Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4748 | 05 Nov 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosisnya mengarah pada kemungkinan penyakit campak. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.59
- Deskripsi: Pemberian obat antivirus lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 B05.9 (Campak, tanpa komplikasi):
- Pasien anak perempuan usia 5 tahun mengalami gejala-gejala yang khas dengan penyakit campak, yaitu demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah.
- Kode ICD-10 B05.9 merupakan kode diagnosis untuk campak tanpa komplikasi, yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 99.59 (Pemberian obat antivirus lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain):
- Pada kasus ini, kemungkinan akan diberikan terapi antivirus untuk mengatasi infeksi virus campak.
- Kode ICD-9-CM 99.59 mencakup pemberian obat antivirus lainnya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, yang sesuai dengan tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk penanganan infeksi virus campak pada pasien.
Catatan: Kode ICD-10 digunakan untuk pengkodean diagnosis, sedangkan kode ICD-9-CM digunakan untuk pengkodean prosedur atau tindakan medis. Pengkodean yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan penagihan yang sesuai. -
Article No. 4749 | 05 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia 56 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan utama sesak nafas sejak seminggu yang lalu. Saat masuk ke rumah sakit tanggal minggu 26 Oktober 2023 pkl. 10.00 melalui poliklinik penyakit dalam ditemukan hasil alasan ke rumah sakit adalah batuk dengan riak, sesak nafas dan tidak tidur sejak 2 hari yang lalu karena sesak dan batuk di malam hari, tidak nafsu makan dan Keluhan nyeri perut pada epigastrik, skala nyeri 8, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan diperas; riwayat penyakit sebelumnya: hipertensi disangkal, penyakit jantung disangkal, penyakit paru kronis disangkal. Pasien memiliki kebiasaan merokok 1 box/hari, kebiasaan bab 5 hari sekali, pola makan 1x/hari tidak suka buah dan sayur. Hasil pemeriksaan fisik saat masuk TB 150 cm, BB 70 Kg, lipatan kulit trisep (tricep skinfold) 40 mm, kulit bersih, turgor kulit kering, kurus, pasien kesulitan mengeluarkan sputum, dispnea, pucat, TD 130/80 mmHg, N 110x/menit regular dan kuat, RR 30x/mnt dangkal irreguler, ronchi ++/-, wheezing +/+, Bunyi jantung S1/S2, kekuatan otot normal, sputum kental hijau, abdomen distensi, teraba skibala (seperti massa), bising usus hiperperistaltik. AGD PH 7.30, PaCO2 52 mmHg, PaO2 99 mmHg, HCO3- 24 mEq/L, hasil foto thorax bercak infiltrate pada paru kanan lobus atas. Sejam kemudian perawat mendapatkan pasien ingin buang air kecil ke kamar mandi/toilet namun perawat tidak mengijinkan dan mempersilahkan pasien untuk b.a.k saja di tempat tidur karena sudah terpasang kondom kateter. Sepuluh menit kemudian perawat mengecek kondisi pasien kembali, ditemukan pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah tengah, urine negatif, distensi kandung kemih.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pola napas berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan ditandai dengan sesak napas, batuk, dan napas dangkal.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (pneumonia) ditandai dengan nyeri perut skala 8, seperti ditusuk-tusuk dan diperas.
3. Risiko retensio urin berhubungan dengan obstruksi urinaria ditandai dengan distensi kandung kemih.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Pola Napas:
- SDKI: Definisi: Ketidakefektifan proses inspirasi dan/atau ekspirasi yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen/karbondioksida.
- SLKI: Intervensi keperawatan: Monitoring respirasi, pemberian oksigen, latihan pernapasan.
- SIKI: Hasil yang diharapkan: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif, sesak napas berkurang.
2. Nyeri Akut:
- SDKI: Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan jaringan.
- SLKI: Intervensi keperawatan: Manajemen nyeri, pemberian analgesik, relaksasi.
- SIKI: Hasil yang diharapkan: Pasien dapat mengendalikan nyeri, skala nyeri menurun.
3. Risiko Retensio Urin:
- SDKI: Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami pembendungan urin dalam kandung kemih.
- SLKI: Intervensi keperawatan: Pemantauan intake dan output cairan, kateterisasi, latihan berkemih.
- SIKI: Hasil yang diharapkan: Pasien dapat berkemih secara mandiri, tidak ada distensi kandung kemih.
Secara keseluruhan, pasien ini mengalami kondisi yang kompleks dengan gangguan pernapasan, nyeri, dan risiko retensio urin. Perawatan yang komprehensif dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dibutuhkan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara holistik. -
Article No. 4750 | 05 Nov 2024
Klinis : Pasien datang ke IGD tgl 5/11/2024 pkl 10.53 WITA lemas sejak 2 hari. nyeri dada tidak ada, sedikit sesak, makan minum masih baik. GCS: 15 TD: 100/60 mmHg N: 160 x/mnt T: 36 ^C R: 24 x/mnt Sat O2: 96%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume cairan.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah kegagalan sirkulasi darah ke bagian tubuh yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien akan menunjukkan perfusi jaringan perifer yang efektif, ditandai dengan ekstremitas hangat, capillary refill <3 detik, dan nadi perifer kuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, dan peningkatan intake cairan oral.
Dengan kondisi pasien yang lemas, sedikit sesak, dan tidak ada nyeri dada, serta tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya penurunan volume cairan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Perawat perlu melakukan intervensi untuk memulihkan perfusi jaringan yang efektif melalui pemberian cairan dan peningkatan intake cairan oral. -
Article No. 4751 | 05 Nov 2024
Klinis : Pasien dtg ke IGD tanggal 4/11/2024 pkl. 08.25 wita, dgn keluhan sulit berbicara sejak kemarin sore dan memberat saat ini. Pasien dikatakan saat berbicara seperti tidak jelas. Pasien dikatakan dikatakan sulit berjalan sejak beberapa bulan yang lalu sehari-harinya pasien menggunakan kursi roda, mual -, muntah -, demam -, nyeri kepala -, sesak -. Makan dan minum dikatakan masih normal, BAB dan BAK dikatakan masih normal. TD: 170/100 mmHg, N: 80 x/mnt, T: 36 ^C RR: 20 x/mnt, Sat O2: 95% BS: 352 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang disampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Disfungsi Saraf Pusat
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Komunikasi Verbal adalah ketidakmampuan individu untuk berkomunikasi secara efektif melalui berbicara.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat berkomunikasi secara verbal secara efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Identifikasi Penyebab Gangguan Komunikasi Verbal, Terapi Bicara, Latihan Artikulasi, dan Edukasi kepada Pasien dan Keluarga.
2. Mobilitas Fisik Terganggu berhubungan dengan Penurunan Fungsi Motorik
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Mobilitas Fisik Terganggu adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja dan terarah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat melakukan mobilisasi secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Identifikasi Penyebab Gangguan Mobilitas, Fasilitasi Latihan ROM, Perawatan Fisik, dan Edukasi kepada Pasien dan Keluarga.
Berdasarkan kondisi pasien yang disampaikan, terdapat gangguan komunikasi verbal dan mobilitas fisik terganggu yang berhubungan dengan kondisi neurologis. Pasien perlu mendapatkan perawatan dan intervensi yang sesuai. -
Article No. 4752 | 05 Nov 2024
Klinis : Pasien dtg ke IGD tanggal 4/11/2024 pkl. 08.25 wita, dgn keluhan sulit berbicara sejak kemarin sore dan memberat saat ini. Pasien dikatakan saat berbicara seperti tidak jelas. Pasien dikatakan dikatakan sulit berjalan sejak beberapa bulan yang lalu sehari-harinya pasien menggunakan kursi roda, mual -, muntah -, demam -, nyeri kepala -, sesak -. Makan dan minum dikatakan masih normal, BAB dan BAK dikatakan masih normal. TD: 170/100 mmHg, N: 80 x/mnt, T: 36 ^C RR: 20 x/mnt, Sat O2: 95% BS: 352 mg/dl
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: G31.8
- Deskripsi: Penyakit neurodegeneratif lainnya yang diklasifikasikan di tempat lain. Dalam kasus ini, pasien menunjukkan gejala-gejala yang mungkin terkait dengan penyakit neurodegeneratif, seperti kesulitan berbicara, kesulitan berjalan, dan penggunaan kursi roda dalam aktivitas sehari-hari.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Pemeriksaan neurologis lainnya. Dalam situasi ini, perlu dilakukan pemeriksaan neurologis yang lebih komprehensif untuk mengevaluasi kondisi pasien dan menentukan diagnosis yang tepat.
Penjelasan rinci:
- Pasien datang ke IGD dengan keluhan utama kesulitan berbicara yang dialami sejak kemarin sore dan semakin memberat. Gejala-gejala lain yang dilaporkan adalah kesulitan berjalan sejak beberapa bulan yang lalu, penggunaan kursi roda, dan tidak ada keluhan terkait mual, muntah, demam, nyeri kepala, atau sesak napas.
- Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda vital yang relatif stabil, kecuali untuk tekanan darah yang tinggi (170/100 mmHg). Pemeriksaan laboratorium mengungkapkan kadar glukosa darah yang tinggi (352 mg/dl).
- Berdasarkan gejala-gejala yang dilaporkan, diagnosis yang paling sesuai adalah Penyakit neurodegeneratif lainnya yang diklasifikasikan di tempat lain (kode ICD-10: G31.8). Penyakit neurodegeneratif dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk kesulitan berbicara dan berjalan, serta penggunaan alat bantu mobilitas seperti kursi roda.
- Untuk mengevaluasi kondisi pasien lebih lanjut, diperlukan pemeriksaan neurologis yang lebih komprehensif (kode ICD-9-CM: 93.08). Pemeriksaan ini dapat mencakup penilaian fungsi motorik, sensorik, dan kognitif, serta pemeriksaan penunjang seperti pencitraan otak untuk membantu menegakkan diagnosis yang tepat. -
Article No. 4753 | 05 Nov 2024
Klinis : Pasien dtg ke IGD tanggal 4/11/2024 pkl. 08.25 wita, dgn keluhan sulit berbicara sejak kemarin sore dan memberat saat ini. Pasien dikatakan saat berbicara seperti tidak jelas. Pasien dikatakan dikatakan sulit berjalan sejak beberapa bulan yang lalu sehari-harinya pasien menggunakan kursi roda, mual -, muntah -, demam -, nyeri kepala -, sesak -. Makan dan minum dikatakan masih normal, BAB dan BAK dikatakan masih normal. TD: 170/100 mmHg, N: 80 x/mnt, T: 36 ^C RR: 20 x/mnt, Sat O2: 95% BS: 352 mg/dl
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan data klinis yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan Dengan Gangguan Neuromuskular
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami kesulitan berbicara dan tidak jelas saat berbicara, yang kemungkinan disebabkan oleh gangguan neuromuskular. Hal ini dapat menghambat kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00051
Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk mengungkapkan pesan verbal yang disebabkan oleh gangguan neuromuskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 0090
Luaran: Komunikasi Verbal Efektif
Definisi: Kemampuan untuk menyampaikan pesan secara lisan dengan jelas dan dapat dipahami oleh orang lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 0157
Intervensi: Fasilitasi Komunikasi
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Selain itu, mengingat kondisi pasien yang juga mengalami gangguan dalam berjalan dan menggunakan kursi roda, maka dapat dipertimbangkan untuk menambahkan diagnosa keperawatan lain, seperti:
2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Gangguan Neuromuskular
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami gangguan dalam berjalan dan harus menggunakan kursi roda sehari-hari, yang kemungkinan disebabkan oleh gangguan neuromuskular.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik yang disebabkan oleh gangguan neuromuskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 0100
Luaran: Mobilitas Fisik Membaik
Definisi: Kemampuan untuk melakukan pergerakan fisik secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 0054
Intervensi: Fasilitasi Mobilisasi
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi dan membantu pasien dalam melakukan pergerakan fisik. -
Article No. 4754 | 05 Nov 2024
Klinis : Febris
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Febris:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan:
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan hilangnya panas dari tubuh.
SLKI:
1. Suhu tubuh dalam kisaran normal
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Kenyamanan dalam batas normal
SIKI:
1. Manajemen Hipertermia
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Lakukan tindakan fisik untuk menurunkan suhu tubuh
- Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Berikan obat antipiretik sesuai indikasi
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, penjelasan tersebut disampaikan dalam bahasa yang jelas, terstruktur, dan fokus pada penerapan standar keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 4755 | 05 Nov 2024
Klinis : Obs
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Jaringan Serebral Terganggu
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan ini mengacu pada SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Risiko Perfusi Jaringan Serebral Terganggu menggambarkan potensi terjadinya penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan gangguan fungsi otak.
Dalam SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Perfusi Jaringan Serebral Membaik, yang ditandai dengan stabilnya tanda-tanda vital, tidak ada penurunan kesadaran, dan tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) antara lain Pemantauan Tanda-Tanda Vital, Pemberian Terapi Oksigen, Pemantauan Neurologi, dan Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial. Perawat dapat menyesuaikan intervensi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Secara singkat, diagnosa keperawatan ini menggambarkan risiko terjadinya gangguan aliran darah ke otak yang dapat mempengaruhi fungsi otak, dan perawat harus melakukan intervensi yang tepat untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 4756 | 05 Nov 2024
Klinis : Febris
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi febris.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal sebagai respon terhadap stimulus.
- Faktor Risiko: Infeksi, peradangan, dehidrasi, lingkungan.
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (oral) atau 38°C (rektal) sebagai respons terhadap stimulus.
- Karakteristik Definisi: Suhu tubuh meningkat, kulit terasa panas, wajah kemerahan, sakit kepala, nyeri otot, dan mengigil.
SLKI:
- Luaran yang Diharapkan: Suhu tubuh kembali normal, kulit terasa sejuk, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Monitoring suhu tubuh, manajemen cairan, kompres hangat/dingin, dan pemberian antipiretik sesuai indikasi.
Harapan saya penjelasan ini dapat bermanfaat bagi Anda. Silakan sampaikan jika ada pertanyaan lebih lanjut. -
Article No. 4596 | 05 Nov 2024
Klinis : Nyeri pinggang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Cedera muskuloskeletal, pembatasan gerak, stress, kecemasan.
- Gejala dan Tanda: Laporan verbal tentang nyeri, peningkatan tonus otot, perubahan ekspresi wajah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri, pasien dapat mengenali faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, pasien dapat menerapkan teknik manajemen nyeri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nyeri
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan nyeri yang dialami pasien.
- Aktivitas Keperawatan: Melakukan pengkajian nyeri, memberikan analgetik sesuai indikasi, mengajarkan teknik relaksasi, terapi bermain, dan terapi distraksi.
Dalam konteks nyeri pinggang, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif untuk menentukan penyebab dan karakteristik nyeri, kemudian menyusun rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyerinya.