Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18664 | 16 Jun 2025
Klinis : Bayi perempuan usia 2 hari dilahirkan dengan pembesaran kepala, Lingkar kepala (ukuran frontooccipital) 45 Cm. Sutura tidak menutup sempurna dan ubun-ubun tegang. Kondisi ini mengakibatkan bayi tidak dapat menggerakkan kepala dan selalu menangis. Saat ini klien telah dioperasi dengan dipasang shunt ventriculobdominal. Kulit kepala tidak tegang dan anak relatif tenang. Selama kehamilan ibu tidak pernah menderita penyakit, Ibu tidak menderita penyakit demam, campak, atau perdarahan serta mules yang berlebihan. Ibu juga tidak pernah mengalami trauma fisik selama kehamilan. Dan ibu selalu memeriksakan dirinya ke Bidan dan Rumah Sakit. Selama hamil ibu juga tidak minum jamu Persalinan dilakukan secara operatif (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit dalam kondisi aterm. Bayi menangis spontan kuat, APGAR Skor 8-10. Bayi/klien tidak mengalami Cyanosis/icterus. Berat badan saat lahir 3500 gram, Panjang badan 45 Cm. Berat placenta tidak diketahui. Mata Klien belum bisa mengikuti gerakan benda secara penuh, reflek mata terhadap benda baik, Klien belum dapat menggerakkan kepala miring kekanan kekiri. Kepala cenderung hiperekstensi. Klien hanya di tempat tidur. Klien tampak menangis bila dilakukan manipulasi berlebih pada kepala atau saat pakaian basah. Suara tangisan hampir tidak terdengar. Posisi simetris, ditemukan sunset sign, kornea jernih, iris simetris ukuran 10 mm, reflek pupil positif simetris, conjungtiva ananemis, sclera anicteric, hifema tidak ditemukan, ptosis, nigtagmus tidak ditemukan. Koordinasi gerak bola mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara terbatas. Visus tidak diketahui.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, kode, dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Keterbatasan Mobilitas Fisik (SDKI Kode: 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan tubuh atau salah satu anggota tubuh secara mandiri, sukarela, dan terkoordinasi.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 00085
b. Nama: Keterbatasan Mobilitas Fisik
c. Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan tubuh atau salah satu anggota tubuh secara mandiri, sukarela, dan terkoordinasi.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 1822
b. Nama: Mobilitas
c. Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan terkoordinasi.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 6430
b. Nama: Manajemen Mobilitas
c. Definisi: Memfasilitasi pergerakan tubuh atau anggota tubuh secara aman dan efektif.
Penjelasan singkat:
Bayi perempuan usia 2 hari mengalami pembesaran kepala (hidrosefalus) yang mengakibatkan keterbatasan dalam menggerakkan kepala dan selalu menangis. Setelah operasi pemasangan shunt ventriculobdominal, kondisi bayi relatif tenang, namun masih terdapat keterbatasan mobilitas pada kepala. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Keterbatasan Mobilitas Fisik, dimana bayi memiliki keterbatasan dalam melakukan pergerakan tubuh atau anggota tubuh secara mandiri, sukarela, dan terkoordinasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Mobilitas untuk memfasilitasi pergerakan tubuh atau anggota tubuh bayi secara aman dan efektif. -
Article No. 18665 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data didapatkan data: populasi remaja sebanya 118 . hasil wawancara dengan dinas kesehatan : Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survey kesehatan : 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19 % perilaku kesehatan reproduksi kurang baik,16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Seksual Berisiko
Definisi: Berisiko mengalami aktivitas seksual yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Faktor yang Berhubungan: Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kurangnya akses informasi kesehatan reproduksi dari tenaga kesehatan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Definisi: Tingkat pemahaman individu tentang informasi dan konsep yang berkaitan dengan kesehatan organ reproduksi.
Kriteria Hasil:
a. Individu dapat menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi.
b. Individu dapat menjelaskan perilaku seksual yang sehat dan aman.
c. Individu dapat menjelaskan masalah-masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi.
2. Perilaku Kesehatan Reproduksi
Definisi: Tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan organ reproduksi.
Kriteria Hasil:
a. Individu dapat mendemonstrasikan perilaku seksual yang sehat dan aman.
b. Individu dapat mengakses layanan kesehatan reproduksi sesuai kebutuhan.
c. Individu dapat menerapkan praktik kebersihan organ reproduksi yang benar.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan Reproduksi
Definisi: Pemberian informasi dan pengajaran tentang kesehatan organ reproduksi, perilaku seksual yang sehat dan aman, serta masalah-masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi.
Aktivitas:
a. Identifikasi kebutuhan dan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
b. Berikan informasi dan edukasi tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi, perilaku seksual yang sehat dan aman, serta masalah-masalah kesehatan reproduksi.
c. Gunakan media edukasi yang sesuai dengan usia dan gaya belajar remaja.
d. Libatkan orang tua, guru, dan tenaga kesehatan lain dalam pemberian edukasi.
2. Fasilitasi Akses Layanan Kesehatan Reproduksi
Definisi: Memfasilitasi remaja untuk dapat mengakses layanan kesehatan reproduksi sesuai kebutuhan.
Aktivitas:
a. Identifikasi layanan kesehatan reproduksi yang tersedia di wilayah setempat.
b. Berikan informasi kepada remaja tentang ketersediaan dan cara mengakses layanan kesehatan reproduksi.
c. Kolaborasi dengan pihak Puskesmas dan organisasi terkait untuk meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan reproduksi bagi remaja.
d. Motivasi remaja untuk memanfaatkan layanan kesehatan reproduksi sesuai kebutuhan.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) secara rinci dan terperinci. Harapannya, asuhan keperawatan ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan reproduksi yang sehat di kalangan remaja. -
Article No. 18666 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data didapatkan data: populasi remaja sebanya 118 . hasil wawancara dengan dinas kesehatan : Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survey kesehatan : 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19 % perilaku kesehatan reproduksi kurang baik,16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru. buatlah 1 diagnosis prioritas komunitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Sebagai perawat komunitas, saya akan memberikan analisis terkait kondisi yang Anda paparkan dengan memberikan diagnosa keperawatan prioritas beserta luaran dan intervensi keperawatan yang sesuai.
Diagnosa Keperawatan Prioritas SDKI:
Kurang Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat beberapa temuan yang menunjukkan adanya kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di desa Sukaria, antara lain:
1. 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi
2. 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi
3. 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan
4. Remaja hanya mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah saat pelajaran biologi
Diagnosa keperawatan komunitas ini menjadi prioritas karena kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi dapat berdampak pada perilaku kesehatan reproduksi yang kurang baik pada remaja (19% remaja memiliki perilaku kesehatan reproduksi kurang baik).
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
- Remaja dapat menjelaskan fungsi dan anatomi alat reproduksi
- Remaja dapat menjelaskan masalah-masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi pada remaja
- Remaja dapat menjelaskan perilaku hidup sehat terkait kesehatan reproduksi
2. Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi
- Remaja dapat menerapkan perilaku hidup sehat terkait kesehatan reproduksi
- Remaja dapat menggunakan sumber informasi kesehatan reproduksi yang tepat
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja
- Memberikan edukasi tentang anatomi dan fungsi alat reproduksi
- Memberikan edukasi tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi pada remaja
- Memberikan edukasi tentang perilaku hidup sehat terkait kesehatan reproduksi
2. Pengembangan Klinik Konsultasi Kesehatan Remaja di Puskesmas
- Mengadvokasi pihak puskesmas untuk menyediakan klinik konsultasi kesehatan remaja
- Melibatkan remaja dalam perancangan dan pengembangan klinik konsultasi kesehatan remaja
- Mempromosikan keberadaan klinik konsultasi kesehatan remaja di masyarakat
3. Kolaborasi dengan Sekolah dan Orang Tua
- Berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk meningkatkan integrasi pendidikan kesehatan reproduksi dalam kurikulum
- Memberikan edukasi kesehatan reproduksi bagi orang tua agar dapat menjadi sumber informasi yang tepat bagi remaja
Demikian analisis yang dapat saya berikan. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya.
Wassalamualaikum. -
Article No. 18667 | 16 Jun 2025
Klinis : . Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data didapatkan data: populasi remaja sebanya 118 . hasil wawancara dengan dinas kesehatan : Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survey kesehatan : 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19 % perilaku kesehatan reproduksi kurang baik,16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini, dan SLKI & SIKI berdasarkan prevensi primer sekunder dan tersier
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari kita bahas diagnosa keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI Prioritas:
Ketidakefektifan Akses Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
Definisi: Ketidakmampuan individu, keluarga, atau masyarakat untuk mendapatkan, memanfaatkan, dan menjaga pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang dibutuhkan.
Penyebab:
1. Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
2. Keterbatasan informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja
3. Kurangnya keterlibatan dan akses remaja terhadap pelayanan kesehatan reproduksi di Puskesmas
SLKI (Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan):
1. Peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
2. Peningkatan akses remaja terhadap informasi dan edukasi kesehatan reproduksi
3. Peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi di Puskesmas oleh remaja
SIKI (Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran):
1. Edukasi kesehatan reproduksi remaja
a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi remaja
b. Memberikan informasi tentang perkembangan dan perubahan fisik remaja
c. Memberikan edukasi tentang perilaku seksual yang sehat dan aman
2. Promosi akses informasi dan edukasi kesehatan reproduksi remaja
a. Bekerja sama dengan sekolah untuk meningkatkan edukasi kesehatan reproduksi dalam kurikulum
b. Bekerjasama dengan media massa untuk meningkatkan penyebaran informasi kesehatan reproduksi remaja
c. Melibatkan orang tua dalam memberikan informasi dan edukasi kesehatan reproduksi remaja
3. Fasilitasi pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja di Puskesmas
a. Mengembangkan program konsultasi kesehatan reproduksi remaja di Puskesmas
b. Melakukan promosi dan sosialisasi layanan kesehatan reproduksi remaja di Puskesmas
c. Mengembangkan program konseling dan rujukan kesehatan reproduksi remaja di Puskesmas
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah Ketidakefektifan Akses Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja. Hal ini didasarkan pada data yang diperoleh, yaitu remaja kurang mengetahui alat reproduksi, perilaku kesehatan reproduksi yang kurang baik, kurangnya pengetahuan remaja tentang masalah kesehatan reproduksi, serta kurangnya akses remaja terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi di Puskesmas.
Luaran/Output (SLKI) yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, peningkatan akses remaja terhadap informasi dan edukasi kesehatan reproduksi, serta peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi di Puskesmas oleh remaja.
Intervensi keperawatan (SIKI) yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi edukasi kesehatan reproduksi remaja, promosi akses informasi dan edukasi kesehatan reproduksi remaja, serta fasilitasi pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja di Puskesmas. Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, akses, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja sehingga dapat mencegah permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja. -
Article No. 18668 | 16 Jun 2025
Klinis : . Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data didapatkan data: populasi remaja sebanya 118 . hasil wawancara dengan dinas kesehatan : Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survey kesehatan : 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19 % perilaku kesehatan reproduksi kurang baik,16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini, dan SLKI & SIKI berdasarkan prevensi primer sekunder dan tersier
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Prioritas:
Kurang Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja
Kode SDKI: 00126
Definisi: Kurangnya informasi yang dimiliki individu atau kelompok tentang kesehatan reproduksi remaja.
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diperoleh, populasi remaja di desa Sukaria berjumlah 118 orang. Namun, program kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan oleh pihak puskesmas masih terbatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa secara acak. Selain itu, remaja juga jarang menggunakan klinik konsultasi kesehatan di puskesmas, dan umumnya hanya datang untuk keluhan menstruasi pada remaja putri.
Hasil FGD dengan 15 remaja menunjukkan bahwa remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah saat pelajaran biologi. Selain itu, data survey kesehatan menunjukkan bahwa 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19% memiliki perilaku kesehatan reproduksi yang kurang baik, dan 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi. Lebih lanjut, 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, sedangkan 69,8% remaja mendapatkan informasi dari media elektronik.
Berdasarkan analisis data tersebut, Diagnosa Keperawatan Prioritas yang dapat ditegakkan adalah "Kurang Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan diagnosa ini:
Prevensi Primer:
SLKI: Peningkatan Pengetahuan (1803)
SIKI: Pendidikan Kesehatan (6530)
Prevensi Sekunder:
SLKI: Peningkatan Perilaku Sehat (1602)
SIKI: Konseling (5240)
Prevensi Tersier:
SLKI: Penerimaan Status Kesehatan (1306)
SIKI: Manajemen Kesehatan Remaja (6708) -
Article No. 18669 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian Mahasswa Ners UPN di daerah binaan diperoleh data sebanyak 67 dari 512 jumlah semua penduduk usia dewasa wanita menderita CA Cervix . dengan rincian data, banyak 25 % stadium awal , 45 stadium 2 dan 30% Stadium Akhir. Salah satu penyebabnya higiene kesehatan reproduksi yang tidak benar dan 37 % karena faktor genetik/ keturunan, jumlah mortalitas dalam satu tahun terakhir sebanyak 15 orang. Hasil wawancara dengan kader kesehatan mengatakan hampir semua penderita mengeluh takut akan kematian, tampak murung dan tidak mau bertemu dengan orang lain. Penderita mengatakan sudah lelah dengan penyakitnya. Hasil wawancara dengan penanggung jawab Puskesmas mengatakan sebagian besar klien datang sudah stadium akhir dan menolak berobat dengan alasan malu dengan penyakitnya. Kebiasaan masyarakat gemar konsumsi ikan sain dan junk food . hasil observasi lapangan banyak penjual sosis ,otak2 bakar.. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini, dan SLKI & SIKI berdasarkan prevensi primer sekunder dan tersier
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Prioritas untuk Agregat Komunitas dengan Kasus Kanker Serviks:
Diagnosa Keperawatan Prioritas: Takut Akan Kematian (00148)
Definisi (SDKI): Ekspresi kekhawatiran atau ketakutan yang berkaitan dengan kematian atau proses mati.
Kode (SDKI): 00148
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan hasil pengkajian, ditemukan bahwa sebagian besar penderita kanker serviks di daerah binaan mengeluh takut akan kematian, tampak murung, dan tidak mau bertemu dengan orang lain. Selain itu, sebagian besar klien datang ke puskesmas sudah dalam stadium akhir dan menolak berobat karena malu dengan penyakitnya. Diagnosa keperawatan prioritas yang sesuai adalah Takut Akan Kematian (00148).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Harapan Hidup (1304)
- Integritas Psikososial (1302)
- Koping Individu (1302)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Dukungan Emosional (5270)
- Manajemen Kecemasan (5820)
- Psikoterapi (6340)
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Perawat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah takut akan kematian pada penderita kanker serviks di daerah binaan. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi dukungan emosional, manajemen kecemasan, dan psikoterapi untuk meningkatkan harapan hidup, integritas psikososial, dan kemampuan koping individu. -
Article No. 18670 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian Mahasswa Ners UPN di daerah binaan diperoleh data sebanyak 67 dari 512 jumlah semua penduduk usia dewasa wanita menderita CA Cervix . dengan rincian data, banyak 25 % stadium awal , 45 stadium 2 dan 30% Stadium Akhir. Salah satu penyebabnya higiene kesehatan reproduksi yang tidak benar dan 37 % karena faktor genetik/ keturunan, jumlah mortalitas dalam satu tahun terakhir sebanyak 15 orang. Hasil wawancara dengan kader kesehatan mengatakan hampir semua penderita mengeluh takut akan kematian, tampak murung dan tidak mau bertemu dengan orang lain. Penderita mengatakan sudah lelah dengan penyakitnya. Hasil wawancara dengan penanggung jawab Puskesmas mengatakan sebagian besar klien datang sudah stadium akhir dan menolak berobat dengan alasan malu dengan penyakitnya. Kebiasaan masyarakat gemar konsumsi ikan sain dan junk food . hasil observasi lapangan banyak penjual sosis ,otak2 bakar.. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini, dan SLKI & SIKI berdasarkan prevensi primer sekunder dan tersier
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan Prioritas: Risiko Ketidakefektifan Deteksi Dini Kanker Cerviks Komunitas
Definisi: Risiko mengalami ketidakmampuan mendeteksi adanya kanker serviks pada tahap awal, yang dapat berdampak pada prognosis dan penatalaksanaan yang lebih buruk.
Faktor Risiko:
1. Pengetahuan dan perilaku kesehatan reproduksi yang kurang baik pada sebagian besar masyarakat.
2. Stigma dan rasa malu yang menyebabkan penolakan untuk melakukan deteksi dini dan pengobatan.
3. Keterlambatan dalam mencari pengobatan, dengan sebagian besar penderita datang pada stadium lanjut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pengetahuan Masyarakat tentang Deteksi Dini Kanker Serviks Meningkat
2. Sikap Masyarakat terhadap Deteksi Dini Kanker Serviks Positif
3. Perilaku Masyarakat dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks Membaik
4. Angka Deteksi Dini Kanker Serviks Meningkat
5. Angka Kematian akibat Kanker Serviks Menurun
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Intervensi Primer:
1. Pendidikan Kesehatan tentang Kanker Serviks dan Pentingnya Deteksi Dini
2. Advokasi peningkatan akses dan cakupan layanan deteksi dini kanker serviks
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dan kader untuk meningkatkan skrining dan deteksi dini
Intervensi Sekunder:
4. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks (Pap Smear, IVA, dll)
5. Pemantauan dan evaluasi program deteksi dini kanker serviks
6. Dukungan psikososial bagi penderita kanker serviks
Intervensi Tersier:
7. Manajemen kasus penderita kanker serviks stadium lanjut
8. Perawatan paliatif dan manajemen gejala bagi penderita kanker serviks stadium akhir
9. Dukungan psikososial dan spiritual bagi penderita dan keluarga
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan prioritas adalah Risiko Ketidakefektifan Deteksi Dini Kanker Cerviks Komunitas, karena berdasarkan data yang diperoleh, terdapat permasalahan terkait perilaku kesehatan reproduksi yang kurang baik, stigma dan rasa malu yang menyebabkan penolakan untuk deteksi dini, serta keterlambatan dalam mencari pengobatan. Hal ini dapat berdampak pada prognosis dan penatalaksanaan yang lebih buruk.
Luaran/output yang diharapkan mencakup peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait deteksi dini kanker serviks, serta peningkatan angka deteksi dini dan penurunan angka kematian akibat kanker serviks. Intervensi keperawatan dirancang untuk mengatasi permasalahan pada level primer, sekunder, dan tersier, dengan fokus pada pendidikan kesehatan, advokasi, skrining, manajemen kasus, dan dukungan psikososial. -
Article No. 18671 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian Mahasswa Ners UPN di daerah binaan diperoleh data sebanyak 67 dari 512 jumlah semua penduduk usia dewasa wanita menderita CA Cervix . dengan rincian data, banyak 25 % stadium awal , 45 stadium 2 dan 30% Stadium Akhir. Salah satu penyebabnya higiene kesehatan reproduksi yang tidak benar dan 37 % karena faktor genetik/ keturunan, jumlah mortalitas dalam satu tahun terakhir sebanyak 15 orang. Hasil wawancara dengan kader kesehatan mengatakan hampir semua penderita mengeluh takut akan kematian, tampak murung dan tidak mau bertemu dengan orang lain. Penderita mengatakan sudah lelah dengan penyakitnya. Hasil wawancara dengan penanggung jawab Puskesmas mengatakan sebagian besar klien datang sudah stadium akhir dan menolak berobat dengan alasan malu dengan penyakitnya. Kebiasaan masyarakat gemar konsumsi ikan sain dan junk food . hasil observasi lapangan banyak penjual sosis ,otak2 bakar.. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini, dan SLKI & SIKI berdasarkan prevensi primer sekunder dan tersier
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan Agregat Komunitas**
**Diagnosa Prioritas:**
**Gangguan Koping Komunitas (Kode: D.0026)** terkait ketidakmampuan komunitas dalam mengatasi dampak emosional dan perilaku akibat tingginya prevalensi kanker serviks, ditandai dengan ekspresi ketakutan akan kematian, isolasi sosial, penolakan berobat, dan perasaan lelah terhadap penyakit.
---
**Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI**
### **1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode D.0026: Gangguan Koping Komunitas**
**Definisi:** Ketidakmampuan komunitas dalam mengelola stresor (fisik, psikologis, atau sosial) secara adaptif, yang berdampak pada penurunan fungsi kolektif.
**Faktor terkait:**
- Tingginya angka morbiditas dan mortalitas kanker serviks.
- Stigma sosial dan rendahnya kesadaran kesehatan reproduksi.
- Pola makan tidak sehat (konsumsi ikan asin, junk food).
- Kurangnya dukungan sistem kesehatan dalam edukasi dan deteksi dini.
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Berdasarkan Tingkat Prevensi:**
#### **Prevensi Primer (Promosi Kesehatan & Pencegahan Primer)**
**Kode L.15015: Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)**
- Indikator:
- Persentase warga yang memahami higiene genital meningkat.
- Penurunan konsumsi makanan berisiko (ikan asin, junk food).
#### **Prevensi Sekunder (Deteksi Dini & Skrining)**
**Kode L.08003: Peningkatan Partisipasi dalam Skrining Kesehatan**
- Indikator:
- Jumlah wanita usia subur yang melakukan IVA/test Pap smear meningkat.
- Penurunan keterlambatan diagnosis (stadium akhir).
#### **Prevensi Tersier (Rehabilitasi & Dukungan Psikososial)**
**Kode L.14008: Peningkatan Koping Komunitas**
- Indikator:
- Penurunan ekspresi ketakutan akan kematian.
- Peningkatan interaksi sosial penderita.
- Penerimaan terhadap terapi medis.
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Berdasarkan Tingkat Prevensi:**
#### **Prevensi Primer**
**Kode I.15010: Edukasi Kesehatan Reproduksi**
- Aktivitas:
- Penyuluhan tentang higiene genital dan diet seimbang.
- Kolaborasi dengan kader untuk kampanye PHBS.
#### **Prevensi Sekunder**
**Kode I.08005: Skrining Kanker Serviks**
- Aktivitas:
- Mobilisasi unit pemeriksaan IVA/Pap smear keliling.
- Pelatihan kader dalam deteksi gejala dini.
#### **Prevensi Tersier**
**Kode I.14020: Dukungan Psikososial**
- Aktivitas:
- Terapi kelompok untuk manajemen kecemasan.
- Pendekatan keluarga untuk mengurangi stigma.
- Rujukan ke konselor atau support group kanker.
---
**Catatan Akademis:**
Intervensi keperawatan komunitas ini mengintegrasikan pendekatan *health promotion*, *early detection*, dan *rehabilitasi* berbasis bukti. Faktor determinan sosial (stigma, pola makan) perlu ditangani secara holistik melalui kolaborasi multidisiplin (Puskesmas, kader, dan organisasi lokal). Pemantauan luaran menggunakan indikator SLKI untuk mengevaluasi efektivitas program.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 18672 | 16 Jun 2025
Klinis : diagnosa keperawatan untuk lingkungan rumah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan defisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi lingkungan rumah.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Lingkungan Buruk (00199)
Definisi: Berisiko mengalami paparan kondisi lingkungan yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00199
- Definisi: Berisiko mengalami paparan kondisi lingkungan yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: LS-13001
- Definisi: Kondisi lingkungan yang aman dan nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: SI-13001
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
Sebagai seorang perawat, saya memahami betapa pentingnya lingkungan rumah yang aman dan nyaman bagi kesehatan dan keselamatan pasien. Diagnosa Keperawatan "Risiko Lingkungan Buruk" mengindikasikan bahwa terdapat potensi bahaya di dalam lingkungan rumah yang dapat berdampak negatif pada pasien. Melalui Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), kita dapat mengidentifikasi, menetapkan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk menciptakan lingkungan rumah yang aman dan nyaman bagi pasien. -
Article No. 18673 | 16 Jun 2025
Klinis : BERIKAN DATA MAYOR MINOR DARI Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I67.9
- Deskripsi: Gangguan serebrovaskuler, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Pemantauan tekanan darah, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Dalam kasus ini, kondisi "Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi" dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 I67.9, yang menggambarkan gangguan serebrovaskuler yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Hal ini mencakup gangguan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan risiko perfusi serebral tidak efektif.
Selain itu, prosedur pemantauan tekanan darah (kode ICD-9-CM 99.19) dapat dilakukan untuk mengevaluasi dan mengelola hipertensi, yang merupakan salah satu tanda dari kondisi ini.
Perlu dicatat bahwa penentuan kode diagnosis dan prosedur yang tepat memerlukan penilaian klinis yang menyeluruh oleh tenaga kesehatan yang berwenang, seperti dokter atau perekam medis. Informasi yang diberikan di sini hanya sebagai panduan umum dan tidak dapat menggantikan penilaian profesional.