Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6525 | 20 Nov 2024
Klinis : lemas, pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi lemas dan pusing.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi.
SDKI:
- Karakteristik Utama: Lemas, Pusing.
- Faktor Berhubungan: Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi.
SLKI:
- Luaran yang Diharapkan: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Energi, Latihan Fisik Bertahap, Pemenuhan Nutrisi Adekuat.
Penjelasan Singkat:
Intoleransi Aktivitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi, yang menyebabkan klien mengalami lemas dan pusing saat melakukan aktivitas. Perawat akan melakukan intervensi manajemen energi, latihan fisik bertahap, dan pemenuhan nutrisi yang adekuat untuk membantu klien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. -
Article No. 6526 | 20 Nov 2024
Klinis : lemas, pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi lemas dan pusing.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Definisi:
Perubahan tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya risiko gangguan kesehatan.
Faktor yang Berhubungan:
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2. Gangguan kardiovaskular
3. Malnutrisi
4. Perubahan neurologis
Gejala dan Tanda:
1. Perubahan tekanan darah
2. Perubahan nadi
3. Perubahan suhu tubuh
4. Perubahan frekuensi pernapasan
5. Perubahan saturasi oksigen
Intervensi Keperawatan:
1. Monitor tanda-tanda vital secara berkala
2. Identifikasi penyebab perubahan tanda-tanda vital
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk tatalaksana yang sesuai
4. Edukasi pasien dan keluarga terkait pentingnya monitor tanda-tanda vital
5. Evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan
Diharapkan dengan pengelolaan yang tepat, pasien dapat mencapai stabilitas tanda-tanda vital dan terbebas dari komplikasi yang mungkin terjadi.
Saya harap penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan dan rencana intervensi yang sesuai untuk kondisi lemas dan pusing berdasarkan standar PPNI. Jangan ragu untuk menanyakan hal-hal lain yang ingin Anda ketahui. -
Article No. 6527 | 20 Nov 2024
Klinis : keluhan pasien datang mengatakan nyeri tenggorokan, demam, lemas dan pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan nyeri tenggorokan, demam, lemas dan pusing.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien akan melaporkan nyeri terkontrol, dengan skala nyeri 0-2 dari skala 0-10.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, memberikan analgetik sesuai instruksi, mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri.
2. Manajemen demam: Memantau suhu tubuh, memberikan antipiretik sesuai instruksi, mengatur lingkungan untuk menurunkan suhu tubuh.
3. Manajemen kelelahan: Mengkaji tingkat kelelahan, mengatur aktivitas dan istirahat, memberikan dukungan emosional.
4. Manajemen pusing: Mengkaji penyebab pusing, mengatur posisi, memberikan intervensi sesuai penyebab.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, dan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mengatasi keluhan-keluhan yang dialami, serta memantau perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 6528 | 20 Nov 2024
Klinis : Ds : kaki lemas Do : jalan diseret
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakstabilan Gerak Tubuh
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakstabilan Gerak Tubuh didefinisikan sebagai kondisi di mana individu berisiko mengalami gangguan dalam kemampuan untuk melakukan gerakan tubuh yang terkoordinasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Risiko Ketidakstabilan Gerak Tubuh adalah individu dapat mempertahankan pergerakan tubuh yang stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Perawatan Gerak Tubuh: Memfasilitasi gerakan tubuh yang efektif untuk mencegah komplikasi.
2. Perawatan Mobilitas: Mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mobilitas individu.
3. Terapi Aktivitas: Memberikan aktivitas yang sesuai dengan kondisi individu untuk meningkatkan pergerakan tubuh.
Berdasarkan data subyektif (Ds) yang Anda berikan, yaitu "kaki lemas" dan data obyektif (Do) "jalan diseret", dapat disimpulkan bahwa kondisi tersebut mengarah pada risiko ketidakstabilan gerak tubuh. Intervensi keperawatan yang sesuai adalah perawatan gerak tubuh, perawatan mobilitas, dan terapi aktivitas untuk memfasilitasi dan mempertahankan pergerakan tubuh yang stabil.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI terkait kondisi yang Anda kemukakan. Jangan ragu untuk menanyakan hal lainnya jika diperlukan. -
Article No. 6529 | 20 Nov 2024
Klinis : Ds : kaki lemas Do : kekuatan otot 5, berjalan di seret dan harus berpegangan, tidak bisa menopang tubuh terlalu lama
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan independen, terkontrol, dan terkoordinasi dari satu atau lebih anggota tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas Fisik Teratasi
2. Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari Meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Latihan Gerak
2. Perawatan Diri: Aktivitas Sehari-hari
3. Peningkatan Mobilitas
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, pasien mengalami kelemahan otot dan kesulitan dalam berjalan, sehingga diagnosis keperawatan yang paling sesuai adalah Gangguan Mobilitas Fisik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi latihan gerak untuk meningkatkan kekuatan otot, perawatan diri dalam aktivitas sehari-hari, dan peningkatan mobilitas pasien. Tujuan akhirnya adalah pasien dapat mencapai mobilitas fisik yang optimal dan mandiri dalam aktivitas sehari-hari. -
Article No. 6530 | 20 Nov 2024
Klinis : mengeluhkan merasa mudah lelah dalam beberapa bulan terakhir, bahkan untuk aktivitas ringan. Ia juga sering mengalami gejala seperti nyeri sendi dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher. Pasien juga mengalami memar tanpa sebab yang jelas dan sering kali mengalami perdarahan gusi. Pada anamnesa lebih lanjut, diketahui bahwa ia sering mengalami infeksi pernapasan, setidaknya tiga kali dalam enam bulan terakhir. Riwayat Nutrisi dan Psikologis: Pasien memiliki pola makan yang kurang teratur, terutama rendah asupan protein dan zat besi. Pasien juga mengakui sering merasa stres terkait pekerjaan. Tidak ada riwayat gangguan tidur yang signifikan, tetapi ia merasa tidak cukup beristirahat karena mudah merasa lelah Hasil Pemeriksaan Fisik TTV Tekanan darah: 100/70 mmHg (rendah) Nadi: 98 kali per menit (sedikit meningkat) Suhu tubuh: 37,5°C Respirasi: 20 kali per menit Pemeriksaan Umum: Kulit tampak pucat, dengan adanya petekie di lengan bawah. Kelenjar getah bening di leher teraba membesar, tidak nyeri. Terdapat perdarahan gusi ringan. Pemeriksaan Rongga Mulut: Gusi tampak bengkak dan mudah berdarah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan keluhan mudah lelah, bahkan untuk aktivitas ringan.
2. Perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit, ditandai dengan adanya memar tanpa sebab yang jelas, perdarahan gusi, dan pembesaran kelenjar getah bening di leher.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan riwayat infeksi pernapasan berulang.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa lelah berlebihan.
2. Kontrol Perdarahan: Pasien tidak mengalami perdarahan spontan atau mudah memar.
3. Bebas Infeksi: Pasien tidak mengalami infeksi pernapasan berulang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi pasien terhadap aktivitas.
b. Bantu pasien mengatur dan merencanakan aktivitas sehari-hari.
c. Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola faktor penyebab kelelahan.
2. Perdarahan:
a. Kaji tanda-tanda perdarahan dan kemungkinan penyebab.
b. Lakukan tindakan untuk mencegah dan menghentikan perdarahan (kompres dingin, penekanan, dll).
c. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat meningkatkan risiko perdarahan.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola faktor penyebab perdarahan.
3. Risiko Infeksi:
a. Kaji tanda-tanda infeksi dan riwayat infeksi berulang.
b. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
c. Edukasi pasien tentang pencegahan infeksi.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola faktor penyebab infeksi.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI dirumuskan berdasarkan gejala dan tanda yang dialami oleh pasien, seperti kelelahan, perdarahan, dan infeksi berulang. Luaran SLKI menggambarkan hasil yang diharapkan setelah implementasi intervensi keperawatan, yaitu peningkatan toleransi aktivitas, kontrol perdarahan, dan bebas infeksi. Intervensi keperawatan SIKI mencakup tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mencapai luaran tersebut, seperti pengkajian, edukasi, manajemen aktivitas, pencegahan perdarahan, dan pencegahan infeksi. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga diperlukan untuk mengelola faktor-faktor penyebab yang mungkin membutuhkan penanganan medis. -
Article No. 6531 | 20 Nov 2024
Klinis : Kerusakan integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi kerusakan integritas kulit.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Integritas Kulit
Definisi:
Kerusakan integritas kulit adalah keadaan di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi epidermis dan/atau dermis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik, seperti trauma, penyakit, atau proses normal tubuh.
Faktor Risiko:
1. Gangguan perfusi jaringan
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Ketidakadekuatan nutrisi
4. Usia lanjut
5. Kondisi penyakit kronis
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas kulit membaik
2. Tidak terjadi komplikasi
3. Tidak terjadi infeksi
4. Nyeri berkurang
5. Kemampuan perawatan diri meningkat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen luka
2. Perawatan kulit
3. Kontrol nutrisi
4. Manajemen aktivitas
5. Edukasi pasien dan keluarga
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan penilaian menyeluruh terhadap kondisi pasien, mengidentifikasi faktor risiko, serta menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pemulihan integritas kulit pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga penting untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 6532 | 20 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan sering mengalami gejala seperti nyeri sendi dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu nyeri sendi dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, maka diagnosa keperawatan yang sesuai menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik mayor: Melaporkan pengalaman nyeri, Menggunakan skala nyeri, Perubahan tanda-tanda vital, Perubahan perilaku.
Karakteristik minor: Menghindar dari aktivitas, Gelisah, Keterbatasan gerak.
2. Perubahan Pola Sistem Kekebalan
Definisi: Respons imun tubuh yang tidak efektif terhadap ancaman kesehatan.
Karakteristik mayor: Pembengkakan kelenjar getah bening, Nyeri akibat inflamasi.
Karakteristik minor: Peningkatan suhu tubuh, Lemah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Kronis
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri
- Pasien mampu mengontrol nyeri dengan manajemen nyeri yang efektif
- Pasien dapat beraktivitas tanpa mengalami peningkatan nyeri
2. Perubahan Pola Sistem Kekebalan
- Tanda-tanda inflamasi seperti pembengkakan dan nyeri berkurang
- Fungsi sistem kekebalan menunjukkan perbaikan
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan dan energi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Kronis
- Manajemen Nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, Mengajarkan strategi manajemen nyeri, Mengobservasi respons nyeri terhadap intervensi
- Terapi Komplementer: Menggunakan teknik relaksasi, Memberikan kompres hangat/dingin, Memberikan massage
- Edukasi Kesehatan: Mengajarkan manajemen nyeri, Mengajarkan aktivitas yang dapat mengurangi nyeri
2. Perubahan Pola Sistem Kekebalan
- Manajemen Inflamasi: Mengkaji tanda-tanda inflamasi, Mengobservasi respons terhadap pengobatan, Memberikan kompres hangat/dingin
- Peningkatan Sistem Imun: Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi sistem imun, Memfasilitasi istirahat yang adekuat, Mendorong asupan nutrisi yang seimbang
- Edukasi Kesehatan: Mengajarkan perawatan diri yang tepat, Menginformasikan tentang proses penyakit dan pengobatan
Penjelasan yang rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Kronis dan Perubahan Pola Sistem Kekebalan. Nyeri sendi dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher merupakan gejala-gejala yang dapat dikaitkan dengan kedua diagnosa tersebut. Diagnosa Nyeri Kronis dipilih karena pasien melaporkan keluhan nyeri sendi yang terus-menerus, sedangkan Perubahan Pola Sistem Kekebalan dipilih karena pembengkakan kelenjar getah bening di leher menunjukkan adanya respons imun yang tidak efektif.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah penurunan intensitas nyeri, kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, serta peningkatan fungsi sistem kekebalan yang ditandai dengan berkurangnya tanda-tanda inflamasi dan peningkatan kekuatan serta energi pasien. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen nyeri, terapi komplementer, edukasi kesehatan terkait manajemen nyeri dan perawatan diri, serta intervensi untuk meningkatkan fungsi sistem kekebalan, seperti manajemen inflamasi dan peningkatan sistem imun.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu pasien mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya secara efektif. -
Article No. 6534 | 20 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk bersin bersin setelah bekerja di pengolahan serbuk kayu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama dari intervensi keperawatan pada pasien dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah mempertahankan jalan napas yang terbuka dan efektif, serta mencegah komplikasi yang terkait.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan status pernapasan
2. Pengisapan sekret
3. Pemberian oksigen
4. Latihan batuk efektif
5. Peningkatan mobilisasi sekret
6. Edukasi mengenai manajemen bersihan jalan napas
Dalam kasus ini, pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk bersin-bersin setelah bekerja di pengolahan serbuk kayu, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan status pernapasan, pengisapan sekret, pemberian oksigen, latihan batuk efektif, peningkatan mobilisasi sekret, serta edukasi mengenai manajemen bersihan jalan napas. -
Article No. 6535 | 20 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan bersin bersin setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien yang anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan bersin-bersin setelah masuk ke pabrik pengolahan serbuk kayu adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" (SDKI Kode: 00031). Diagnosa ini dipilih karena pasien mengalami gangguan dalam membersihkan sekresi atau benda asing pada saluran napas, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang adekuat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif (SLKI Kode: 0410)
- Kriteria hasil:
a. Pasien dapat batuk/bersin efektif untuk membersihkan jalan napas
b. Pasien tidak mengalami sumbatan jalan napas
c. Pasien tidak mengalami kesulitan bernapas
d. Pasien tidak mengalami hipoksemia
e. Pasien tidak mengalami infeksi saluran napas
2. Gejala Alergi Terkendali (SLKI Kode: 1604)
- Kriteria hasil:
a. Pasien tidak mengalami reaksi alergi yang berlebihan
b. Pasien dapat beradaptasi dengan paparan alergen
c. Pasien dapat mengidentifikasi dan menghindari faktor pemicu alergi
d. Pasien tidak mengalami gangguan pernapasan akibat reaksi alergi
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (SIKI Kode: 3140)
- Tindakan keperawatan:
a. Lakukan pengkajian terhadap permeabilitas jalan napas pasien
b. Berikan instruksi pada pasien untuk melakukan batuk efektif dan latihan pernapasan
c. Bantu pasien melakukan teknik batuk efektif dan pernapasan untuk membersihkan jalan napas
d. Pantau fungsi pernapasan pasien, seperti frekuensi pernapasan, retraksi dada, dan bunyi pernapasan
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi sumbatan jalan napas, jika diperlukan
2. Manajemen Alergi (SIKI Kode: 3540)
- Tindakan keperawatan:
a. Identifikasi faktor pemicu alergi yang dipaparkan pada pasien
b. Berikan edukasi pada pasien mengenai gejala alergi dan cara menghindari paparan alergen
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi pengobatan alergi, seperti antihistamin
d. Pantau tanda-tanda dan gejala alergi pada pasien
e. Berikan kenyamanan pada pasien untuk mengurangi dampak reaksi alergi
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai bersihan jalan napas yang efektif dan gejala alergi yang terkendali, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan meminimalkan komplikasi akibat paparan alergen.