Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19996 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan kejang dan tak sadarkan diri,pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: pasien datang dengan keluhan kejang dan tak sadarkan diri, pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi.
Berdasarkan kondisi pasien yang dijelaskan, yaitu pasien datang dengan keluhan kejang dan tak sadarkan diri, serta memiliki riwayat penyakit hipertensi, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral (00208)
Definisi: Ketidakcukupan aliran darah ke otak yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor yang berhubungan: Hipertensi, iskemia serebral.
Karakteristik Mayor: Kejang, kehilangan kesadaran.
Penjelasan: Kondisi pasien yang mengalami kejang dan tidak sadarkan diri dapat disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan serebral, yang dapat dikaitkan dengan riwayat hipertensi yang dimiliki oleh pasien. Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak, sehingga mengganggu aliran darah dan oksigenasi ke otak, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kejang dan penurunan kesadaran.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Berdasarkan Diagnosa Keperawatan di atas, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah:
a. Pemulihan Perfusi Jaringan Serebral (1810)
Definisi: Tercapainya perfusi yang adekuat ke otak.
Indikator:
- Kemampuan mengikuti perintah sederhana
- Tidak ada tanda-tanda hipertensi yang tidak terkontrol
- Kesadaran membaik
Penjelasan: Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memulihkan perfusi jaringan serebralnya, sehingga tidak lagi mengalami kejang dan kesadarannya dapat kembali membaik. Indikator-indikator tersebut menunjukkan bahwa aliran darah dan oksigenasi ke otak telah pulih, serta tekanan darah dapat terkontrol dengan baik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu Pemulihan Perfusi Jaringan Serebral, maka Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Manajemen Hipertensi (6680)
Definisi: Pemberian intervensi untuk mengontrol tekanan darah tinggi.
Aktivitas:
- Pantau tekanan darah secara berkala
- Berikan obat antihipertensi sesuai resep
- Anjurkan pasien untuk mengurangi asupan natrium
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur
b. Perawatan Kejang (2304)
Definisi: Pemberian intervensi untuk menghentikan aktivitas kejang dan mencegah terjadinya komplikasi.
Aktivitas:
- Posisikan pasien pada posisi aman
- Berikan oksigen jika diperlukan
- Berikan obat antikonvulsan sesuai resep
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
c. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (6610)
Definisi: Pemberian intervensi untuk mencegah dan mengendalikan peningkatan tekanan di dalam rongga kranial.
Aktivitas:
- Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Posisikan kepala pasien dalam posisi elevasi
- Berikan cairan sesuai kebutuhan
- Berikan obat-obatan untuk menurunkan tekanan intrakranial jika diperlukan
Penjelasan: Intervensi Keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengontrol hipertensi, menghentikan aktivitas kejang, serta mencegah dan mengendalikan peningkatan tekanan intrakranial. Dengan menerapkan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan dapat memulihkan perfusi jaringan serebral sehingga pasien dapat kembali sadar dan fungsi neurologisnya dapat membaik. -
Article No. 19997 | 23 Jul 2025
Klinis : DS: -Orang tua pasien mengatakan pasien kejang 1x hari ini -Mata kelojotan menghadap atas kurang dari 5 menit jam 16.00, dan saat kejang pasien tidak sadar -Pasien demam 1 hari ini, mulai pagi jam 04.00 -Mual dan muntah 1x berisi makanan -Orang tua pasien sudah memberikan paraceamol namun keluhan belum membaik DO : -Suhu 38.7 C -RR 22x/menit -Saturasi O2 96% Nadi 110 x/meni
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**, **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**, dan **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan data yang diberikan:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Perfusi Jaringan Otak (SDKI Code: 00093)**
**Definisi:** Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak akibat kejang dan demam tinggi.
**Data Pendukung:**
- Kejang tonik-klonik dengan mata menghadap atas (<5 menit) dan penurunan kesadaran.
- Demam tinggi (38,7°C) sebagai faktor pemicu kejang.
- Takikardia (Nadi: 110x/menit) menunjukkan peningkatan metabolisme.
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI):**
**SLKI Code: 0901 – Perfusi Jaringan Otak Memadai**
**Kriteria Evaluasi:**
- Kesadaran kembali normal (GCS 15).
- Tidak ada kejang berulang.
- Tanda vital stabil (suhu ?37,5°C, nadi 60–100x/menit).
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**SIKI Code: 2630 – Manajemen Kejang**
**Intervensi Utama:**
1. **Pemantauan Neurologis:**
- Observasi frekuensi, durasi, dan karakteristik kejang.
- Pantau GCS dan tanda vital setiap 1–2 jam.
2. **Manajemen Suhu:**
- Kompres hangat di aksila dan lipatan paha.
- Berikan antipiretik sesuai resep (paracetamol).
3. **Pencegahan Cedera:**
- Posisikan pasien miring (recovery position) selama kejang.
- Hindari restrain pasien.
4. **Kolaborasi Pemberian Antikonvulsan** (jika diperlukan).
**SIKI Code: 2400 – Manajemen Hipertermia**
**Intervensi Tambahan:**
- Pantau suhu tubuh setiap 30 menit–1 jam.
- Anjurkan intake cairan adekuat.
---
### **Penjelasan Singkat:**
- **SDKI 00093** dipilih karena kejang dan demam tinggi berisiko menyebabkan hipoksia otak.
- **SLKI 0901** menjadi target luaran untuk memastikan perfusi otak adekuat pasca-kejang.
- **SIKI 2630 & 2400** adalah intervensi prioritas untuk mengatasi kejang dan hipertermia penyebabnya.
**Catatan:** Jika pasien memiliki riwayat epilepsi atau infeksi (misal: meningitis), diagnosa tambahan seperti **Risiko Infeksi (SDKI 00004)** atau **Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik (SDKI 00078)** dapat dipertimbangkan.
Semoga membantu. Jika memerlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan berikan data tambahan.
*(Ditulis dalam format RTF sesuai permintaan.)* -
Article No. 19998 | 23 Jul 2025
Klinis : DS: -Orang tua pasien mengatakan pasien kejang 1x hari ini -Mata kelojotan menghadap atas kurang dari 5 menit jam 16.00, dan saat kejang pasien tidak sadar -Pasien demam 1 hari ini, mulai pagi jam 04.00 -Mual dan muntah 1x berisi makanan -Orang tua pasien sudah memberikan paraceamol namun keluhan belum membaik DO : -Suhu 38.7 C -RR 22x/menit -Saturasi O2 96% Nadi 110 x/meni
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kejang (Kode: 00155)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kejang: Keadaan rentan mengalami perubahan pola aktivitas listrik otak yang tidak normal dan tidak terkontrol.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Kejang (Kode: L13001)
Definisi: Kemampuan untuk mencegah, mengenali, dan mengelola kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kejang (Kode: I13001)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengenali, dan mengelola kejang.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada risiko kejang, seperti mata kelojotan, tidak sadar saat kejang, dan demam. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Kejang. Untuk mengatasi kondisi ini, perawat dapat melakukan intervensi berdasarkan SIKI, yaitu Manajemen Kejang, dengan tujuan untuk memantau, mencegah, dan mengelola kejang pada pasien. Luaran yang diharapkan sesuai SLKI adalah Kontrol Kejang, dimana pasien dan keluarga dapat mencegah, mengenali, dan mengelola kejang. -
Article No. 19999 | 23 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri luka operasi sc skala 3, kaki masih kesemutan efek anestesi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan semacam itu.
Faktor yang berhubungan: Prosedur pembedahan.
2. Gangguan sensibilitas perifer
Definisi: Perubahan fungsi sensorik atau motorik pada anggota tubuh, yang disebabkan oleh lesi pada sistem saraf perifer.
Faktor yang berhubungan: Efek samping anestesi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
Definisi: Individu melaporkan nyeri terkendali atau berkurang.
Kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
c. Pasien menunjukkan perilaku yang menandakan nyeri berkurang.
2. Sensibilitas Perifer Membaik
Definisi: Individu menunjukkan pemulihan fungsi sensorik dan motorik yang terganggu.
Kriteria hasil:
a. Pasien melaporkan tidak ada lagi rasa kesemutan.
b. Pasien menunjukkan peningkatan fungsi sensibilitas perifer.
c. Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Kaji nyeri secara komprehensif, termasuk karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
b. Monitor tanda-tanda vital.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi kompres hangat/dingin.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai.
2. Perawatan Sensibilitas Perifer
a. Kaji fungsi sensorik dan motorik anggota tubuh yang terkena.
b. Lakukan stimulasi sensorik secara bertahap untuk meningkatkan sensibilitas.
c. Ajarkan latihan mobilisasi yang sesuai untuk memulihkan fungsi.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi fisik, jika diperlukan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu nyeri terkontrol dan sensibilitas perifer membaik. Hal ini akan membantu pasien dalam proses penyembuhan dan pemulihan yang optimal. -
Article No. 20000 | 23 Jul 2025
Klinis : Bayi ikterus sudah dimasukan kedalam foto terapi Uv
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi bayi ikterus yang sudah dimasukkan ke dalam fototerapy UV:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Penurunan Kadar Bilirubin". Diagnosa ini mencerminkan masalah utama yang dihadapi oleh bayi dengan ikterus yang telah menjalani fototerapy UV.
Penurunan Kadar Bilirubin didefinisikan sebagai peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang dapat menyebabkan ikterus dan membutuhkan intervensi untuk menurunkannya. Pada kasus bayi dengan ikterus yang telah menjalani fototerapy UV, diagnosa ini menggambarkan kondisi saat ini, di mana penurunan kadar bilirubin menjadi fokus utama asuhan keperawatan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian Asuhan Keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan adalah:
a. Kadar Bilirubin Menurun: Indikator yang menunjukkan bahwa kadar bilirubin dalam darah bayi telah menurun ke level yang aman, sesuai dengan usia dan berat badan bayi.
b. Tanda-Tanda Vital Stabil: Indikator yang menunjukkan bahwa tanda-tanda vital bayi, seperti suhu, denyut nadi, dan pernapasan, berada dalam rentang normal.
c. Tidak Terjadi Komplikasi: Indikator yang menunjukkan bahwa bayi tidak mengalami komplikasi terkait dengan ikterus, seperti kerusakan otak (kern ikterus) atau gangguan organ lainnya.
d. Orangtua Menunjukkan Pemahaman yang Baik: Indikator yang menunjukkan bahwa orangtua bayi memahami kondisi anaknya, perawatan yang diberikan, dan dapat melanjutkan perawatan di rumah dengan baik.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
a. Pemantauan Kadar Bilirubin: Melakukan pemantauan kadar bilirubin secara berkala, baik melalui pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan non-invasif (transcutaneous bilirubin), untuk mengevaluasi efektivitas fototerapy.
b. Optimalisasi Fototerapy: Memastikan bahwa fototerapy yang diberikan sudah optimal, dengan mengatur intensitas, jarak, dan durasi paparan sinar UV sesuai dengan kondisi bayi.
c. Perawatan Kulit: Melakukan perawatan kulit bayi selama menjalani fototerapy, seperti menjaga kelembaban kulit, mencegah iritasi, dan melindungi mata bayi dari paparan sinar UV.
d. Dukungan Nutrisi: Memastikan bahwa bayi mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat, baik melalui pemberian ASI atau susu formula, untuk mendukung proses penurunan kadar bilirubin.
e. Edukasi dan Konseling Orangtua: Memberikan edukasi dan konseling kepada orangtua terkait dengan kondisi bayi, proses penurunan kadar bilirubin, perawatan yang diberikan, serta tindakan yang perlu dilakukan oleh orangtua saat bayi berada di rumah.
f. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan: Berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan efektif bagi bayi dengan ikterus.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terstruktur, diharapkan luaran yang diinginkan dapat tercapai, yaitu penurunan kadar bilirubin, stabilnya tanda-tanda vital, tidak terjadi komplikasi, serta orangtua yang memiliki pemahaman yang baik tentang kondisi dan perawatan bayi. -
Article No. 20001 | 23 Jul 2025
Klinis : Pasien sedang dilakukan foto terapi selama 24 jam dari jam 13:00, setelah dilakukan foto terapi diharapkan ikterik neonatus berkurang, bayi di berikan minuman ASI/PASI sesuia program di RS, daan di lakukan perawatan bayi seperti mengganti popok sesui program rs. Selama proses fototerapi dx apa yang akan kamu ambil?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda tanyakan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan kondisi pasien yang sedang menjalani fototerapi selama 24 jam untuk mengurangi ikterik neonatus, serta mendapatkan asupan ASI/PASI dan perawatan bayi, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
a. Ketidakefektifan pembuangan urin (00023)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urin secara lengkap.
Faktor yang berhubungan: Proses patologis (hiperbilirubinemia neonatus).
b. Risiko infeksi (00004)
Definisi: Peningkatan risiko terkena infeksi.
Faktor yang berhubungan: Prosedur invasif (fototerapi).
c. Kurang pengetahuan (00126)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Faktor yang berhubungan: Kurang paparan informasi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Keefektifan pembuangan urin (0016)
- Indikator: Frekuensi berkemih, volume urin, konsistensi urin.
- Kriteria hasil: Frekuensi berkemih normal, volume urin adekuat, konsistensi urin normal.
b. Kontrol risiko (1902)
- Indikator: Kemampuan untuk mengidentifikasi risiko, kemampuan untuk mengurangi risiko.
- Kriteria hasil: Pasien/keluarga mampu mengidentifikasi dan mengurangi risiko infeksi.
c. Pengetahuan: Perawatan kesehatan (1803)
- Indikator: Pemahaman tentang prosedur perawatan, pemahaman tentang tujuan perawatan.
- Kriteria hasil: Pasien/keluarga memahami prosedur dan tujuan fototerapi, pemberian ASI/PASI, dan perawatan bayi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen eliminasi (0610)
- Aktivitas: Monitor intake dan output cairan, monitor konsistensi dan frekuensi urin, kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk intervensi terkait eliminasi.
b. Manajemen risiko (6490)
- Aktivitas: Identifikasi faktor risiko infeksi, edukasi pasien/keluarga tentang tanda-tanda infeksi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk intervensi terkait pencegahan infeksi.
c. Edukasi kesehatan (5510)
- Aktivitas: Identifikasi kebutuhan belajar pasien/keluarga, sediakan materi edukasi tentang fototerapi, pemberian ASI/PASI, dan perawatan bayi, evaluasi pemahaman pasien/keluarga.
Secara keseluruhan, diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang telah dipaparkan diharapkan dapat membantu mencapai tujuan perawatan pasien yang sedang menjalani fototerapi, pemberian ASI/PASI, dan perawatan bayi sesuai program rumah sakit. Penjelasan ini disusun dengan nada akademis dan persona pakar/perawat. -
Article No. 20002 | 23 Jul 2025
Klinis : Pasien laki-laki berumur 35 tahun dengan diagnosa medis skiofrenia hebefrenik dengan gejala awal yang ditunjukkan marah-marah,membanting motor, dengan riwayat pernah sakit jiwa 2 tahun yang lalu dan riwayat pernikahan yaitu menikah dengan istri pertama dikaruniai anak 2 dan bercerai menikah lagi dengan istri kedua dikaruniai 1 anak, pasien mengatakan rindu anak, rindu pekerjaan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda uraikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Resiko Perilaku Kekerasan (10017)
SDKI: Resiko Perilaku Kekerasan
SLKI: Pengendalian Perilaku Kekerasan
SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
Definisi:
Risiko munculnya perilaku yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan sebagai bentuk ekspresi kemarahan yang tidak terkontrol.
2. Diagnosa Keperawatan:
a. Kecemasan (10003)
SDKI: Kecemasan
SLKI: Manajemen Kecemasan
SIKI: Terapi Relaksasi
Definisi:
Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan dalam kehidupan yang tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dikontrol.
3. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan Proses Pikir (10006)
SDKI: Gangguan Proses Pikir
SLKI: Manajemen Gangguan Proses Pikir
SIKI: Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Kognitif
Definisi:
Perubahan dalam kemampuan berpikir yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk memproses, mengintegrasikan, atau menginterpretasikan informasi secara efektif.
4. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakberdayaan (10009)
SDKI: Ketidakberdayaan
SLKI: Pemberdayaan
SIKI: Terapi Suportif
Definisi:
Persepsi individu bahwa ia tidak dapat mempengaruhi peristiwa dan situasi yang berdampak pada dirinya.
Kode dan definisi di atas mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 20003 | 23 Jul 2025
Klinis : Pasien laki-laki berumur 35 tahun dengan diagnosa medis skiofrenia hebefrenik dengan gejala awal yang ditunjukkan marah-marah,membanting motor, dengan riwayat pernah sakit jiwa 2 tahun yang lalu dan riwayat pernikahan yaitu menikah dengan istri pertama dikaruniai anak 2 dan bercerai menikah lagi dengan istri kedua dikaruniai 1 anak, pasien mengatakan rindu anak, rindu pekerjaan, dan pasien sendiri lebih sering bilang laki-laki itu tujuannya untuk bekerja
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F20.1
- Deskripsi: Skizofrenia hebefrenik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 35 tahun menunjukkan gejala-gejala yang sesuai dengan diagnosis skizofrenia hebefrenik (F20.1 dalam ICD-10). Skizofrenia hebefrenik adalah subtipe skizofrenia yang ditandai dengan gejala positif seperti marah-marah, perilaku yang tidak terkontrol (membanting motor), serta gejala negatif seperti apatis, penurunan motivasi, dan isolasi sosial.
Pasien memiliki riwayat penyakit jiwa sebelumnya, yang dapat menjadi faktor predisposisi untuk kekambuhan atau perkembangan lebih lanjut dari kondisi skizofrenia. Selain itu, riwayat pernikahan yang berakhir dengan perceraian dan rindu terhadap anak serta pekerjaan dapat menjadi faktor psikososial yang dapat mempengaruhi kondisi pasien.
Untuk tindakan medis, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini. Penanganan yang mungkin dilakukan dapat berupa terapi farmakologis dengan obat antipsikotik, terapi psikososial, serta intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi sosial dan pekerjaan pasien. -
Article No. 20004 | 23 Jul 2025
Klinis : Pasien laki-laki berumur 35 tahun dengan diagnosa medis skiofrenia hebefrenik dengan gejala awal yang ditunjukkan marah-marah,membanting motor, dengan riwayat pernah sakit jiwa 2 tahun yang lalu dan riwayat pernikahan yaitu menikah dengan istri pertama dikaruniai anak 2 dan bercerai menikah lagi dengan istri kedua dikaruniai 1 anak, pasien mengatakan rindu anak, rindu pekerjaan, dan pasien sendiri lebih sering bilang laki-laki itu tujuannya untuk bekerja
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
2. Kesepian (00053)
3. Ketidakberdayaan (00125)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
Definisi: Adanya potensi untuk terjadinya perilaku agresif yang dapat menyebabkan cidera pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
2. Kesepian (00053)
Definisi: Perasaan tidak menyenangkan yang dialami individu karena ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan akan hubungan sosial.
3. Ketidakberdayaan (00125)
Definisi: Persepsi individu bahwa ia tidak dapat mempengaruhi situasi atau peristiwa yang terjadi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
- Kontrol Perilaku
- Keamanan Diri
2. Kesepian (00053)
- Interaksi Sosial
- Harga Diri
3. Ketidakberdayaan (00125)
- Kontrol Diri
- Harapan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
- Manajemen Marah
- Pencegahan Kekerasan
2. Kesepian (00053)
- Peningkatan Dukungan Sosial
- Terapi Aktivitas Kelompok
3. Ketidakberdayaan (00125)
- Pemberdayaan
- Manajemen Stres
Dengan tone akademis, persona pakar, dan peran sebagai perawat, saya telah memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan. -
Article No. 20005 | 23 Jul 2025
Klinis : Pasien ketika berbicara ngelantur, sulit untuk diajak komunikasi, ketika bangun tidur sering lupa tentang dirinya, dan khawatir akan keamanan dirinya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang Anda kemukakan, yaitu pasien mengalami ngelantur saat berbicara, sulit berkomunikasi, sering lupa diri saat bangun tidur, serta khawatir akan keamanan dirinya, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
a. Gangguan Proses Pikir Terganggu
Definisi: Pola pikir yang tidak logis, tidak terorganisir, atau tidak sesuai dengan realitas.
Faktor yang berhubungan: Penurunan kemampuan kognitif, ketidakseimbangan neurokimia, perubahan struktural otak.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Peningkatan Proses Pikir
Definisi: Kemampuan berpikir yang terorganisir, logis, dan sesuai dengan realitas.
Kriteria hasil:
- Pasien dapat berbicara dengan jelas dan terorganisir.
- Pasien mampu mempertahankan perhatian dan fokus selama percakapan.
- Pasien dapat mengingat informasi tentang dirinya dan lingkungannya.
- Pasien menunjukkan perilaku yang sesuai dengan situasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Psikotik
Definisi: Pemberian asuhan keperawatan untuk membantu pasien dengan gangguan proses pikir terganggu.
Aktivitas:
- Menilai status mental pasien secara berkala.
- Menciptakan lingkungan yang tenang dan aman bagi pasien.
- Membantu pasien dalam melakukan aktivitas harian secara bertahap.
- Memberikan terapi reminiscence untuk membantu pasien mengingat informasi tentang dirinya.
- Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien dan memberikan edukasi terkait kondisi pasien.
- Memberikan terapi farmakologis sesuai dengan resep dokter untuk mengatasi gejala psikotik.
- Memantau efek samping dan respons pasien terhadap terapi farmakologis.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Proses Pikir Terganggu" dipilih karena pasien menunjukkan gejala ngelantur saat berbicara, sulit berkomunikasi, sering lupa diri saat bangun tidur, serta khawatir akan keamanan dirinya, yang menunjukkan adanya gangguan dalam proses berpikir pasien. Luaran yang diharapkan adalah "Peningkatan Proses Pikir", yaitu kemampuan berpikir yang terorganisir, logis, dan sesuai dengan realitas. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Psikotik", yang mencakup berbagai aktivitas untuk membantu pasien dalam mengatasi gangguan proses pikir, termasuk penilaian status mental, penciptaan lingkungan yang tenang dan aman, terapi reminiscence, pelibatan keluarga, serta pemberian terapi farmakologis.