah, bibir kering terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah Konjungtiva anemis Terdapat stomatitis Lidah kotor Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi Warna kulit pucat Turgor kulit buruk tidak elastis Rambut tampak rontok dan tidak baik Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas Asupan cairan: ±1000 cc/hari Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas Kabiven 1000 ml/hari Hemoglobin: P2: 9,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul tampilkan DS DO yang sesuai aja
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Nutrisi (00002)
SDKI: Keadaan di mana individu mengalami asupan makanan dan/atau cairan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Kemampuan individu untuk mengatur intake makanan dan/atau cairan yang sesuai dengan kebutuhan metabolik.
SIKI: Intervensi untuk memantau dan memenuhi kebutuhan nutrisi individu.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami gejala-gejala yang menunjukkan defisit nutrisi, seperti kehilangan nafsu makan, mual, perut tidak nyaman, penurunan berat badan yang signifikan, serta tanda-tanda klinis malnutrisi seperti bibir kering, sariawan, anemia, dan rambut rontok. Hal ini disebabkan oleh asupan makanan dan cairan yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik pasien.
Kode dan Definisi:
- SDKI: 00002 Defisit Nutrisi
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan makanan dan/atau cairan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Kemampuan Mengatur Nutrisi
Definisi: Kemampuan individu untuk mengatur intake makanan dan/atau cairan yang sesuai dengan kebutuhan metabolik.
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Definisi: Intervensi untuk memantau dan memenuhi kebutuhan nutrisi individu.
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan utama yang dapat ditetapkan adalah Defisit Nutrisi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah menerapkan manajemen nutrisi untuk memantau dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.