Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20584 | 09 Aug 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien Anak dengan Gejala Campak**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Kulit** *(Kode SDKI: 0601)* terkait ruam merah dan bintik Koplik akibat infeksi virus campak.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
- **Kode 0601: Gangguan Integritas Kulit**
*Definisi:* Perubahan kondisi kulit yang mengganggu struktur dan fungsi normal, ditandai dengan ruam, eritema, atau lesi.
*Faktor yang Berhubungan:* Infeksi virus (campak), inflamasi, dan respons imun.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode 0601: Penyembuhan Luka/Integritas Kulit Meningkat**
*Indikator:*
- Ruam berkurang (Skala 1–5: dari "tidak ada perbaikan" hingga "sembuh total").
- Tidak ada lesi baru.
- Kulit kembali elastis dan tidak eritema.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode 0601: Perawatan Kulit**
*Tindakan:*
- Observasi karakteristik ruam dan area yang terinfeksi.
- Jaga kebersihan kulit dengan mandi air hangat dan sabun hipoalergenik.
- Hindari penggarukan untuk mencegah infeksi sekunder.
- Berikan kompres dingin untuk mengurangi gatal.
---
**Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Hipertermia** *(Kode SDKI: 0007)* terkait proses infeksi virus campak.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI**
- **Kode 0007: Hipertermia**
*Definisi:* Suhu tubuh di atas rentang normal akibat ketidakseimbangan produksi dan eliminasi panas.
2. **SLKI**
- **Kode 0007: Termoregulasi**
*Indikator:*
- Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5–37,5°C).
- Tidak ada menggigil atau diaforesis berlebihan.
3. **SIKI**
- **Kode 3800: Manajemen Hipertermia**
*Tindakan:*
- Pantau suhu tubuh tiap 4 jam.
- Berikan antipiretik sesuai resep (misal: parasetamol).
- Gunakan kompres hangat di aksila dan lipatan paha.
- Anjurkan asupan cairan adekuat.
---
**Catatan Akademis:**
- **Bintik Koplik** dan **ruam makulopapular** adalah tanda patognomonik campak. Intervensi keperawatan harus fokus pada manajemen gejala dan pencegahan komplikasi (misal: pneumonia atau ensefalitis).
- Kode SDKI-SLKI-SIKI mengacu pada **PPNI (2017–2019)** dan memerlukan adaptasi berdasarkan perkembangan klinis pasien.
Sumber:
- *PPNI. (2019). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).*
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 20585 | 09 Aug 2025
Klinis : 1.Pengkajian ?Data Subjektif: a.Pasien mengatakan sering melewatkan sarapan. b.Pasien mengatakan tidak terlalu menyukai sayuran hijau. c.Pasien mengatakan tidak mengonsumsi suplemen asam folat sebelum dan awal kehamilan karena merasa “cukup sehat”. d.Pasien mengeluh mudah lelah. e.Pasien mengungkapkan rasa menyesal karena kurangnya pengetahuan berpotensi membahayakan janin. ?Data Objektif: a.Tekanan darah: 110/70 mmHg (normal). b.Berat badan: 52 kg (turun 10%). c.Kulit tampak agak pucat. d.Kadar asam folat: 2,3 ng/mL (nilai normal: >4 ng/mL). e.USG: janin tunggal, usia kehamilan sesuai. 2.Diagnosa Keperawatan (contoh) ?Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan dibuktikan dengan kadar asam folat rendah (2,3 ng/mL) serta berat badan menurun 10% dari berat badan ideal. ?Defisit pengetahuan tentang gaya hidup sehat berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan sebelum dan awal kehamilan pasien tidak mengonsumsi suplemen asam folat karena merasa "cukup sehat".
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk kondisi pasien:
---
### **1. Defisit Nutrisi**
**Kode SDKI:** **B.1.1** (*Defisit Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh*)
**Penjelasan:**
Pasien mengalami penurunan berat badan (10%), kadar asam folat rendah (2,3 ng/mL), dan keluhan mudah lelah, menunjukkan asupan nutrisi yang tidak adekuat, khususnya asam folat. Kondisi ini berisiko memengaruhi pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
**SLKI:** **B.1.1.1** (*Status Nutrisi Meningkat*)
**Kriteria Luaran:**
- Peningkatan kadar asam folat (>4 ng/mL).
- Kenaikan berat badan sesuai kebutuhan kehamilan.
- Pasien mampu mengidentifikasi makanan kaya nutrisi.
**SIKI:** **B.1.1.1.1** (*Manajemen Nutrisi*)
**Intervensi:**
- Edukasi tentang makanan tinggi asam folat (sayuran hijau, kacang-kacangan, buah).
- Kolaborasi pemberian suplemen asam folat sesuai resep.
- Pemantauan berat badan dan kadar laboratorium.
---
### **2. Defisit Pengetahuan tentang Gaya Hidup Sehat**
**Kode SDKI:** **A.11.1** (*Defisit Pengetahuan: Kurang Pemahaman tentang Kesehatan*)
**Penjelasan:**
Pasien tidak mengonsumsi suplemen asam folat karena merasa "cukup sehat", menunjukkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya nutrisi selama kehamilan.
**SLKI:** **A.11.1.1** (*Pengetahuan tentang Kesehatan Meningkat*)
**Kriteria Luaran:**
- Pasien menyatakan pentingnya asam folat untuk kehamilan.
- Pasien mampu menyebutkan sumber makanan dan suplemen yang diperlukan.
**SIKI:** **A.11.1.1.1** (*Edukasi Kesehatan*)
**Intervensi:**
- Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil.
- Diskusi risiko defisiensi asam folat (misalnya, neural tube defect pada janin).
- Melibatkan pasien dalam perencanaan diet.
---
### **Catatan Tambahan**
- **Tone Akademis:** Diagnosa dirumuskan berdasarkan data subjektif dan objektif dengan pendekatan **evidence-based nursing**.
- **Peran Perawat:** Fokus pada **edukasi, monitoring, dan kolaborasi** untuk memastikan luaran keperawatan tercapai.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan dokumentasi keperawatan. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan diskusikan dengan tim kesehatan terkait.
**Salam profesional,**
*[Nama Perawat/Asisten Klinis]* -
Article No. 20586 | 09 Aug 2025
Klinis : Klien datang ke Puskesmas Cijagra Lama pada tanggal 4 Agustus 2025 pukul 9.00 pagi, klien berobat ke poli gigi dengan keluhan sakit gigi. Saat dilakukan pengkajian dan skrinning kesehatan jiwa menunjukkan bahwa klien tampak tegang, murung, lesu, dan sering merasa tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari dalam lebih dari 1 minggu ini. Klien mengungkapkan merasa tertekan, mudah cemas, dan sering gelisah tanpa sebab yang jelas kurang dari 1 minggu ini. Terkadang klien merasa sulit berkonsentrasi dan mengalami gangguan tidur, seperti sulit tidur di malam hari atau terbangun berulang kali. Kondisi ini membuat pasien merasa lemah dan tidak bertenaga di siang hari. Ekspresi wajah pasien datar, kontak mata terbatas, dan respons terhadap percakapan singkat. Klien merasa keluhannya disebabkan oleh masalah keluarga yang rumit dan pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu. Konflik keluarga yang belum selesai membuat klien merasa tidak punya dukungan dari orang-orang terdekat. Selain itu, pengalaman traumatis di masa lalu masih membekas, sehingga klien terkadang merasa dirinya tidak berguna dan ragu dengan kemampuan yang dimilikinya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Gangguan Proses Pikir
Definisi: Kemampuan kognitif yang terganggu yang ditandai dengan kesulitan dalam berpikir jernih, mengambil keputusan, atau menyelesaikan masalah.
Faktor yang Berhubungan: Stres, kecemasan, depresi.
b. Gangguan Konsep Diri
Definisi: Pandangan negatif terhadap diri sendiri yang ditandai dengan rendah diri, ketidakpastian, dan perasaan tidak berharga.
Faktor yang Berhubungan: Pengalaman traumatis di masa lalu, konflik keluarga.
c. Risiko Gangguan Tidur
Definisi: Berisiko mengalami perubahan kualitas dan kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Faktor yang Berhubungan: Stres, kecemasan, depresi.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Gangguan Proses Pikir
- Klien dapat berpikir jernih dan mampu mengambil keputusan dengan baik.
- Klien dapat menyelesaikan masalah secara efektif.
b. Gangguan Konsep Diri
- Klien memiliki konsep diri yang positif.
- Klien merasa dirinya berharga dan mampu.
- Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan baik.
c. Risiko Gangguan Tidur
- Klien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- Klien merasa segar dan bersemangat di siang hari.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Gangguan Proses Pikir
- Terapi kognitif: Membantu klien mengidentifikasi dan memodifikasi pola pikir negatif.
- Terapi relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi stres dan kecemasan.
- Edukasi: Memberikan informasi terkait gangguan proses pikir dan strategi pengelolaan.
b. Gangguan Konsep Diri
- Terapi kelompok: Memfasilitasi klien untuk berbagi pengalaman dan memberikan dukungan satu sama lain.
- Terapi reminiscence: Membantu klien mengingat dan memaknai pengalaman positif di masa lalu.
- Terapi penguatan harga diri: Membantu klien mengidentifikasi kelebihan dan potensi diri.
c. Risiko Gangguan Tidur
- Manajemen lingkungan tidur: Mengoptimalkan lingkungan untuk mendukung kualitas tidur.
- Terapi relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur yang adekuat.
- Edukasi: Memberikan informasi terkait pentingnya pola tidur yang sehat.
Penjelasan tersebut disusun secara rinci dan terperinci berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan tone akademis dan persona pakar. -
Article No. 20525 | 08 Aug 2025
Klinis : dia gabisa jalan, gangguan mobilitas fisik gara" dia kena spondilitis tb, rasanya sih pas di kaji agak canggung, banyak diam, kyknya punya tmn deket tapi ga yg sampe deket bgt di situ, akhirnya yaudah gt deh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat didiagnosis dengan menggunakan kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M49.50
- Deskripsi: Spondilitis tuberkulosis, tidak ditentukan lokasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.08
- Deskripsi: Latihan dan reedukas gerakan, termasuk terapi fisik untuk mobilitas fisik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 M49.50 (Spondilitis tuberkulosis, tidak ditentukan lokasi) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami gangguan mobilitas fisik akibat spondilitis tuberkulosis. Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi tulang belakang yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebabkan nyeri, kekakuan, dan gangguan mobilitas pada pasien.
2. Kode ICD-9-CM 93.08 (Latihan dan reedukas gerakan, termasuk terapi fisik untuk mobilitas fisik) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik pada pasien. Terapi fisik dapat membantu meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi gerakan, sehingga dapat membantu pasien dalam meningkatkan mobilitas dan aktivitas sehari-hari.
Selain itu, berdasarkan informasi yang diberikan, pasien juga menunjukkan gejala kecanggungan, banyak diam, dan memiliki teman dekat tetapi tidak terlalu dekat. Hal ini dapat mengindikasikan adanya gangguan psikologis atau emosional pada pasien, seperti depresi atau kecemasan. Dalam kasus ini, evaluasi dan intervensi psikologis juga mungkin diperlukan untuk membantu pasien dalam mengatasi kondisi tersebut. -
Article No. 20526 | 08 Aug 2025
Klinis : Hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Hipertermia:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertermia adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,8°C (100°F) yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, paparan panas berlebihan, atau efek samping obat-obatan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh kembali normal: Klien akan menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C) setelah menerima intervensi keperawatan yang sesuai.
2. Tanda-tanda vital stabil: Klien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti frekuensi nadi, pernapasan, dan tekanan darah, sesuai dengan rentang normal.
3. Tidak ada komplikasi: Klien tidak akan mengalami komplikasi yang terkait dengan hipertermia, seperti dehidrasi, kejang, atau kerusakan organ.
4. Pengetahuan yang meningkat: Klien dan/atau keluarga akan menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang pencegahan dan pengelolaan hipertermia.
5. Rasa nyaman: Klien akan menunjukkan peningkatan rasa nyaman, dengan berkurangnya gejala-gejala yang terkait dengan hipertermia.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan suhu tubuh: Lakukan pemantauan suhu tubur klien secara teratur untuk mendeteksi perubahan suhu dan memantau efektivitas intervensi.
2. Manajemen lingkungan: Ciptakan lingkungan yang sejuk dan nyaman bagi klien, seperti mengatur suhu ruangan, penggunaan kipas angin, atau kompres dingin.
3. Manajemen cairan dan elektrolit: Pastikan klien mendapatkan asupan cairan yang cukup dan mempertahankan keseimbangan elektrolit.
4. Manajemen demam: Berikan obat penurun demam (antipiretik) sesuai indikasi untuk menurunkan suhu tubuh.
5. Edukasi: Edukasikan klien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan pengelolaan hipertermia, termasuk strategi pencegahan.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan: Berkoordinasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk menentukan penyebab hipertermia dan memberikan pengobatan yang tepat.
7. Evaluasi dan monitoring: Lakukan evaluasi secara teratur untuk menilai efektivitas intervensi dan membuat penyesuaian jika diperlukan.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu klien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan suhu tubuh, stabilitas tanda-tanda vital, pencegahan komplikasi, peningkatan pengetahuan, dan peningkatan rasa nyaman. -
Article No. 20527 | 08 Aug 2025
Klinis : Pasien mengtakan ulu hatinya terasa sesak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci untuk setiap poin yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengeluhkan rasa sesak pada ulu hatinya, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Nyeri Akut" menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain). Dalam kasus ini, rasa sesak pada ulu hati yang dirasakan pasien dapat dikategorikan sebagai nyeri akut yang perlu ditangani secara tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan yang tepat, luaran/output yang diharapkan adalah "Kontrol Nyeri" sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Kontrol nyeri merupakan kemampuan individu untuk mengontrol atau mengurangi pengalaman nyeri yang dirasakan. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur luaran ini antara lain:
1. Pasien dapat mengenali faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.
2. Pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
3. Pasien dapat menggambarkan nyeri dengan akurat.
4. Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
Dengan tercapainya kontrol nyeri yang baik, diharapkan pasien dapat mengelola rasa sesak pada ulu hatinya secara efektif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Kontrol Nyeri" pada pasien dengan keluhan rasa sesak pada ulu hati, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) antara lain:
1. Pengkajian Nyeri: Mengkaji karakteristik, durasi, lokasi, kualitas, intensitas, dan faktor yang memperberat atau memperingan nyeri yang dirasakan pasien.
2. Manajemen Nyeri: Membantu pasien mengidentifikasi dan menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, atau kompres hangat.
3. Edukasi Manajemen Nyeri: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang strategi manajemen nyeri, termasuk penggunaan obat-obatan dan teknik non-farmakologis.
4. Kolaborasi Intervensi Farmakologis: Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk memberikan intervensi farmakologis yang tepat, seperti pemberian analgesik, untuk mengurangi nyeri.
5. Evaluasi Efektivitas Intervensi: Mengevaluasi efektivitas intervensi yang telah dilakukan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan untuk mencapai kontrol nyeri yang optimal.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran "Kontrol Nyeri" sehingga pasien dapat mengelola rasa sesak pada ulu hatinya dengan baik. -
Article No. 20529 | 08 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit tulang belakang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, untuk kondisi pasien dengan keluhan sakit tulang belakang, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri kronis (00133)
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut, dengan onset tiba-tiba atau lambat dan berlangsung dalam waktu lama.
- SLKI: Intervensi untuk membantu klien mengatasi pengalaman rasa sakit yang terus-menerus dan persisten.
- SIKI: Identifikasi dan penanganan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap nyeri, dengan tujuan meminimalkan atau mengurangi pengalaman nyeri.
2. Gangguan mobilitas fisik (00085)
- SDKI: Keterbatasan dalam pergerakan fisik independen, yang bersifat terbatas, lambat, atau tidak lengkap.
- SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi pergerakan fisik yang independen, efektif, dan aman.
- SIKI: Tindakan untuk memfasilitasi mobilitas fisik klien agar dapat bergerak dengan aman dan efektif.
3. Risiko jatuh (00155)
- SDKI: Peningkatan kerentanan untuk jatuh, yang dapat menyebabkan cedera fisik.
- SLKI: Intervensi untuk meminimalkan risiko jatuh dan mencegah cedera akibat jatuh.
- SIKI: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko jatuh, serta mempromosikan keamanan klien.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri kronis (00133): Pasien mengalami nyeri pada tulang belakang yang terus-menerus dan persisten. Intervensi keperawatan berfokus pada identifikasi dan penanganan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap nyeri, dengan tujuan meminimalkan atau mengurangi pengalaman nyeri.
2. Gangguan mobilitas fisik (00085): Pasien mengalami keterbatasan dalam pergerakan fisik independen, yang bersifat terbatas, lambat, atau tidak lengkap. Intervensi keperawatan berfokus pada memfasilitasi mobilitas fisik klien agar dapat bergerak dengan aman dan efektif.
3. Risiko jatuh (00155): Pasien memiliki peningkatan kerentanan untuk jatuh, yang dapat menyebabkan cedera fisik. Intervensi keperawatan berfokus pada mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko jatuh, serta mempromosikan keamanan klien. -
Article No. 20530 | 08 Aug 2025
Klinis : pasien gusi berdarah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi terkait kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis pada kondisi pasien gusi berdarah.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K06.1
- Deskripsi: Gingivitis kronis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 41.43
- Deskripsi: Gingivektomi, pembedahan gusi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 K06.1 (Gingivitis kronis) merupakan kode yang sesuai untuk kondisi pasien gusi berdarah. Gingivitis kronis adalah kondisi peradangan kronis pada gusi yang dapat menyebabkan pendarahan gusi.
2. Kode ICD-9-CM 41.43 (Gingivektomi, pembedahan gusi) dapat digunakan jika pasien memerlukan tindakan pembedahan gusi untuk mengatasi kondisi gingivitis kronis. Gingivektomi adalah prosedur bedah untuk menghilangkan jaringan gusi yang mengalami peradangan atau hiperplasia.
Penggunaan kode-kode ini penting untuk mencatat diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan pada pasien, serta untuk keperluan dokumentasi, klaim asuransi, dan analisis epidemiologi kesehatan. -
Article No. 20531 | 08 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit ulu hati
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yaitu sakit ulu hati, berikut adalah Diagnosis Keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Gangguan proses pencernaan (00197)
Definisi: Gangguan dalam kemampuan untuk mencerna atau menyerap nutrisi secara normal.
Penjelasan singkat:
1. Nyeri akut (00132)
- Kode SDKI: 00132
- Kode SLKI: 0004
- Kode SIKI: P01
Pasien datang dengan keluhan sakit ulu hati yang merupakan gejala dari nyeri akut. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
2. Gangguan proses pencernaan (00197)
- Kode SDKI: 00197
- Kode SLKI: 0305
- Kode SIKI: C07
Sakit ulu hati yang dirasakan oleh pasien juga dapat menunjukkan adanya gangguan proses pencernaan. Gangguan proses pencernaan adalah gangguan dalam kemampuan untuk mencerna atau menyerap nutrisi secara normal.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Dalam memberikan penjelasan, saya berusaha menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien dengan latar belakang akademis dan bertindak sebagai pakar atau perawat yang memberikan informasi secara komprehensif. -
Article No. 20532 | 08 Aug 2025
Klinis : diagnosa untuk gusi berdarah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gusi berdarah:
Diagnosa Keperawatan:
Perdarahan Gingiva (10015)
Definisi SDKI:
Kondisi di mana terjadi pendarahan dari jaringan gingiva yang dapat disebabkan oleh plak, kalkulus, atau faktor lain.
Definisi SLKI:
Peningkatan kontrol perdarahan gingiva melalui praktik kebersihan mulut yang efektif.
Definisi SIKI:
1. Kontrol Perdarahan Gingiva (I0015)
Tindakan untuk mencegah atau mengendalikan pendarahan dari jaringan gingiva.
2. Perawatan Mulut (I0116)
Tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan rongga mulut.
Kode dan Definisi:
1. Kontrol Perdarahan Gingiva (I0015)
Definisi: Tindakan untuk mencegah atau mengendalikan pendarahan dari jaringan gingiva.
2. Perawatan Mulut (I0116)
Definisi: Tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan rongga mulut.
Catatan: Diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang saya berikan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Saya menjelaskan dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat.