Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18529 | 14 Jun 2025
Klinis : S: Pasien mengatakan sedih ketika mengigat kehilangan anaknya di usia 6 bulan dan kehilangan suaminya selang 2 tahun Pasien mengatakan merasa bersalah dan gagal menjadi ibu saat kehilangan anaknya Pasien mengatakan kehilangan arah saat ditinggal suaminya O: Pasien tampak sedih saat membahas tentang kehilangan orang terdekatnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kondisi pasien, sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Berduka (00035)**
**Definisi:** Respon alami terhadap kehilangan yang nyata atau potensial, yang dapat memengaruhi fisik, emosional, sosial, dan spiritual individu.
**Penjelasan:**
Pasien menunjukkan tanda-tanda berduka yang kompleks akibat kehilangan anak dan suami, disertai perasaan sedih, bersalah, dan kehilangan arah. Kondisi ini memerlukan pendekatan holistik untuk membantu pasien dalam proses berduka dan adaptasi terhadap kehilangan.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode SLKI: 1401 Koping Berduka**
**Indikator:**
1. Mengekspresikan perasaan kehilangan secara verbal.
2. Mengidentifikasi strategi koping yang efektif.
3. Menunjukkan penerimaan terhadap kehilangan.
4. Kembali berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
**Target Luaran:**
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya terkait kehilangan.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda adaptasi emosional.
- Pasien mulai membangun kembali tujuan hidup.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode SIKI: 5290 Dukungan Berduka**
**Intervensi Utama:**
1. **Menciptakan lingkungan terapeutik** untuk memfasilitasi ekspresi emosi.
2. **Mendorong pasien mengungkapkan perasaan** melalui komunikasi terbuka.
3. **Membantu pasien mengidentifikasi sumber dukungan sosial** (keluarga, teman, kelompok dukungan).
4. **Memberikan edukasi tentang proses berduka normal** dan tanda-tanda berduka patologis.
5. **Kolaborasi dengan tenaga kesehatan jiwa** jika diperlukan (psikolog/psikiater).
**Intervensi Tambahan:**
- **5294 Terapi Aktivitas Kelompok** (jika pasien membutuhkan interaksi sosial).
- **5280 Konseling** (untuk membantu pemrosesan emosi).
---
### **Evaluasi:**
Perkembangan pasien akan dinilai berdasarkan kemampuan untuk:
1. Mengekspresikan emosi terkait kehilangan.
2. Menggunakan strategi koping adaptif.
3. Kembali terlibat dalam aktivitas sehari-hari.
Jika gejala berduka berkepanjangan atau disertai depresi berat, rujuk ke spesialis kesehatan jiwa untuk penanganan lebih lanjut.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. -
Article No. 18530 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, sehingga merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 12. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 13. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 14. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 15. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 16. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 17. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 18. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 19. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 20. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 21. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 22. Pendidikan terakhir SMP 23. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 24. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 25. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 4. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 5. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 6. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 7. turgor kulit tidak elastis 8. Konjungtiva anemis 9. 10. Keadaan umum : baik, Compos mentis 11. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 12. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 13. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 14. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 15. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 16. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 17. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 18. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 19. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 20. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 21. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dengan kodenya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis
SDKI: Nyeri Kronis (10046)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
SLKI: Manajemen Nyeri (10015)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol dan mengatasi nyeri.
SIKI: Manajemen Nyeri (10003)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan individu.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
SDKI: Gangguan Pola Tidur (10032)
Definisi: Perubahan dalam kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI: Kualitas Tidur (10018)
Definisi: Kemampuan individu untuk mencapai dan mempertahankan pola tidur yang sehat.
SIKI: Manajemen Gangguan Tidur (10045)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengatasi gangguan tidur.
3. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan
SDKI: Kelelahan (10041)
Definisi: Pengalaman subyektif akan kurangnya energi dan kapasitas yang menurun untuk melakukan aktivitas fisik dan mental.
SLKI: Manajemen Energi (10011)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengatur penggunaan energi secara efektif.
SIKI: Manajemen Kelelahan (10067)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengurangi dan mencegah kelelahan.
4. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
SDKI: Defisit Perawatan Diri (10024)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan satu atau lebih aktivitas perawatan diri.
SLKI: Kemandirian Perawatan Diri (10008)
Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
SIKI: Bantuan Perawatan Diri (10009)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk membantu individu dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
5. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
SDKI: Ansietas (10001)
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber stres atau ancaman yang tidak jelas dan mengakibatkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
SLKI: Manajemen Ansietas (10004)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengenali, mengelola, dan mengatasi kecemasan.
