Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18657 | 16 Jun 2025
Klinis : hyporthermi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan menyediakan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi hipotermi sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan:
Hipotermi (00006)
Definisi:
Penurunan suhu tubuh di bawah 35°C (95°F) yang dapat mengancam jiwa.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Termoregulasi terganggu (10027)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Suhu tubuh dalam rentang normal (10001)
Definisi: Kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Hipotermi (70048)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengembalikan suhu tubuh normal pada individu dengan penurunan suhu tubuh di bawah 35°C.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami kondisi hipotermi dan kaitannya dengan Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI. Jika ada pertanyaan lain, saya akan senang untuk membantu. -
Article No. 18658 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda paparkan. Berdasarkan data laporan hasil survei yang dilakukan di SD X, saya menetapkan beberapa diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan
Kode SDKI: 00126
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
Penjelasan: Siswa memiliki pengetahuan yang kurang tentang kebersihan diri, pola makan yang sehat, dan keamanan saat menyeberang jalan.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Kode SDKI: 00004
Definisi: Peningkatan risiko terkena penyakit atau organisme patogen.
Penjelasan: Siswa berisiko tinggi terkena infeksi, seperti cacingan, akibat konsumsi makanan yang kurang terjamin kebersihannya dan perilaku hidup bersih yang kurang.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
Kode SDKI: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja, sukarela, dan mandiri.
Penjelasan: Siswa mengalami kesulitan dalam menyeberang jalan karena kurangnya petugas yang membantu menyeberangkan dan banyaknya kendaraan yang berlalu-lalang.
Selanjutnya, berikut adalah penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
Kode: Diawali dengan "00" diikuti oleh 3 digit angka.
Definisi: Klasifikasi diagnosa keperawatan yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Kode: Diawali dengan "0" diikuti oleh 4 digit angka.
Definisi: Klasifikasi luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Kode: Diawali dengan "0" diikuti oleh 4 digit angka.
Definisi: Klasifikasi intervensi keperawatan yang dikeluarkan oleh PPNI.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI yang telah ditetapkan oleh PPNI untuk memastikan kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 18659 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan sanitasi lingkungan yang buruk, kebersihan diri yang kurang, dan perilaku tidak mencuci tangan.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang kebersihan diri dan kesehatan.
3. Risiko cedera berhubungan dengan aktivitas menyeberang jalan yang tidak aman.
4. Infeksi cacing berhubungan dengan perilaku tidak mencuci tangan dan konsumsi makanan yang tidak bersih.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi:
- Klien/keluarga menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Klien/keluarga dapat mengenali tanda-tanda infeksi dan melakukan tindakan pencegahan.
- Tidak terjadi komplikasi infeksi pada klien.
2. Defisit Pengetahuan:
- Klien/keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang kebersihan diri dan kesehatan.
- Klien/keluarga dapat mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Klien/keluarga dapat mengidentifikasi sumber-sumber informasi kesehatan yang dapat diakses.
3. Risiko Cedera:
- Klien/keluarga dapat mengidentifikasi dan menghindari aktivitas yang berisiko menyebabkan cedera.
- Klien/keluarga dapat mempraktikkan perilaku yang aman saat menyeberang jalan.
- Tidak terjadi cedera pada klien selama berada di lingkungan sekolah.
4. Infeksi Cacing:
- Klien/keluarga dapat mengenali gejala infeksi cacing dan melakukan tindakan pengobatan yang tepat.
- Klien/keluarga dapat mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah infeksi cacing.
- Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi cacing pada klien.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi:
- Edukasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (mencuci tangan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan).
- Monitoring dan evaluasi kebersihan diri dan lingkungan.
- Kolaborasi dengan pihak sekolah dan puskesmas untuk meningkatkan sanitasi lingkungan.
2. Defisit Pengetahuan:
- Assess pengetahuan klien/keluarga tentang kebersihan diri dan kesehatan.
- Edukasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, serta sumber informasi kesehatan yang dapat diakses.
- Bimbingan dan pelatihan praktik perilaku hidup bersih dan sehat.
- Evaluasi pemahaman dan perilaku klien/keluarga setelah intervensi.
3. Risiko Cedera:
- Identifikasi aktivitas yang berisiko menyebabkan cedera saat menyeberang jalan.
- Edukasi tentang perilaku yang aman saat menyeberang jalan.
- Koordinasi dengan pihak sekolah untuk meningkatkan keamanan di area sekolah.
- Evaluasi perilaku klien/keluarga dalam menyeberang jalan.
4. Infeksi Cacing:
- Skrining dan identifikasi klien yang terinfeksi cacing.
- Edukasi tentang gejala, penularan, dan pencegahan infeksi cacing.
- Kolaborasi dengan puskesmas untuk pengobatan dan pemantauan infeksi cacing.
- Evaluasi efektivitas pengobatan dan perilaku hidup bersih dan sehat klien/keluarga.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan kesehatan siswa di SD X, sehingga dapat mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang ada. -
Article No. 18660 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan Prioritas: Risiko Infeksi Saluran Pencernaan Berhubungan dengan Higiene dan Sanitasi Lingkungan yang Buruk
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Perilaku Kebersihan Diri
- Indikator:
- Siswa mampu mencuci tangan dengan benar sebelum makan
- Siswa memelihara kebersihan gigi dan kuku
- Siswa memilih makanan sehat dan higienis
2. Penurunan Prevalensi Kecacingan
- Indikator:
- Jumlah siswa yang menderita cacingan menurun
- Siswa rutin memeriksakan diri dan mengonsumsi obat cacing
3. Peningkatan Keamanan Lingkungan Sekolah
- Indikator:
- Tersedia petugas penyeberang jalan di area sekolah
- Terdapat kantin sekolah yang menyediakan makanan sehat dan higienis
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Promosi Kesehatan
- Edukasi tentang pentingnya kebersihan diri (mencuci tangan, menjaga kebersihan gigi dan kuku)
- Edukasi tentang pemilihan makanan sehat dan higienis
- Edukasi tentang pencegahan dan penanganan kecacingan
2. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan
- Kerja sama dengan puskesmas untuk pemeriksaan dan pengobatan kecacingan
- Penyediaan obat cacing dan suplemen gizi di UKS
3. Advokasi Lingkungan
- Koordinasi dengan pihak sekolah dan instansi terkait untuk menyediakan petugas penyeberang jalan
- Negosiasi dengan pihak sekolah untuk menyediakan kantin sekolah yang menjual makanan sehat dan higienis
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan Prioritas: Risiko Infeksi Saluran Pencernaan Berhubungan dengan Higiene dan Sanitasi Lingkungan yang Buruk
Berdasarkan data yang diberikan, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan pada siswa, yaitu:
1. Kebersihan makanan yang tidak terjamin dari pedagang kaki lima
2. Perilaku siswa yang kurang mencuci tangan sebelum makan
3. Kebersihan gigi, mulut, dan kuku yang kurang baik
4. Prevalensi kecacingan yang cukup tinggi
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Perilaku Kebersihan Diri: Untuk mencegah infeksi saluran pencernaan, perlu dilakukan promosi kesehatan untuk meningkatkan perilaku kebersihan diri siswa, seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan gigi dan kuku, serta memilih makanan sehat dan higienis.
2. Penurunan Prevalensi Kecacingan: Upaya pengobatan dan pencegahan kecacingan perlu dilakukan melalui kerja sama dengan puskesmas dan penyediaan obat cacing di UKS.
3. Peningkatan Keamanan Lingkungan Sekolah: Untuk meningkatkan keamanan lingkungan sekolah, perlu adanya petugas penyeberang jalan dan penyediaan kantin sekolah yang menjual makanan sehat dan higienis.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Promosi Kesehatan: Edukasi tentang kebersihan diri, pemilihan makanan sehat, dan pencegahan kecacingan dapat dilakukan oleh perawat sekolah atau tenaga kesehatan lainnya.
2. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan: Kerja sama dengan puskesmas untuk pemeriksaan dan pengobatan kecacingan serta penyediaan obat cacing dan suplemen gizi di UKS dapat membantu menurunkan prevalensi kecacingan.
3. Advokasi Lingkungan: Koordinasi dengan pihak sekolah dan instansi terkait untuk menyediakan petugas penyeberang jalan dan kantin sekolah yang menjual makanan sehat dan higienis dapat meningkatkan keamanan lingkungan sekolah. -
Article No. 18661 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data didapatkan data: populasi remaja sebanya 118 . hasil wawancara dengan dinas kesehatan : Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survey kesehatan : 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19 % perilaku kesehatan reproduksi kurang baik,16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Bapak/Ibu. Sebagai seorang perawat komunitas, saya akan memberikan rekomendasi diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi komunitas remaja di desa Sukaria berdasarkan data yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan Prioritas SDKI:
Diagnosis keperawatan prioritas yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Defisit Pengetahuan Komunitas Remaja tentang Kesehatan Reproduksi". Hal ini didasarkan pada data yang menunjukkan bahwa 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, dan 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pengetahuan Komunitas Remaja tentang Kesehatan Reproduksi
- Kriteria hasil: Komunitas remaja dapat menjelaskan dengan benar konsep dasar kesehatan reproduksi, termasuk organ reproduksi, proses menstruasi, dan masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi pada remaja.
- Indikator: Skor pengetahuan komunitas remaja tentang kesehatan reproduksi meningkat dari kategori "kurang" menjadi "baik".
2. Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi Komunitas Remaja
- Kriteria hasil: Komunitas remaja menunjukkan perilaku kesehatan reproduksi yang baik, seperti rutin memeriksakan kesehatan reproduksi ke fasilitas kesehatan dan mengikuti program kesehatan reproduksi remaja.
- Indikator: Persentase remaja dengan perilaku kesehatan reproduksi yang baik meningkat dari 19% menjadi 80%.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan komunitas remaja tentang kesehatan reproduksi.
- Aktivitas: Memberikan edukasi secara sistematis dan terstruktur mengenai konsep dasar kesehatan reproduksi, organ reproduksi, proses menstruasi, dan masalah kesehatan reproduksi umum pada remaja.
- Metode: Ceramah, diskusi, dan penggunaan media edukasi yang menarik (poster, video, leaflet).
2. Pembentukan Klinik Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Puskesmas
- Tujuan: Meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi oleh komunitas remaja.
- Aktivitas: Menjalin kerja sama dengan puskesmas untuk membentuk klinik konsultasi kesehatan reproduksi remaja yang ramah dan menyediakan layanan konsultasi, pemeriksaan, dan rujukan yang dibutuhkan.
- Metode: Advokasi kepada pihak puskesmas, sosialisasi program, dan promosi layanan kepada komunitas remaja.
3. Pelatihan Guru dan Orang Tua sebagai Edukator Kesehatan Reproduksi Remaja
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan guru dan orang tua dalam memberikan edukasi kesehatan reproduksi kepada remaja.
- Aktivitas: Memberikan pelatihan kepada guru dan orang tua mengenai materi, metode, dan teknik penyampaian edukasi kesehatan reproduksi yang efektif.
- Metode: Pelatihan, praktik, dan pendampingan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan reproduksi komunitas remaja di desa Sukaria. Saya siap untuk memberikan penjelasan lebih lanjut jika diperlukan. Terima kasih. -
Article No. 18662 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian Mahasswa Ners UPN di daerah binaan diperoleh data sebanyak 67 dari 512 jumlah semua penduduk usia dewasa wanita menderita CA Cervix . dengan rincian data, banyak 25 % stadium awal , 45 stadium 2 dan 30% Stadium Akhir. Salah satu penyebabnya higiene kesehatan reproduksi yang tidak benar dan 37 % karena faktor genetik/ keturunan, jumlah mortalitas dalam satu tahun terakhir sebanyak 15 orang. Hasil wawancara dengan kader kesehatan mengatakan hampir semua penderita mengeluh takut akan kematian, tampak murung dan tidak mau bertemu dengan orang lain. Penderita mengatakan sudah lelah dengan penyakitnya. Hasil wawancara dengan penanggung jawab Puskesmas mengatakan sebagian besar klien datang sudah stadium akhir dan menolak berobat dengan alasan malu dengan penyakitnya. Kebiasaan masyarakat gemar konsumsi ikan sain dan junk food . hasil observasi lapangan banyak penjual sosis ,otak2 bakar. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat sore. Sebagai perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan prioritas yang sesuai dengan kondisi ini adalah "Risiko Ketidakberdayaan Komunitas" yang ditandai dengan:
- Tingginya angka mortalitas penderita CA Serviks (15 orang dalam satu tahun terakhir)
- Banyak penderita yang datang ke layanan kesehatan pada stadium akhir dan menolak pengobatan karena malu
- Perilaku masyarakat yang kurang sehat seperti konsumsi ikan asin dan junk food yang dapat meningkatkan risiko CA Serviks
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan komunitas memiliki kemampuan untuk:
1. Mengenali tanda dan gejala CA Serviks secara dini.
2. Mengikuti skrining dan deteksi dini CA Serviks secara rutin.
3. Mengakses dan memanfaatkan layanan kesehatan untuk pengobatan CA Serviks.
4. Mengubah perilaku gaya hidup yang berisiko menjadi lebih sehat.
5. Mengelola rasa takut, stres, dan depresi terkait penyakit.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Melakukan asesmen komprehensif terhadap komunitas untuk mengidentifikasi faktor risiko, sumber daya, dan hambatan dalam penanggulangan CA Serviks.
2. Memberikan edukasi kepada komunitas tentang tanda gejala, faktor risiko, skrining, dan pengobatan CA Serviks.
3. Meningkatkan akses dan pemanfaatan layanan kesehatan untuk deteksi dini dan pengobatan CA Serviks.
4. Memperkuat kapasitas dan peran kader kesehatan dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan komunitas.
5. Kolaborasi dengan pihak terkait (puskesmas, tokoh masyarakat) untuk mendukung program pencegahan dan penanganan CA Serviks di komunitas.
6. Memberikan dukungan psikososial dan spiritual bagi penderita CA Serviks untuk meningkatkan koping dan manajemen stres.
7. Memantau dan mengevaluasi efektivitas intervensi yang diberikan secara berkala.
Penjelasan di atas didasarkan pada prinsip-prinsip praktik keperawatan berbasis bukti dan berpusat pada komunitas. Saya berharap rekomendasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas terkait CA Serviks. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. -
Article No. 18663 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian Mahasswa Ners UPN di daerah binaan diperoleh data sebanyak 67 dari 512 jumlah semua penduduk usia dewasa wanita menderita CA Cervix . dengan rincian data, banyak 25 % stadium awal , 45 stadium 2 dan 30% Stadium Akhir. Salah satu penyebabnya higiene kesehatan reproduksi yang tidak benar dan 37 % karena faktor genetik/ keturunan, jumlah mortalitas dalam satu tahun terakhir sebanyak 15 orang. Hasil wawancara dengan kader kesehatan mengatakan hampir semua penderita mengeluh takut akan kematian, tampak murung dan tidak mau bertemu dengan orang lain. Penderita mengatakan sudah lelah dengan penyakitnya. Hasil wawancara dengan penanggung jawab Puskesmas mengatakan sebagian besar klien datang sudah stadium akhir dan menolak berobat dengan alasan malu dengan penyakitnya. Kebiasaan masyarakat gemar konsumsi ikan sain dan junk food . hasil observasi lapangan banyak penjual sosis ,otak2 bakar. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini, dan SLKI & SIKI berdasarkan prevensi primer sekunder dan tersier
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI Prioritas:
1. Risiko Tinggi Kanker Serviks (Risiko Tinggi ca Cerviks)
- Definisi: Adanya kemungkinan yang besar terjadi kanker serviks pada individu atau kelompok dikarenakan faktor risiko tertentu.
- Etiologi: Higiene kesehatan reproduksi yang tidak benar, faktor genetik/keturunan, gaya hidup (konsumsi ikan sain, junk food, dan produk olahan daging).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan Manajemen Kesehatan: Tujuan Umum: Pasien/keluarga/komunitas memiliki pengetahuan yang cukup tentang manajemen kesehatan terkait pencegahan kanker serviks.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien/keluarga/komunitas dapat menjelaskan pengertian, penyebab, dan faktor risiko kanker serviks.
b. Pasien/keluarga/komunitas dapat menjelaskan pentingnya pemeriksaan rutin (skrining) kanker serviks.
c. Pasien/keluarga/komunitas dapat menjelaskan tindakan pencegahan kanker serviks.
2. Perilaku Promosi Kesehatan: Tujuan Umum: Pasien/keluarga/komunitas menunjukkan perilaku promosi kesehatan terkait pencegahan kanker serviks.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien/keluarga/komunitas rutin melakukan pemeriksaan skrining kanker serviks.
b. Pasien/keluarga/komunitas menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksi.
c. Pasien/keluarga/komunitas mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat (mengurangi konsumsi ikan sain, junk food, dan produk olahan daging).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan: Tujuan - Meningkatkan pengetahuan pasien/keluarga/komunitas tentang kanker serviks dan pencegahannya.
- Aktivitas:
a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, penyebab, dan faktor risiko kanker serviks.
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pemeriksaan skrining kanker serviks secara rutin.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan kanker serviks, seperti menjaga kebersihan organ reproduksi dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
2. Konseling Kesehatan: Tujuan - Membantu pasien/keluarga/komunitas mengubah perilaku menjadi lebih sehat terkait pencegahan kanker serviks.
- Aktivitas:
a. Melakukan konseling untuk memotivasi pasien/keluarga/komunitas melakukan pemeriksaan skrining kanker serviks secara rutin.
b. Melakukan konseling untuk membantu pasien/keluarga/komunitas menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksi.
c. Melakukan konseling untuk membantu pasien/keluarga/komunitas mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat (mengurangi konsumsi ikan sain, junk food, dan produk olahan daging).
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan prioritas yang sesuai dengan kondisi yang diberikan adalah "Risiko Tinggi Kanker Serviks (Risiko Tinggi ca Cerviks)". Hal ini didasarkan pada data yang menunjukkan adanya prevalensi kanker serviks yang cukup tinggi di wilayah tersebut, dengan rincian stadium penyakit dan faktor risiko yang teridentifikasi.
Luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah peningkatan pengetahuan manajemen kesehatan dan perilaku promosi kesehatan terkait pencegahan kanker serviks. Hal ini penting untuk membekali pasien/keluarga/komunitas dengan pemahaman yang baik tentang kanker serviks dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah edukasi kesehatan dan konseling kesehatan. Melalui edukasi kesehatan, perawat dapat memberikan informasi yang komprehensif tentang kanker serviks, termasuk pengertian, penyebab, faktor risiko, dan pentingnya pemeriksaan skrining. Sementara itu, konseling kesehatan bertujuan untuk membantu pasien/keluarga/komunitas mengubah perilaku menjadi lebih sehat, seperti melakukan pemeriksaan skrining secara rutin, menjaga kebersihan organ reproduksi, dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
Dengan intervensi yang tepat dan komprehensif, diharapkan pasien/keluarga/komunitas dapat meningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku mereka dalam upaya pencegahan kanker serviks, sehingga dapat menurunkan angka kejadian dan mortalitas akibat penyakit ini. -
Article No. 18664 | 16 Jun 2025
Klinis : Bayi perempuan usia 2 hari dilahirkan dengan pembesaran kepala, Lingkar kepala (ukuran frontooccipital) 45 Cm. Sutura tidak menutup sempurna dan ubun-ubun tegang. Kondisi ini mengakibatkan bayi tidak dapat menggerakkan kepala dan selalu menangis. Saat ini klien telah dioperasi dengan dipasang shunt ventriculobdominal. Kulit kepala tidak tegang dan anak relatif tenang. Selama kehamilan ibu tidak pernah menderita penyakit, Ibu tidak menderita penyakit demam, campak, atau perdarahan serta mules yang berlebihan. Ibu juga tidak pernah mengalami trauma fisik selama kehamilan. Dan ibu selalu memeriksakan dirinya ke Bidan dan Rumah Sakit. Selama hamil ibu juga tidak minum jamu Persalinan dilakukan secara operatif (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit dalam kondisi aterm. Bayi menangis spontan kuat, APGAR Skor 8-10. Bayi/klien tidak mengalami Cyanosis/icterus. Berat badan saat lahir 3500 gram, Panjang badan 45 Cm. Berat placenta tidak diketahui. Mata Klien belum bisa mengikuti gerakan benda secara penuh, reflek mata terhadap benda baik, Klien belum dapat menggerakkan kepala miring kekanan kekiri. Kepala cenderung hiperekstensi. Klien hanya di tempat tidur. Klien tampak menangis bila dilakukan manipulasi berlebih pada kepala atau saat pakaian basah. Suara tangisan hampir tidak terdengar. Posisi simetris, ditemukan sunset sign, kornea jernih, iris simetris ukuran 10 mm, reflek pupil positif simetris, conjungtiva ananemis, sclera anicteric, hifema tidak ditemukan, ptosis, nigtagmus tidak ditemukan. Koordinasi gerak bola mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara terbatas. Visus tidak diketahui.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, kode, dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Keterbatasan Mobilitas Fisik (SDKI Kode: 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan tubuh atau salah satu anggota tubuh secara mandiri, sukarela, dan terkoordinasi.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 00085
b. Nama: Keterbatasan Mobilitas Fisik
c. Definisi: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan tubuh atau salah satu anggota tubuh secara mandiri, sukarela, dan terkoordinasi.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 1822
b. Nama: Mobilitas
c. Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan terkoordinasi.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 6430
b. Nama: Manajemen Mobilitas
c. Definisi: Memfasilitasi pergerakan tubuh atau anggota tubuh secara aman dan efektif.
Penjelasan singkat:
Bayi perempuan usia 2 hari mengalami pembesaran kepala (hidrosefalus) yang mengakibatkan keterbatasan dalam menggerakkan kepala dan selalu menangis. Setelah operasi pemasangan shunt ventriculobdominal, kondisi bayi relatif tenang, namun masih terdapat keterbatasan mobilitas pada kepala. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Keterbatasan Mobilitas Fisik, dimana bayi memiliki keterbatasan dalam melakukan pergerakan tubuh atau anggota tubuh secara mandiri, sukarela, dan terkoordinasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Mobilitas untuk memfasilitasi pergerakan tubuh atau anggota tubuh bayi secara aman dan efektif. -
Article No. 18665 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data didapatkan data: populasi remaja sebanya 118 . hasil wawancara dengan dinas kesehatan : Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survey kesehatan : 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19 % perilaku kesehatan reproduksi kurang baik,16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perilaku Seksual Berisiko
Definisi: Berisiko mengalami aktivitas seksual yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Faktor yang Berhubungan: Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kurangnya akses informasi kesehatan reproduksi dari tenaga kesehatan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Definisi: Tingkat pemahaman individu tentang informasi dan konsep yang berkaitan dengan kesehatan organ reproduksi.
Kriteria Hasil:
a. Individu dapat menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi.
b. Individu dapat menjelaskan perilaku seksual yang sehat dan aman.
c. Individu dapat menjelaskan masalah-masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi.
2. Perilaku Kesehatan Reproduksi
Definisi: Tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan organ reproduksi.
Kriteria Hasil:
a. Individu dapat mendemonstrasikan perilaku seksual yang sehat dan aman.
b. Individu dapat mengakses layanan kesehatan reproduksi sesuai kebutuhan.
c. Individu dapat menerapkan praktik kebersihan organ reproduksi yang benar.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan Reproduksi
Definisi: Pemberian informasi dan pengajaran tentang kesehatan organ reproduksi, perilaku seksual yang sehat dan aman, serta masalah-masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi.
Aktivitas:
a. Identifikasi kebutuhan dan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
b. Berikan informasi dan edukasi tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi, perilaku seksual yang sehat dan aman, serta masalah-masalah kesehatan reproduksi.
c. Gunakan media edukasi yang sesuai dengan usia dan gaya belajar remaja.
d. Libatkan orang tua, guru, dan tenaga kesehatan lain dalam pemberian edukasi.
2. Fasilitasi Akses Layanan Kesehatan Reproduksi
Definisi: Memfasilitasi remaja untuk dapat mengakses layanan kesehatan reproduksi sesuai kebutuhan.
Aktivitas:
a. Identifikasi layanan kesehatan reproduksi yang tersedia di wilayah setempat.
b. Berikan informasi kepada remaja tentang ketersediaan dan cara mengakses layanan kesehatan reproduksi.
c. Kolaborasi dengan pihak Puskesmas dan organisasi terkait untuk meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan reproduksi bagi remaja.
d. Motivasi remaja untuk memanfaatkan layanan kesehatan reproduksi sesuai kebutuhan.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI) secara rinci dan terperinci. Harapannya, asuhan keperawatan ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan reproduksi yang sehat di kalangan remaja. -
Article No. 18666 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data didapatkan data: populasi remaja sebanya 118 . hasil wawancara dengan dinas kesehatan : Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survey kesehatan : 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19 % perilaku kesehatan reproduksi kurang baik,16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru. buatlah 1 diagnosis prioritas komunitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Sebagai perawat komunitas, saya akan memberikan analisis terkait kondisi yang Anda paparkan dengan memberikan diagnosa keperawatan prioritas beserta luaran dan intervensi keperawatan yang sesuai.
Diagnosa Keperawatan Prioritas SDKI:
Kurang Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat beberapa temuan yang menunjukkan adanya kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di desa Sukaria, antara lain:
1. 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi
2. 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi
3. 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan
4. Remaja hanya mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah saat pelajaran biologi
Diagnosa keperawatan komunitas ini menjadi prioritas karena kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi dapat berdampak pada perilaku kesehatan reproduksi yang kurang baik pada remaja (19% remaja memiliki perilaku kesehatan reproduksi kurang baik).
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
- Remaja dapat menjelaskan fungsi dan anatomi alat reproduksi
- Remaja dapat menjelaskan masalah-masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi pada remaja
- Remaja dapat menjelaskan perilaku hidup sehat terkait kesehatan reproduksi
2. Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi
- Remaja dapat menerapkan perilaku hidup sehat terkait kesehatan reproduksi
- Remaja dapat menggunakan sumber informasi kesehatan reproduksi yang tepat
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja
- Memberikan edukasi tentang anatomi dan fungsi alat reproduksi
- Memberikan edukasi tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi pada remaja
- Memberikan edukasi tentang perilaku hidup sehat terkait kesehatan reproduksi
2. Pengembangan Klinik Konsultasi Kesehatan Remaja di Puskesmas
- Mengadvokasi pihak puskesmas untuk menyediakan klinik konsultasi kesehatan remaja
- Melibatkan remaja dalam perancangan dan pengembangan klinik konsultasi kesehatan remaja
- Mempromosikan keberadaan klinik konsultasi kesehatan remaja di masyarakat
3. Kolaborasi dengan Sekolah dan Orang Tua
- Berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk meningkatkan integrasi pendidikan kesehatan reproduksi dalam kurikulum
- Memberikan edukasi kesehatan reproduksi bagi orang tua agar dapat menjadi sumber informasi yang tepat bagi remaja
Demikian analisis yang dapat saya berikan. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya.
Wassalamualaikum.