Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4916 | 07 Nov 2024
Klinis : ototits media
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, diagnosis ototitis media dapat diberikan kode sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H66.9
- Deskripsi: Otitis media, tidak terspesifikasi
Ototitis media merupakan inflamasi atau infeksi pada telinga tengah, yang dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit, demam, dan dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut seperti perforasi membran timpani, mastoiditis, atau meningitis.
Dalam penatalaksanaan ototitis media, beberapa tindakan medis yang mungkin dilakukan antara lain:
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 20.09
- Deskripsi: Miringotomi dengan pemasangan tabung ventilasi
Prosedur miringotomi dengan pemasangan tabung ventilasi dapat dilakukan untuk mengatasi akumulasi cairan pada telinga tengah dan memfasilitasi drainase. Tindakan ini umumnya dilakukan pada kasus ototitis media rekuren atau ototitis media kronik yang tidak membaik dengan pengobatan konservatif.
Selain itu, pemberian antibiotik, analgesik, dan obat anti-inflamasi juga dapat menjadi bagian dari tata laksana ototitis media, tergantung pada keparahan dan penyebab infeksi. -
Article No. 4917 | 07 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan pingsan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan pingsan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Cerebral
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Penurunan aliran darah dan oksigen ke otak yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran, tanda-tanda vital, serta fungsi motorik dan sensorik.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan kesadaran yang optimal, mempertahankan fungsi motorik dan sensorik yang adekuat, serta mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pengaturan posisi, pemberian oksigen, pemberian cairan intravena, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab penurunan perfusi cerebral.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, saya dapat menjelaskan secara rinci dan komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar PPNI. Saya dapat memberikan rekomendasi intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi kondisi pasien yang mengalami penurunan perfusi jaringan cerebral akibat pingsan. -
Article No. 4918 | 07 Nov 2024
Klinis : Tn. R, seorang pria berusia 67 tahun, didiagnosis dengan kanker hati stadium lanjut (hepatocellular carcinoma) yang telah menyebar ke organ lain dan tidak lagi menunjukkan respons terhadap pengobatan. Pasien datang dengan keluhan utama berupa nyeri perut yang sangat hebat, sulit dikendalikan, serta mengalami mual dan muntah yang terus-menerus. Nafsu makan pasien sangat berkurang, sehingga dalam beberapa bulan terakhir terjadi penurunan berat badan yang signifikan. Selain itu, pasien sering merasa lelah dan tampak sangat lemah secara fisik. Pasien memiliki riwayat muntah yang berkepanjangan sehingga mengalami kesulitan untuk mengonsumsi makanan maupun cairan dalam jumlah yang cukup. Kondisi ini menyebabkan risiko tinggi terjadinya ketidakseimbangan cairan. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sangat lemah dan pucat. Kulitnya tampak kering dan kurang elastis, menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ringan hingga sedang. Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah pasien adalah 90/60 mmHg yang mengindikasikan hipotensi, dengan nadi yang mencapai 110 kali per menit dan teraba lemah serta cepat. Suhu tubuh pasien berada pada 37,5 °C, yang masih dalam batas normal, namun pernapasan mencapai 24 kali per menit atau menunjukkan takipnea. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan kadar natrium pasien sebesar 130 mEq/L yang menunjukkan adanya hiponatremia ringan, di bawah nilai normal yaitu 135–145 mEq/L. Kadar kalium tercatat pada angka 3,2 mEq/L yang menandakan adanya hipokalemia ringan, dengan rentang normal seharusnya antara 3,5–5,0 mEq/L. Selain itu, pemeriksaan menunjukkan hemoglobin pasien sebesar 10,8 g/dL, di bawah batas normal untuk pria yaitu 13,8–17,2 g/dL, yang mengindikasikan anemia ringan. Albumin pasien juga tercatat rendah pada angka 2,5 g/dL, di mana rentang normal seharusnya 3,5–5,0 g/dL, menunjukkan adanya hipoalbuminemia yang sering terjadi pada pasien dengan penyakit hati stadium lanjut. Kadar bilirubin total tercatat tinggi, yaitu 4,2 mg/dL, yang jauh di atas rentang normal 0,1–1,2 mg/dL dan sering ditemukan pada kondisi kanker hati stadium lanjut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi Tn. R yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Progresivitas Penyakit Kanker Hati
- SDKI: Nyeri Kronis adalah respons sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Manajemen Nyeri adalah kemampuan untuk mengatur atau mengontrol nyeri.
- SIKI: Manajemen Nyeri meliputi tindakan untuk mengidentifikasi, menurunkan, dan mengendalikan nyeri yang dialami pasien.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Berhubungan dengan Muntah Berkepanjangan
- SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Cairan adalah kerentanan terhadap perubahan volume dan/atau komposisi cairan intravaskular, intrasel, dan/atau ekstraseluler yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Manajemen Cairan adalah kemampuan untuk mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.
- SIKI: Manajemen Cairan meliputi tindakan untuk memonitor, mempertahankan, dan mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Fisik
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas adalah kemampuan untuk meningkatkan daya tahan dalam melakukan aktivitas.
- SIKI: Manajemen Energi meliputi tindakan untuk memfasilitasi, mempertahankan, atau meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola energi yang dimiliki.
4. Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan dengan Dehidrasi
- SDKI: Kerusakan Integritas Kulit adalah kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- SLKI: Pemulihan Integritas Kulit adalah kemampuan untuk memperbaiki kerusakan pada kulit.
- SIKI: Perawatan Luka meliputi tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki kondisi kulit dan mencegah komplikasi.
Penjelasan singkat:
Diagnosa-diagnosa keperawatan di atas mencerminkan masalah utama yang dihadapi Tn. R, yaitu nyeri kronis akibat progresivitas kanker hati, risiko ketidakseimbangan cairan akibat muntah berkepanjangan, intoleransi aktivitas akibat kelemahan fisik, serta kerusakan integritas kulit akibat dehidrasi. Standar PPNI (SDKI, SLKI, SIKI) memberikan kerangka kerja komprehensif untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengelola masalah-masalah tersebut melalui intervensi keperawatan yang tepat. -
Article No. 4919 | 07 Nov 2024
Klinis : Tn. R, seorang pria berusia 67 tahun, didiagnosis dengan kanker hati stadium lanjut (hepatocellular carcinoma) yang telah menyebar ke organ lain dan tidak lagi menunjukkan respons terhadap pengobatan. Pasien datang dengan keluhan utama berupa nyeri perut yang sangat hebat, sulit dikendalikan, serta mengalami mual dan muntah yang terus-menerus. Nafsu makan pasien sangat berkurang, sehingga dalam beberapa bulan terakhir terjadi penurunan berat badan yang signifikan. Selain itu, pasien sering merasa lelah dan tampak sangat lemah secara fisik. Pasien memiliki riwayat muntah yang berkepanjangan sehingga mengalami kesulitan untuk mengonsumsi makanan maupun cairan dalam jumlah yang cukup. Kondisi ini menyebabkan risiko tinggi terjadinya ketidakseimbangan cairan. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sangat lemah dan pucat. Kulitnya tampak kering dan kurang elastis, menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ringan hingga sedang. Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah pasien adalah 90/60 mmHg yang mengindikasikan hipotensi, dengan nadi yang mencapai 110 kali per menit dan teraba lemah serta cepat. Suhu tubuh pasien berada pada 37,5 °C, yang masih dalam batas normal, namun pernapasan mencapai 24 kali per menit atau menunjukkan takipnea. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan kadar natrium pasien sebesar 130 mEq/L yang menunjukkan adanya hiponatremia ringan, di bawah nilai normal yaitu 135–145 mEq/L. Kadar kalium tercatat pada angka 3,2 mEq/L yang menandakan adanya hipokalemia ringan, dengan rentang normal seharusnya antara 3,5–5,0 mEq/L. Selain itu, pemeriksaan menunjukkan hemoglobin pasien sebesar 10,8 g/dL, di bawah batas normal untuk pria yaitu 13,8–17,2 g/dL, yang mengindikasikan anemia ringan. Albumin pasien juga tercatat rendah pada angka 2,5 g/dL, di mana rentang normal seharusnya 3,5–5,0 g/dL, menunjukkan adanya hipoalbuminemia yang sering terjadi pada pasien dengan penyakit hati stadium lanjut. Kadar bilirubin total tercatat tinggi, yaitu 4,2 mg/dL, yang jauh di atas rentang normal 0,1–1,2 mg/dL dan sering ditemukan pada kondisi kanker hati stadium lanjut. buat ds do dari setiap diagnosis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. R.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit kanker hati stadium lanjut yang menyebar
2. Mual dan muntah berhubungan dengan proses penyakit kanker hati stadium lanjut
3. Penurunan berat badan berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah
4. Kelelahan berhubungan dengan malnutrisi dan penyakit kronis
5. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan asupan dan hilangnya cairan melalui muntah
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut (SDKI):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Proses penyakit kanker hati stadium lanjut yang menyebar.
- Karakteristik: Keluhan nyeri perut yang sangat hebat dan sulit dikendalikan.
2. Mual dan Muntah (SDKI):
- Definisi: Pengalaman yang tidak menyenangkan yang disertai dengan dorongan untuk memuntahkan isi lambung.
- Faktor yang berhubungan: Proses penyakit kanker hati stadium lanjut.
- Karakteristik: Mual dan muntah terus-menerus.
3. Penurunan Berat Badan (SDKI):
- Definisi: Penurunan berat badan yang tidak disengaja dan tidak terkontrol.
- Faktor yang berhubungan: Anoreksia, mual, dan muntah.
- Karakteristik: Penurunan berat badan yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
4. Kelelahan (SDKI):
- Definisi: Pengalaman yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan perasaan lemah dan terbatas untuk melakukan aktivitas.
- Faktor yang berhubungan: Malnutrisi dan penyakit kronis.
- Karakteristik: Pasien tampak sangat lemah secara fisik.
5. Risiko Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI):
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perubahan jumlah dan komposisi cairan dan elektrolit tubuh.
- Faktor risiko: Penurunan asupan dan hilangnya cairan melalui muntah.
- Karakteristik: Hiponatremia ringan, hipokalemia ringin, anemia ringan, dan hipoalbuminemia.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Tn. R mengalami kondisi yang kompleks terkait dengan penyakit kanker hati stadium lanjut yang telah menyebar. Pasien mengalami berbagai masalah keperawatan yang saling terkait, seperti nyeri akut, mual dan muntah, penurunan berat badan, kelelahan, serta risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Penatalaksanaan yang komprehensif dan kolaboratif sangat diperlukan untuk mengelola kondisi Tn. R secara efektif. -
Article No. 4920 | 07 Nov 2024
Klinis : Tn. R, seorang pria berusia 67 tahun, didiagnosis dengan kanker hati stadium lanjut (hepatocellular carcinoma) yang telah menyebar ke organ lain dan tidak lagi menunjukkan respons terhadap pengobatan. Pasien datang dengan keluhan utama berupa nyeri perut yang sangat hebat, sulit dikendalikan, serta mengalami mual dan muntah yang terus-menerus. Nafsu makan pasien sangat berkurang, sehingga dalam beberapa bulan terakhir terjadi penurunan berat badan yang signifikan. Selain itu, pasien sering merasa lelah dan tampak sangat lemah secara fisik. Pasien memiliki riwayat muntah yang berkepanjangan sehingga mengalami kesulitan untuk mengonsumsi makanan maupun cairan dalam jumlah yang cukup. Kondisi ini menyebabkan risiko tinggi terjadinya ketidakseimbangan cairan. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sangat lemah dan pucat. Kulitnya tampak kering dan kurang elastis, menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ringan hingga sedang. Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah pasien adalah 90/60 mmHg yang mengindikasikan hipotensi, dengan nadi yang mencapai 110 kali per menit dan teraba lemah serta cepat. Suhu tubuh pasien berada pada 37,5 °C, yang masih dalam batas normal, namun pernapasan mencapai 24 kali per menit atau menunjukkan takipnea. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan kadar natrium pasien sebesar 130 mEq/L yang menunjukkan adanya hiponatremia ringan, di bawah nilai normal yaitu 135–145 mEq/L. Kadar kalium tercatat pada angka 3,2 mEq/L yang menandakan adanya hipokalemia ringan, dengan rentang normal seharusnya antara 3,5–5,0 mEq/L. Selain itu, pemeriksaan menunjukkan hemoglobin pasien sebesar 10,8 g/dL, di bawah batas normal untuk pria yaitu 13,8–17,2 g/dL, yang mengindikasikan anemia ringan. Albumin pasien juga tercatat rendah pada angka 2,5 g/dL, di mana rentang normal seharusnya 3,5–5,0 g/dL, menunjukkan adanya hipoalbuminemia yang sering terjadi pada pasien dengan penyakit hati stadium lanjut. Kadar bilirubin total tercatat tinggi, yaitu 4,2 mg/dL, yang jauh di atas rentang normal 0,1–1,2 mg/dL dan sering ditemukan pada kondisi kanker hati stadium lanjut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kaitannya dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
- Penjelasan: Pasien mengalami nyeri perut yang sangat hebat dan sulit dikendalikan, yang merupakan gejala khas dari kanker hati stadium lanjut.