SIKI: Manajemen Ansietas (10002)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengenali, mengelola, dan mengatasi kecemasan. -
Article No. 18531 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, sehingga merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 12. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 13. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 14. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 15. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 16. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 17. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 18. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 19. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 20. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 21. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 22. Pendidikan terakhir SMP 23. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 24. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 25. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 4. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 5. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 6. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 7. turgor kulit tidak elastis 8. Konjungtiva anemis 9. 10. Keadaan umum : baik, Compos mentis 11. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 12. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 13. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 14. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 15. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 16. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 17. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 18. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 19. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 20. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 21. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI (PPNI)**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan untuk pasien berdasarkan data subjektif dan objektif, disertai penjelasan singkat sesuai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
---
### **1. Nyeri Akut (SDKI: 00032)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan durasi kurang dari 3 bulan.
**Data Pendukung:**
- Nyeri abdomen (skala 6/10) dengan karakteristik seperti "diperas".
- Nyeri memberat saat malam atau aktivitas.
- Pasien meringis, gelisah, dan tampak kesakitan.
- Asites dan massa multikistik abdomen.
**SLKI (Luaran):**
- **0003201:** Nyeri berkurang atau terkontrol.
- **0003203:** Ekspresi wajah rileks.
**SIKI (Intervensi):**
- **0801:** Manajemen Nyeri (pemberian analgesik seperti Tramal, posisi nyaman).
- **0803:** Terapi Relaksasi (napas dalam, distraksi).
---
### **2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI: 00002)**
**Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik, menyebabkan penurunan berat badan, kelemahan, atau defisiensi nutrisi.
**Data Pendukung:**
- Penurunan berat badan dari 50 kg ? 39 kg.
- Asupan hanya 2x/hari, tidak suka buah/susu.
- Turgor kulit buruk, bibir kering, konjungtiva anemis.
- Hb rendah (9,111,2 g/dL).
**SLKI:**
- **0000201:** Peningkatan asupan nutrisi.
- **0000204:** Berat badan stabil/meningkat.
**SIKI:**
- **0401:** Manajemen Nutrisi (diet 1900 kkal, suplemen Kabiven).
- **0403:** Edukasi Gizi (peningkatan protein dan kalori).
---
### **3. Gangguan Pola Tidur (SDKI: 00095)**
**Definisi:** Gangguan kuantitas/kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu fungsi sehari-hari.
**Data Pendukung:**
- Tidur hanya 3 jam/malam, sering terbangun karena nyeri.
- Kelelahan dan lemas.
**SLKI:**
- **0009501:** Durasi tidur meningkat.
- **0009503:** Pasien melaporkan perbaikan kualitas tidur.
**SIKI:**
- **2001:** Terapi Tidur (rutinitas tidur, lingkungan nyaman).
- **0801:** Manajemen Nyeri (untuk mengurangi nyeri pengganggu tidur).
---
### **4. Ansietas (SDKI: 00146)**
**Definisi:** Perasaan khawatir, ketakutan, atau gelisah akibat ancaman persepsi yang tidak jelas sumbernya.
**Data Pendukung:**
- Khawatir akan masa depan, takut meninggalkan anak.
- Stres mengganggu adherence pengobatan.
**SLKI:**
- **0014601:** Ansietas terkontrol.
- **0014604:** Pasien mampu menggunakan strategi koping.
**SIKI:**
- **5401:** Dukungan Emosional (pendekatan terapeutik).
- **5410:** Edukasi Manajemen Stres.
---
### **5. Ketidakefektifan Koping (SDKI: 00124)**
**Definisi:** Ketidakmampuan mengelola stresor secara adaptif, mengakibatkan gangguan fungsi sosial atau kesehatan.
**Data Pendukung:**
- Perasaan tidak berdaya, takut akan ketidakpastian.
- Mengabaikan edukasi kesehatan karena stres.
**SLKI:**
- **0012401:** Mengidentifikasi strategi koping efektif.
**SIKI:**
- **5230:** Konseling Koping.
- **5240:** Dukungan Sosial (melibatkan keluarga).
---
### **6. Risiko Infeksi (SDKI: 00004)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen.
**Data Pendukung:**
- Leukosit rendah (2,83,7 Rb/ul).
- Stomatitis, trombositopenia.
**SLKI:**
- **0000401:** Tidak menunjukkan tanda infeksi.
**SIKI:**
- **1800:** Pemantauan Tanda Infeksi.
- **6520:** Proteksi Infeksi (cuci tangan, perawatan luka).
---
### **7. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 00092)**
**Definisi:** Ketidakcukupan energi fisik atau psikologis untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
**Data Pendukung:**
- Lemas, aktivitas dibantu anak.
- Sesak napas saat beraktivitas.
**SLKI:**
- **0009201:** Peningkatan toleransi aktivitas.
**SIKI:**
- **0201:** Manajemen Energi (pacing aktivitas).
- **0204:** Latihan Mobilisasi Bertahap.
---
### **Catatan:**
- Kode SDKI/SLKI/SIKI mengacu pada **PPNI Edisi Terkini**.
- Intervensi disesuaikan dengan kondisi pasien dan kolaborasi tim kesehatan.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. -
Article No. 18532 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, sehingga merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 12. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 13. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 14. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 15. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 16. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 17. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 18. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 19. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 20. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 21. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 22. Pendidikan terakhir SMP 23. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 24. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 25. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 4. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 5. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 6. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 7. turgor kulit tidak elastis 8. Konjungtiva anemis 9. 10. Keadaan umum : baik, Compos mentis 11. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 12. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 13. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 14. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 15. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 16. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 17. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 18. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 19. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 20. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 21. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: C56.9
- Deskripsi: Keganasan pada ovarium, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.21
- Deskripsi: Laparotomi eksplorasi
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis utama pasien adalah keganasan pada ovarium (C56.9). Pasien mengeluhkan berbagai gejala yang sesuai dengan diagnosis ini, seperti nyeri perut, asites, penurunan berat badan, dan temuan pemeriksaan penunjang berupa massa multikistik di adneksa bilateral. Selain itu, hasil biopsi juga menunjukkan adanya jaringan tumor.
Terkait dengan tindakan medis, pasien telah menjalani laparotomi eksplorasi (kode ICD-9-CM 54.21) yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Pemeriksaan penunjang lain seperti USG, CT scan, dan foto toraks juga telah dilakukan untuk mendukung diagnosis dan mengevaluasi kondisi pasien. -
Article No. 18533 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, sehingga merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 12. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 13. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 14. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 15. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 16. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 17. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 18. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 19. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 20. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 21. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 22. Pendidikan terakhir SMP 23. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 24. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 25. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 4. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 5. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 6. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 7. turgor kulit tidak elastis 8. Konjungtiva anemis 9. 10. Keadaan umum : baik, Compos mentis 11. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 12. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 13. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 14. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 15. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 16. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 17. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 18. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 19. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 20. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 21. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan proses penyakit/cedera, seperti yang ditunjukkan oleh pasien mengeluhkan nyeri perut yang terus-menerus selama kurang lebih 3 bulan, dengan nyeri yang semakin memberat dan disertai perut yang terasa tegang dan kaku.
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri kronis, seperti yang ditunjukkan oleh pasien hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun akibat nyeri perut.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, seperti yang ditunjukkan oleh pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan, tampak lemah, dan membutuhkan bantuan dalam beraktivitas.
4. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan asupan cairan yang inadekuat, seperti yang ditunjukkan oleh pasien hanya mengonsumsi ±1000 cc/hari, turgor kulit tidak elastis, dan konjungtiva anemis.
5. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat, seperti yang ditunjukkan oleh pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan, tampak lemah, sariawan, bercak putih pada lidah, dan hanya makan 2 kali sehari.
6. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional, seperti yang ditunjukkan oleh pasien merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Kronis
- Tujuan: Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri selama perawatan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien akan melaporkan skala nyeri <4 dari 10.
- Pasien akan mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
- Pasien akan menunjukkan ekspresi wajah yang rileks.
2. Pola Tidur
- Tujuan: Pasien akan melaporkan peningkatan kualitas dan kuantitas tidur selama perawatan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien akan melaporkan dapat tidur ?6 jam setiap malam.
- Pasien akan melaporkan merasa segar saat bangun tidur.
- Pasien akan melaporkan kepuasan dengan kualitas dan kuantitas tidurnya.
3. Toleransi Aktivitas
- Tujuan: Pasien akan menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas selama perawatan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien akan melaporkan peningkatan energi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Pasien akan mendemonstrasikan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Pasien akan melaporkan peningkatan kemampuan dalam memenuhi peran dan tanggung jawabnya.
4. Status Cairan
- Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat selama perawatan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien akan melaporkan peningkatan asupan cairan.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan turgor kulit.
- Pasien akan menunjukkan konjungtiva yang tidak anemis.
5. Status Nutrisi
- Tujuan: Pasien akan menunjukkan peningkatan status nutrisi selama perawatan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien akan melaporkan peningkatan nafsu makan.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan.
- Pasien akan menunjukkan perbaikan pada parameter laboratorium terkait status nutrisi.
6. Tingkat Kecemasan
- Tujuan: Pasien akan menunjukkan penurunan tingkat kecemasan selama perawatan.
