Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4705 | 05 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Penjelasan:
Pasien mengalami batuk berdahak yang menandakan adanya peningkatan produksi sekret di saluran pernapasan, sehingga mengakibatkan ketidakefektifan dalam membersihkan jalan napas.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional.
Penjelasan:
Pasien mengalami sesak napas, yang menandakan penurunan kapasitas fungsional untuk melakukan aktivitas. Hal ini dapat menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, sehingga dapat menyebabkan asupan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh.
Standar Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
3. Status Nutrisi Membaik
Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Aktivitas
3. Manajemen Nutrisi
Sebagai perawat, saya akan fokus pada penatalaksanaan keperawatan yang bertujuan untuk membantu pasien mencapai luaran keperawatan yang diharapkan, seperti mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, meningkatkan toleransi aktivitas, dan memperbaiki status nutrisi pasien. -
Article No. 4706 | 05 Nov 2024
Klinis : Os menggunaka ventilator
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan kemampuan bernafas akibat penggunaan ventilator.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Nafas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memelihara pola nafas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat mempertahankan pola nafas yang efektif sesuai dengan kemampuannya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memantau status pernapasan pasien secara berkala
2. Mengatur pengaturan ventilator sesuai dengan kondisi pasien
3. Memberikan edukasi dan latihan pernapasan pada pasien
4. Memfasilitasi mobilisasi dan latihan fisik sesuai dengan kemampuan pasien
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan penggunaan ventilator.
Harapannya, dengan intervensi yang tepat, pasien dapat mempertahankan pola nafas yang efektif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat meminimalkan komplikasi akibat penggunaan ventilator. -
Article No. 4707 | 05 Nov 2024
Klinis : Os mengalami penurunan kesadara. menggunakan ventilator,tensi darah 189/100
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasannya menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Kesadaran
Penjelasan:
- SDKI: Penurunan kemampuan untuk merespons stimulus eksternal atau internal secara yang terorganisasi.
- SLKI: Individu menunjukkan peningkatan kembalinya tingkat kesadaran sesuai dengan keadaan yang diharapkan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan lingkungan, pemberian oksigen, dan pemberian obat-obatan sesuai instruksi medis.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
Penjelasan:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SLKI: Individu menunjukkan pola napas yang efektif sesuai dengan kebutuhan oksigenasi.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan fungsi pernapasan, pemberian oksigen, dan pengaturan ventilator.
3. Hipertensi
Penjelasan:
- SDKI: Peningkatan tekanan darah sistolik di atas 139 mmHg dan atau tekanan darah diastolik di atas 89 mmHg.
- SLKI: Individu menunjukkan tekanan darah dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antihipertensi sesuai instruksi medis, dan pengaturan aktivitas.
Catatan:
- Kondisi yang Anda deskripsikan menunjukkan adanya penurunan kesadaran, penggunaan ventilator, dan hipertensi.
- Diagnosa keperawatan dan penjelasannya mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan disesuaikan dengan masing-masing diagnosa keperawatan. -
Article No. 4708 | 05 Nov 2024
Klinis : Os mengalami penurunan kesadara, menggunakan ventilator,tensi darah 189/100 ada riwayat stroke
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral (PPNI, 2017)
Definisi: Penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan otak.
Penjelasan Singkat:
Os mengalami penurunan kesadaran, menggunakan ventilator, dan memiliki riwayat stroke, yang menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan serebral. Hal ini dapat disebabkan oleh penyumbatan aliran darah ke otak, sehingga terjadi kerusakan jaringan otak.
Standar:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi, karakteristik, faktor risiko, dan etiologi terkait gangguan perfusi jaringan serebral.
- Kriteria diagnostik untuk mengidentifikasi gangguan perfusi jaringan serebral.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan untuk pasien dengan gangguan perfusi jaringan serebral, seperti peningkatan kesadaran, stabilitas hemodinamik, dan tidak terjadi komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan perfusi jaringan serebral, seperti pemantauan tanda-tanda vital, manajemen ventilasi, dan penatalaksanaan faktor risiko.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan dan standar yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi pasien secara individual. Perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif dan menyesuaikan intervensi keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 4709 | 05 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 30 tahun G3P2A0 hamil 38-39 minggu, datang ke poli KIA Puskesmas DTP Jatinangor sakit kepala. Hasil pengkajian sakit kepala sering dirasakan diseluruh area kepala. Hasil pemeriksaan lab proteinuria (+1) tekanan darah 160/110 djj 148x/menit datang Pasien segera diberikan terapi drip MgSO4 20% 13:35 dan 13.50 (9/9/24). Diberikan Dopamet 250 mg + Nifedipin 10 mg. pasien dipindahkan ke ruang VK pada jam 14.00 Pada pengkajian awal didapatkan pandangan jelas, mengeluh pusing dan mual muntah, nadi 83x/ mnit, rr 24x/menit, suhu 36,7, spo2 96%, tekanan darah 130/80, TFU 31cm, LP 87cm, lila 23cm presentasi kepala, punggung kanan DJJ 144x/menit, skala nyeri 4. BB sebelum hamil 49 kg setelah hamil 65kg (kenaikan 16kg), tinggi badan 155cm. HPHT: 18 Desember 2023 TP: 25 September 2024. ANC 7x. Pasien mengatakan telah imunisasi TT sebanyak 2x selama masa kehamilan namun lupa pada saat usia kehamilan keberapa. pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, tidak ada riwayat alergi dan keluarga tidak memiliki penyakit turunan. Leopold I : TFU 31 cm, teraba lunak dan tidak melenting (bokong), Leopold II : Teraba datar memanjang (punggung) di abdomen kanan dan bagian-bagian kecil (ekstremitas) di abdomen kiri, Leopold III: Teraba keras bulat melenting (kepala) dan tidak dapat digoyangkan, Leopold IV: Tangan divergen, kepala sudah masuk PAP Vulva/vagina : Vulva dan vagina tidak ada kelainan, tidak ada hambatan jalan lahir, tidak ditemukan adanya pengeluaran air dan perdarahan. Pemeriksaan dalam : pembukaan 2 cm, penurunan kepala 3⁄5, tidak ada penyusupan kepala, sutura masih berjauhan. Pengkajian kala I: 1. Mulai persalinan : Tanggal 10 September 2024 2. Tanda dan gejala : pasien mengeluh mulesnya semakin kuat dan mengerang kesakitan serta mengeluhkan rasa mulas dan kram di perutnya menjalar ke area belakang pinggang. Wajah klien tampak meringis, mengeluarkan keringat dingin. Klien mengubah posisinya beberapa kali (terlentang, miring ke kiri, dan ke kanan) untuk mengurangi rasa nyeri yang sedang dirasakan. 3. 18.00 Tekanan darah : 140/80mmHg,Nadi : 88x/menit,RR : 20x/menit,Suhu : 36,His : 3x 10 menit, selama 25 detik, DJJ : 139x/menit, Pemberian dopamet 250mg 4. 18.30 Tekanan darah : 134/80mmHg, Nadi : 90x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,4 His : 3x 10 menit selama 35 detik, DJJ : 148x/menit 5. 19.00 Tekanan darah : 130/80mmHg, Nadi : 86x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,4 His : 4x 10 menit selama 30 detik, DJJ : 142x/menit, Pemeriksaan dalam : Pembukaan 5 Turunan kepala : 3⁄5, Portio tebal dan lunak, Ketuban utuh, Tidak terdapat penyusupan, Sutura masih berjauhan, Drip oxy 5IU gtt 20x/menit 6. 19.30 Tekanan darah : 130/84 mmHg,Nadi : 84x/menit, RR : 18x/menit, Suhu : 36, His : 4x 10 menit selama 40 detik, DJJ : 138x/menit 7. 20.00 Tekanan darah : 132/80 mmHg, Nadi : 86x/menit, RR : 22x/menit, Suhu : 36,4 His : 4x 10 menit selama 40 detik, DJJ : 152x/menit 8. 20.30 Tekanan darah : 138/80 mmHg, Nadi : 84x/menit RR : 20x/menit suhu : 36 His : 4x 10 menit selama 45 detik DJJ : 144x/menit 9. 21.00 Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 92x/menit RR : 22x/menit Suhu : 36,1 His : 5x 10 menit selama 45 detik DJJ : 155x/menit Pembukaan lengkap Ketuban pecah spontan Turunan kepala 0/5 Tidak terdapat penyusupan Pengeluaran urin 300cc Pengkajian kala II : 1. 21.15 WIB Ibu sudah ada rasa ingin mengejan, nadi 95x/menit His kuat, DJJ 140/menit regular, portio tidak teraba, presentasi belakang kepala, vulva sudah terbuka kepala berada di depan vulva, perineum menonjol, tekanan pada anus (+) pembukaan lengkap, penurunan kepala 0/5, penyusupan kepala/molase 0, sutura masih berjauhan. Ibu dipimpin untuk meneran setiap adanya his 2. 21.49 WIB Bayi lahir hidup spontan normal, Jenis kelamin perempuan, BBL 3160 gram PB 49 cm,. APGAR 1 menit 7, 5 menit 9 3. . Bayi dipindah ke ruang perinatologi untuk rawat gabung Pengkajian Kala III: 1. Tidak ada tanda janin kedua, dilanjut pemberian oksitosin 10 IU IM 1 menit setelah persalinan dan methylergometrine IV, masase uterus 2. Lahir plasenta dengan spontan, berat plasenta 350 gram, kotiledon lengkap 3. Setelah plasenta lahir tidak dilakukan pemasangan IUD post plasenta 4. Luka perineum: Ruptur perineum derajat II, dilakukan penjahitan luka 5. Jumlah pendarahan: <500 cc Pengkajian Kala IV: 1. 22.15, KU : Baik, Tekanan darah 150/86 mmHg, Nadi 84, RR : 22, Suhu : 36,2 TFU : 2cm dibawah pusar, Kontraksi : baik, Kandung kemih : Kosong 2. 22.30, KU : Baik,Tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi 82, RR : 20, Suhu : 36,2 TFU : 2cm dibawah pusar, Kontraksi : baik, Kandung kemih : Kosong 3. 22.45, KU : Baik, Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 82, RR : 20, Suhu : 36,4 TFU : 2cm dibawah pusar, Kontraksi : baik, Kandung kemih : Kosong 4. 23.00, KU : Baik, Tekanan darah 130/82 mmHg, Nadi 86, RR : 18, Suhu : 36, TFU : 2cm dibawah pusar, Kontraksi : baik, Kandung kemih : Kosong 5. 23.30 KU : Baik, Tekanan darah 130/78 mmHg,Nadi 83, RR : 20,Suhu : 36,2,TFU : 2cm dibawah pusar,Kontraksi : baik, Kandung kemih : Kosong, 6. 00.00, KU : Baik Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 82, RR : 22, Suhu : 36,2, TFU : 2cm dibawah pusar Kontraksi : baik, Kandung kemih : Kosong, Bayi Baru Lahir : Berat : 3160, Panjang : 49 cm Jenis kelamin : Perempuan Lahir normal Pukul 01.30 Ny. A dipindahkan ke Ruang Jade dengan TD 120/80 mmHg, nadi 89x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,4 C, TFU 2 jari di bawah pusat, dan kontraksi uterus baik Pertanyaan: 1. Buat analisa data sesuai dengan data2 kasus diatas 2. Tentukan DX dan intervensi keperawatan berdasarkan 3S 3. Buat partograf
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membantu Anda dengan analisa data, diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI, serta membuat partograf untuk kasus yang diberikan.
Analisa Data:
1. Subjektif:
- Pasien mengeluh sakit kepala yang dirasakan di seluruh area kepala
- Pasien mengeluh mulas dan kram di perut yang menjalar ke area belakang pinggang
- Pasien tampak meringis dan mengeluarkan keringat dingin akibat nyeri
2. Objektif:
- Hasil pemeriksaan laboratorium: proteinuria (+1)
- Tekanan darah 160/110 mmHg, denyut jantung janin 148x/menit
- Tekanan darah saat pemantauan 130/80 mmHg - 160/110 mmHg
- Denyut jantung janin 138x/menit - 155x/menit
- Pembukaan serviks 2 cm - 5 cm, penurunan kepala 3/5
- Presentasi kepala, tidak ada penyusupan kepala
- Bayi lahir spontan, perempuan, berat lahir 3160 gram, panjang lahir 49 cm
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI):
1. Diagnosa Keperawatan: Hipertensi Terkait Komplikasi Kehamilan
- SDKI: Hipertensi
- SLKI: Stabilitas Hemodinamik
- SIKI: Pemantauan Tekanan Darah, Pemberian Terapi Antihipertensi, Manajemen Cairan dan Elektrolit
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut Terkait Kontraksi Uterus
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Pengkajian Nyeri, Pemberian Analgesik, Terapi Komplementer Nyeri
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Komplikasi Janin Terkait Hipertensi Gestasional
- SDKI: Risiko Komplikasi Janin
- SLKI: Kesejahteraan Janin
- SIKI: Pemantauan Denyut Jantung Janin, Manajemen Kehamilan Berisiko
Partograf:
Partograf dapat dibuat berdasarkan data pemantauan kondisi ibu dan janin yang diberikan, mencakup:
- Laju Persalinan (Pembukaan Serviks, Penurunan Kepala)
- Kondisi Ibu (Tekanan Darah, Nadi, Suhu, Kontraksi Uterus)
- Kondisi Janin (Denyut Jantung Janin)
- Intervensi yang Dilakukan (Pemberian Obat-obatan, Tindakan Keperawatan)
Dengan menggunakan partograf, perawat dapat memantau kemajuan persalinan dan mengidentifikasi secara dini adanya komplikasi atau penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga dapat segera dilakukan intervensi yang tepat. -
Article No. 4710 | 05 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 30 tahun G3P2A0 hamil 38-39 minggu, datang ke poli KIA Puskesmas DTP Jatinangor sakit kepala. Hasil pengkajian sakit kepala sering dirasakan diseluruh area kepala. Hasil pemeriksaan lab proteinuria (+1) tekanan darah 160/110 djj 148x/menit datang Pasien segera diberikan terapi drip MgSO4 20% 13:35 dan 13.50 (9/9/24). Diberikan Dopamet 250 mg + Nifedipin 10 mg. pasien dipindahkan ke ruang VK pada jam 14.00 Pada pengkajian awal didapatkan pandangan jelas, mengeluh pusing dan mual muntah, nadi 83x/ mnit, rr 24x/menit, suhu 36,7, spo2 96%, tekanan darah 130/80, TFU 31cm, LP 87cm, lila 23cm presentasi kepala, punggung kanan DJJ 144x/menit, skala nyeri 4. BB sebelum hamil 49 kg setelah hamil 65kg (kenaikan 16kg), tinggi badan 155cm. HPHT: 18 Desember 2023 TP: 25 September 2024. ANC 7x. Pasien mengatakan telah imunisasi TT sebanyak 2x selama masa kehamilan namun lupa pada saat usia kehamilan keberapa. pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, tidak ada riwayat alergi dan keluarga tidak memiliki penyakit turunan. Leopold I : TFU 31 cm, teraba lunak dan tidak melenting (bokong), Leopold II : Teraba datar memanjang (punggung) di abdomen kanan dan bagian-bagian kecil (ekstremitas) di abdomen kiri, Leopold III: Teraba keras bulat melenting (kepala) dan tidak dapat digoyangkan, Leopold IV: Tangan divergen, kepala sudah masuk PAP Vulva/vagina : Vulva dan vagina tidak ada kelainan, tidak ada hambatan jalan lahir, tidak ditemukan adanya pengeluaran air dan perdarahan. Pemeriksaan dalam : pembukaan 2 cm, penurunan kepala 3⁄5, tidak ada penyusupan kepala, sutura masih berjauhan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Preeklampsia Berat Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Darah dan Proteinuria
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Preeklampsia Berat: Keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah dan proteinuria pada wanita hamil yang dapat mengancam jiwa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tekanan Darah Terkendali: Tekanan darah pasien berada dalam batas normal atau sesuai dengan target terapi.
- Perfusi Jaringan Adekuat: Pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi di jaringan tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Tekanan Darah: Memantau tekanan darah secara berkala untuk mendeteksi perubahan.
- Pemberian Terapi Antikonvulsan: Pemberian obat-obatan untuk mencegah kejang pada preeklampsia berat.
- Manajemen Cairan Intravena: Pemberian cairan intravena untuk mempertahankan perfusi jaringan.
Dengan pemberian terapi MgSO4, antihipertensi, dan pemantauan yang ketat, kondisi pasien dapat stabil dan risiko preeklampsia berat dapat diminimalisir. -
Article No. 4711 | 05 Nov 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien anak perempuan berusia 5 tahun, dengan demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, kemungkinan kondisinya adalah campak.
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05
- Deskripsi: Campak (Measles)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.55
- Deskripsi: Pemberian vaksin campak
Penjelasan:
- Kode ICD-10 B05 digunakan untuk diagnosis campak, yang merupakan penyakit virus akut yang ditandai dengan demam tinggi, ruam kemerahan pada kulit, bintik Koplik di dalam mulut, dan gejala lainnya seperti batuk kering dan mata merah.
- Tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang secara spesifik terkait dengan kondisi ini, namun jika terdapat prosedur pemberian vaksin campak, maka kode yang sesuai adalah 99.55 (Pemberian vaksin campak).
- Pemberian vaksin campak merupakan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menangani kasus campak pada pasien anak. -
Article No. 4712 | 05 Nov 2024
Klinis : Seorang Perempuan usia, 35 tahuan di rawat di RSJ sudah 5 hari. Keluarga klien mengatakakan tidak pernah mau keluara kamar karena mengatakan malu, serta tidak bisa apa- apa, 2 tahun yang lalu klien pernah gagal menikah dikarenakan calon suaminya malah pergi Bersama dengan teman balknya. Hasil pengkajian perawat, klien mengatakan malu dengan kondisinya skarang, merasa tidak berharga sebagai seorang Perempuan, dan mengatakan tidak mau berteman atau berinteraksi dengangan yang lain karena merasa tidak penting punya teman. Klien sering menunduk, tidak ada kontak mata, tidak bisa memulai pembicaraan, menjawab seperlunya. Kebersihan diri klien kurang, karena sering tidak mandi dan mengatakan bua tapa mandi tidak ada yang menyukai saya juga.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang dapat diterapkan untuk klien tersebut adalah:
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
a. Harga Diri Rendah Kronis
b. Isolasi Sosial
2. PENJELASAN SINGKAT BERDASARKAN STANDAR SDKI - SLKI - SIKI:
a. Harga Diri Rendah Kronis
- SDKI: Penilaian negatif yang berkelanjutan terhadap diri sendiri dan kemampuannya.
- SLKI: Intervensi untuk membantu klien mengembangkan penerimaan diri yang positif dan rasa kebermaknaan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu klien meningkatkan penerimaan diri yang positif dan rasa kebermaknaan.
b. Isolasi Sosial
- SDKI: Pengalaman subjektif dari keterisolasian atau terpisah dari orang lain, baik secara emosional maupun fisik.
- SLKI: Intervensi untuk membantu klien mempertahankan atau meningkatkan interaksi sosial yang bermakna.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu klien mempertahankan atau meningkatkan interaksi sosial yang bermakna.
Dalam konteks ini, klien menunjukkan tanda-tanda harga diri rendah kronis, seperti perasaan tidak berharga, malu dengan kondisinya, dan mengisolasi diri dari orang lain. Selain itu, klien juga mengalami isolasi sosial, ditandai dengan tidak mau keluar kamar, tidak bisa memulai pembicaraan, dan menghindari interaksi dengan orang lain. Perawat dapat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 4713 | 05 Nov 2024
Klinis : Seorang Perempuan usia, 35 tahuan di rawat di RSJ sudah 5 hari. Keluarga klien mengatakakan tidak pernah mau keluara kamar karena mengatakan malu, serta tidak bisa apa- apa, 2 tahun yang lalu klien pernah gagal menikah dikarenakan calon suaminya malah pergi Bersama dengan teman balknya. Hasil pengkajian perawat, klien mengatakan malu dengan kondisinya skarang, merasa tidak berharga sebagai seorang Perempuan, dan mengatakan tidak mau berteman atau berinteraksi dengangan yang lain karena merasa tidak penting punya teman. Klien sering menunduk, tidak ada kontak mata, tidak bisa memulai pembicaraan, menjawab seperlunya. Kebersihan diri klien kurang, karena sering tidak mandi dan mengatakan bua tapa mandi tidak ada yang menyukai saya juga.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Harga Diri Rendah Kronis
- Definisi: Penilaian negatif yang terus-menerus terhadap diri sendiri dan kemampuannya.
- Faktor yang berhubungan: Pengalaman kegagalan dalam hubungan interpersonal, peristiwa kehidupan yang menyakitkan.
- Gejala dan Tanda: Klien mengatakan merasa tidak berharga, tidak percaya diri, malu dengan kondisinya saat ini, tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
2. Isolasi Sosial
- Definisi: Pengalaman subjektif individu yang merasa terpisah dari orang lain, disertai dengan perasaan negatif.
- Faktor yang berhubungan: Perubahan dalam fungsi peran, kurangnya dukungan sosial.
- Gejala dan Tanda: Klien sering menunduk, tidak ada kontak mata, tidak bisa memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, mengatakan tidak ingin berteman atau berinteraksi dengan orang lain.
3. Kebersihan Diri Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan kognitif, depresi, kurangnya motivasi.
- Gejala dan Tanda: Klien sering tidak mandi dan mengatakan tidak ada yang menyukainya jika mandi.
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan informasi yang diberikan, klien mengalami harga diri rendah kronis, isolasi sosial, dan kebersihan diri tidak efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh pengalaman kegagalan dalam hubungan interpersonal, perubahan dalam fungsi peran, dan kurangnya dukungan sosial. Klien menunjukkan gejala dan tanda seperti merasa tidak berharga, malu dengan kondisinya saat ini, tidak ingin berinteraksi dengan orang lain, sering menunduk, tidak ada kontak mata, tidak bisa memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, dan sering tidak mandi.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan acuan yang digunakan oleh perawat di Indonesia untuk menentukan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai dengan kondisi klien. Penggunaan standar ini dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, terukur, dan terdokumentasi dengan baik. -
Article No. 4714 | 05 Nov 2024
Klinis : Seorang Perempuan usia, 35 tahuan di rawat di RSJ sudah 5 hari. Keluarga klien mengatakakan tidak pernah mau keluara kamar karena mengatakan malu, serta tidak bisa apa- apa, 2 tahun yang lalu klien pernah gagal menikah dikarenakan calon suaminya malah pergi Bersama dengan teman balknya. Hasil pengkajian perawat, klien mengatakan malu dengan kondisinya skarang, merasa tidak berharga sebagai seorang Perempuan, dan mengatakan tidak mau berteman atau berinteraksi dengangan yang lain karena merasa tidak penting punya teman. Klien sering menunduk, tidak ada kontak mata, tidak bisa memulai pembicaraan, menjawab seperlunya. Kebersihan diri klien kurang, karena sering tidak mandi dan mengatakan bua tapa mandi tidak ada yang menyukai saya juga.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat didiagnosis dengan kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F32.2
- Deskripsi: Episod depresi berat tanpa gejala psikotik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Terapi perilaku, individual
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 F32.2 (Episod depresi berat tanpa gejala psikotik) didasarkan pada gejala-gejala yang dialami pasien, yaitu:
- Sering menunduk, tidak ada kontak mata, dan tidak bisa memulai pembicaraan, yang menunjukkan depresi berat.
- Mengatakan malu dengan kondisinya, merasa tidak berharga sebagai seorang perempuan, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain, yang menunjukkan gejala depresi berat.
- Kebersihan diri yang kurang, yang dapat menjadi salah satu gejala depresi berat.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 94.31 (Terapi perilaku, individual) dapat dipertimbangkan sebagai tindakan medis yang dapat diberikan untuk menangani kondisi pasien. Terapi perilaku individual dapat membantu pasien dalam mengatasi gejala depresi, meningkatkan harga diri, dan membangun kemampuan sosial.
Secara keseluruhan, kondisi pasien menunjukkan adanya episod depresi berat tanpa gejala psikotik, yang dapat ditangani melalui terapi perilaku individual untuk membantu pasien dalam pemulihan dan peningkatan fungsi sosial.