Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5058 | 08 Nov 2024
Klinis : perfusi jaringan perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif didefinisikan sebagai kondisi di mana aliran darah ke jaringan perifer tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan kondisi ini adalah:
- Perfusi jaringan perifer membaik
- Tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi perifer
- Tidak ada kerusakan jaringan
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan perfusi perifer
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan farmakologis
- Mobilisasi dan latihan fisik untuk meningkatkan sirkulasi
- Perawatan kulit dan ekstremitas untuk mencegah kerusakan jaringan
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga perfusi perifer
Secara akademis, kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, dan gangguan pembuluh darah. Peran perawat sebagai seorang pakar adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk memulihkan perfusi jaringan perifer secara optimal. -
Article No. 5059 | 08 Nov 2024
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipertermia:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu tubuh secara efektif. Diagnosis keperawatan ini dapat disebabkan oleh infeksi, dehidrasi, atau paparan terhadap lingkungan yang panas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan hipertermia adalah penurunan suhu tubuh ke rentang normal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta tidak adanya komplikasi yang terkait dengan hipertermia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia meliputi:
a. Pemantauan suhu tubuh secara berkala
b. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
c. Penggunaan kompres dingin atau obat penurun demam, jika perlu
d. Pengaturan lingkungan yang sejuk dan nyaman
e. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia.
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan kondisi hipertermia. -
Article No. 5060 | 08 Nov 2024
Klinis : pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medik, berikut adalah informasi mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan kondisi "pola nafas tidak efektif":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Dispnea (Napas tidak efektif)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Terapi pernafasan, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R06.0 (Dispnea) menggambarkan kondisi pola nafas tidak efektif, di mana pasien mengalami kesulitan atau ketidaknyamanan dalam bernapas.
2. Kode ICD-9-CM 93.94 (Terapi pernafasan, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang diberikan untuk mengatasi pola napas tidak efektif, seperti terapi pernafasan, pemberian oksigen, atau intervensi lainnya yang bertujuan untuk memperbaiki pola napas pasien.
Perlu diperhatikan bahwa pemilihan kode yang tepat dapat bergantung pada penyebab, gejala, dan kondisi klinis lainnya yang menyertai pola napas tidak efektif. Oleh karena itu, penilaian klinis yang menyeluruh oleh tenaga kesehatan yang kompeten sangat diperlukan untuk memastikan pengkodean yang akurat. -
Article No. 5061 | 08 Nov 2024
Klinis : pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "pola nafas tidak efektif".
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi:
Pola napas yang tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi tubuh.
Faktor Terkait:
1. Gangguan neuromuskular
2. Kelelahan otot pernapasan
3. Nyeri
4. Kecemasan
5. Obstruksi jalan napas
Gejala dan Tanda:
1. Frekuensi napas tidak normal (bradipnea atau takipnea)
2. Kedalaman napas tidak normal (hipopnea atau hiperpnea)
3. Irama napas tidak teratur
4. Penggunaan otot bantu pernapasan
5. Perubahan warna kulit (sianosis)
6. Perubahan pola napas
Luaran Klinis (SLKI):
1. Pola Napas
2. Kecukupan Oksigenasi
3. Fungsi Neuromuskular
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pengaturan Posisi
2. Manajemen Jalan Napas
3. Terapi Oksigen
4. Manajemen Kenyamanan
5. Edukasi Manajemen Napas
Evaluasi:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan pasien menunjukkan perbaikan pola napas, kecukupan oksigenasi, dan fungsi neuromuskular yang mendekati rentang normal.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami Diagnosa Keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI terkait "pola nafas tidak efektif". Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. -
Article No. 5062 | 08 Nov 2024
Klinis : intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi intoleransi aktivitas.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau dibutuhkan akibat keterbatasan fisik, fisiologis, atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan Intoleransi Aktivitas adalah peningkatan toleransi terhadap aktivitas, pemulihan kapasitas fisik, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kebutuhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Intoleransi Aktivitas antara lain:
1. Manajemen Aktivitas: mengatur, memantau, dan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sesuai kemampuan pasien.
2. Terapi Aktivitas: mengembangkan dan melaksanakan program aktivitas yang terstruktur untuk meningkatkan kapasitas fisik dan toleransi aktivitas.
3. Manajemen Energi: membantu pasien mengatur energi untuk mencapai aktivitas yang diinginkan.
4. Pendidikan Kesehatan: memberikan informasi dan edukasi terkait intoleransi aktivitas dan strategi pengelolaan.
Sebagai perawat, kami berkomitmen untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien dalam mengatasi masalah intoleransi aktivitas. Kami akan bekerja sama dengan pasien dan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 5063 | 08 Nov 2024
Klinis : a.Penurunan curah jantung y.b.d defek pada atrium d.d aritmia, nyeri dada.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Curah Jantung
Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Penyebab:
a. Defek pada atrium (misalnya, defek septum atrium)
b. Aritmia jantung
c. Nyeri dada
Gejala dan Tanda:
a. Penurunan curah jantung
b. Perubahan irama jantung
c. Nyeri dada
Rencana Asuhan Keperawatan:
a. Monitoring tanda-tanda vital, irama jantung, dan gejala lain
b. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
c. Manajemen pemberian obat-obatan kardiovaskular
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit dan penanganannya
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli jantung, dll)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosis: Penurunan Curah Jantung
- Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Peningkatan Curah Jantung
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung, perfusi jaringan adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Penurunan Curah Jantung
- Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengatasi penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. -
Article No. 5064 | 08 Nov 2024
Klinis : Gangguan pertukaran gas y.b.d peningkatan darah pulmonal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan pertukaran gas yang disebabkan oleh peningkatan darah pulmonal.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi di dalam alveoli paru-paru, yang mengakibatkan perubahan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida dari darah.
Faktor Terkait:
Peningkatan Tekanan Darah Pulmonal
Karakteristik Definisi:
1. Dispnea
2. Sianosis
3. Perubahan irama napas
4. Ketidakseimbangan asam-basa
5. Perubahan pola napas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Ventilasi Efektif
2. Oksigenasi Adekuat
3. Keseimbangan Asam-Basa
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Terapi Oksigen
3. Manajemen Perfusi
4. Manajemen Ventilasi
Dalam kasus gangguan pertukaran gas yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah pulmonal, perawat perlu memastikan ventilasi dan oksigenasi pasien tetap efektif, serta menjaga keseimbangan asam-basa. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen jalan napas, terapi oksigen, manajemen perfusi, dan manajemen ventilasi. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan pertukaran gas yang optimal dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 5065 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 28 tahun dirawat di perawatan pre-post operasi, pasien mengeluhkan nyeri pada tulang femur yang dipasang pen sampai tidak berani menggerakkan kaki yang sakit, pasien juga mengeluhkan mual dan nafsu makan menurun sejak dirawat di RS, dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/80 mmHg, Frekuensi nadi: 90x/mnt, frekuensi napas: 26x/menit, TB: 170 cm dan BB: 49 kg. Pertanyaan soal Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? a. Nyeri akut b. Defisit nutrisi c. Gangguan mobilitas fisik d. Resiko infeksi e. Resiko defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, masalah keperawatan utama pada pasien tersebut adalah:
a. Nyeri akut
Penjelasan:
Pasien mengeluhkan nyeri pada tulang femur yang dipasang pen, sehingga ia tidak berani menggerakkan kaki yang sakit. Nyeri akut merupakan masalah utama yang perlu ditangani pada kasus ini.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Kontrol nyeri: Tingkat kemampuan individu untuk mengendalikan rasa sakit.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Manajemen nyeri: Tindakan untuk membantu mengendalikan rasa sakit yang dialami oleh pasien.
Sebagai perawat, intervensi yang dapat dilakukan adalah mengkaji nyeri pasien, memberikan analgesik sesuai resep, melakukan terapi non-farmakologis (seperti kompres dingin, relaksasi, distraksi), dan memantau respons pasien terhadap intervensi yang diberikan. -
Article No. 5066 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan, usia 60 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan kusta, pasien mengatakan nyeri pada daerah kulit yang terkena kusta, skala nyeri 4, merasa khawatir dengan kondisinya dan tidak ada nafsu makan. Hasil pemeriksaan: didapatkan pasien gelisah, bercak-bercak putih pada kulit dan pasien berkeringat. TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 95 x/menit, frekuensi napas 19 x/menit, suhu 37,3°C. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? Defisit nutrisi. Kerusakan integritas kulit. Nyeri akut. Hipovolemia Ansietas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, salam sejahtera. Sebagai petugas kesehatan, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kasus yang diberikan.
Berdasarkan data yang ada, masalah keperawatan utama yang dapat teridentifikasi adalah:
1. Nyeri akut
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan seperti itu (International Association for the Study of Pain, 1994).
- Ditandai dengan keluhan nyeri pada daerah kulit yang terkena kusta dengan skala 4.
2. Ansietas
- Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber penyebab yang tidak jelas atau tidak diketahui (SDKI, 2017).
- Ditandai dengan pasien mengatakan merasa khawatir dengan kondisinya.
Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang juga muncul antara lain:
- Kerusakan integritas kulit
- Defisit nutrisi
Untuk penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar diagnosis keperawatan yang disusun oleh PPNI untuk digunakan oleh perawat dalam praktik keperawatan.
- Berisi deskripsi diagnosis keperawatan, karakteristik definisi, faktor yang berhubungan, serta batasan karakteristik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar luaran keperawatan yang disusun oleh PPNI untuk digunakan oleh perawat dalam praktik keperawatan.
- Berisi deskripsi luaran keperawatan, definisi, kriteria hasil, dan skala pengukuran.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar intervensi keperawatan yang disusun oleh PPNI untuk digunakan oleh perawat dalam praktik keperawatan.
- Berisi deskripsi intervensi keperawatan, definisi, aktivitas, serta rasional.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI. Semoga informasi ini dapat bermanfaat. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 5067 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 57 tahun dirawat di RS Muhammad Husein dengan mengeluhkan nyeri pada paha kiri, pasien mengatakan nyeri akan bertambah saat malam hari, pasien merasakan sudah satu bulan ini ketika angkat beban terasa tidak kuat dan lemah, pasien juga merasakan nafsu makan menurun. Hasil dari pemeriksaan fisik oleh perawat didapatkan pasien tampak meringis dengan skala nyeri 7, TD: 130/90 mmHg, Frekuensi Nadi: 100 x/menit, Frekuensi Napas 24x/menit, dan Suhu: 38,5°C, BB: 65 kg, TB: 170 cm. Pertanyaan soal: Apakah intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah utama dalam kasus diatas? a. Dukungan mobilisasi b. Manajemen nutrisi c. Manajemen hipertermi d. Manajemen nyeri e. Manajemen istirahat tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut (SDKI)
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami keluhan utama nyeri pada paha kiri yang dirasakan bertambah saat malam hari. Selain itu, pasien juga mengeluhkan kelemahan saat mengangkat beban dan penurunan nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan pasien tampak meringis dengan skala nyeri 7, tanda-tanda vital yang tidak normal, serta peningkatan suhu tubuh. Hal ini mengindikasikan adanya nyeri akut yang dialami pasien.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan Nyeri Akut, intervensi keperawatan yang tepat adalah:
d. Manajemen Nyeri
Tujuan intervensi ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi nyeri yang dirasakan pasien. Intervensi dapat mencakup pemberian analgetik, pengaturan posisi, terapi panas/dingin, serta teknik nonfarmakologis seperti distraksi dan relaksasi.
Jadi, intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk mengatasi masalah utama dalam kasus ini adalah Manajemen Nyeri.