- Kriteria Hasil:
- Pasien akan melaporkan penurunan tingkat kecemasan.
- Pasien akan menunjukkan ekspresi wajah yang lebih tenang.
- Pasien akan melaporkan peningkatan kemampuan untuk mengatasi masalah.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Kronis
- Kaji karakteristik nyeri (P, Q, R, S, T)
- Berikan terapi farmakologi sesuai dengan instruksi dokter
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengelola nyeri (misalnya relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk manajemen nyeri yang komprehensif
2. Gangguan Pola Tidur
- Kaji pola tidur pasien
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur
- Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur
- Berikan obat tidur sesuai instruksi dokter, jika diperlukan
3. Intoleransi Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas pasien saat ini dan riwayat aktivitas sebelumnya
- Berikan aktivitas sesuai dengan toleransi pasien
- Ajarkan teknik konservasi energi
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi
4. Kekurangan Volume Cairan
- Kaji asupan dan output cairan pasien
- Berikan cairan intravena sesuai dengan kebutuhan pasien
- Pantau tanda-tanda vital dan parameter cairan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat
5. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Kaji status nutrisi pasien (antropometri, biokimia, klinis, dan dietary)
- Berikan intervensi nutrisi sesuai dengan kebutuhan pasien (diet, suplemen, nutrisi enteral/parenteral)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan dan mengevaluasi intervensi nutrisi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
6. Kecemasan
- Kaji tingkat kecemasan pasien
- Berikan dukungan emosional dan fasilitasi ekspresi perasaan
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
- Kolaborasi dengan psikolog/psikiater, jika diperlukan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 18534 | 14 Jun 2025
Klinis : NYERI AKUT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi NYERI AKUT, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi NYERI AKUT:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi NYERI AKUT berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah seperti itu. Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, durasi yang terbatas, dan tingkat keparahan yang bervariasi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan untuk kondisi NYERI AKUT adalah:
a. Tingkat Nyeri: Pasien menunjukkan penurunan tingkat nyeri yang ditandai dengan skor nyeri menurun dari skor awal.
b. Kontrol Nyeri: Pasien mampu mengontrol nyeri yang dirasakan dengan menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
c. Kenyamanan: Pasien menunjukkan peningkatan rasa nyaman yang ditandai dengan ekspresi wajah, postur tubuh, dan perilaku yang lebih rileks.
d. Pemulihan Fungsi: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat nyeri.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran dalam menangani kondisi NYERI AKUT meliputi:
a. Pengkajian Nyeri: Melakukan pengkajian komprehensif terhadap nyeri yang dialami pasien, termasuk lokasi, karakteristik, intensitas, onset, durasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
b. Manajemen Nyeri: Melakukan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi panas/dingin, relaksasi, distraksi, dan lain-lain.
c. Edukasi Manajemen Nyeri: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai strategi manajemen nyeri yang dapat dilakukan, baik secara mandiri maupun dengan bantuan petugas kesehatan.
d. Evaluasi Efektivitas Intervensi: Melakukan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas intervensi yang diberikan dalam mengurangi nyeri, meningkatkan kontrol nyeri, dan meningkatkan kenyamanan pasien.
e. Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Mendokumentasikan dengan baik setiap tahapan asuhan keperawatan yang diberikan, termasuk pengkajian, diagnosa, luaran, intervensi, dan evaluasi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan untuk kondisi NYERI AKUT, perawat harus memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai konsep nyeri, kemampuan dalam melakukan pengkajian nyeri yang akurat, dan keterampilan dalam menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai luaran yang diharapkan. Selain itu, perawat juga harus memiliki kemampuan dalam melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan penanganan nyeri yang optimal bagi pasien. -
Article No. 18535 | 14 Jun 2025
Klinis : NYERI AKUT DAN SESAK
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait kondisi nyeri akut dan sesak.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan atau melaksanakan proses pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut
a. Klien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
b. Klien dapat mengontrol nyeri dengan menggunakan teknik non-farmakologis.
c. Klien mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri.
2. Pola Napas Tidak Efektif
a. Klien mendemonstrasikan pola napas yang normal.
b. Klien melaporkan peningkatan kemampuan bernapas.
c. Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi farmakologis yang sesuai untuk mengatasi nyeri.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau terapi modalitas.
d. Berikan kenyamanan dan dukungan emosional kepada klien untuk mengatasi nyeri.
2. Pola Napas Tidak Efektif
a. Lakukan pengkajian status pernapasan klien, termasuk frekuensi, kedalaman, irama, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal.
c. Ajarkan teknik pernapasan yang benar, seperti latihan diafragmatik atau pursed-lip breathing.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan intervensi farmakologis atau terapeutik yang diperlukan, seperti bronkodilator atau terapi inhalasi.
e. Pantau tanda-tanda vital dan respon klien terhadap intervensi yang diberikan.