- SDKI: Nyeri akut (00132)
- SLKI: Pengendalian Nyeri (1605)
- SIKI: Manajemen Nyeri (3450)
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko ketidakseimbangan cairan
- Penjelasan: Pasien mengalami mual dan muntah terus-menerus, yang menyebabkan kesulitan mengonsumsi makanan dan cairan secara cukup, sehingga berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan.
- SDKI: Risiko ketidakseimbangan cairan (00028)
- SLKI: Keseimbangan Cairan (0601)
- SIKI: Manajemen Cairan (4120)
3. Diagnosa Keperawatan: Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Penjelasan: Pasien memiliki nafsu makan yang sangat berkurang, sehingga terjadi penurunan berat badan yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir, menunjukkan intake nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh.
- SDKI: Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
- SLKI: Status Nutrisi (1004)
- SIKI: Manajemen Nutrisi (1100)
4. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas
- Penjelasan: Pasien tampak sangat lemah secara fisik dan sering merasa lelah, menunjukkan intoleransi aktivitas yang terkait dengan penyakit kanker hati stadium lanjut.
- SDKI: Intoleransi aktivitas (00092)
- SLKI: Toleransi Aktivitas (0005)
- SIKI: Manajemen Energi (0180)
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan tersebut mencerminkan kondisi klinis pasien dengan kanker hati stadium lanjut yang meliputi nyeri, gangguan keseimbangan cairan, malnutrisi, dan intoleransi aktivitas. Masing-masing diagnosa memiliki kaitan dengan SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat digunakan sebagai panduan dalam melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar. -
Article No. 4921 | 07 Nov 2024
Klinis : Nn. Ninit (20 tahun) mengalami patah tulang tibia akibat kecelakaan lalu lintas saat mengendarai motor dari rumah menuju tempat kuliahnya. Saat ini Nn. NINIT mendapatkan perawatan hari kedua post op pemasangan ORIF, masih terpasang kateter urine. Perawat Doni yang sedang dinas sore baru mendapatkan informasi bahwa Nn.Ninit belum pernah sholat selama dirawat karena belum sempat mandi wajib selesai haid. Saat kecelakaan terjadi, sebenarnya Nn. Ninit sudah selesai haid sehari sebelumnya, namun beliau belum sempat mandi wajib karena kesiangan bangun pagi. Nn. Ninit yakin bahwa kondisinya saat ini tidak mewajibkannya untuk sholat karena dalam kondisi darurat. Namun saat pengkajian kebutuhan dasar spiritual, Nn Ninit merasa kecewa karena dia merasa akhir2 ini makin mendekat kepada Allah SWT tetapi masih diberikan ujian patah tulang ini.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Nn. Ninit yang mengalami patah tulang tibia akibat kecelakaan lalu lintas.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola ibadah berhubungan dengan kondisi patah tulang tibia dan belum sempat melakukan mandi wajib selesai haid.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan pola ibadah: Gangguan dalam melakukan rutinitas, kegiatan, atau ritual yang bertujuan untuk berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Klien dapat melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
2. Klien merasa tenang dan nyaman saat melakukan ibadah.
3. Klien merasa dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kaji keyakinan, nilai, dan praktik ibadah klien.
2. Fasilitasi klien dalam melakukan ibadah sesuai keyakinannya.
3. Berikan dukungan spiritual kepada klien.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya, rohaniawan) untuk memenuhi kebutuhan spiritual klien.
Dalam kasus Nn. Ninit, perawat perlu mengkaji lebih lanjut tentang keyakinan dan praktik ibadah klien, serta memfasilitasi klien untuk dapat melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya. Perawat juga dapat berkolaborasi dengan rohaniawan untuk memberikan dukungan spiritual kepada klien sehingga klien dapat merasa tenang dan dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, meskipun sedang mengalami kondisi patah tulang tibia. -
Article No. 4922 | 07 Nov 2024
Klinis : Mual muntah lebih 10x lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Mual muntah lebih 10x lemas" dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Definisi:
Ketidakseimbangan antara intake dan output cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan dehidrasi atau kelebihan cairan.
SLKI:
1. Status Cairan dan Elektrolit Seimbang
2. Tidak Terjadi Komplikasi Akibat Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
SIKI:
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
3. Pemberian Terapi Cairan
Penjelasan Singkat:
Kondisi mual muntah lebih dari 10 kali dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, elektrolit yang tidak seimbang, dan komplikasi lainnya jika tidak segera ditangani. Tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan status cairan dan elektrolit yang seimbang serta mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan tersebut. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan cairan dan elektrolit, manajemen cairan dan elektrolit, serta pemberian terapi cairan sesuai kebutuhan pasien. -
Article No. 4923 | 07 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan kontrol luka ganti balut luka jahitan, post luka teerkena blower di tangan kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Luka Bedah
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Luka Bedah adalah kondisi dimana klien memiliki kemungkinan untuk mengalami infeksi pada luka bedah, yang ditandai dengan tanda dan gejala seperti peningkatan suhu tubuh, nyeri, kemerahan, pembengkakan, dan drainase luka yang berlebihan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Risiko Infeksi Luka Bedah adalah:
1. Luka bedah sembuh tanpa komplikasi
2. Tanda-tanda infeksi berkurang
3. Klien dan keluarga memahami cara perawatan luka bedah yang benar
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Risiko Infeksi Luka Bedah meliputi:
1. Perawatan luka bedah
2. Manajemen nyeri
3. Edukasi tentang perawatan luka bedah
4. Pemantauan tanda-tanda infeksi
Penjelasan Singkat:
Pada kasus ini, pasien mengatakan kontrol luka dan ganti balut luka jahitan post luka terkena blower di tangan kanan. Diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Risiko Infeksi Luka Bedah, karena pasien memiliki risiko untuk mengalami infeksi pada luka bedah tersebut. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan SIKI, seperti perawatan luka bedah, manajemen nyeri, edukasi, dan pemantauan tanda-tanda infeksi, untuk mencapai luaran yang diharapkan sesuai SLKI. -
Article No. 4924 | 07 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan kontrol luka ganti balut luka jahitan, post luka teerkena blower di tangan kanan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S61.0
- Deskripsi: Luka terbuka pada pergelangan tangan dan tangan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.59
- Deskripsi: Perawatan luka lainnya, termasuk ganti balut
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kondisi pasca-luka terkena blower di tangan kanan dan memerlukan kontrol luka dengan penggantian balut. Kode ICD-10 S61.0 menggambarkan luka terbuka pada pergelangan tangan dan tangan, yang sesuai dengan kondisi tersebut. Sementara itu, kode ICD-9-CM 96.59 untuk "Perawatan luka lainnya, termasuk ganti balut" mencakup tindakan medis yang dilakukan untuk merawat luka dan mengganti balut pada pasien.
Dokter atau perekam medis dapat menggunakan kode-kode ini untuk mencatat diagnosis dan prosedur/tindakan medis yang sesuai dalam dokumentasi medis pasien. -
Article No. 4925 | 07 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan kontrol luka ganti balut luka jahitan, post luka teerkena blower di tangan kanan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Terkait Prosedur Perawatan Luka Post Operasi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Dalam kasus ini, pasien memiliki risiko infeksi terkait dengan perawatan luka pascaoperasi yang perlu dilakukan dengan baik untuk mencegah komplikasi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi pada luka pascaoperasi.
- Indikator keberhasilan dapat dilihat dari tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri, atau keluar cairan pada luka.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah perawatan luka, pemberian antibiotik jika diperlukan, serta edukasi dan monitoring pasien.
- Perawatan luka meliputi pembersihan, desinfeksi, dan penggantian balutan secara aseptik untuk mencegah infeksi.
- Pemberian antibiotik jika diindikasikan untuk mengatasi infeksi.
- Edukasi kepada pasien tentang perawatan luka, tanda-tanda infeksi, dan pentingnya mematuhi regimen perawatan.
- Monitoring tanda-tanda vital, perkembangan luka, serta respons pasien terhadap perawatan.
Dengan mengikuti standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diharapkan pasien dapat memperoleh perawatan luka yang optimal dan terhindar dari risiko infeksi pascaoperasi.