Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5109 | 09 Nov 2024
Klinis : intervensi hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya adalah seorang perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi intervensi hipovolemia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Volume Cairan terkait Kehilangan Cairan Aktual
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakseimbangan Volume Cairan terkait Kehilangan Cairan Aktual
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keadaan di mana individu mengalami kekurangan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tercapainya keseimbangan volume cairan yang adekuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dilakukan untuk mempertahankan atau mencapai keseimbangan volume cairan yang adekuat.
Intervensi Keperawatan untuk Hipovolemia:
1. Pemantauan Tanda Vital
- Mengukur dan memantau tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi) secara teratur.
- Mengidentifikasi perubahan tanda vital yang mengindikasikan hipovolemia.
2. Manajemen Cairan
- Menghitung intake dan output cairan.
- Memantau dan mengganti cairan yang hilang.
- Memberikan cairan intravena sesuai indikasi.
3. Terapi Oksigen
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Menjelaskan penyebab, tanda, dan gejala hipovolemia.
- Mengajarkan teknik-teknik untuk mencegah atau mengatasi hipovolemia.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi intervensi hipovolemia. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. -
Article No. 5110 | 09 Nov 2024
Klinis : pada pasien umur 11 tahun dengan diagnosa medis palatoskizis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien umur 11 tahun dengan diagnosa medis palatoskizis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Makan berhubungan dengan ketidakmampuan menelan akibat palatoskizis.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka pada langit-langit mulut.
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan kelainan bentuk langit-langit mulut.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Pola Makan berhubungan dengan ketidakmampuan menelan akibat palatoskizis:
- SDKI: Gangguan Pola Makan
- SLKI: Peningkatan Kemampuan Makan
- SIKI: Manajemen Nutrisi
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka pada langit-langit mulut:
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Bebas Infeksi
- SIKI: Pencegahan Infeksi
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan kelainan bentuk langit-langit mulut:
- SDKI: Gangguan Citra Tubuh
- SLKI: Peningkatan Citra Tubuh
- SIKI: Konseling Citra Tubuh
Dalam kasus ini, dengan tone = akademis dan persona = pakar, perawat diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, termasuk edukasi mengenai perawatan palatoskizis, manajemen nutrisi, pencegahan infeksi, dan konseling citra tubuh. Perawat juga harus mampu bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 5111 | 09 Nov 2024
Klinis : pada pasien umur 11 tahun dengan diagnosa medis palatoskizis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berkenaan dengan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Q35
- Deskripsi: Palatoskizis (celah langit-langit)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 27.62
- Deskripsi: Palatoplasti, teknik Furlow (penutupan celah langit-langit dengan teknik Furlow)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 Q35 merujuk pada palatoskizis atau celah langit-langit, yang merupakan salah satu kelainan kongenital pada sistem craniofasial. Celah langit-langit ini dapat terjadi secara terisolasi atau dalam kombinasi dengan kelainan lain, seperti celah bibir (labioschisis).
2. Dalam kasus ini, kemungkinan akan dilakukan prosedur pembedahan untuk menutup celah langit-langit, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 27.62. Teknik Furlow adalah salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam palatoplasti, di mana celah langit-langit ditutup dengan menggunakan rekonstruksi flap mukosa.
Penatalaksanaan celah langit-langit biasanya melibatkan kolaborasi multidisiplin dari tim ahli, termasuk dokter bedah plastik, dokter anak, dokter gigi, dan terapis wicara, untuk memastikan hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 5112 | 09 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, dengan hasil pemeriksaan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.3
- Deskripsi: Tuberkulosis paru, konfirmasi bakteriologis dan histologis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 11.11
- Deskripsi: Biopsi jaringan paru, transtoraks.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.3 digunakan untuk menggambarkan tuberkulosis paru, yang dikonfirmasi secara bakteriologis dan histologis. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang memiliki gejala-gejala yang khas untuk tuberkulosis paru, serta hasil pemeriksaan radiologis yang menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 11.11 untuk biopsi jaringan paru, transtoraks, dapat digunakan jika dokter mempertimbangkan perlu dilakukan prosedur ini untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru secara lebih rinci. Prosedur biopsi paru dapat dilakukan untuk mengevaluasi lebih lanjut lesi yang terlihat pada pemeriksaan rontgen.
Catatan: Kode ICD-9-CM prosedur hanya akan digunakan jika prosedur medis tersebut dilakukan. Jika tidak ada prosedur yang dilakukan, maka hanya akan ada kode ICD-10 untuk diagnosis. -
Article No. 5113 | 09 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pasien pria usia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau rintangan di saluran napas untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, fisioterapi dada, dan suction.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai dengan kebutuhan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi dan pemberian makanan.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Keterbatasan pada kemampuan fisik untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen energi dan peningkatan aktivitas.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan di atas menggambarkan kondisi pasien dengan tuberkulosis paru yang dapat menyebabkan bersihan jalan napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi, dan intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, fisioterapi dada, suction, manajemen nutrisi, pemberian makanan, manajemen energi, dan peningkatan aktivitas. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mempertahankan jalan napas yang efektif, mempertahankan berat badan sesuai dengan kebutuhan, dan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas. -
Article No. 5114 | 09 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (SDKI)
Penjelasan: Pasien mengalami batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial yang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI)
Penjelasan: Pasien mengalami kehilangan nafsu makan, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dan penurunan berat badan.
3. Hipertermia (SDKI)
Penjelasan: Pasien mengalami demam, yang merupakan salah satu tanda-tanda infeksi, seperti tuberkulosis paru.
4. Risiko Infeksi (SDKI)
Penjelasan: Pasien memiliki diagnosis awal tuberkulosis paru, yang merupakan penyakit menular dan dapat berisiko menularkan kepada orang lain.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Meningkatkan Bersihan Jalan Napas
2. Mempertahankan Keseimbangan Nutrisi
3. Menurunkan Suhu Tubuh
4. Mencegah Transmisi Infeksi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Nutrisi
3. Manajemen Demam
4. Manajemen Risiko Infeksi
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang sesuai dengan standar praktik keperawatan untuk membantu pasien mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 5115 | 09 Nov 2024
Klinis : Inkontinensia urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Inkontinensia urin.
Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Urin
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Inkontinensia Urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelemahan otot panggul, gangguan neurologi, atau faktor-faktor lain yang memengaruhi kontrol kandung kemih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam penanganan Inkontinensia Urin adalah kemampuan pasien untuk mengendalikan pengeluaran urin, pemulihan fungsi kandung kemih, dan pencegahan komplikasi terkait, seperti infeksi saluran kemih, luka pada kulit, dan masalah psikososial.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Inkontinensia Urin mencakup:
1. Manajemen cairan dan pola berkemih
2. Latihan otot dasar panggul (Kegel)
3. Terapi farmakologis (jika diperlukan)
4. Penggunaan alat bantu, seperti kateter atau penyerap urin
5. Edukasi dan konseling bagi pasien dan keluarga
Peran perawat dalam penanganan Inkontinensia Urin adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, melakukan evaluasi secara berkala, dan memastikan pasien dan keluarga memahami dan dapat menerapkan strategi penanganan yang sesuai. -
Article No. 5116 | 09 Nov 2024
Klinis : Eliminasi urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Eliminasi Urin.
Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Urin
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin secara tidak sengaja. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelemahan otot dasar panggul, gangguan neurologis, efek samping obat, atau penyakit kronis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan inkontinensia urin adalah:
1. Pasien dapat mengontrol pengeluaran urin
2. Pasien dapat mempertahankan integritas kulit di area genital
3. Pasien dapat meningkatkan kualitas hidup terkait inkontinensi urin
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi inkontinensia urin antara lain:
1. Identifikasi penyebab inkontinensia urin
2. Latihan otot dasar panggul (Kegel)
3. Modifikasi diet dan pola eliminasi
4. Terapi farmakologis sesuai indikasi
5. Penggunaan alat bantu inkontinensia jika perlu
6. Edukasi dan konseling bagi pasien dan keluarga
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi masalah eliminasi urin pada pasien. -
Article No. 5117 | 09 Nov 2024
Klinis : Eliminasi urin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi eliminasi urin.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Eliminasi Urin
Definisi:
Gangguan Eliminasi Urin adalah ketidakmampuan untuk mengontrol atau mengosongkan kandung kemih secara efektif.
Penyebab:
1. Gangguan neurologi (misalnya, cedera tulang belakang, stroke, multiple sclerosis)
2. Obstruksi saluran urinaria (misalnya, pembesaran prostat, batu ginjal, kanker)
3. Infeksi saluran urinaria
4. Penurunan fungsi ginjal
5. Faktor psikologis (misalnya, kecemasan, depresi)
Karakteristik Utama:
1. Inkontinensia urin (urine bocor)
2. Retensi urin (tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap)
3. Frekuensi berkemih yang tidak normal (terlalu sering atau tidak sering)
4. Nyeri saat berkemih
Intervensi Keperawatan:
1. Evaluasi pola eliminasi urin
2. Identifikasi penyebab gangguan eliminasi urin
3. Pantau intake dan output cairan
4. Berikan edukasi tentang manajemen gangguan eliminasi urin
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, dokter, fisioterapis) untuk penanganan yang komprehensif
Outcome yang Diharapkan:
1. Pasien dapat mengontrol eliminasi urin secara efektif
2. Tidak terjadi komplikasi terkait gangguan eliminasi urin
3. Pasien dan keluarga memahami dan mampu mengelola gangguan eliminasi urin
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, saya bersedia membantu. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. -
Article No. 5118 | 09 Nov 2024
Klinis : NYERI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, selamat sore. Perkenalkan saya adalah seorang perawat yang tergabung dalam Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), serta Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi NYERI.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri (pain)
Penjelasan singkat:
SDKI:
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cedera, penyakit, atau prosedur medis. Tanda dan gejala nyeri dapat meliputi ekspresi wajah yang menunjukkan rasa sakit, perubahan tanda-tanda vital, dan perubahan perilaku.
SLKI:
Luaran yang diharapkan dari penanganan nyeri antara lain: pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri, pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik manajemen nyeri yang efektif, dan pasien dapat beradaptasi terhadap nyeri yang dialami.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani nyeri meliputi:
1. Manajemen nyeri: mengkaji nyeri, memberikan analgesik sesuai indikasi, dan mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Terapi sensasi: memberikan stimulasi kulit, terapi es/hangat, dan posisi yang nyaman.
3. Dukungan psikologis: mendengarkan keluhan pasien, memberikan empati, dan memfasilitasi ekspresi perasaan.
Demikian penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi nyeri. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Wassalamualaikum.