Penjelasan Rinci:
Kondisi nyeri akut dan sesak merupakan kondisi yang sering ditemui pada klien dengan berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular, pulmoner, atau muskuloskeletal. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut dan Pola Napas Tidak Efektif, karena klien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan serta gangguan dalam proses pernapasan.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah klien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri, dapat mengontrol nyeri dengan teknik non-farmakologis, dan mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri. Selain itu, klien juga diharapkan dapat mendemonstrasikan pola napas yang normal, melaporkan peningkatan kemampuan bernapas, dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi pengkajian yang komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis, pengajaran teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, serta pemberian oksigen, latihan pernapasan, dan pemantauan tanda-tanda vital. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga diperlukan untuk memberikan intervensi farmakologis atau terapeutik yang lebih spesifik sesuai dengan kondisi klien.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah, diharapkan kondisi nyeri akut dan sesak pada klien dapat teratasi, sehingga klien dapat memperoleh kenyamanan dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 18536 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, sehingga merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 12. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 13. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 14. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 15. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 16. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 17. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 18. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 19. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 20. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 21. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 22. Pendidikan terakhir SMP 23. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 24. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 25. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 4. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 5. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 6. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 7. turgor kulit tidak elastis 8. Konjungtiva anemis 9. 10. Keadaan umum : baik, Compos mentis 11. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 12. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 13. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 14. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 15. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 16. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 17. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 18. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 19. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 20. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 21. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI (PPNI)**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan berdasarkan data subjektif dan objektif pasien, disertai penjelasan singkat serta kode sesuai Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
---
### **1. Nyeri Akut (SDKI: B.1.1)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
**Data Pendukung:**
- Nyeri perut skala 6/10, digambarkan seperti "diperas," memberat saat malam/aktivitas.
- Pasien meringis, gelisah, dan mengalami gangguan tidur.
- Nyeri memengaruhi aktivitas sehari-hari.
**Luaran (SLKI: L.1.1.1):**
- Penurunan skala nyeri (target: ?3/10).
- Pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri.
**Intervensi (SIKI: I.1.1.1):**
- **Manajemen Nyeri:**
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Kolaborasi pemberian analgesik (Tramal supp, Profonid).
- Posisikan pasien nyaman (semifowler untuk mengurangi tekanan abdomen).
---
### **2. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI: B.2.1)**
**Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik.
**Data Pendukung:**
- Penurunan berat badan signifikan (50 kg ? 39 kg).
- Asupan hanya 2x/hari, tidak suka buah/susu.
- Turgor kulit buruk, bibir kering, konjungtiva anemis.
**Luaran (SLKI: L.2.1.1):**
- Peningkatan berat badan bertahap.
- Asupan nutrisi sesuai kebutuhan (1900 kkal/hari).
**Intervensi (SIKI: I.2.1.1):**
- **Manajemen Nutrisi:**
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet tinggi protein/kalori.
- Berikan makanan kecil frekuensi sering.
- Pantau suplemen (Kabiven, Neurobion).
---
### **3. Ansietas (SDKI: B.4.1)**
**Definisi:** Perasaan khawatir akibat ancaman yang tidak spesifik.
**Data Pendukung:**
- Pasien khawatir akan masa depan, takut meninggalkan anak.
- Stres mengganggu penerimaan edukasi kesehatan.
**Luaran (SLKI: L.4.1.1):**
- Pasien mampu mengidentifikasi strategi koping.
- Penurunan keluhan ansietas (verbal/nonverbal).
**Intervensi (SIKI: I.4.1.1):**
- **Dukungan Emosional:**
- Dengarkan keluhan pasien dengan empati.
- Libatkan keluarga (anak) sebagai support system.
---
### **4. Gangguan Pola Tidur (SDKI: B.5.1)**
**Definisi:** Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur.
**Data Pendukung:**
- Tidur hanya 3 jam/malam, sering terbangun karena nyeri.
**Luaran (SLKI: L.5.1.1):**
- Peningkatan durasi tidur (target: 5-6 jam/malam).
**Intervensi (SIKI: I.5.1.1):**
- **Higiene Tidur:**
- Atur lingkungan tidur nyaman (reduksi cahaya/kebisingan).
- Jadwalkan pemberian analgesik sebelum tidur.
---
### **5. Intoleransi Aktivitas (SDKI: B.3.1)**
**Definisi:** Ketidakcukupan energi untuk aktivitas sehari-hari.
**Data Pendukung:**
- Lemas, aktivitas dibantu anak, sesak napas saat beraktivitas.
**Luaran (SLKI: L.3.1.1):**
- Peningkatan toleransi aktivitas (target: mandiri dalam ADL dasar).
**Intervensi (SIKI: I.3.1.1):**
- **Latihan Bertahap:**
- Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
- Pantau tanda vital sebelum/sesudah aktivitas.
---
### **6. Risiko Infeksi (SDKI: B.6.2)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap patogen.
**Data Pendukung:**
- Leukosit rendah (2,83,7 Rb/ul), stomatitis, rambut rontok.
**Intervensi (SIKI: I.6.2.1):**
- **Pencegahan Infeksi:**
- Ajarkan cuci tangan dan perawatan mulut (sariawan).
- Kolaborasi pemberian Leucogen jika leukosit turun.
---
### **7. Ketidakefektifan Koping (SDKI: B.4.2)**
**Definisi:** Ketidakmampuan mengatasi stresor secara adaptif.
**Data Pendukung:**
- Pasien merasa tidak berdaya, mengabaikan edukasi kesehatan.
**Intervensi (SIKI: I.4.2.1):**
- **Edukasi Koping:**
- Gunakan metode edukasi sederhana (visual/verbal).
- Libatkan keluarga dalam reinforcement edukasi.
---
### **Catatan:**
- **Kode SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada buku resmi PPNI edisi terbaru.
- Intervensi disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan hasil kolaborasi multidisiplin.
Semoga informasi ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. -
Article No. 18537 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, sehingga merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 12. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 13. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 14. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 15. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 16. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 17. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 18. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 19. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 20. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 21. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 22. Pendidikan terakhir SMP 23. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 24. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 25. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 4. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 5. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 6. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 7. turgor kulit tidak elastis 8. Konjungtiva anemis 9. 10. Keadaan umum : baik, Compos mentis 11. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 12. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 13. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 14. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 15. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 16. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 17. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 18. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 19. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 20. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 21. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat ditetapkan:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut (PPNI, 2017). Kode: 00133
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tingkat keparahan, kontrol, dan dampak nyeri yang dialami pasien (PPNI, 2019). Kode: 10001
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien (PPNI, 2018). Kode: 30002
2. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Tidur
SDKI: Durasi dan kualitas tidur yang terganggu (PPNI, 2017). Kode: 00198
SLKI: Tingkat kemampuan pasien untuk mempertahankan pola tidur yang sehat (PPNI, 2019). Kode: 10007
SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi tidur yang nyaman dan istirahat yang efektif (PPNI, 2018). Kode: 30011
3. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan
SDKI: Keadaan fisik dan mental yang terkait dengan keterbatasan kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari (PPNI, 2017). Kode: 00093
SLKI: Tingkat energi dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (PPNI, 2019). Kode: 10030
SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan energi dan memulihkan kondisi fisik dan mental (PPNI, 2018). Kode: 30020
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Citra Tubuh
SDKI: Persepsi negatif atau terganggu terhadap penampilan fisik (PPNI, 2017). Kode: 00118
SLKI: Tingkat penerimaan dan adaptasi pasien terhadap perubahan fisik (PPNI, 2019). Kode: 10015
SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu pasien menerima dan beradaptasi dengan perubahan fisik (PPNI, 2018). Kode: 30017
5. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya (PPNI, 2017). Kode: 00146
SLKI: Tingkat perasaan khawatir, takut, atau cemas yang dialami pasien (PPNI, 2019). Kode: 10002
SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengurangi perasaan khawatir, takut, atau cemas yang dialami pasien (PPNI, 2018). Kode: 30003 -
Article No. 18538 | 14 Jun 2025
Klinis : DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF Pasien mengatakan : 1. nyeri perut yang sudah dirasakan selama kurang lebih tiga bulan terakhir. 2. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat dan disertai dengan perut yang terasa tegang dan kaku, tanpa disertai perdarahan dari vagina. 3. Sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit tidak dapat buang air kecil. 4. mulai kehilangan nafsu makan dan minum 5. merasa sangat lemas, 6. P : Nyeri muncul mendadak, dipicu oleh aktivitas berlebihan dan pembesaran perut (asites). Q : Nyeri digambarkan seperti diperas, R : Abdomen S : 6 dari 10 T : Sudah berlangsung selama ±3 bulan Terus-menerus, memberat saat malam atau saat aktivitas. 7. Sesak napas juga muncul saat nyeri datang. 8. pasien mengeluhkan mual dan perut terasa tidak nyaman. 9. hanya bisa tidur selama 3 jam setiap malam dan sering terbangun. 10. mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari. 11. sulit tidur akibat nyeri perut yang terus-menerus dirasakan. Ia sering terjaga di malam hari karena rasa nyeri tersebut, sehingga merasa bahwa waktu istirahatnya tidak cukup dan tidak puas dengan kualitas tidurnya. 12. Mempunyai Riwayat penyakit terdahulu mencatat adanya diagnosa NOK dan efusi pleura. 13. sering merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya, terutama setelah kehilangan suaminya. 14. Keberadaan anak pertamanya yang tinggal bersamanya menjadi sumber dukungan emosional yang sangat berarti dan memotivasinya untuk tetap kuat menjalani pengobatan. 15. Pasien hanya makan dua kali sehari, tidak menyukai buah dan susu 16. berharap kondisi kesehatannya membaik dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, serta berharap penyakitnya dapat dikendalikan sehingga tidak membahayakan nyawanya. 17. Pasien merasa dirinya terasa tidak berdaya, lemah fisik dan mental, serta merasa takut akan masa depannya yang tidak pasti. 18. Ia merasa bahwa kondisi ini mempengaruhi citra dirinya sebagai wanita dan ibu. 19. takut meninggalkan anaknya dan merasa terbebani oleh kondisi fisik yang menurun serta ketidakpastian masa depannya. Ia juga merasa kekhawatiran mengenai proses pengobatan dan keberlanjutan hidupnya. 20. sering mengonsumsi makanan pedas, berminyak, lalapan, dan makanan yang dibakar. 21. Stres dan kondisi mental yang terganggu menyebabkan pasien sering mengabaikan edukasi dari tenaga kesehatan dan cepat lupa setelah dijelaskan. 22. Pendidikan terakhir SMP 23. mengalami katarak di kedua mata, namun masih dapat melihat walau buram. 24. jantung berdebar sedang namun tidak disertai keluhan nyeri dada. 25. Nyeri sendi pada saat melakukan aktivitas berlebihan. 1. mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 50 kg menjadi 39 kg. 2. pasien tampak meringis, mengerutkan dahi, dan gelisah. 3. Pasien tampak tampak lemah, bibir kering. 4. terdapat sariawan dan bercak putih pada lidah. 5. pasien menjalani pengobatan menggunakan Profonid 100 mg 6. Asupan cairan: ±1000 cc/hari 7. turgor kulit tidak elastis 8. Konjungtiva anemis 9. 10. Keadaan umum : baik, Compos mentis 11. Sistem Pernafasan a. RR : 22x/menit b. Kedalaman dangkal 12. Sistem Kardiovaskuler a. Nadi : 85x/menit b. Denyut lemah c. TD : 130/90 mmHg d. Warna kulit pucat 13. Sistem Pencernaan a. Terdapat stomatitis b. Lidah kotor c. Bising usus : 12x/menit d. Terdapat asites, perut membesar dan terasa keras saat palpasi, timpani saat perkusi. 14. Sistem Integumen a. Warna kulit pucat b. Turgor kulit buruk c. Rambut tampak rontok dan tidak baik 15. Sistem Muskuloskeletal a. Kekuatan otot b. Pasien aktivitas masih dibantu anaknya dan pasien pembatasaan aktivitas. 16. Sistem Kekebalan Tubuh a. Suhu : 36,8 °C 17. Pemeriksaan Abdomen a. Abdomen membesar b. Asites dan lingkar perut 88 cm c. Perut keras saat palpasi d. Bunyi timpani saat perkusi e. Massa multikistik ±82 x 76 mm f. Bekas luka operasi 2 jari di bawah umbilicus 18. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hemoglobin: P1: 10,8 g/dl P2: 9,1 g/dl P3: 11,2 g/dl P4: 11,1 g/dl Leukosit: P1: 2,8 Rb/ul P2: 3,3 Rb/ul P3: 3,4 Rb/ul P4: 3,7 Rb/ul Trombosit: P3: 130 Rb/ul P4: 105 Rb/ul Eritrosit: P1: 3,64 Rb/ul P4: 3,77 Rb/ul Monosit: P1: 1% P4: 11% 19. Pemeriksaan Diagnostik : a. USG pada tanggal 17 Oktober 2018 menunjukkan adanya hidrosalping kiri dan kanan, NOK kanan, asites, dan perlekatan genitalia internal. b. USG thoraks tanggal 9 Januari 2019 menunjukkan efusi pleura kanan dan kiri dengan atelectasis. c. Foto toraks tanggal 8 Januari 2019 memperlihatkan efusi pleura bilateral dan konsolidasi di paru kanan tengah bawah. d. CT scan whole abdomen tanggal 14 Desember 2018 menunjukkan adanya massa multikistik di adneksa bilateral, asites, efusi pleura kiri, infiltrat basal paru bilateral, hepatomegali, kista ginjal bilateral, serta disarankan untuk dilakukan MRI pelvis. e. Pemeriksaan abdomen tiga posisi pada tanggal 14 Desember 2018 yang sama menunjukkan adanya asites dan suspek hepatomegali tanpa tanda-tanda ileus atau pneumoperitoneum. f. Hasil biopsi pada tanggal 14 Januari 2019 menunjukkan jaringan omentum yang mengandung sel tumor dengan struktur solid dan papiler serta mitosis atipik. 20. Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi diet nasi 1900 kkal tidak pedas 21. Penatalaksanaan Farmakologi a. Tramal supp 3x/hari b. Profonid 100mg c. Ranitidine 2x150 mg/hari d. Ondansetron 3x8 mg/hari e. Kabiven 1000 ml/hari f. Leucogen 1amp (IV) (saat leukosit turun) g. Neurobion 2x5000 (IV) (saat Hb turun)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan penyakit kronis (kanker ovarium) dan pembesaran abdomen (asites) ditandai dengan keluhan nyeri perut, mual, gelisah, dan aktivitas terbatas.
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri perut yang terus-menerus dan kecemasan akan kondisi kesehatannya ditandai dengan sulit tidur, terbangun di malam hari, dan tidak merasa cukup istirahat.
3. Keletihan berhubungan dengan penurunan berat badan, asupan nutrisi tidak adekuat, dan kondisi penyakit kronis (kanker ovarium) ditandai dengan pasien merasa sangat lemah dan aktivitas terbatas.
4. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan anoreksia, asupan nutrisi tidak adekuat, dan efek samping pengobatan ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan, turgor kulit buruk, dan stomatitis.
5. Ansietas berhubungan dengan ketidakpastian masa depan, kehilangan peran, dan perubahan citra diri akibat penyakit ditandai dengan pasien merasa khawatir, pusing, dan bingung memikirkan masa depannya.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Kronis:
- Pasien dapat mengendalikan nyeri perut hingga di level 3-4 dari skala 0-10.
- Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
2. Gangguan Pola Tidur:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 6-8 jam per malam.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup dan merasa terpuaskan dengan kualitas tidurnya.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan energi yang adekuat.
3. Keletihan:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan berat badan sesuai dengan kondisi.
- Pasien dapat menunjukkan peningkatan energi dan semangat dalam beraktivitas.
4. Risiko Malnutrisi:
- Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan berat badan sesuai dengan kondisi.
- Pasien dapat mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan.
- Pasien dapat menunjukkan peningkatan status nutrisi (turgor kulit, kondisi mukosa, dan laboratorium).
5. Ansietas:
- Pasien dapat mengidentifikasi sumber-sumber ansietas yang dirasakan.
- Pasien dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif untuk mengurangi ansietas.
- Pasien dapat menunjukkan penurunan gejala ansietas (gelisah, pusing, bingung).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Kronis:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, frekuensi, durasi, dan faktor pemicu/pencetus)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pemberian analgesik yang sesuai
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Bantu pasien mengontrol faktor-faktor yang memperburuk nyeri (aktivitas, makanan)
- Monitoring efektivitas manajemen nyeri dan evaluasi respon pasien
2. Gangguan Pola Tidur:
- Identifikasi pola tidur-bangun pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
- Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk tidur (suhu, pencahayaan, kebisingan)
- Ajarkan teknik relaksasi (teknik pernapasan, imagery) untuk memfasilitasi tidur
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian obat tidur jika diperlukan
- Monitoring kualitas dan kuantitas tidur pasien serta evaluasi efektivitas intervensi
3. Keletihan:
- Identifikasi penyebab keletihan (penyakit, nutrisi, aktivitas)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk optimalisasi pengobatan dan nutrisi
- Atur dan batasi aktivitas sesuai dengan toleransi pasien
- Ajarkan teknik manajemen energi (selingi aktivitas dengan istirahat)
- Motivasi pasien untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap
- Monitoring status fisik dan respon pasien terhadap intervensi
4. Risiko Malnutrisi:
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan malnutrisi (anoreksia, efek pengobatan)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien
- Berikan makanan/suplemen bernutrisi sesuai kondisi pasien
- Pantau asupan nutrisi, berat badan, dan parameter laboratorium terkait nutrisi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat
5. Ansietas:
- Identifikasi sumber-sumber ansietas yang dialami pasien
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi ansietas
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang jelas tentang kondisi dan prognosis
- Ajarkan teknik koping dan relaksasi untuk mengelola ansietas
- Libatkan keluarga/significant other dalam memberikan dukungan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan jiwa jika diperlukan intervensi lebih lanjut
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidupnya.