Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18596 | 15 Jun 2025
Klinis : kanker prostat (sebutkan diagnosa sebanyak banyaknya)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan kanker prostat.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kanker Prostat:
1. Nyeri Kronis
Pasien dengan kanker prostat seringkali mengalami nyeri kronis yang disebabkan oleh pertumbuhan tumor dan metastasis. Nyeri dapat terjadi di area panggul, tulang, dan saraf. Diagnosa ini membantu perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola nyeri yang dialami pasien.
2. Gangguan Eliminasi Urine
Kanker prostat dapat menyebabkan obstruksi aliran urine, sehingga pasien mengalami kesulitan dalam berkemih. Diagnosa ini membantu perawat untuk mengelola dan memantau fungsi eliminasi urine pasien.
3. Gangguan Citra Tubuh
Pasien dengan kanker prostat dapat mengalami perubahan citra tubuh akibat efek samping pengobatan, seperti inkontinensia urine, disfungsi ereksi, dan perubahan penampilan fisik. Diagnosa ini membantu perawat untuk membantu pasien dalam menerima dan beradaptasi dengan perubahan citra tubuh.
4. Kecemasan
Pasien dengan kanker prostat dapat mengalami kecemasan terkait prognosis penyakit, efek samping pengobatan, dan ketidakpastian akan masa depan. Diagnosa ini membantu perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola kecemasan pasien.
5. Intoleransi Aktivitas
Pasien dengan kanker prostat seringkali mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik akibat kelelahan, nyeri, dan efek samping pengobatan. Diagnosa ini membantu perawat untuk memantau dan mengelola intoleransi aktivitas pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Pasien dapat menunjukkan penurunan tingkat nyeri dan dapat mengelola nyeri dengan efektif.
2. Keseimbangan Cairan
Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat dan tidak mengalami komplikasi akibat gangguan eliminasi urine.
3. Citra Tubuh Positif
Pasien dapat menerima dan beradaptasi dengan perubahan citra tubuh akibat kanker prostat dan pengobatannya.
4. Tingkat Kecemasan Menurun
Pasien dapat menunjukkan penurunan tingkat kecemasan dan dapat mengelola kecemasan dengan efektif.
5. Toleransi Aktivitas Meningkat
Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas fisik dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Memberikan analgesik sesuai dengan resep dokter
- Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengelola nyeri
- Memantau efektivitas intervensi dalam mengelola nyeri
2. Manajemen Eliminasi
- Melakukan pengkajian fungsi eliminasi urine
- Mengatur pola berkemih dan mengajarkan teknik berkemih yang benar
- Memantau intake dan output cairan serta tanda-tanda dehidrasi
- Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologis jika diperlukan
3. Peningkatan Citra Tubuh
- Membantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan citra tubuh dan dampaknya
- Mengajarkan teknik pengelolaan diri (self-care) untuk mengatasi perubahan citra tubuh
- Memberikan dukungan psikologis dan memfasilitasi diskusi mengenai perubahan citra tubuh
- Melibatkan keluarga dalam proses penerimaan dan adaptasi terhadap perubahan citra tubuh
4. Manajemen Kecemasan
- Melakukan pengkajian tingkat kecemasan pasien
- Mengajarkan teknik relaksasi dan strategi koping untuk mengelola kecemasan
- Memberikan informasi dan edukasi yang akurat mengenai penyakit dan pengobatannya
- Memfasilitasi diskusi dan sharing perasaan dengan pasien dan keluarga
5. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Melakukan pengkajian tingkat toleransi aktivitas pasien
- Mengembangkan rencana aktivitas yang sesuai dengan kemampuan pasien
- Mengajarkan teknik konservasi energi dan pengaturan aktivitas
- Memantau respons pasien terhadap aktivitas dan melakukan modifikasi jika diperlukan
Dengan memahami diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terpusat pada pasien untuk membantu pasien dengan kanker prostat dalam mengelola kondisi dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 18597 | 15 Jun 2025
Klinis : kanker prostat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kanker prostat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit kanker prostat ditandai dengan keluhan nyeri pada area pelvis dan peningkatan skor nyeri.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih akibat tumor prostat yang ditandai dengan kesulitan berkemih, rasa tidak nyaman saat berkemih, dan penurunan volume urin.
3. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker prostat yang ditandai dengan ekspresi verbal, perilaku, dan gejala fisiologis kecemasan.
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan efek samping pengobatan kanker prostat (misalnya, kelelahan, nyeri) yang ditandai dengan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol dengan skala nyeri ? 3 dari 10.
2. Pasien dapat berkemih dengan lancar tanpa rasa tidak nyaman.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan ansietas, seperti nadi dan tekanan darah normal, ekspresi wajah tenang, dan mampu membicarakan perasaan cemas.
4. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai resep medis
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat
- Monitor efektivitas intervensi dan lakukan evaluasi secara berkala
2. Manajemen Eliminasi:
- Kaji pola eliminasi urin pasien
- Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan tindakan perawatan kateter atau intervensi lain untuk mengatasi obstruksi saluran kemih
- Ajarkan pasien teknik berkemih yang benar dan latihan Kegel untuk memperkuat otot dasar panggul
- Monitor intake dan output cairan, serta tanda-tanda infeksi saluran kemih
3. Manajemen Ansietas:
- Lakukan pengkajian ansietas secara komprehensif
- Berikan informasi dan pendidikan kesehatan terkait kanker prostat dan pengobatannya
- Ajarkan teknik manajemen stres dan koping yang efektif, seperti relaksasi, meditasi, dan aktivitas rekreasi
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan emosional
- Kolaborasi dengan tim kesehatan mental jika diperlukan
4. Peningkatan Mobilitas:
- Kaji kemampuan fungsional pasien dan identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas
- Berikan edukasi dan latihan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi yang tepat
- Sediakan alat bantu mobilitas jika diperlukan
- Monitor tanda-tanda kelelahan dan perbaiki intervensi sesuai kebutuhan
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu pasien dengan kanker prostat untuk mencapai hasil yang optimal dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 18598 | 15 Jun 2025
Klinis : bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi "bersihan jalan napas" yang Anda berikan, dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode: 00031
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0201
Judul: Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6450
Judul: Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memulihkan jalan napas yang bersih.
Jadi, kondisi "bersihan jalan napas" dapat didiagnosis sebagai "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dengan kode 00031 dalam SDKI. Standar luaran yang diharapkan adalah "Bersihan Jalan Napas" dengan kode 0201 dalam SLKI. Intervensi yang dapat dilakukan adalah "Manajemen Jalan Napas" dengan kode 6450 dalam SIKI. -
Article No. 18599 | 15 Jun 2025
Klinis : bersihan jalan napas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi bersihan jalan napas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi bersihan jalan napas adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini mencerminkan adanya hambatan dalam membersihkan sekret atau mengeluarkan benda asing dari saluran pernapasan, sehingga terjadi akumulasi material di saluran napas yang dapat menghambat ventilasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien menunjukkan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sekret atau benda asing.
2. Pola Napas: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif dan normal.
3. Status Pernapasan: Pasien menunjukkan status pernapasan yang stabil dan tidak mengalami kesulitan bernapas.
4. Pengetahuan: Pasien dan/atau keluarga memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bersihan jalan napas dan strategi penanganannya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas:
- Lakukan penilaian komprehensif terhadap bersihan jalan napas, termasuk kemampuan batuk, produksi sekret, dan kemampuan membersihkan sekret.
- Berikan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
2. Manajemen Pernapasan:
- Pantau pola, kedalaman, dan irama napas pasien.
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik atau pernapasan dalam untuk meningkatkan ventilasi.
- Berikan terapi inhalasi, seperti bronkodilator atau mukolitik, jika diperlukan.
3. Edukasi Kesehatan:
- Edukasikan pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga bersihan jalan napas.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan teknik pembersihan jalan napas.
- Identifikasi dan bantu mengatasi faktor-faktor yang dapat menghambat bersihan jalan napas, seperti merokok atau infeksi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif, pola napas yang normal, dan status pernapasan yang stabil, serta memiliki pengetahuan yang baik tentang pengelolaan bersihan jalan napas. -
Article No. 18600 | 15 Jun 2025
Klinis : risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko infeksi adalah "Risiko Infeksi". Diagnosa ini menggambarkan kerentanan individu terhadap invasi dan proliferasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan. Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan risiko infeksi dapat mencakup usia, status imunologis, prosedur invasif, riwayat infeksi sebelumnya, dan faktor lingkungan.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang pencegahan infeksi.
3. Klien menunjukkan perilaku yang mencegah terjadinya infeksi.
4. Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
5. Klien menunjukkan penyembuhan luka yang baik (jika ada).
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Identifikasi Risiko
- Kaji faktor risiko infeksi pada klien
- Lakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi
- Kaji riwayat infeksi sebelumnya
2. Pencegahan Infeksi
- Edukasi klien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
- Dorong klien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Lakukan tindakan aseptik saat melakukan prosedur invasif
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memantau dan mencegah infeksi
3. Pemantauan dan Evaluasi
- Pantau tanda-tanda vital klien secara rutin
- Pantau perkembangan luka (jika ada) dan tanda-tanda infeksi
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" mengidentifikasi kerentanan klien terhadap infeksi, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko. Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah tercapainya kondisi klien yang bebas dari infeksi, memiliki pengetahuan dan perilaku yang tepat untuk mencegah infeksi, serta menunjukkan tanda-tanda vital dan penyembuhan luka yang baik. Intervensi keperawatan yang dilakukan meliputi identifikasi risiko, pencegahan infeksi, serta pemantauan dan evaluasi secara komprehensif untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan dalam mengatasi risiko infeksi pada klien. -
Article No. 18601 | 15 Jun 2025
Klinis : risiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan terkait dengan risiko jatuh, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi risiko jatuh:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko jatuh berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Jatuh". Risiko Jatuh didefinisikan sebagai kerentanan terhadap terjatuh, yang dapat menyebabkan cedera fisik.
Karakteristik definisi dari Risiko Jatuh menurut SDKI mencakup:
a. Riwayat jatuh sebelumnya
b. Penggunaan alat bantu jalan
c. Gangguan keseimbangan dan mobilitas
d. Perubahan status kesehatan
e. Lingkungan yang tidak aman
f. Penurunan fungsi kognitif
g. Efek samping pengobatan
Faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko pasien untuk mengalami jatuh, sehingga memerlukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah dan mengelola risiko tersebut.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko jatuh adalah:
a. Keseimbangan: Pasien menunjukkan peningkatan keseimbangan tubuh saat berdiri, berjalan, dan beraktivitas.
b. Mobilitas: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan pergerakan dan perpindahan secara mandiri.
c. Integritas Kulit: Pasien tidak mengalami cedera kulit akibat jatuh.
d. Pengetahuan: Pasien dan/atau keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang strategi pencegahan jatuh.
e. Perilaku Pencegahan Jatuh: Pasien dan/atau keluarga menunjukkan perilaku yang tepat untuk mencegah jatuh.
Luaran-luaran ini diharapkan dapat tercapai setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pencegahan dan pengelolaan risiko jatuh.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan risiko jatuh adalah:
a. Identifikasi Risiko Jatuh: Melakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko jatuh pada pasien.
b. Pencegahan Jatuh: Menerapkan strategi pencegahan jatuh, seperti penggunaan alat bantu jalan, modifikasi lingkungan, dan peningkatan kekuatan serta keseimbangan.
c. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai risiko jatuh, strategi pencegahan, dan peran mereka dalam mencegah jatuh.
d. Manajemen Lingkungan: Melakukan modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh, seperti menyediakan pegangan di kamar mandi, memperbaiki pencahayaan, dan menghilangkan permukaan yang licin.
e. Koordinasi Asuhan: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis, dll.) untuk menyusun rencana asuhan yang komprehensif dalam mencegah dan mengelola risiko jatuh.
f. Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan secara berkala terhadap status keseimbangan, mobilitas, dan perilaku pencegahan jatuh, serta mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, seperti peningkatan keseimbangan, mobilitas, integritas kulit, pengetahuan, dan perilaku pencegahan jatuh, sehingga dapat meminimalkan risiko jatuh dan mencegah terjadinya cedera. -
Article No. 18602 | 15 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data: populasi remaja sebanyak 118. Hasil wawancara dengan dinas kesehatan: Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survei kesehatan: 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19% perilaku kesehatan reproduksi kurang baik, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, saya menemukan beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi tersebut, beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI dan kodenya:
1. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Kurang Pengetahuan (00126)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Peningkatan Pengetahuan (1846)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Edukasi Kesehatan (6520)
Definisi: Kekurangan informasi kognitif yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi remaja, seperti pemahaman tentang alat reproduksi, perilaku kesehatan reproduksi, dan masalah kesehatan reproduksi.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Seksual Berisiko
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Risiko Perilaku Seksual Berisiko (00065)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kontrol Perilaku Seksual (1405)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Konseling Seksualitas (6530)
Definisi: Berada dalam situasi yang dapat menyebabkan keterlibatan dalam aktivitas seksual yang tidak aman atau tidak sesuai dengan norma sosial yang dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental remaja.
3. Diagnosa Keperawatan: Kurang Partisipasi Dalam Pemanfaatan Layanan Kesehatan Reproduksi
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Kurang Partisipasi Dalam Pemanfaatan Layanan Kesehatan (00052)
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemanfaatan Layanan Kesehatan (1402)
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Sistem Pelayanan Kesehatan (6510)
Definisi: Kegagalan untuk terlibat dalam pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi yang disediakan di Puskesmas, seperti klinik konsultasi kesehatan reproduksi remaja.
Dalam menangani kondisi ini, perawat komunitas dapat melakukan intervensi keperawatan seperti edukasi kesehatan reproduksi, konseling seksualitas, dan manajemen sistem pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan partisipasi remaja dalam pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi di desa Sukaria. -
Article No. 18603 | 15 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data: populasi remaja sebanyak 118. Hasil wawancara dengan dinas kesehatan: Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survei kesehatan: 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19% perilaku kesehatan reproduksi kurang baik, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang diidentifikasi di Desa Sukaria:
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Defisit Pengetahuan: Kesehatan Reproduksi Remaja** *(Kode SDKI: 00181)*
#### **Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
- **Defisit Pengetahuan (00181):** Ketidakmampuan individu/kelompok untuk mengingat atau memahami informasi terkait kesehatan reproduksi, yang ditandai dengan kurangnya pemahaman tentang anatomi reproduksi, perilaku berisiko, dan sumber informasi yang tidak memadai.
- **Faktor yang Berhubungan:**
- Kurangnya paparan informasi dari sumber terpercaya (petugas kesehatan, orang tua, guru).
- Ketergantungan pada informasi dari teman sebaya dan media yang tidak terverifikasi.
- Minimnya pemanfaatan layanan konsultasi kesehatan reproduksi di Puskesmas.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Pengetahuan: Kesehatan Reproduksi (1803):**
- **Kriteria Evaluasi:**
- Peningkatan pemahaman remaja tentang anatomi dan fungsi sistem reproduksi.
- Peningkatan kesadaran remaja tentang perilaku kesehatan reproduksi yang aman.
- Pemanfaatan sumber informasi yang valid (petugas kesehatan, orang tua, sekolah).
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Pendidikan Kesehatan (5600):**
- **Intervensi:**
- Penyuluhan kesehatan reproduksi berbasis sekolah dan komunitas.
- Pelatihan peer educator untuk remaja.
- Kolaborasi dengan Puskesmas dalam menyediakan klinik konseling ramah remaja.
- Peningkatan keterlibatan orang tua dan guru dalam edukasi kesehatan reproduksi.
### **Rekomendasi:**
Perlu intervensi multidisiplin untuk meningkatkan literasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendekatan berbasis sekolah, keluarga, dan layanan kesehatan yang mudah diakses.
*(Sumber: PPNI, 2017-2019 – Standar Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Indonesia)*
---
*Catatan: Format ini mengikuti kaidah akademis dengan referensi standar keperawatan nasional.* -
Article No. 18604 | 15 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data: populasi remaja sebanyak 118. Hasil wawancara dengan dinas kesehatan: Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survei kesehatan: 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19% perilaku kesehatan reproduksi kurang baik, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kurang Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Definisi: Kekurangan informasi kognitif yang berkaitan dengan pemeliharaan dan fungsi sistem reproduksi.
Faktor yang berhubungan: Kurangnya akses informasi dari petugas kesehatan dan guru.
2. Perilaku Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat
Definisi: Tindakan yang tidak sesuai dengan pemeliharaan dan fungsi sistem reproduksi.
Faktor yang berhubungan: Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Luaran/Output SLKI:
1. Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Definisi: Peningkatan informasi kognitif yang berkaitan dengan pemeliharaan dan fungsi sistem reproduksi.
Indikator:
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi
b. Menjelaskan proses menstruasi dan perubahan pada masa pubertas
c. Menjelaskan cara pencegahan kehamilan dan penyakit menular seksual
2. Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi
Definisi: Peningkatan tindakan yang sesuai dengan pemeliharaan dan fungsi sistem reproduksi.
Indikator:
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkala
b. Menerapkan perilaku hidup sehat terkait kesehatan reproduksi
c. Menggunakan metode kontrasepsi yang sesuai
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Edukasi Kesehatan Reproduksi
Definisi: Memberikan informasi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Aktivitas:
a. Memberikan edukasi tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi
b. Memberikan edukasi tentang proses menstruasi dan perubahan pada masa pubertas
c. Memberikan edukasi tentang pencegahan kehamilan dan penyakit menular seksual
2. Konseling Kesehatan Reproduksi
Definisi: Memberikan bimbingan dan dukungan terkait masalah kesehatan reproduksi.
Aktivitas:
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah kesehatan reproduksi remaja
b. Memberikan konseling tentang perilaku kesehatan reproduksi yang sehat
c. Memfasilitasi remaja untuk mengakses layanan kesehatan reproduksi di Puskesmas
3. Pengembangan Kemitraan Kesehatan Reproduksi
Definisi: Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya promosi kesehatan reproduksi remaja.
Aktivitas:
a. Berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan sekolah untuk meningkatkan program kesehatan reproduksi remaja
b. Melibatkan orang tua dan tokoh masyarakat dalam edukasi kesehatan reproduksi remaja
c. Menjalin kerjasama dengan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terintegrasi, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja di desa Sukaria. -
Article No. 18605 | 15 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data: populasi remaja sebanyak 118. Hasil wawancara dengan dinas kesehatan: Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survei kesehatan: 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19% perilaku kesehatan reproduksi kurang baik, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi yang teridentifikasi adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z00.3
- Deskripsi: Pemeriksaan kesehatan remaja
Tidak terdapat prosedur/tindakan medis yang spesifik berdasarkan informasi yang diberikan. Namun, beberapa tindakan yang mungkin dapat dilakukan adalah:
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Konseling kesehatan remaja
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 Z00.3 (Pemeriksaan kesehatan remaja) sesuai dengan situasi yang dipaparkan, di mana perawat komunitas melakukan pengkajian terhadap populasi remaja di desa Sukaria.
2. Tidak ada tindakan medis yang spesifik disebutkan dalam kasus ini, tetapi konseling kesehatan remaja (Kode ICD-9-CM 93.94) dapat menjadi salah satu intervensi yang sesuai dengan kebutuhan informasi kesehatan reproduksi yang diidentifikasi pada remaja di desa tersebut.