Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4972 | 07 Nov 2024
Klinis : Gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: G93.5
- Deskripsi: Gangguan perfusi jaringan serebral yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 01.24
- Deskripsi: Pemantauan tekanan intrakranial, dilakukan pada pasien dengan kondisi yang mengarah pada peningkatan tekanan intrakranial, seperti cedera kepala, stroke, atau tumor otak. Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi dan memantau perubahan tekanan intrakranial sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat.
Penjelasan:
Kode ICD-10 G93.5 digunakan untuk menggambarkan gangguan perfusi jaringan serebral yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial. Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai penyebab, seperti cedera kepala, stroke, atau tumor otak. Peningkatan tekanan intrakranial dapat menghambat aliran darah ke otak dan menyebabkan gangguan dalam suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada sel-sel saraf.
Tindakan pemantauan tekanan intrakranial (kode ICD-9-CM 01.24) merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengukur dan memantau perubahan tekanan di dalam rongga kranial. Hal ini penting untuk mendeteksi peningkatan tekanan intrakranial yang dapat mengganggu perfusi jaringan serebral dan menyebabkan berbagai komplikasi, seperti kematian serebral, edema otak, dan hernisasi otak. Dengan pemantauan tekanan intrakranial, dokter dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengelola peningkatan tekanan intrakranial dan mempertahankan perfusi jaringan serebral yang adekuat. -
Article No. 4973 | 07 Nov 2024
Klinis : Gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan perfusi jaringan serebral adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, yang dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, sehingga mengakibatkan disfungsi otak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan perfusi jaringan serebral antara lain pemulihan status neurologi, pemantauan tanda-tanda vital, dan pencegahan komplikasi akibat peningkatan tekanan intrakranial.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan status neurologis, manajemen nyeri, manajemen cairan, serta intervensi untuk menurunkan tekanan intrakranial, seperti elevasi kepala, pemberian oksigen, dan pemberian obat-obatan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar perawat
Penjelasan ini diberikan dengan nada formal dan informatif, sesuai dengan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 4974 | 07 Nov 2024
Klinis : Pola nafas tidak efektif b.d gangguan regulasi pernapasan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan sebagai seorang pakar keperawatan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Pola nafas tidak efektif b.d gangguan regulasi pernapasan":
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi (SDKI):
Ketidakmampuan untuk melakukan pernapasan yang memberikan ventilasi adekuat.
Faktor Berhubungan (SDKI):
Gangguan regulasi pernapasan
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Frekuensi napas dalam rentang normal
2. Irama pernapasan teratur
3. Kedalaman napas adekuat
4. Tidak ada retraksi otot bantu pernapasan
5. Tidak ada suara napas tambahan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kaji pola, kedalaman, dan frekuensi napas
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Ajarkan teknik pernapasan efektif
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator atau ventilasi mekanik jika diperlukan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" mengacu pada kondisi di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk melakukan pernapasan yang memberikan ventilasi adekuat. Faktor yang berhubungan adalah gangguan regulasi pernapasan, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan pola, kedalaman, dan frekuensi napas.
Kriteria hasil yang diharapkan adalah frekuensi napas dalam rentang normal, irama pernapasan teratur, kedalaman napas adekuat, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan, dan tidak ada suara napas tambahan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengkaji pola, kedalaman, dan frekuensi napas, memonitor tanda-tanda vital, memberikan oksigen sesuai kebutuhan, mengajarkan teknik pernapasan efektif, serta berkolaborasi dengan pemberian bronkodilator atau ventilasi mekanik jika diperlukan. -
Article No. 4975 | 07 Nov 2024
Klinis : Resiko infeksi b.d luka jahit dikepala
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi Risiko Infeksi berhubungan dengan luka jahit di kepala.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi (NANDA-I)
Definisi:
Rentan mengalami infeksi atau kemungkinan besar mengalami infeksi.
Faktor Risiko:
1. Kerusakan integritas kulit/jaringan
2. Prosedur invasif
3. Defisiensi sistem imun
Gejala dan Tanda:
1. Adanya luka terbuka atau luka jahitan
2. Tanda peradangan (kemerahan, bengkak, nyeri, panas)
3. Peningkatan suhu tubuh
4. Peningkatan jumlah leukosit
Intervensi Keperawatan (NIC):
1. Pemantauan Tanda Vital
2. Perawatan Luka
3. Manajemen Infeksi
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
Hasil yang Diharapkan (NOC):
1. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
2. Tidak ada komplikasi akibat infeksi
3. Pasien memahami dan mampu merawat luka
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kemungkinan rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan yang diharapkan adalah tidak terdapat tanda dan gejala infeksi, tidak ada komplikasi akibat infeksi, dan pasien memahami serta mampu merawat luka.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda vital, perawatan luka, manajemen infeksi, dan edukasi pasien dan keluarga.
Demikian penjelasan singkat tentang diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Risiko Infeksi berhubungan dengan luka jahit di kepala. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 4976 | 07 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan sesak nafas lebih banyak tidur dan bengkak pada kedua tungkai kaki sejak 2 hari menurut keluarga pasien memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 sejak 10 tahun yang lalu kesadaran samnolen E2 verbal 2 motorik 4 tekanan darah 124/74 hatret 97 RR 22 suhu 36 berat badan saat ini 89 kilo normalnya rp83 kilo terdapat fitting adem positif suara nafas bersih tanpa roundhie output urin 1.500 mili per 24 jam hasil lab natrium 132 kalium 5,5 klorida 106 ureum 450 Kreatinin 17,5 hasil AGD PH 7,1 hco312 pco2 40 po2 50
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan melihat kondisi pasien yang diberikan, maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Diagnosa Keperawatan sebagai berikut:
1. Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Kondisi kelebihan cairan tubuh yang dapat ditandai dengan adanya sesak napas, edema, dan peningkatan berat badan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat sesuai kebutuhan tubuh.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen cairan, pembatasan asupan cairan, dan monitoring status cairan.
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Keterbatasan fisik yang menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, manajemen kelelahan, dan perawatan diri.
3. Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
- SDKI: Rentan terhadap serangan patogen dari lingkungan internal maupun eksternal.
- SLKI: Pasien dapat bebas dari infeksi.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pencegahan infeksi, perawatan luka, dan manajemen infeksi.
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk mengelola kondisi pasien dengan sesak napas, edema, dan riwayat diabetes melitus. -
Article No. 4977 | 07 Nov 2024
Klinis : hiperglikemi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh adalah kondisi di mana asupan nutrisi melampaui kebutuhan metabolik individu, yang dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari manajemen hiperglikemia meliputi:
1. Kadar glukosa darah dalam rentang normal
2. Tidak ada tanda-tanda komplikasi akibat hiperglikemia
3. Pasien dan/atau keluarga dapat melakukan manajemen glukosa darah secara mandiri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi hiperglikemia meliputi:
1. Pemantauan kadar glukosa darah secara berkala
2. Pemberian obat antihiperglikemia sesuai instruksi medis
3. Edukasi tentang diet dan aktivitas fisik yang sesuai untuk mengontrol glukosa darah
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengoptimalkan pengelolaan hiperglikemia
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tim kesehatan lainnya untuk memantau, mengelola, dan memperbaiki keseimbangan nutrisi dan kadar glukosa darah pasien. Tujuannya adalah mencapai hasil yang optimal dan mencegah komplikasi akibat hiperglikemia. -
Article No. 4978 | 07 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan ada sedikit sesak, dan kaki kanan dan kiri terasa kaku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
- SDKI: Keterbatasan kemampuan fisik untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi.
- SLKI: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kapasitas dan toleransi.
- SIKI: Upaya perawat untuk membantu klien meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi dan kapasitas.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Penjelasan:
- SDKI: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain (saat berjalan, bergerak, berputar, atau mengubah posisi tubuh) yang memengaruhi kesehatan.
- SLKI: Kemampuan individu untuk bergerak secara bebas dan mudah.
- SIKI: Upaya perawat untuk membantu klien meningkatkan kemampuan bergerak secara bebas dan mudah.
Berdasarkan kondisi pasien yang mengeluh sesak nafas dan kaki terasa kaku, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Intoleransi Aktivitas dan Gangguan Mobilitas Fisik. Perawat akan melakukan intervensi keperawatan yang berfokus pada membantu pasien meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi dan kapasitas, serta membantu meningkatkan kemampuan bergerak secara bebas dan mudah. -
Article No. 4979 | 07 Nov 2024
Klinis : Perawatan luka
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi "Perawatan Luka":
1. Kode ICD-10:
- Kode: T30.0
- Deskripsi: Luka terbuka, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.57
- Deskripsi: Perawatan luka dan penggantian perban pada pasien, tidak termasuk di bagian lain
Penjelasan:
Dalam klasifikasi ICD-10, kode T30.0 digunakan untuk menggambarkan luka terbuka yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Ini dapat meliputi berbagai jenis luka, termasuk luka perawatan, yang memerlukan perawatan, pengobatan, dan ganti perban.
Sementara itu, dalam klasifikasi ICD-9-CM, kode 93.57 digunakan untuk prosedur perawatan luka dan penggantian perban pada pasien, tidak termasuk di bagian lain. Kode ini mencakup berbagai tindakan perawatan luka, seperti pembersihan, pemberian obat, dan penggantian perban, yang dilakukan untuk mengelola dan merawat luka.
Perlu diperhatikan bahwa pemilihan kode yang tepat bergantung pada kondisi spesifik pasien, karakteristik luka, dan tindakan medis yang dilakukan dalam perawatan luka tersebut. Dokumentasi yang lengkap dan akurat sangat penting untuk memastikan pengkodean yang sesuai. -
Article No. 4846 | 07 Nov 2024
Klinis : seorang pasien laki-laki 76 tahun datang ke rumah sakit, dengan keluhan pusing serta demam flue sudah 2 hari, pasien di diagnosa medis menderita TIA dimana dalam kurun waktu 1 tahun pasien sudah pingsan 8 kali pasien juga mengalami pengapuran pada tulang kaki, untuk TTV pasien di dapatkan TD 119/81, N 65, S 38,5, RR 16, nah diagnosa keperawatan apa yang cocok untuk kasus di atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda paparkan, serta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan Transient Ischemic Attack (TIA) ditandai dengan episode pingsan berulang.
2. Risiko Jatuh berhubungan dengan Pengapuran Tulang Kaki.
3. Hipertermia berhubungan dengan Infeksi Saluran Pernapasan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan panduan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat. Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Gangguan Perfusi Jaringan Serebral, Risiko Jatuh, dan Hipertermia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah panduan yang berisi luaran atau outcome yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan. Pada kasus ini, luaran yang diharapkan adalah perbaikan perfusi serebral, pencegahan jatuh, dan penurunan suhu tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan panduan yang berisi tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda vital, manajemen terapi oksigen, pencegahan risiko jatuh, dan pemberian antipiretik.
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 4847 | 07 Nov 2024
Klinis : seorang pasien laki-laki 76 tahun datang ke rumah sakit, dengan keluhan pusing serta demam flue sudah 2 hari, pasien di diagnosa medis menderita TIA dimana dalam kurun waktu 1 tahun pasien sudah pingsan 8 kali pasien juga mengalami pengapuran pada tulang kaki, untuk TTV pasien di dapatkan TD 119/81, N 65, S 38,5, RR 16, nah diagnosa keperawatan apa yang cocok untuk kasus di atas adalah 1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan Transient Ischemic Attack (TIA) ditandai dengan episode pingsan berulang. 2. Risiko Jatuh berhubungan dengan Pengapuran Tulang Kaki. Nah WOC atau Patofisiologi apa yang dapat di buat dari kasus dan diagnosa di atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis dan penjelasan diagnosa keperawatan serta patofisiologi yang sesuai dengan kasus pasien laki-laki berusia 76 tahun dengan riwayat TIA dan pengapuran tulang kaki yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan Transient Ischemic Attack (TIA) ditandai dengan episode pingsan berulang.
- Penjelasan: Transient Ischemic Attack (TIA) adalah gangguan sementara aliran darah ke otak yang menyebabkan gejala neurologis yang reversibel. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan perfusi jaringan serebral yang ditandai dengan episode pingsan berulang pada pasien.
2. Risiko Jatuh berhubungan dengan Pengapuran Tulang Kaki.
- Penjelasan: Pengapuran tulang kaki dapat menyebabkan penurunan mobilitas dan keseimbangan, meningkatkan risiko jatuh pada pasien lanjut usia.
Patofisiologi:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan Transient Ischemic Attack (TIA):
- Pasien mengalami TIA, yang merupakan gangguan sementara aliran darah ke otak yang menyebabkan gejala neurologis reversibel. Hal ini dapat disebabkan oleh penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah serebral, yang menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
- Kondisi ini menyebabkan gangguan perfusi jaringan serebral, yang ditandai dengan episode pingsan berulang pada pasien. Pingsan terjadi karena penurunan aliran darah dan oksigen ke otak, sehingga terjadi gangguan fungsi dan kesadaran.
- Faktor risiko TIA pada pasien ini antara lain usia lanjut, riwayat episode pingsan berulang, serta kemungkinan adanya faktor komorbiditas lain, seperti hipertensi atau diabetes.
2. Risiko Jatuh berhubungan dengan Pengapuran Tulang Kaki:
- Pengapuran tulang kaki pada pasien lanjut usia dapat menurunkan mobilitas dan keseimbangan, serta meningkatkan risiko jatuh.
- Pengapuran tulang menyebabkan kekakuan dan penurunan fleksibilitas sendi, sehingga mengganggu fungsi dan koordinasi gerak dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjatuh, terutama saat berjalan, berdiri, atau melakukan aktivitas yang membutuhkan keseimbangan.
Sebagai perawat, saya akan mempertimbangkan diagnosa keperawatan dan patofisiologi ini dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, dengan tujuan mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien.