Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5051 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki, usia 60 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan frambusia, pasien mengatakan nyeri. Hasil pemeriksaan: didapatkan pasien tampak cemas, berkeringat, gelisah dan penyebaran lesi keseluruh tubuh dan nekrosis lesi. TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 98 x/menit, frekuensi napas 21 x/menit, suhu 37,1°C. Apa intervensi keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? a. Manajemen nyeri. b. Teknik relaksasi napas dalam. c. Edukasi tentang perawatan kulit. d. Kolaborasi pemberian antibiotik. e. Distraksi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit frambusia yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri, tampak cemas, berkeringat, dan gelisah.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain, 1979).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan nyeri akut adalah mengurangi atau menghilangkan nyeri, meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri, dan meningkatkan kenyamanan pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor yang menyebabkan atau memperberat nyeri.
b. Teknik relaksasi napas dalam: Tindakan untuk membantu pasien mempraktikkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi nyeri.
c. Edukasi tentang perawatan kulit: Tindakan untuk memberikan informasi kepada pasien tentang perawatan kulit yang tepat untuk mengatasi lesi akibat frambusia.
d. Kolaborasi pemberian antibiotik: Tindakan untuk bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian antibiotik untuk menangani infeksi akibat frambusia.
e. Distraksi: Tindakan untuk mengalihkan perhatian pasien dari nyeri dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Intervensi Keperawatan yang Tepat:
Berdasarkan diagnosa keperawatan dan penjelasan SDKI-SLKI-SIKI, intervensi keperawatan yang tepat untuk menangani kasus ini adalah:
1. Manajemen nyeri
2. Teknik relaksasi napas dalam
3. Edukasi tentang perawatan kulit
4. Kolaborasi pemberian antibiotik -
Article No. 5052 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 57 tahun dirawat di RS Muhammad Husein dengan mengeluhkan nyeri pada paha kiri, pasien mengatakan nyeri akan bertambah saat malam hari, pasien merasakan sudah satu bulan ini ketika angkat beban terasa tidak kuat dan lemah, pasien juga merasakan nafsu makan menurun. Hasil dari pemeriksaan fisik oleh perawat didapatkan pasien tampak meringis dengan skala nyeri 7, TD: 130/90 mmHg, Frekuensi Nadi: 100 x/menit, Frekuensi Napas 24x/menit, dan Suhu: 38,5°C, BB: 65 kg, TB: 170 cm. Pertanyaan soal: Apakah keperawatan utama dalam kasus diatas? a. Gangguan mobilitas fisik b. Gangguan pola tidur c. Hipertermi d. Nyeri akut e. Defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan utama dalam kasus di atas adalah:
d. Nyeri Akut
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain/IASP).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kriteria hasil yang diharapkan dalam kasus ini adalah:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal
3. Pasien melaporkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Nyeri
2. Perawatan Hipertermia
3. Peningkatan Mobilitas
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami nyeri akut pada paha kiri dengan skala nyeri 7, disertai tanda-tanda infeksi seperti hipertermia. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan utama yang tepat adalah Nyeri Akut. -
Article No. 5053 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 25 tahun rawat di RS, pasien mengalami fraktur terbuka dan robek pembuluh darah arteri femuralis. Pasien mengatakan nyeri pada luka tersebut dengan skala 9, Hasil dari anamnesis didapatkan TD: 90/70 mmHg, frekuensi nadi: 95x/menit lemah, frekuensi napas: 24x/menit, suhu: 35,5°C. Pertanyaan soal: Apakah intervensi keperawatan pada masalah keperawatan utama dalam kasus diatas? a. Pencegahan infeksi b. Manajemen nyeri c. Manajemen cairan d. Pencegahan syok e. Terapi paparan panas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Risiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan kehilangan darah akibat fraktur terbuka dan robeknya pembuluh darah arteri femoralis.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Syok Hipovolemik adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kondisi yang disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien akan mempertahankan volume cairan yang adekuat dan tidak mengalami syok hipovolemik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah ini adalah:
d. Pencegahan Syok
Tujuan intervensi ini adalah untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik pada pasien. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
- Memonitor tanda-tanda vital secara berkala
- Memasang akses intravena dan memberikan cairan infus segera
- Mengontrol perdarahan dengan kompresi dan balutan
- Memposisikan pasien dengan kaki lebih tinggi untuk meningkatkan aliran darah ke jantung
- Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan dan manajemen syok
Jadi, intervensi keperawatan yang paling tepat untuk mengatasi masalah utama dalam kasus ini adalah d. Pencegahan Syok. -
Article No. 5054 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 58 tahun dirawat di ruang bedah sejak 10 hari yang lalu, saat pengkajian didapatkan ektermitas atas dan bawah tidak dapat digerakkan secara aktif, kulit disekitar area trauma tampak kemerahan dan pasien terlihat lemas. Hasil pengkajian tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 85 x/i, suhu 37,6 °C dan pernapasan 22 x/i. Apa tindakan mandiri keperawatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien... a. Mobilisasi tiap 2 jam b. Melakukan massage C. Melatih ROM (pasif) d. Memberikan kompres air hangat e. Terapi relaksasi napas dalam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak ekstremitas atas dan bawah, ditandai dengan pasien tidak dapat menggerakkan ekstremitas secara aktif.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hambatan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang disengaja dan mandiri di lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas fisik: status kemampuan individu untuk bergerak secara mandiri dan terkoordinasi.
2. Integritas Kulit: status keutuhan dan kondisi fisik dari lapisan epidermis dan dermis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Mobilitas: tindakan untuk memfasilitasi pergerakan dan fungsi fisik yang optimal.
2. Perawatan Luka: tindakan untuk mempertahankan kondisi kulit yang optimal.
Tindakan Mandiri Keperawatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien:
a. Melatih ROM (Rentang Gerak) secara pasif: Membantu pasien menggerakkan ekstremitas secara perlahan untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas.
c. Melatih ROM (Rentang Gerak) secara pasif: Membantu pasien menggerakkan ekstremitas secara perlahan untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas.
d. Memberikan kompres air hangat: Dapat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi nyeri pada area yang tampak kemerahan.
e. Terapi relaksasi napas dalam: Dapat membantu pasien mengurangi kecemasan dan meningkatkan rileksasi.
Dengan memperhatikan kondisi pasien, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain adalah melatih ROM secara pasif, memberikan kompres air hangat, dan melakukan terapi relaksasi napas dalam untuk meningkatkan kenyamanan pasien. -
Article No. 5055 | 08 Nov 2024
Klinis : Tn. A, berusia 45 tahun, mengalami Space- Occupying Lesion (SOL) intrakranial yang didiagnosis melalui MRI dengan massa berukuran 5 cm di lobus frontal kiri, menyebabkan edema serebral. Gejala yang dialami termasuk sakit kepala berat, mual, muntah, kelemahan di sisi kanan tubuh, dan perubahan perilaku. Pasien mengalami papiledema dan mengalami hemiparesis di sisi kanan tubuh. Tindakan keperawatan paling tepat yang harus dilakukan oleh perawat untuk mengatasi kondisi ini adalah.... a. Memberikan edukasi mengenai pola makan sehat untuk pemulihan b. Menginstruksikan pasien untuk melakukan latihan pernapasan dalam c. Memantau tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala d. Mengurangi rangsangan eksternal untuk meningkatkan kenyamanan pasien e. Mengajarkan latihan mobilitas untuk meningkatkan fungsi motorik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diderita Tn. A, diagnosa keperawatan yang paling tepat adalah:
1. Risiko Penurunan Perfusi Serebral Berhubungan dengan Space-Occupying Lesion (SOL) Intrakranial.
Penjelasan:
- Tn. A mengalami SOL intrakranial yang menyebabkan edema serebral, sehingga terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang dapat mengganggu perfusi serebral.
- Gejala yang dialami Tn. A, seperti sakit kepala berat, mual, muntah, dan hemiparesis di sisi kanan tubuh, menunjukkan adanya penurunan perfusi serebral.
Rencana Tindakan Keperawatan (SLKI-SIKI):
c. Memantau tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala
Rasional: Pemantauan tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala penting untuk mendeteksi perubahan perfusi serebral dan mencegah komplikasi.
Selain itu, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
d. Mengurangi rangsangan eksternal untuk meningkatkan kenyamanan pasien
Rasional: Mengurangi rangsangan eksternal dapat membantu menurunkan tekanan intrakranial dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah:
e. Mengajarkan latihan mobilitas untuk meningkatkan fungsi motorik
Rasional: Latihan mobilitas dapat membantu mempertahankan dan meningkatkan fungsi motorik, seperti mengatasi hemiparesis yang dialami Tn. A.
Sehingga, jawaban yang paling tepat adalah opsi c. Memantau tanda-tanda vital dan status neurologis secara berkala. -
Article No. 5056 | 08 Nov 2024
Klinis : Ny. C, berusia 50 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala hebat yang berlangsung selama 3 minggu. la juga mengalami mual muntah sebanyak 3x sebelum dibawa ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan neurologis menunjukkan adanya kelemahan di sisi kanan tubuh. CT scan menunjukkan adanya massa berukuran 6 cm di lobus temporal kiri. Intervensi yang paling tepat untuk mengelola gejala mual dan muntah pada Ny. C adalah.... a. Memberikan cairan intravena dengan kadar glukosa tinggi b. Memberikan obat antiemetik sesuai instruksi dokter c. Mendorong pasien untuk makan makanan ringan d. Mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk mengurangi stress. e. Mengedukasi pasien tentang pola makan sehat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan sistem saraf pusat akibat massa otak.
2. Mual dan Muntah berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam melakukan gerakan tubuh secara mandiri dan terkoordinasi.
2. Mual dan Muntah: Sensasi tidak nyaman diikuti dengan dorongan untuk mengeluarkan isi lambung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Mobilitas Fisik: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
2. Mual dan Muntah: Pasien dapat mengendalikan sensasi mual dan mencegah terjadinya muntah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Mobilitas Fisik: Manajemen mobilitas, latihan rentang gerak, perawatan posisi.
2. Mual dan Muntah: Manajemen mual dan muntah, terapi antiemetik, edukasi nutrisi.
Intervensi yang paling tepat untuk mengelola gejala mual dan muntah pada Ny. C adalah:
Jawaban B. Memberikan obat antiemetik sesuai instruksi dokter.
Pemberian obat antiemetik sesuai instruksi dokter merupakan intervensi utama untuk mengatasi mual dan muntah pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial, seperti yang dialami oleh Ny. C. -
Article No. 5057 | 08 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 28 tahun dirawat di perawatan pre-post operasi, pasien mengeluhkan nyeri pada tulang femur yang dipasang pen sampai tidak berani menggerakkan kaki yang sakit, pasien juga mengeluhkan mual dan nafsu makan menurun sejak dirawat di RS, dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 130/80 mmHg, Frekuensi nadi: 90x/mnt, frekuensi napas: 26x/menit, TB: 170 cm dan BB: 49kg. Pertanyaan soal Apakah intervensi keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? a. Dukungan mobilisasi b. Manajemen Nutrisi (?) c. Pencegahan infeksi d. Edukasi diet e. Manajemen nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya untuk kasus yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan pada tulang femur.
2. Risiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan badan berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Penjelasan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan pada tulang femur:
- Pasien mengeluhkan nyeri pada tulang femur yang dipasang pen sehingga tidak berani menggerakkan kaki yang sakit.
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
2. Risiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan badan berhubungan dengan penurunan nafsu makan:
- Pasien mengeluhkan mual dan nafsu makan menurun sejak dirawat di rumah sakit.
- Risiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan badan adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Intervensi Keperawatan yang Tepat:
a. Manajemen Nyeri
b. Manajemen Nutrisi
c. Pencegahan Infeksi
Penjelasan Intervensi:
a. Manajemen Nyeri: Intervensi ini bertujuan untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan pasien akibat prosedur pembedahan pada tulang femur.
b. Manajemen Nutrisi: Intervensi ini bertujuan untuk memantau dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang berisiko mengalami penurunan nafsu makan.
c. Pencegahan Infeksi: Intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka pasca pembedahan.
Jadi, intervensi keperawatan yang tepat untuk kasus ini adalah a. Manajemen Nyeri, b. Manajemen Nutrisi, dan c. Pencegahan Infeksi. -
Article No. 5058 | 08 Nov 2024
Klinis : perfusi jaringan perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif didefinisikan sebagai kondisi di mana aliran darah ke jaringan perifer tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan kondisi ini adalah:
- Perfusi jaringan perifer membaik
- Tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi perifer
- Tidak ada kerusakan jaringan
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan perfusi perifer
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan farmakologis
- Mobilisasi dan latihan fisik untuk meningkatkan sirkulasi
- Perawatan kulit dan ekstremitas untuk mencegah kerusakan jaringan
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga perfusi perifer
Secara akademis, kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, dan gangguan pembuluh darah. Peran perawat sebagai seorang pakar adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk memulihkan perfusi jaringan perifer secara optimal. -
Article No. 5059 | 08 Nov 2024
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipertermia:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu tubuh secara efektif. Diagnosis keperawatan ini dapat disebabkan oleh infeksi, dehidrasi, atau paparan terhadap lingkungan yang panas.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan hipertermia adalah penurunan suhu tubuh ke rentang normal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta tidak adanya komplikasi yang terkait dengan hipertermia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermia meliputi:
a. Pemantauan suhu tubuh secara berkala
b. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
c. Penggunaan kompres dingin atau obat penurun demam, jika perlu
d. Pengaturan lingkungan yang sejuk dan nyaman
e. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia.
Sebagai pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan kondisi hipertermia. -
Article No. 5060 | 08 Nov 2024
Klinis : pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medik, berikut adalah informasi mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan kondisi "pola nafas tidak efektif":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Dispnea (Napas tidak efektif)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Terapi pernafasan, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R06.0 (Dispnea) menggambarkan kondisi pola nafas tidak efektif, di mana pasien mengalami kesulitan atau ketidaknyamanan dalam bernapas.
2. Kode ICD-9-CM 93.94 (Terapi pernafasan, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang diberikan untuk mengatasi pola napas tidak efektif, seperti terapi pernafasan, pemberian oksigen, atau intervensi lainnya yang bertujuan untuk memperbaiki pola napas pasien.
Perlu diperhatikan bahwa pemilihan kode yang tepat dapat bergantung pada penyebab, gejala, dan kondisi klinis lainnya yang menyertai pola napas tidak efektif. Oleh karena itu, penilaian klinis yang menyeluruh oleh tenaga kesehatan yang kompeten sangat diperlukan untuk memastikan pengkodean yang akurat.