Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4956 | 07 Nov 2024
Klinis : manajemen nyeri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait manajemen nyeri, dengan penjelasan yang detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52
- Deskripsi: Nyeri, tidak diklasifikasikan di tempat lain. Kode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi nyeri yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang lebih spesifik. Nyeri dapat melibatkan berbagai sistem organ dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 03.91
- Deskripsi: Blokade saraf, tindakan invasif untuk mengatasi nyeri kronis. Prosedur ini dapat mencakup berbagai teknik, seperti blokade epidural, blokade saraf perifer, atau neurolisis, yang bertujuan untuk menghambat transmisi impuls nyeri ke otak.
- Kode: 03.92
- Deskripsi: Injeksi zat anestetik atau analgesik, tindakan non-invasif untuk manajemen nyeri akut atau kronis. Prosedur ini dapat melibatkan injeksi obat-obatan ke dalam ruang epidural, sendi, atau area otot untuk mengurangi rasa nyeri.
- Kode: 93.05
- Deskripsi: Terapi nyeri, mencakup berbagai modalitas non-invasif untuk manajemen nyeri, seperti terapi panas/dingin, stimulasi saraf listrik transkutaneus (TENS), akupunktur, atau terapi perilaku kognitif.
Manajemen nyeri dapat melibatkan kombinasi pendekatan farmakologis, intervensi invasif, dan terapi non-farmakologis, tergantung pada penyebab, tingkat, dan karakteristik nyeri yang dialami oleh pasien. Evaluasi dan pengelolaan nyeri yang komprehensif penting untuk mencapai pengurangan rasa sakit dan peningkatan kualitas hidup pasien. -
Article No. 4959 | 07 Nov 2024
Klinis : Klien mengatakan memiliki riwayat BAB darah selama 2 minggu sekarang BAB darah sudah berkurang, klien mengatakan lemas, Hb 7,6, klien tampak pucat, akral klien dingin, klien tampak lemah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Hipovolemia adalah keadaan di mana terdapat potensi penurunan volume cairan intravaskuler yang dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
- Faktor yang berhubungan: Perdarahan gastrointestinal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Outcome yang diharapkan: Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda hipovolemia, dan tidak ada perdarahan aktif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Monitor tanda-tanda vital, intake, output, dan perdarahan.
2. Observasi adanya tanda-tanda hipovolemia.
3. Berikan dukungan cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan.
4. Kolaborasi dengan tenaga medis terkait untuk penanganan perdarahan.
5. Berikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang kondisi dan tindakan yang dilakukan.
Tone = akademis, persona = pakar, nurse
Dengan pendekatan yang lebih formal dan berbasis bukti, saya memberikan penjelasan singkat tentang diagnosa keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi klien yang Anda deskripsikan. -
Article No. 4960 | 07 Nov 2024
Klinis : DS: Pasien mengeluhkan sering mengalami infeksi pernapasan dan merasa mudah lelah. Pasien merasa stres terkait pekerjaan. DO: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukopenia (3.500/µL) dan neutropenia (35%), yang menunjukkan penurunan jumlah sel darah putih dan neutrofil. Kelenjar getah bening di leher teraba membesar.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Pernapasan Kronis
Penjelasan: Pasien mengeluhkan sering mengalami infeksi pernapasan, yang dapat disebabkan oleh penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan neutrofil (neutropenia) yang terlihat pada hasil pemeriksaan laboratorium. Kondisi ini meningkatkan risiko pasien mengalami infeksi pernapasan kronis.
2. Kelelahan
Penjelasan: Pasien merasa mudah lelah, yang dapat terkait dengan kondisi infeksi pernapasan kronis dan stres akibat pekerjaan. Kelelahan dapat mempengaruhi aktivitas dan produktivitas pasien.
3. Stres Terkait Pekerjaan
Penjelasan: Pasien merasa stres terkait pekerjaan, yang dapat berdampak pada kondisi fisik dan mental pasien. Stres berkepanjangan dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan.
Berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi pasien ini antara lain:
1. Manajemen Infeksi Pernapasan Kronis:
- Pengkajian tanda dan gejala infeksi pernapasan
- Pemantauan status imunologi
- Pemberian terapi antibiotik atau antiviral sesuai indikasi
- Edukasi tentang pencegahan infeksi pernapasan
2. Manajemen Kelelahan:
- Pengkajian faktor penyebab kelelahan
- Perencanaan dan pengaturan istirahat yang adekuat
- Pemberian terapi farmakologis atau nonfarmakologis untuk mengatasi kelelahan
3. Manajemen Stres Terkait Pekerjaan:
- Pengkajian sumber dan tingkat stres
- Pemberian teknik manajemen stres, seperti relaksasi, aktivitas fisik, konseling
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (psikolog, psikiater) jika diperlukan
Penanganan komprehensif yang melibatkan aspek fisik, mental, dan sosial diharapkan dapat membantu pasien mengatasi kondisi yang dialaminya. -
Article No. 4961 | 07 Nov 2024
Klinis : Klien mengatakan memiliki riwayat BAB darah selama 2 minggu sekarang BAB darah sudah berkurang, klien mengatakan lemas, Hb 7,6, klien tampak pucat, akral klien dingin, klien tampak lemah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal ditandai dengan BAB berdarah, Hb rendah, pucat, akral dingin, dan lemah.
Penjelasan:
- SDKI: Defisit Volume Cairan adalah kondisi di mana jumlah cairan yang dikonsumsi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
- SLKI: Tujuan yang ingin dicapai adalah Keseimbangan Cairan yang Memadai, ditandai dengan parameter vital dalam batas normal, mempertahankan intake-output cairan seimbang, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan atau kelebihan cairan.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Cairan, yaitu mengidentifikasi dan memantau status cairan, mengatur dan mempertahankan keseimbangan cairan, serta mencegah komplikasi akibat defisit atau kelebihan cairan.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 4962 | 07 Nov 2024
Klinis : klien mengatakan badan lemas, Hb 7,6, klien tampak pucat, akral klien dingin, klien tampak lemah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi klien tersebut dapat didiagnosis dengan diagnosa keperawatan:
1. Defisiensi Volume Cairan
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Defisiensi Volume Cairan adalah kondisi di mana individu mengalami kehilangan cairan tubuh yang melebihi asupan, mengakibatkan hipovolemia.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Peningkatan volume cairan tubuh yang adekuat, Peningkatan perfusi jaringan, Peningkatan tanda-tanda vital yang normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen cairan, Pemantauan tanda-tanda vital, Pemantauan status hidrasi.
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen.
- SLKI: Peningkatan toleransi terhadap aktivitas, Peningkatan kemampuan fungsional, Peningkatan kemampuan beradaptasi terhadap aktivitas.
- SIKI: Manajemen energi, Manajemen aktivitas, Peningkatan mobilitas.
Dalam tone akademis dan persona pakar/perawat, penjelasan singkat tersebut dapat disampaikan dengan bahasa yang lebih formal dan terstruktur. -
Article No. 4963 | 07 Nov 2024
Klinis : DS: Pasien melaporkan merasa lemah, mudah lelah, dan cemas mengenai gejala-gejalanya yang semakin parah. Pasien mengeluhkan adanya nyeri sendi dan pembengkakan kelenjar getah bening yang tidak biasa. DO: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil positif pada Antinuclear Antibody (ANA), Anti-dsDNA, dan Coombs Langsung, yang menunjukkan kemungkinan adanya penyakit autoimun. LED (45 mm/jam) dan CRP (5 mg/L) menunjukkan adanya inflamasi ringan hingga sedang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya sebagai perawat akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan, dan gejala penyakit yang semakin parah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan kelenjar getah bening dan nyeri sendi.
3. Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akan perkembangan gejala-gejala penyakit.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
2. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
3. Kecemasan: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya atau masalah di masa depan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Peningkatan toleransi terhadap aktivitas, peningkatan kekuatan, dan penurunan kelelahan.
2. Nyeri Akut: Pengurangan intensitas nyeri, peningkatan strategi koping yang efektif, dan pencapaian kemampuan untuk beraktivitas.
3. Kecemasan: Penurunan tingkat kecemasan, peningkatan strategi koping yang efektif, dan peningkatan kemampuan untuk mengelola kecemasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Manajemen aktivitas, terapi latihan, dan manajemen kelelahan.
2. Nyeri Akut: Manajemen nyeri, terapi farmakologi, dan terapi modalitas.
3. Kecemasan: Terapi relaksasi, manajemen kecemasan, dan terapi kognitif.
Dengan memperhatikan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat akan dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami pasien. -
Article No. 4964 | 07 Nov 2024
Klinis : Klien dengen nama Ny. M 60th dengan diagnose medis SNH di rawat diRuang cathleya RSUD CAM klien memasuki hari perawatan hari ke 5, keluhan klien saat ini mual, tidak dapat menelan, lemah sebeleh kanan bicara terbata bata siang ini klien tidak dapat makan karena nyeri saat menelan, klien terpasang DC dan oksigen nasal 5LPM, tanda tanda vital yang didapat saat pengkajian TD 159/100 HR 101X/menit Suhu 36,5 SPO2 97%.hasil pemeriksaan fisik mulut kotor wajah tidak simetris, mata tdk ada kelainan hidung simetris,leher tidak ada kelinan, bunyi paru ronchi+ Kekuatan otot tangan kiri 4 kaki kiri 4 tangan kanan 0 kaki kanan 0. Pemeriksaan penunjang saat masuk RS tgl 30/10/24 lab HB 13,0 L 13,0 HT 41,7 Trombosit 329 GDS 191mg/dl. Ro thorax : cardiomegaly dengan awal bendungan paru. CT SCAN : Infark dibasal ganglia kiri, GCS E4M6V5. Lab tggl 4/11/24 GD puasa 130mg/dl GD 2JAM PP 108mg/dl.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, dan rencana asuhan keperawatan untuk Ny. M:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Menelan (Dysphagia) berhubungan dengan kelemahan otot sekunder akibat Stroke Non Hemoragik (SNH).
2. Mobilitas Fisik Terganggu berhubungan dengan hemiparesis kanan.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan menelan.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Gangguan Menelan (Dysphagia):
SDKI: Definisi, Faktor yang Mempengaruhi, Gejala dan Tanda, Etiologi, Klasifikasi.
SLKI: Hasil yang Diharapkan, Kriteria Hasil.
SIKI: Intervensi Keperawatan, Aktivitas Keperawatan.
2. Mobilitas Fisik Terganggu:
SDKI: Definisi, Faktor yang Mempengaruhi, Gejala dan Tanda, Etiologi, Klasifikasi.
SLKI: Hasil yang Diharapkan, Kriteria Hasil.
SIKI: Intervensi Keperawatan, Aktivitas Keperawatan.
3. Nyeri Akut:
SDKI: Definisi, Faktor yang Mempengaruhi, Gejala dan Tanda, Etiologi, Klasifikasi.
SLKI: Hasil yang Diharapkan, Kriteria Hasil.
SIKI: Intervensi Keperawatan, Aktivitas Keperawatan.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Gangguan Menelan (Dysphagia):
- Kaji kemampuan menelan klien.
- Berikan makan melalui sonde nasogastrik atau parenteral.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jenis dan konsistensi makanan yang tepat.
- Latihan menelan secara bertahap.
2. Mobilitas Fisik Terganggu:
- Kaji kemampuan mobilisasi klien.
- Berikan latihan ROM aktif dan pasif.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
- Berikan alat bantu mobilisasi jika diperlukan.
3. Nyeri Akut:
- Kaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri.
- Berikan analgesik sesuai instruksi dokter.
- Terapkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri pada klien dan keluarga. -
Article No. 4965 | 07 Nov 2024
Klinis : Klien dengen nama Ny. M 60th dengan diagnose medis SNH di rawat diRuang cathleya RSUD CAM klien memasuki hari perawatan hari ke 5, keluhan klien saat ini mual, tidak dapat menelan, lemah sebeleh kanan bicara terbata bata siang ini klien tidak dapat makan karena nyeri saat menelan, klien terpasang DC dan oksigen nasal 5LPM, tanda tanda vital yang didapat saat pengkajian TD 159/100 HR 101X/menit Suhu 36,5 SPO2 97%.hasil pemeriksaan fisik mulut kotor wajah tidak simetris, mata tdk ada kelainan hidung simetris,leher tidak ada kelinan, bunyi paru ronchi+ Kekuatan otot tangan kiri 4 kaki kiri 4 tangan kanan 0 kaki kanan 0. Pemeriksaan penunjang saat masuk RS tgl 30/10/24 lab HB 13,0 L 13,0 HT 41,7 Trombosit 329 GDS 191mg/dl. Ro thorax : cardiomegaly dengan awal bendungan paru. CT SCAN : Infark dibasal ganglia kiri, GCS E4M6V5. Lab tggl 4/11/24 GD puasa 130mg/dl GD 2JAM PP 108mg/dl.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I63.5
- Deskripsi: Infark serebral akut akibat trombosis serebral
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Pemberian oksigen
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I63.5 (Infark serebral akut akibat trombosis serebral) sesuai dengan gambaran klinis pasien Ny. M yang mengalami stroke non hemoragik (SNH) dengan keluhan mual, tidak dapat menelan, lemah sebelah kanan, dan bicara terbata-bata. Kondisi ini menunjukkan adanya infark serebral akut di daerah basal ganglia kiri yang terlihat pada pemeriksaan CT Scan.
2. Kode ICD-9-CM 99.19 (Pemberian oksigen) sesuai dengan tindakan medis yang diberikan kepada pasien Ny. M berupa pemberian oksigen nasal dengan laju 5 LPM. Hal ini dilakukan untuk membantu oksigenasi pasien akibat kondisi stroke yang dialaminya.
Secara keseluruhan, kondisi pasien Ny. M menunjukkan adanya stroke non hemoragik (SNH) dengan manifestasi klinis yang khas, sehingga kode ICD-10 yang sesuai adalah I63.5. Selain itu, pasien juga mendapatkan terapi oksigen, yang tercermin dalam kode ICD-9-CM 99.19. -
Article No. 4966 | 07 Nov 2024
Klinis : Pasien Tn. IH dirawat di Ruang Perawatan Cathleya dengan perawatan hari 6, pasien masuk di rumah sakit tanggal 29/10/2024 dengan diagnosa Stroke Hemorragic SAH dan IVH. Saat ini pasien mengeluh pusing disertai lidah terasa kebas, pasien terdengar pelo, artikulasi kurang jelas tetapi bisa dimengerti, menurut anak pasien, pasien memang memiliki riwayat tekanan darah tinggi tetapi pasien tidak minum obat karena menurut pasien tidak memiliki keluhan apa-apa, riwayat 5 tahun terakhir, kekuatan otot: 4/4 4/4, pasien tanpak lemas. Pupil 3/3, reakasi cahaya +/+, Lab tanggal 29/10/2024: Leukosit: 12 ribu/uL, Kolesterol Total: 314 mg/dL, Kolesterol LDL: 247 mg/dL. Pasien terpasang IV line no. 20 pada cepalica dextra dengan IVFD RL 20 tpm, tetesan lancer, PIVAS; 0 threeway dengan Nicardipine 2,1 ml/jam sediaan nicardipine 10mg/50ml.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien Tn. IH:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Kerusakan Saraf Kranial
SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengekspresikan atau menerima pesan verbal yang disebabkan oleh kerusakan pada struktur atau fungsi organ yang terlibat dalam proses komunikasi.
- Karakteristik Definisi: Perubahan artikulasi (pelo), mendengar kurang, kesulitan memahami orang lain, kesulitan menemukan kata-kata.
SLKI:
- Tujuan: Pasien dapat berkomunikasi secara verbal dengan jelas.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat berbicara dengan artikulasi yang jelas, pasien dapat mengungkapkan kebutuhan secara verbal, pasien dapat berpartisipasi dalam percakapan.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Identifikasi faktor penyebab gangguan komunikasi, latih teknik komunikasi, modifikasi lingkungan untuk mendukung komunikasi, libatkan keluarga dalam proses komunikasi.
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan dengan Keterbatasan Mobilitas
SDKI:
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami gangguan pada kulit dan jaringan di bawahnya.
- Karakteristik Definisi: Imobilitas, penurunan aktivitas, perubahan posisi tubuh yang terbatas.
SLKI:
- Tujuan: Pasien tidak mengalami kerusakan integritas kulit.
- Kriteria Hasil: Tidak ada luka/kerusakan pada kulit, tidak ada kemerahan, kulit tetap utuh.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Identifikasi faktor risiko, monitor integritas kulit, ubah posisi secara berkala, gunakan alat bantu mobilisasi, edukasi pasien dan keluarga.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain jika diperlukan. -
Article No. 4967 | 07 Nov 2024
Klinis : Pasien berusia 55 tahun dengan post operasi kolpoklisis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, yaitu pasien berusia 55 tahun dengan post operasi kolpoklisis, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Luka Operasi
Penjelasan: Pasien berada dalam risiko tinggi mengalami infeksi pada luka operasi kolpoklisis yang telah dilakukan.
2. Nyeri Akut
Penjelasan: Pasien mungkin mengalami nyeri akut akibat prosedur pembedahan yang telah dilakukan.
3. Gangguan Citra Tubuh
Penjelasan: Pasien mungkin mengalami gangguan citra tubuh akibat perubahan anatomis setelah operasi kolpoklisis.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Standar diagnosis keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
- Diagnosa keperawatan di atas sesuai dengan SDKI yang ditetapkan oleh PPNI.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Standar yang menjabarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Luaran keperawatan yang diharapkan untuk mengatasi diagnosa di atas mencakup penurunan risiko infeksi, pengurangan nyeri, dan peningkatan citra tubuh pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Standar yang menjabarkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain perawatan luka, pemberian analgesik, dan konseling citra tubuh.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.