Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4459 | 04 Nov 2024
Klinis : Klien tampak sakit berat GCS Kualitatif : pasien coma Kuantitatif M 1 V ETT E 1 Tanda – tanda Vital : Suhu: 36,40C, Nadi dan HR : 110 x/ menit, P : 23x/ menit, TD : 167/62 mmHg. MAP: 97 mmHg Alat Bantu napas ventilator PEEP 5 FiO2 30% Inspeksi: Frekuensi: 26 x/menit dengan Otot Bantu pernapasan : cuping hidung Perkusi: redup Auskultasi: ronchi akral dingin, CRT <3 detik, nadi lemah, BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-), gambar EKG mont ST ada VES 1-1, edema ekstermitas atas bawah (+), Inspeksi : menggunakan kateter Jumlah 20 cc warna : kuning pekat Balance Cairan : masuk parenatal PCT 1 gr 100 D5W + 500 mg Dobutamin 40 NGT : susu 50cc infus 100cc AP : 50 cc IV : 135 Palpasi: vesika urinaria: tidak kosong kulit sianosis IV. TERAPI 1. D5W + 250 mg Dobutamin 2. furosemid 5 mg/jam 3. NTG 5 mcg/menit 4. Bfluid 500 mg/24 jam 5. NaCl 0.9% + Norages 500 mg/24 jam 6. combivent, pulmicort 3x/hari (untuk nebulizer) 7. stesolid 1 amp (b/kejang, boleh diulang 3x) 8. omeprazole 2x40 mg 9. ondancentron 3x8 mg 10. sucralfat 4x20 ml 11. levofloxacin 1x750 mg 12. paracetamol 4x1 gr Interpretasi EKG : hasil EKG : Mont ST ada VES 1-1, VES bigemini EKG 12 lead : sinus takikardi, (HR 126, ST depresi V6, T inverted lead II, III, aVF) hasil USG Echocardiography : Aorta : Root diameter (ED) : 28 (20-37 mm) Fract - Shortening : 13.8 (>25%) Ejection Fraction : 29% Final conclusion : pumpisel 2x1 amp IV loading aspilet 320 mg dan brilinta 180 mg brilinta 2x90 mg aspilet 1x80 mg CAG Stabdby 2 stent 3 balon tgl. 16/09/2023 jam 12.00 >70% : high function 55% - 70% : normal 40% - 55% : low function <40% : possible heart failure Analisa Gas Darah : pH 7.46 pCO2 24.6 pO2 129 HCO3 17.4 CO2 18 Base Exess -4.10 SpO2 99 Sfd HCO3 21
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien yang Anda gambarkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakefektifan Pola Napas, ditandai dengan Perubahan Frekuensi Napas, Penggunaan Otot Bantu Pernapasan, dan Sianosis.
Penjelasan SDKI:
Gangguan Pertukaran Gas didefinisikan sebagai keadaan di mana individu mengalami ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi, yang dapat menyebabkan penurunan oksigenasi dan/atau peningkatan kadar CO2 dalam darah.
Penjelasan SLKI:
Ketidakefektifan Pola Napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif untuk mendukung kebutuhan oksigen dan eliminasi CO2.
Penjelasan SIKI:
Perubahan Frekuensi Napas, Penggunaan Otot Bantu Pernapasan, dan Sianosis merupakan tanda-tanda klinis yang dapat menunjukkan adanya gangguan pertukaran gas.
Diagnosa Keperawatan:
2. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Gangguan Kontraktilitas Miokard, ditandai dengan Takikardia, Edema Ekstremitas, dan Penurunan Tekanan Darah.
Penjelasan SDKI:
Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai keadaan di mana volume darah yang dipompa oleh jantung per menit menurun, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
Penjelasan SLKI:
Gangguan Kontraktilitas Miokard didefinisikan sebagai keadaan di mana terjadi penurunan kemampuan otot jantung untuk berkontraksi secara efektif.
Penjelasan SIKI:
Takikardia, Edema Ekstremitas, dan Penurunan Tekanan Darah merupakan tanda-tanda klinis yang dapat menunjukkan adanya penurunan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan:
3. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Ketidakseimbangan Intake dan Output, ditandai dengan Oliguria dan Penurunan Berat Badan.
Penjelasan SDKI:
Kekurangan Volume Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana terjadi penurunan volume cairan total dalam tubuh.
Penjelasan SLKI:
Ketidakseimbangan Intake dan Output didefinisikan sebagai keadaan di mana intake dan output cairan tubuh tidak seimbang.
Penjelasan SIKI:
Oliguria dan Penurunan Berat Badan merupakan tanda-tanda klinis yang dapat menunjukkan adanya kekurangan volume cairan. -
Article No. 4460 | 04 Nov 2024
Klinis : Klien tampak sakit berat GCS Kualitatif : pasien coma Kuantitatif M 1 V ETT E 1 Tanda – tanda Vital : Suhu: 36,40C, Nadi dan HR : 110 x/ menit, P : 23x/ menit, TD : 167/62 mmHg. MAP: 97 mmHg Alat Bantu napas ventilator PEEP 5 FiO2 30% Inspeksi: Frekuensi: 26 x/menit dengan Otot Bantu pernapasan : cuping hidung Perkusi: redup Auskultasi: ronchi akral dingin, CRT <3 detik, nadi lemah, BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-), gambar EKG mont ST ada VES 1-1, edema ekstermitas atas bawah (+), Inspeksi : menggunakan kateter Jumlah 20 cc warna : kuning pekat Balance Cairan : masuk parenatal PCT 1 gr 100 D5W + 500 mg Dobutamin 40 NGT : susu 50cc infus 100cc AP : 50 cc IV : 135 Palpasi: vesika urinaria: tidak kosong kulit sianosis IV. TERAPI 1. D5W + 250 mg Dobutamin 2. furosemid 5 mg/jam 3. NTG 5 mcg/menit 4. Bfluid 500 mg/24 jam 5. NaCl 0.9% + Norages 500 mg/24 jam 6. combivent, pulmicort 3x/hari (untuk nebulizer) 7. stesolid 1 amp (b/kejang, boleh diulang 3x) 8. omeprazole 2x40 mg 9. ondancentron 3x8 mg 10. sucralfat 4x20 ml 11. levofloxacin 1x750 mg 12. paracetamol 4x1 gr Interpretasi EKG : hasil EKG : Mont ST ada VES 1-1, VES bigemini EKG 12 lead : sinus takikardi, (HR 126, ST depresi V6, T inverted lead II, III, aVF) hasil USG Echocardiography : Aorta : Root diameter (ED) : 28 (20-37 mm) Fract - Shortening : 13.8 (>25%) Ejection Fraction : 29% Final conclusion : pumpisel 2x1 amp IV loading aspilet 320 mg dan brilinta 180 mg brilinta 2x90 mg aspilet 1x80 mg CAG Stabdby 2 stent 3 balon tgl. 16/09/2023 jam 12.00 >70% : high function 55% - 70% : normal 40% - 55% : low function <40% : possible heart failure Analisa Gas Darah : pH 7.46 pCO2 24.6 pO2 129 HCO3 17.4 CO2 18 Base Exess -4.10 SpO2 99 Sfd HCO3 21
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Kardiak (SDKI)
Penjelasan: Kondisi klien menunjukkan adanya gangguan pada fungsi jantung, ditandai dengan penurunan ejection fraction, sinus takikardi, dan VES yang terlihat pada hasil EKG. Hal ini mengindikasikan penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI)
Penjelasan: Klien menggunakan ventilator dan memiliki frekuensi pernapasan yang tinggi dengan adanya penggunaan otot bantu pernapasan. Temuan auskultasi juga menunjukkan adanya ronki, mengindikasikan penurunan kemampuan untuk membersihkan jalan napas secara efektif.
3. Kerusakan Integritas Kulit (SDKI)
Penjelasan: Klien mengalami edema, sianosis, dan kulit yang dingin, menunjukkan adanya gangguan pada sirkulasi darah yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit.
4. Gangguan Keseimbangan Cairan (SDKI)
Penjelasan: Klien menerima terapi cairan parenteral, produksi urin yang menurun, dan adanya edema pada ekstremitas, mengindikasikan ketidakseimbangan cairan yang terjadi.
Standar Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan: Kardiak
2. Bersihan Jalan Napas
3. Integritas Kulit
4. Keseimbangan Cairan
Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Jaringan: Kardiak
2. Manajemen Jalan Napas
3. Perawatan Luka
4. Manajemen Cairan
Dalam penanganan kasus ini, perawat perlu melakukan intervensi yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memaksimalkan outcome klien. Hal ini meliputi pemantauan tanda-tanda vital, optimalisasi fungsi jantung, manajemen ventilasi, perawatan kulit, dan pengaturan cairan yang adekuat. -
Article No. 4461 | 04 Nov 2024
Klinis : Klien tampak sakit berat GCS Kualitatif : pasien coma Kuantitatif M 1 V ETT E 1 Tanda – tanda Vital : Suhu: 36,40C, Nadi dan HR : 110 x/ menit, P : 23x/ menit, TD : 167/62 mmHg. MAP: 97 mmHg Alat Bantu napas ventilator PEEP 5 FiO2 30% Inspeksi: Frekuensi: 26 x/menit dengan Otot Bantu pernapasan : cuping hidung Perkusi: redup Auskultasi: ronchi akral dingin, CRT <3 detik, nadi lemah, BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-), gambar EKG mont ST ada VES 1-1, edema ekstermitas atas bawah (+), Inspeksi : menggunakan kateter Jumlah 20 cc warna : kuning pekat Balance Cairan : masuk parenatal PCT 1 gr 100 D5W + 500 mg Dobutamin 40 NGT : susu 50cc infus 100cc AP : 50 cc IV : 135 Palpasi: vesika urinaria: tidak kosong kulit sianosis IV. TERAPI 1. D5W + 250 mg Dobutamin 2. furosemid 5 mg/jam 3. NTG 5 mcg/menit 4. Bfluid 500 mg/24 jam 5. NaCl 0.9% + Norages 500 mg/24 jam 6. combivent, pulmicort 3x/hari (untuk nebulizer) 7. stesolid 1 amp (b/kejang, boleh diulang 3x) 8. omeprazole 2x40 mg 9. ondancentron 3x8 mg 10. sucralfat 4x20 ml 11. levofloxacin 1x750 mg 12. paracetamol 4x1 gr Interpretasi EKG : hasil EKG : Mont ST ada VES 1-1, VES bigemini EKG 12 lead : sinus takikardi, (HR 126, ST depresi V6, T inverted lead II, III, aVF) hasil USG Echocardiography : Aorta : Root diameter (ED) : 28 (20-37 mm) Fract - Shortening : 13.8 (>25%) Ejection Fraction : 29% Final conclusion : pumpisel 2x1 amp IV loading aspilet 320 mg dan brilinta 180 mg brilinta 2x90 mg aspilet 1x80 mg CAG Stabdby 2 stent 3 balon tgl. 16/09/2023 jam 12.00 >70% : high function 55% - 70% : normal 40% - 55% : low function <40% : possible heart failure Analisa Gas Darah : pH 7.46 pCO2 24.6 pO2 129 HCO3 17.4 CO2 18 Base Exess -4.10 SpO2 99 Sfd HCO3 21
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Perifer Berhubungan dengan Penurunan Curah Jantung Sekunder Akibat Infark Miokard Akut
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Perfusi Perifer: Ketidakmampuan sirkulasi darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan perifer.
- Penyebab: Penurunan curah jantung, vasokonstriksi, trauma, inflamasi, obstruksi pembuluh darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perfusi Jaringan Perifer membaik: Sirkulasi darah ke jaringan perifer yang memadai.
- Kriteria hasil: Kulit hangat, akral hangat, capillary refill time <3 detik, nadi perifer kuat, tidak ada sianosis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Sirkulasi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki sirkulasi darah.
- Intervensi: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, vasopressor, manajemen suhu tubuh.
2. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan dengan Penurunan Ventilasi Sekunder Akibat Gangguan Mekanik Pernapasan
Penjelasan:
SDKI:
- Gangguan Pertukaran Gas: Ketidakmampuan membran alveolar-kapiler untuk melakukan difusi gas secara adekuat.
- Penyebab: Gangguan mekanis pernapasan, edema paru, pneumonia, atelectasis.
SLKI:
- Pertukaran Gas membaik: Kemampuan membran alveolar-kapiler untuk melakukan difusi oksigen dan karbondioksida secara adekuat.
- Kriteria hasil: Fungsi paru normal, pola napas adekuat, kadar oksigen dan karbondioksida dalam batas normal.
SIKI:
- Manajemen Jalan Napas: Tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki jalan napas.
- Intervensi: Pemasangan ventilator, pengaturan ventilasi mekanis, suplementasi oksigen, fisioterapi dada.
Kesimpulan:
Berdasarkan kondisi klien yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan utama adalah Gangguan Perfusi Perifer dan Gangguan Pertukaran Gas, yang disebabkan oleh Penurunan Curah Jantung dan Gangguan Mekanik Pernapasan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Sirkulasi dan Manajemen Jalan Napas untuk memperbaiki kondisi klien. -
Article No. 4462 | 04 Nov 2024
Klinis : Nyeri kronis b.d kondisi muskuloskeletal kronis d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, tidak mampu menuntaskan aktivitas Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun Keletihan b.d kondisi fisiologis d.d mengeluh lelah, tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin jelaskan luaran dan intervensi yang tepat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Kronis
- Definisi SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang potensial atau aktual, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- Penyebab SDKI: Kondisi muskuloskeletal kronis.
- Gejala SDKI: Mengeluh nyeri, tampak meringis, tidak mampu menuntaskan aktivitas.
- Luaran SLKI: Manajemen Nyeri
- Intervensi SIKI: Manajemen Nyeri Kronis, termasuk pemberian analgesik, terapi panas/dingin, dan aktivitas untuk mengurangi nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi SDKI: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang independen dan terarah pada satu atau lebih ekstremitas.
- Penyebab SDKI: Nyeri.
- Gejala SDKI: Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun.
- Luaran SLKI: Mobilitas Fisik
- Intervensi SIKI: Terapi Latihan Gerak, Manajemen Nyeri, dan Perawatan Ekstremitas untuk meningkatkan mobilitas fisik.
3. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan
- Definisi SDKI: Pengalaman subjektif ketidakmampuan yang menetap dan berkepanjangan untuk memulai dan menuntaskan kegiatan.
- Penyebab SDKI: Kondisi fisiologis.
- Gejala SDKI: Mengeluh lelah, tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin.
- Luaran SLKI: Manajemen Energi
- Intervensi SIKI: Manajemen Kelelahan, Peningkatan Aktivitas, dan Manajemen Nutrisi untuk meningkatkan energi dan mengurangi kelelahan.
Secara akademis, sebagai seorang perawat pakar, saya merekomendasikan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah-masalah yang Anda deskripsikan. Dengan menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI, diharapkan luaran yang diharapkan dapat dicapai secara efektif. -
Article No. 4463 | 04 Nov 2024
Klinis : pasien dengan pre eklamsia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan pre-eklamsia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Terganggu
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat menimbulkan kerusakan neuron.
2. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Ginjal
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
3. Risiko Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan cairan yang dapat menyebabkan gangguan fungsi organ.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Berisi definisi, faktor risiko, karakteristik, dan kriteria hasil untuk setiap diagnosa keperawatan. Ini menjadi acuan bagi perawat dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang akurat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Berisi definisi, kriteria hasil, dan indikator hasil untuk setiap luaran keperawatan. Ini membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Berisi definisi, tujuan, aktivitas, dan rasional untuk setiap intervensi keperawatan. Ini menjadi panduan bagi perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang komprehensif dan sesuai standar.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi perawat di Indonesia yang berperan dalam pengembangan dan implementasi SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 4464 | 04 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan pusing berputar Pasien mengatakan jika bejalan ingin jatuh Pasien mengatakan trombosit rendah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Jatuh Berhubungan dengan Pusing Berputar dan Trombosit Rendah
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Jatuh didefinisikan sebagai kondisi ketidakstabilan atau ketidakmampuan individu untuk mempertahankan posisi tubuh yang aman sehingga meningkatkan kemungkinan terjatuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat meningkatkan kemampuan dalam menjaga keseimbangan dan mencegah risiko jatuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Identifikasi faktor risiko jatuh
- Pemberian edukasi terkait pencegahan jatuh
- Penggunaan alat bantu jalan atau bantuan orang lain saat mobilisasi
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi bahaya jatuh
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status trombosit secara rutin
Dalam kondisi ini, pusing berputar dan trombosit rendah meningkatkan risiko jatuh pada pasien, sehingga perawat perlu mengidentifikasi faktor risiko, memberikan intervensi yang tepat, dan memantau perkembangan pasien untuk mencegah terjadinya jatuh. -
Article No. 4465 | 04 Nov 2024
Klinis : intervensi perfusi meningkat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "intervensi perfusi meningkat".
1. Kode ICD-10:
- Kode: I70.0
- Deskripsi: Aterosklerosis aorta
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.50
- Deskripsi: Tindakan revaskularisasi arteri perifer, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 I70.0 (Aterosklerosis aorta):
- Aterosklerosis adalah kondisi di mana plak terakumulasi di dinding arteri, menyebabkan penyempitan dan pengurangan aliran darah.
- Kode I70.0 secara spesifik menggambarkan aterosklerosis yang terjadi di aorta, yang merupakan arteri utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.
- Peningkatan intervensi perfusi dapat terjadi sebagai respons tubuh untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang terkena dampak dari penyempitan arteri akibat aterosklerosis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 39.50 (Tindakan revaskularisasi arteri perifer, tidak diklasifikasikan di tempat lain):
- Tindakan revaskularisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memperbaiki atau memulihkan aliran darah ke jaringan yang terkena dampak penyempitan arteri.
- Kode 39.50 mencakup berbagai teknik revaskularisasi arteri perifer, seperti angioplasti, stenting, atau bypass arteri, yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyempitan arteri akibat aterosklerosis.
- Peningkatan intervensi perfusi dapat menjadi indikasi untuk melakukan tindakan revaskularisasi arteri perifer untuk memperbaiki aliran darah dan mengurangi gejala yang terkait. -
Article No. 4466 | 04 Nov 2024
Klinis : hipervolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipervolemia:
Diagnosa Keperawatan:
Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kelebihan Volume Cairan adalah keadaan di mana individu mengalami peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Kelebihan Volume Cairan adalah pasien dapat menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat, tidak terjadi edema, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Kelebihan Volume Cairan meliputi:
a. Pantau intake dan output cairan
b. Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian terapi diuretik
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
e. Observasi tanda-tanda vital dan tanda klinis kelebihan volume cairan
Sebagai perawat, saya memahami kondisi hipervolemia ini dan akan bekerja secara profesional untuk membantu pasien mengatasi masalah ini sesuai dengan standar praktik keperawatan yang berlaku. -
Article No. 4467 | 04 Nov 2024
Klinis : Seorang anak perempuan umur 4 tahundi antar orang tuanya ke UGD karena panas sudah 3 hari dan muntah-muntah . Hasil pengkajian didapatkan data : pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis. Akral dingin, nadi 100 kali permenit, suhu tubuh 38,6°C, pernafasan 28 kali permenit, petikie pada ektremitas .Trombosit 87.000 /mm3 , Hematokrit 40 %.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami gejala-gejala kekurangan volume cairan, seperti lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis, akral dingin, dan petikie pada ekstremitas. Hal ini menunjukkan adanya dehidrasi. Selain itu, data laboratorium juga mendukung kondisi ini, yaitu trombosit rendah dan hematokrit normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kekurangan volume cairan adalah kondisi di mana individu mengalami penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai keseimbangan cairan dengan kriteria hasil:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Mukosa dan membran tubuh lembab
- Turgor kulit baik
- Tidak ada edema
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah:
- Monitoring tanda-tanda vital
- Observasi intake dan output cairan
- Pemberian cairan intravena
- Pemberian antiemetik (jika diperlukan)
- Edukasi tentang pentingnya hidrasi dan pencegahan dehidrasi -
Article No. 4468 | 04 Nov 2024
Klinis : Seorang anak perempuan umur 4 tahundi antar orang tuanya ke UGD karena panas sudah 3 hari dan muntah-muntah . Hasil pengkajian didapatkan data : pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis. Akral dingin, nadi 100 kali permenit, suhu tubuh 38,6°C, pernafasan 28 kali permenit, petikie pada ektremitas .Trombosit 87.000 /mm3 , Hematokrit 40 %.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda jelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan Volume Cairan (Defisit Volume Cairan) berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebih akibat muntah-muntah.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kekurangan Volume Cairan adalah kondisi di mana individu mengalami penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Setelah mendapatkan intervensi keperawatan, pasien akan menunjukkan tanda-tanda status cairan yang adekuat, seperti mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, nadi dan denyut jantung normal, serta suhu tubuh normal.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, pemberian obat-obatan, dan edukasi tentang manajemen cairan.
Standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menetapkan standar praktik keperawatan, termasuk dalam penanganan kasus defisit volume cairan pada anak. Standar ini mencakup pengkajian yang komprehensif, perumusan diagnosa keperawatan yang tepat, perencanaan intervensi yang sesuai, implementasi tindakan keperawatan, serta evaluasi hasil asuhan keperawatan.