Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6681 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien ckd on hd, pasien terpasang ETT dan ventilator, respirasi rate normal, saturasi normal, terdapat plak di saluran ETT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Karakteristik Definisi: Adanya sumbatan mekanis pada saluran pernapasan (plak pada ETT), sputum yang berlebihan, iritasi/infeksi pada saluran pernapasan.
2. Risiko Infeksi
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Karakteristik Definisi: Pasien menjalani hemodialisis (CKD on HD) dan terpasang alat medis (ETT dan ventilator) yang meningkatkan risiko infeksi.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Tidak ada sumbatan pada saluran pernapasan.
- Frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen dalam batas normal.
2. Bebas Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada saluran pernapasan atau tempat pemasangan ETT.
- Tidak ada peningkatan suhu tubuh, leukosit, atau petanda infeksi lainnya.
- Pasien tidak mengalami komplikasi akibat infeksi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Lakukan suction ETT secara rutin untuk membersihkan plak dan sekret.
b. Berikan humidifikasi dan bronkodilator melalui ventilator untuk membantu melonggarkan sekret.
c. Ajarkan pasien teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
d. Pantau frekuensi pernapasan, pola pernapasan, dan saturasi oksigen.
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan terapi yang sesuai, seperti pemberian antibiotik atau bronkodilator.
2. Risiko Infeksi
a. Lakukan perawatan ETT dan ventilator sesuai prosedur aseptik.
b. Pantau tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh, leukosit, atau perubahan warna/jumlah sekret.
c. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik profilaksis atau penanganan infeksi, jika diperlukan.
e. Pertahankan praktik kebersihan tangan yang baik sebelum dan setelah kontak dengan pasien.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien CKD on HD yang terpasang ETT dan ventilator dengan plak pada saluran ETT adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Risiko Infeksi. Pasien memiliki risiko tersumbatnya jalan napas akibat adanya plak pada ETT, serta risiko infeksi yang tinggi karena menjalani hemodialisis dan terpasang alat medis.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif dan Bebas Infeksi. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan mencegah terjadinya komplikasi infeksi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup suction ETT secara rutin, humidifikasi dan pemberian bronkodilator, edukasi teknik batuk efektif, pemantauan tanda-tanda vital dan pernapasan, serta kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi yang sesuai. Selain itu, perawatan ETT dan ventilator secara aseptik, pemantauan tanda-tanda infeksi, edukasi pencegahan infeksi, dan praktik kebersihan tangan yang baik juga diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif dan bebas dari infeksi. -
Article No. 6682 | 22 Nov 2024
Klinis : risiko cedera
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko cedera, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosis Keperawatan:
Risiko Cedera
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Risiko Cedera didefinisikan sebagai kerentanan terhadap cedera fisik yang dapat menyebabkan kerusakan tubuh.
- Faktor risiko dapat meliputi kondisi fisik, psikologis, sosial, atau lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera.
- Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk menurunkan atau mencegah terjadinya cedera pada pasien.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Indikator hasil yang diharapkan pada pasien dengan risiko cedera antara lain:
a. Integritas kulit terjaga
b. Bebas dari cedera
c. Kemampuan pasien dalam mencegah cedera
d. Kemampuan pasien dalam mengelola faktor risiko cedera
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko cedera meliputi:
a. Manajemen lingkungan: Mengidentifikasi dan mengurangi faktor risiko di lingkungan
b. Edukasi kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pencegahan cedera
c. Manajemen nyeri: Mengelola nyeri yang dapat meningkatkan risiko cedera
d. Perawatan luka: Merawat luka yang dapat menjadi pintu masuk infeksi dan meningkatkan risiko cedera
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan yang komprehensif untuk mengelola risiko cedera pada pasien secara efektif. -
Article No. 6683 | 22 Nov 2024
Klinis : Ny. Y usia 45 tahun datang ke IGD karena sesak nafas, frekuensi pernafasan 32x/menit, frekuensi nadi 98x/menit, saturasi oksigen 90%. Dari hasil foto thorax ditemukan akumulasi cairan di paru paru atau oedem paru
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi Ny. Y dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J81
- Deskripsi: Edema paru
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Pemberian oksigen terapi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10: J81 - Edema Paru
- Edema paru adalah kondisi di mana terjadi akumulasi cairan di paru-paru, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gagal jantung, gangguan ginjal, atau cedera paru. Hal ini dapat menyebabkan sesak napas, napas cepat, dan penurunan saturasi oksigen, sesuai dengan gejala yang dialami oleh Ny. Y.
2. Kode ICD-9-CM Procedure: 99.04 - Pemberian Oksigen Terapi
- Berdasarkan gejala sesak napas dan penurunan saturasi oksigen yang dialami oleh Ny. Y, pemberian oksigen terapi merupakan tindakan yang umum dilakukan untuk membantu meningkatkan kadar oksigen dalam darah dan mengatasi masalah pernapasan.
Dalam penanganan kasus ini, selain pemberian oksigen, dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fungsi paru, atau tindakan lainnya yang sesuai dengan kondisi pasien untuk menentukan penyebab edema paru dan memberikan penanganan yang tepat. -
Article No. 6684 | 22 Nov 2024
Klinis : Ny. Y usia 45 tahun datang ke IGD karena sesak nafas, frekuensi pernafasan 32x/menit, frekuensi nadi 98x/menit, saturasi oksigen 90%. Dari hasil foto thorax ditemukan akumulasi cairan di paru paru atau oedem paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat dari SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien akan menunjukkan pola napas yang efektif, dengan kriteria hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Penggunaan otot bantu pernapasan minimal
- Saturasi oksigen dalam batas normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Pemberian oksigen
- Latihan napas dalam
- Pengaturan posisi semi-fowler
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis
Catatan:
Berdasarkan kondisi pasien, yaitu sesak nafas dengan frekuensi pernapasan 32x/menit, saturasi oksigen 90%, dan ditemukan akumulasi cairan di paru-paru atau edema paru, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif. -
Article No. 6685 | 22 Nov 2024
Klinis : kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera (SDKI)
Penjelasan:
Risiko Cedera adalah diagnosa keperawatan yang berfokus pada kemungkinan terjadinya cedera fisik pada pasien, seperti luka, fraktur, atau trauma lainnya. Dalam kasus kejang, pasien berisiko mengalami cedera karena adanya kontraksi otot yang tidak terkontrol selama serangan kejang.
Outcome (SLKI):
1. Tidak terjadi cedera selama kejang
2. Pasien/keluarga mampu mengidentifikasi penyebab dan pencetus kejang
3. Pasien/keluarga mampu melakukan tindakan pertolongan pertama saat kejang
Intervensi (SIKI):
1. Observasi tanda-tanda vital dan status neurologis pasien
2. Atur posisi pasien agar aman selama kejang
3. Berikan oksigen dan pertolongan pertama sesuai prosedur
4. Identifikasi penyebab dan pencetus kejang
5. Edukasi pasien/keluarga tentang manajemen kejang
Standar ini dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. Diagnosa, outcome, dan intervensi keperawatan ini dapat digunakan sebagai panduan bagi perawat dalam menangani kasus kejang. -
Article No. 6686 | 22 Nov 2024
Klinis : sop risiko hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi risiko hipovolemia berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Hipovolemia". Risiko Hipovolemia didefinisikan sebagai "Berisiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler yang dapat membahayakan kesehatan".
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko hipovolemia berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Perfusi Jaringan Efektif: Menunjukkan adanya suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat ke seluruh jaringan tubuh.
2. Keseimbangan Cairan: Menunjukkan keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan.
3. Tanda-Tanda Vital dalam Rentang Normal: Meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh yang berada dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan risiko hipovolemia adalah:
1. Manajemen Cairan:
- Kaji status cairan pasien, termasuk asupan dan pengeluaran cairan.
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan terapi cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan atau intervensi lain yang diperlukan.
2. Pemantauan Tanda Vital:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh.
- Catat dan dokumentasikan perubahan tanda-tanda vital yang terjadi.
- Laporkan segera kepada tenaga kesehatan jika terjadi perubahan tanda-tanda vital yang signifikan.
3. Manajemen Hipovolemia:
- Kaji tanda-tanda dan gejala hipovolemia, seperti kulit dingin, nadi lemah, penurunan turgor kulit, dll.
- Lakukan tindakan untuk mencegah dan mengatasi hipovolemia, seperti pemberian cairan intravena, obat-obatan, dll.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menentukan intervensi yang tepat dalam mengatasi hipovolemia.
Penjelasan Rinci:
Risiko Hipovolemia merupakan kondisi yang mengancam jiwa karena dapat menyebabkan penurunan volume cairan intravaskuler yang dapat mempengaruhi perfusi jaringan. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang tepat sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat, menjaga tanda-tanda vital dalam rentang normal, dan mencegah serta mengatasi hipovolemia yang dapat terjadi.
Melalui manajemen cairan yang tepat, pemantauan tanda vital yang ketat, dan intervensi yang kolaboratif dengan tim medis, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perfusi jaringan yang efektif, keseimbangan cairan, serta tanda-tanda vital yang stabil dan dalam batas normal. -
Article No. 6687 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien Ckd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD).
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal, ditandai dengan edema, berat badan meningkat, dan peningkatan tekanan darah.
SLKI:
- Keseimbangan cairan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan tanda-tanda vital, berat badan, dan asupan-output cairan dalam batas normal.
SIKI:
- Manajemen cairan: Melakukan pemantauan asupan dan output cairan, pembatasan asupan cairan, dan pemberian diuretik sesuai indikasi.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan malabsorpsi, ditandai dengan penurunan berat badan dan kadar albumin serum yang rendah.
SLKI:
- Status nutrisi: Pasien menunjukkan status nutrisi yang adekuat, ditandai dengan berat badan, indeks massa tubuh, dan kadar albumin serum dalam batas normal.
SIKI:
- Manajemen nutrisi: Melakukan pengkajian status nutrisi, pemberian makanan yang sesuai dengan kebutuhan, dan kolaborasi dengan ahli gizi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan anemia, ditandai dengan kelelahan dan dispnea saat aktivitas.
SLKI:
- Toleransi aktivitas: Pasien menunjukkan toleransi aktivitas yang adekuat, ditandai dengan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai kelelahan yang berlebihan.
SIKI:
- Manajemen intoleransi aktivitas: Melakukan pengkajian toleransi aktivitas, pemberian program latihan fisik yang sesuai, dan kolaborasi dengan fisioterapis.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) rentan mengalami berbagai masalah keperawatan, seperti kelebihan volume cairan, gangguan nutrisi, dan intoleransi aktivitas. Diagnosa keperawatan dan intervensi yang diberikan bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, sehingga dapat membantu pasien mencapai keseimbangan cairan, status nutrisi yang adekuat, dan toleransi aktivitas yang baik. -
Article No. 6688 | 22 Nov 2024
Klinis : Ny. N, 80 tahun, dirawat di rumah sakit karena stroke. Akibat stroke, Ny. N mengalami Kelumpuhan ekstremitas kanan dan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, dan berpakaian sendiri. Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi Ny. N adalah:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi Ny. N adalah "Mobilitas Fisik Terganggu" (SDKI). Diagnosa ini menggambarkan keterbatasan kemampuan individu untuk melakukan pergerakan yang disengaja, terkontrol, dan terkoordinasi, yang dapat mengganggu kinerja peran dan fungsi sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik: Individu dapat bergerak secara mandiri dengan aman dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Perawatan Diri: Individu dapat melakukan perawatan diri secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
3. Aktivitas Sehari-hari: Individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mobilitas:
a. Kolaborasi dengan tim terapeutik untuk mengoptimalkan fungsi fisik dan mobilitas.
b. Memberi latihan mobilitas dan aktivitas fungsional sesuai kondisi pasien.
c. Memfasilitasi penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai.
d. Memantau respons pasien terhadap aktivitas.
2. Perawatan Diri:
a. Membantu pasien dalam melakukan perawatan diri (makan, mandi, berpakaian) sesuai kemampuan.
b. Mengajarkan keterampilan perawatan diri yang dapat dilakukan sendiri.
c. Mengevaluasi kemajuan pasien dalam melakukan perawatan diri.
3. Peningkatan Aktivitas Sehari-hari:
a. Mengidentifikasi aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan pasien.
b. Menyusun rencana aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
c. Memantau dan mencatat kemajuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Melibatkan keluarga dalam membantu peningkatan aktivitas sehari-hari.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Mobilitas Fisik Terganggu" tepat untuk menggambarkan kondisi Ny. N karena stroke yang dialaminya menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas kanan dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Luaran yang diharapkan adalah agar Ny. N dapat bergerak secara mandiri dengan aman dan efisien, melakukan perawatan diri secara mandiri atau dengan bantuan minimal, serta dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri atau dengan bantuan minimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen mobilitas, perawatan diri, dan peningkatan aktivitas sehari-hari, dengan melibatkan tim terapeutik, memfasilitasi alat bantu, memberikan latihan, dan memantau kemajuan pasien. -
Article No. 6689 | 22 Nov 2024
Klinis : Tn B, 76 tahun, dirawat di rumah sakit karena malnutrisi. Beliau mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam 6 bulan terakhir, nafsu makan menurun, dan kelemahan. Diagnosa keperawatan yang paling tepat berdasarkan kasus di atas adalah...
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi Tn B yang mengalami malnutrisi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk kondisi Tn B adalah "Risiko Ketidakefektifan Nutrisi" (00002). Hal ini didasarkan pada gejala yang dialami Tn B, yaitu penurunan berat badan yang signifikan, nafsu makan menurun, dan kelemahan. Kondisi ini menunjukkan adanya risiko malnutrisi atau ketidakefektifan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Asupan Nutrisi: Peningkatan asupan makanan dan minuman yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh (0004).
2. Status Nutrisi: Perbaikan status nutrisi yang ditandai dengan peningkatan berat badan dan perbaikan parameter laboratorium terkait nutrisi (0002).
3. Kekuatan dan Ketahanan: Peningkatan kekuatan dan ketahanan fisik Tn B (0005).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi:
a. Lakukan skrining dan penilaian status nutrisi secara komprehensif.
b. Terapkan diet yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi Tn B.
c. Tinjau dan monitor asupan nutrisi Tn B secara teratur.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang tepat.
2. Peningkatan Asupan Nutrisi:
a. Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
b. Bantu Tn B dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang sesuai.
c. Modifikasi makanan dan minuman untuk meningkatkan nafsu makan.
d. Berikan suplemen nutrisi sesuai kebutuhan Tn B.
3. Manajemen Energi:
a. Bantu Tn B dalam mengatur aktivitas dan istirahat.
b. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kelelahan dan kelemahan.
c. Berikan aktivitas fisik yang sesuai dengan kemampuan Tn B.
d. Pantau tanda-tanda kelelahan dan berikan intervensi yang tepat.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu Tn B dalam meningkatkan status nutrisi, kekuatan, dan ketahanan fisiknya sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dalam pemulihan kondisinya. -
Article No. 6690 | 22 Nov 2024
Klinis : pasien wanitA usia 26 tahun post sectio caesaria dengan keluhan kejang dan penurunan kesadaran
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien wanita usia 26 tahun post sectio caesaria dengan keluhan kejang dan penurunan kesadaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O90.3
- Deskripsi: Kejang setelah persalinan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 75.5
- Deskripsi: Seksio Caesarea
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O90.3 (Kejang setelah persalinan):
- Kode ini digunakan untuk mengklasifikasikan kejang yang terjadi setelah persalinan, termasuk kejang pascasesarea.
- Kejang setelah persalinan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti eklamsia, gangguan elektrolit, atau komplikasi lainnya.
- Penegakan diagnosis memerlukan evaluasi klinis dan pemeriksaan penunjang yang sesuai.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 75.5 (Seksio Caesarea):
- Kode ini digunakan untuk mengklasifikasikan prosedur pembedahan seksio caesarea yang telah dilakukan sebelumnya pada pasien.
- Seksio caesarea adalah prosedur pembedahan untuk melahirkan bayi melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi).
- Riwayat seksio caesarea dapat menjadi faktor predisposisi untuk komplikasi pascapersalinan, seperti kejang, yang perlu dipertimbangkan dalam manajemen pasien.
Dalam penanganan kasus ini, selain pengkodean diagnosis dan prosedur, perlu dilakukan evaluasi klinis yang komprehensif, pemeriksaan penunjang yang sesuai, dan tatalaksana medis yang tepat untuk mengatasi kejang dan menjaga stabilitas kondisi pasien.