Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20516 | 07 Aug 2025
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci untuk kondisi hipertermia:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertermia adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengendalikan produksi atau hilangnya panas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, lingkungan yang panas, gangguan sistem saraf pusat, atau reaksi obat-obatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh dalam rentang normal: Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan suhu tubuh pasien dapat kembali ke rentang normal (36,5-37,5°C atau 97,7-99,5°F).
2. Nyaman dan tidak mengalami gejala terkait hipertermia: Pasien dapat merasakan kenyamanan dan tidak mengalami gejala-gejala terkait hipertermia, seperti sakit kepala, mual, rasa letih, dan lain-lain.
3. Tidak terjadi komplikasi: Dengan penanganan yang efektif, diharapkan tidak terjadi komplikasi yang lebih serius, seperti dehidrasi, kelelahan, atau gangguan fungsi organ.
4. Pasien dan keluarga memahami manajemen hipertermia: Pasien dan keluarga memahami penyebab, tanda-tanda, dan cara penanganan hipertermia, sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital: Melakukan pemantauan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah secara berkala untuk mengevaluasi kondisi pasien.
2. Pengaturan lingkungan: Menjaga suhu dan kelembaban lingkungan yang nyaman, serta mengurangi paparan panas berlebih.
3. Pemberian cairan dan elektrolit: Memberikan cairan dan elektrolit yang cukup untuk mengganti kehilangan cairan akibat hipertermia.
4. Terapi penurun panas: Menggunakan metode penurunan panas, seperti kompres dingin, pemberian obat antipiretik, atau teknik pendinginan lainnya.
5. Manajemen gejala: Mengatasi gejala-gejala terkait hipertermia, seperti memberikan antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah.
6. Edukasi pasien dan keluarga: Memberikan edukasi tentang penyebab, tanda-tanda, dan penanganan hipertermia agar pasien dan keluarga dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, dan lain-lain) untuk menentukan penyebab hipertermia dan memberikan penanganan yang komprehensif.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan terencana, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu suhu tubuh normal, kenyamanan, dan tidak terjadi komplikasi. Peran perawat sangat penting dalam memantau, mengelola, dan mendidik pasien serta keluarga dalam penanganan hipertermia. -
Article No. 20517 | 07 Aug 2025
Klinis : Pasien batuk, berdahak, sesak frekuensi napas 20 xpermenit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan gejala batuk berdahak, sesak napas, dan frekuensi napas 20 kali per menit.
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode SDKI:** **00032** – **Gangguan Pertukaran Gas**
**Definisi:** Kondisi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh akibat gangguan pada proses pertukaran gas di alveolus.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Peningkatan produksi sekret (dahak)
- Gangguan ventilasi-perfusi
- Obstruksi jalan napas
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI:** **0401** – **Status Pernapasan: Pertukaran Gas**
**Kriteria Luaran:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit)
- Tidak ada sesak napas (dispnea)
- Bunyi napas bersih (tidak ada ronki atau wheezing)
- Saturasi oksigen (SpO?) ? 95%
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI:** **3320** – **Manajemen Jalan Napas**
**Intervensi Utama:**
1. **Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler** untuk memaksimalkan ekspansi paru.
2. **Lakukan fisioterapi dada** (jika diperlukan) untuk membantu pengeluaran sekret.
3. **Ajarkan teknik batuk efektif** untuk membersihkan jalan napas.
4. **Berikan oksigen tambahan** jika diperlukan (sesuai indikasi).
5. **Pantau tanda-tanda vital** (frekuensi napas, saturasi oksigen, dan bunyi napas).
---
### **Catatan Tambahan**
- Jika terdapat tanda **infeksi saluran pernapasan**, dapat ditambahkan diagnosa **"Risiko Infeksi" (SDKI: 00004)** dengan intervensi **"Pencegahan Infeksi" (SIKI: 6540)**.
- Jika pasien mengalami **kecemasan akibat sesak napas**, dapat ditambahkan diagnosa **"Ansietas" (SDKI: 00146)** dengan intervensi **"Manajemen Ansietas" (SIKI: 5820)**.
Semoga penjelasan ini membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Jika diperlukan evaluasi lebih lanjut, konsultasikan dengan tim medis terkait.
**Salam,**
*[Nama Perawat/Penulis]*
*(Tenaga Kesehatan Profesional)* -
Article No. 20518 | 07 Aug 2025
Klinis : a) Saat MRS : Bayi dilahirkan secara SC dengan indikasi inpartu prematur + bekas SC 2x + febris di RSUD Kanjuruhan pada 10 Juli 2025 pukul 17.14 dengan BB 1500 gram PB 39 cm. Lalu bayi mengalami sesak napas, tampak lemah dan kulit berwarna kuning. b) Saat Pengkajian : Warna kulit gelap kehijauan dan pucat, bayi terlihat lemah, belum kuat untuk menghisap, bayi tampak kadang seperti lupa bernapas diam lama, lalu tiba – tiba bernapas kembali, dan bayi di dalam inkubator
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai:
a) Saat MRS:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola napas tidak efektif (00032)
SDKI: Pola napas tidak efektif, yaitu inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI: Mempertahankan status respirasi.
SIKI: Manajemen ventilasi.
2. Hipotermi (00006)
SDKI: Hipotermi, yaitu penurunan suhu tubuh di bawah 35°C.
SLKI: Mempertahankan suhu tubuh.
SIKI: Manajemen suhu.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
SDKI: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, yaitu asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Mempertahankan status nutrisi.
SIKI: Manajemen nutrisi.
4. Ikterus (00112)
SDKI: Ikterus, yaitu pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin.
SLKI: Mempertahankan status sirkulasi.
SIKI: Manajemen bilirubin.
b) Saat Pengkajian:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola napas tidak efektif (00032)
SDKI: Pola napas tidak efektif, yaitu inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI: Mempertahankan status respirasi.
SIKI: Manajemen ventilasi.
2. Hipotermia (00006)
SDKI: Hipotermia, yaitu penurunan suhu tubuh di bawah 35°C.
SLKI: Mempertahankan suhu tubuh.
SIKI: Manajemen suhu.
3. Intoleransi aktivitas (00092)
SDKI: Intoleransi aktivitas, yaitu ketidakcukupan energi fisiologis untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI: Mempertahankan status fungsional.
SIKI: Manajemen aktivitas.
4. Ikterus (00112)
SDKI: Ikterus, yaitu pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin.
SLKI: Mempertahankan status sirkulasi.
SIKI: Manajemen bilirubin. -
Article No. 20519 | 07 Aug 2025
Klinis : Gangguan Mobilitas fisik
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi "Gangguan Mobilitas Fisik":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R26.2
- Deskripsi: Gangguan Berjalan dan Mobilitas, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.01
- Deskripsi: Latihan fisik dan mobilisasi, termasuk terapi latihan pasif dan aktif untuk memulihkan fungsi mobilitas dan kekuatan otot.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R26.2 digunakan untuk menggambarkan gangguan atau hambatan dalam kemampuan berjalan dan mobilitas seseorang, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kondisi ini dapat mencakup berbagai penyebab, seperti kondisi neurologis, muskuloskeletal, atau trauma yang mempengaruhi fungsi mobilitas.
2. Kode ICD-9-CM 93.01 merujuk pada prosedur latihan fisik dan mobilisasi yang dilakukan untuk memulihkan fungsi mobilitas dan kekuatan otot. Ini dapat mencakup terapi latihan pasif dan aktif, seperti latihan rentang gerak, latihan penguatan otot, dan aktivitas fungsional yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berjalan dan mobilitas pasien.
Tindakan medis yang tercakup dalam kode 93.01 dapat dilakukan oleh berbagai tenaga kesehatan, seperti fisioterapis, okupasi terapis, atau petugas rehabilitasi lainnya, sebagai bagian dari rencana perawatan komprehensif untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik pasien. -
Article No. 20520 | 07 Aug 2025
Klinis : Gangguan Mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Gangguan Mobilitas Fisik" dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam independensi dan koordinasi gerak fisik yang disebabkan oleh faktor neuromuskular, muskuloskeletal, atau kondisi kesehatan lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1800
Definisi: Kemampuan individu untuk bergerak secara mandiri dan terkoordinasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 0200
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi pemulihan, pemeliharaan, dan peningkatan mobilitas fisik individu.
Penjelasan Singkat:
Gangguan Mobilitas Fisik merupakan kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik secara independen dan terkoordinasi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi neuromuskular, muskuloskeletal, atau penyakit lainnya. Diagnosa keperawatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi hambatan yang dialami oleh individu dalam melakukan aktivitas fisik.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menyediakan definisi yang jelas tentang Gangguan Mobilitas Fisik, yang dapat digunakan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan masalah kesehatan pasien. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) kemudian menetapkan luaran yang diharapkan, yaitu kemampuan individu untuk bergerak secara mandiri dan terkoordinasi. Selanjutnya, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) memberikan panduan bagi perawat dalam melakukan serangkaian tindakan untuk memfasilitasi pemulihan, pemeliharaan, dan peningkatan mobilitas fisik individu.
Dengan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan berpusat pada pasien untuk mengatasi Gangguan Mobilitas Fisik secara komprehensif. -
Article No. 20521 | 07 Aug 2025
Klinis : Gangguan Mobilitas fisik
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medis, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait dengan kondisi "Gangguan Mobilitas Fisik" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R26.2
- Deskripsi: Gangguan Berjalan dan Mobilitas, Tidak Diklasifikasikan di Tempat Lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.01
- Deskripsi: Fisioterapi, Latihan Mobilitas
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R26.2 digunakan untuk menggambarkan gangguan atau masalah dalam mobilitas fisik seseorang, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Hal ini dapat mencakup berbagai kondisi yang menyebabkan kesulitan atau keterbatasan dalam berjalan, bergerak, atau melakukan aktivitas fisik sehari-hari.
2. Kode ICD-9-CM 93.01 untuk "Fisioterapi, Latihan Mobilitas" dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik. Hal ini dapat mencakup berbagai intervensi fisioterapi, seperti latihan, pelatihan, dan terapi yang bertujuan untuk meningkatkan atau memulihkan mobilitas dan fungsi fisik pasien.
Dalam praktik klinis, kode-kode ini dapat digunakan oleh tenaga kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengidentifikasi, mencatat, dan melaporkan kondisi dan tindakan yang terkait dengan gangguan mobilitas fisik pasien. Penggunaan kode yang tepat membantu dalam dokumentasi, pengkodean, dan pelaporan yang akurat, yang pada gilirannya mendukung proses perawatan, pemantauan, dan pengelolaan pasien dengan gangguan mobilitas fisik. -
Article No. 20522 | 07 Aug 2025
Klinis : Gangguan Mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi "Gangguan Mobilitas Fisik" yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
Definisi:
Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kapasitas dan kebutuhan aktivitas, yang mengakibatkan hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00085
Judul: Gangguan Mobilitas Fisik
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0303
Judul: Mobilitas Fisik
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 3320
Judul: Manajemen Mobilitas
Definisi: Memfasilitasi kemampuan pasien untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
Secara akademis, Gangguan Mobilitas Fisik merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada pasien dengan berbagai kondisi kesehatan, seperti penyakit neurologi, muskuloskeletal, atau kondisi lain yang dapat menghambat kemampuan pasien untuk bergerak secara bebas dan mandiri. Sebagai seorang perawat, pemahaman yang mendalam tentang diagnosa keperawatan ini, serta penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI, sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 20523 | 07 Aug 2025
Klinis : Gangguan Mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi Gangguan Mobilitas Fisik sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
Definisi:
Keterbatasan dalam kemampuan untuk bergerak secara mandiri di lingkungan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hambatan Mobilitas Fisik (10019)
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas Fisik (10019)
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mobilitas (10019)
Definisi: Memfasilitasi kemampuan pasien untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
Kode-kode tersebut merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk mendokumentasikan asuhan keperawatan dalam praktik klinis. Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang terstandarisasi ini membantu perawat dalam memberikan perawatan yang efektif dan berkualitas tinggi bagi pasien dengan gangguan mobilitas fisik. -
Article No. 20524 | 07 Aug 2025
Klinis : Gangguan Mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Gangguan Mobilitas Fisik:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk bergerak secara mandiri dan bebas di lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00218
Definisi: Kemampuan individu untuk bergerak secara bebas dan mandiri di lingkungan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00166
Definisi: Upaya perawat untuk membantu pasien dalam meningkatkan atau mempertahankan kemampuan bergerak secara bebas dan mandiri di lingkungan.
Dalam konteks akademis dan sebagai seorang pakar perawat, gangguan mobilitas fisik adalah kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri di lingkungannya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit, cedera, atau kondisi medis lainnya. Perawat berperan penting dalam membantu pasien meningkatkan atau mempertahankan kemampuan mobilitas fisiknya melalui intervensi yang sesuai, seperti latihan fisik, penggunaan alat bantu, dan modifikasi lingkungan. -
Article No. 20480 | 06 Aug 2025
Klinis : sesak nafas. NRM 10 lpm, RR 28 x/menit. Nterpasang NS 3% 500 cc/24 jam. KSR 3 x 1 tablet.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: sesak nafas. NRM 10 lpm, RR 28 x/menit. Nterpasang NS 3% 500 cc/24 jam. KSR 3 x 1 tablet.
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu sesak nafas dengan nilai NRM (Nasal Respiratory Mask) 10 lpm, RR (Respiratory Rate) 28 x/menit, terpasang cairan infus NS 3% 500 cc/24 jam, dan KSR (Kontrol Senam Rehabilitasi) 3 x 1 tablet, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab: Kelelahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, ketidakseimbangan mekanis.
Gejala dan Tanda: Sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, irama napas tidak teratur, hipoksemia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan sesak napas dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pola Napas Efektif
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas kembali normal (12-20 x/menit)
- Irama napas teratur
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
- Saturasi oksigen (SpO2) dalam batas normal (>95%)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu Pola Napas Efektif, maka intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
- Kaji permeabilitas jalan napas
- Lakukan suction jika diperlukan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Manajemen Ventilasi
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas
- Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi oksigen yang adekuat
3. Manajemen Nutrisi
- Kaji status nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
4. Manajemen Kenyamanan
- Kaji tingkat kenyamanan pasien
- Berikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan, seperti pengaturan posisi, distraksi, dan teknik relaksasi
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada kebutuhan pasien, diharapkan pasien dengan sesak napas dapat mencapai luaran/output Pola Napas Efektif, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup pasien.