Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5138 | 09 Nov 2024
Klinis : NYERI PERUT, URIN MERAH, MUNTAH, TIDAK NAFSU MAKAN, PENURUNAN BERAT BADAN, KONJUNGTIVA ANEMIS, HEMOGLOBIN KURANG, HASIL USG TUMOR GINJAL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Tumor Ginjal
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit Berhubungan dengan Perdarahan dan Penurunan Asupan
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Penurunan Nafsu Makan dan Mual
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Tumor Ginjal
- SDKI: Nyeri Kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Tujuan utama adalah pasien dapat mengontrol nyeri dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, terapi farmakologis, dan terapi nonfarmakologis.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit Berhubungan dengan Perdarahan dan Penurunan Asupan
- SDKI: Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit adalah kondisi di mana volume dan/atau komposisi cairan tubuh menyimpang dari rentang normal.
- SLKI: Tujuan utama adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan status cairan dan elektrolit, pemberian cairan dan elektrolit, serta manajemen komplikasi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Penurunan Nafsu Makan dan Mual
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Tujuan utama adalah pasien dapat mempertahankan berat badan ideal dan status gizi yang optimal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pengkajian status nutrisi, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, serta manajemen mual dan muntah.
Sebagai seorang perawat, saya akan menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi bagi pasien dengan kondisi yang Anda deskripsikan. -
Article No. 5139 | 09 Nov 2024
Klinis : os mengeluh kepala pusing berputar 4 hari ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Vertigo
Penjelasan Singkat Berdasarkan Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Vertigo didefinisikan sebagai persepsi palsu atau ilusi gerakan tubuh atau lingkungan sekitar, yang disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular, visual, atau somatosensorik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan vertigo adalah klien dapat mengenali faktor penyebab, mendemonstrasikan manajemen vertigo, dan tidak mengalami episode vertigo lagi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani vertigo meliputi:
1. Mengkaji tanda dan gejala vertigo secara komprehensif.
2. Mengidentifikasi faktor penyebab vertigo.
3. Mengajarkan teknik manajemen vertigo, seperti latihan Canalith Repositioning Procedure (CRP).
4. Memantau tanda vital dan tingkat nyeri/pusing klien.
5. Memberikan edukasi tentang vertigo dan manajemennya.
6. Mengkolaborasikan terapi farmakologis jika diperlukan.
Dengan pendekatan yang komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal untuk mengatasi kondisi vertigo yang dialami oleh klien. -
Article No. 5140 | 09 Nov 2024
Klinis : os mengeluh pusing berputar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi os mengeluh pusing berputar.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Keseimbangan Tubuh (Risiko Pusing) berhubungan dengan penurunan fungsi sensorik
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Gangguan Keseimbangan Tubuh (Risiko Pusing) adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami gangguan keseimbangan tubuh yang dapat menyebabkan pusing.
- Penyebab utama risiko ini dapat berupa penurunan fungsi sensorik, seperti gangguan sistem vestibular, sistem visual, atau sistem proprioseptif.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah Keseimbangan Tubuh Membaik, yang ditandai dengan stabilitas postur dan gerakan yang optimal, serta minimnya episode pusing.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
- Manajemen Lingkungan: Mengoptimalkan pencahayaan, meminimalkan risiko jatuh, dan menyediakan alat bantu mobilisasi jika diperlukan.
- Terapi Aktivitas: Melakukan latihan keseimbangan, latihan koordinasi, dan latihan vestibular untuk meningkatkan fungsi sensorik.
- Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, pencegahan, dan manajemen pusing.
- Pemantauan Tanda Vital: Memantau tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi keseimbangan.
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai standar SDKI-SLKI-SIKI, diharapkan dapat membantu mengatasi risiko gangguan keseimbangan tubuh (pusing) yang dialami oleh os. -
Article No. 5141 | 09 Nov 2024
Klinis : Nyeri dada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri dada.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis pada jantung, paru-paru, atau struktur dada lainnya.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut (nyeri).
- Karakteristik nyeri akut meliputi onset tiba-tiba, intensitas bervariasi, dan berlangsung tidak lebih dari 3-6 bulan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien akan melaporkan penurunan nyeri.
- Pasien akan mendemonstrasikan perilaku mengatasi nyeri yang efektif.
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri secara komprehensif, mengelola nyeri melalui farmakologi dan nonfarmakologi, serta mengevaluasi efektivitas intervensi nyeri.
- Peningkatan Kenyamanan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kenyamanan, memfasilitasi lingkungan yang nyaman, dan mengoptimalkan kenyamanan pasien.
- Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi terkait nyeri, penyebab, pengelolaan, dan pencegahan komplikasi.
Sebagai perawat, saya akan melakukan assessment komprehensif, mengelola nyeri melalui intervensi farmakologis dan nonfarmakologis, serta memantau respons pasien terhadap intervensi yang diberikan. Edukasi dan dukungan juga akan diberikan untuk membantu pasien dalam mengelola nyeri dada secara efektif. -
Article No. 5142 | 09 Nov 2024
Klinis : Nyeri dada Tekanan darah meningkat Cemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain/IASP, 1994). Nyeri akut biasanya bersifat mendadak, intensitasnya dari ringan hingga berat, dan berlangsung dalam waktu singkat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan Nyeri Akut antara lain:
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien melaporkan dapat mengendalikan nyeri.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Nyeri Akut antara lain:
- Manajemen nyeri: Identifikasi penyebab, karakteristik, dan faktor yang memengaruhi nyeri.
- Pemberian analgesik sesuai indikasi.
- Teknik nonfarmakologis: relaksasi, distraksi, terapi panas/dingin.
- Edukasi pasien dan keluarga terkait manajemen nyeri.
Berdasarkan kasus yang dipaparkan, dimana pasien mengalami nyeri dada, tekanan darah meningkat, dan cemas, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemberian analgesik, teknik nonfarmakologis, serta edukasi pasien dan keluarga. -
Article No. 5143 | 09 Nov 2024
Klinis : Tekanan darah meningkat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi peningkatan tekanan darah, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertensi
Penjelasan:
Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah seseorang melebihi batas normal, yaitu sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik ≥90 mmHg. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kesehatan seperti stroke, penyakit jantung, dan kerusakan organ vital lainnya.
SDKI:
- Definisi: Peningkatan tekanan darah di atas batas normal, yang ditandai dengan peningkatan sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik ≥90 mmHg.
- Penyebab: Faktor gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, dll.), faktor medis (penyakit ginjal, diabetes, dll.), dan faktor genetik.
- Gejala: Sakit kepala, pusing, rasa berat di dada, dan lain-lain.
SLKI:
- Tekanan Darah Terkendali: Tekanan darah sistolik dan diastolik berada dalam batas normal.
- Komplikasi Hipertensi Terkendali: Tidak terjadi komplikasi akibat hipertensi.
- Pengetahuan Manajemen Hipertensi Memadai: Pasien memahami dan dapat mengelola hipertensi dengan baik.
SIKI:
- Pemantauan Tekanan Darah: Mengukur dan memantau tekanan darah secara berkala.
- Manajemen Gaya Hidup: Mengubah gaya hidup untuk mengendalikan tekanan darah.
- Edukasi Manajemen Hipertensi: Memberikan edukasi tentang pengelolaan hipertensi.
Dalam menangani kondisi hipertensi, perawat memiliki peran penting dalam melakukan pemantauan, memberikan intervensi, dan mendidik pasien untuk mencapai tekanan darah yang terkendali dan mencegah komplikasi. -
Article No. 5144 | 09 Nov 2024
Klinis : Penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi penurunan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Curah Jantung
Definisi:
Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu.
SDKI:
Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan gangguan pompa jantung yang ditandai dengan perubahan tanda-tanda vital, kelelahan, dan intoleransi aktivitas.
SLKI:
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien menunjukkan stabilitas hemodinamik
2. Pasien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas
3. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan perawatan diri
SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemberian oksigen
3. Manajemen aktivitas
4. Manajemen cairan
5. Edukasi tentang penyakit dan manajemen perawatan diri
Penjelasan Singkat:
Penurunan curah jantung merupakan kondisi dimana volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pompa jantung, penyakit jantung, atau kondisi lainnya. Tanda-tanda yang muncul antara lain perubahan tanda-tanda vital, kelelahan, dan intoleransi aktivitas.
Tujuan dari asuhan keperawatan adalah untuk membantu pasien mencapai stabilitas hemodinamik, meningkatkan toleransi aktivitas, dan meningkatkan kemampuan perawatan diri. Intervensi keperawatan yang dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, manajemen aktivitas, manajemen cairan, dan edukasi tentang penyakit serta manajemen perawatan diri.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai perbaikan kondisi dan kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 5145 | 09 Nov 2024
Klinis : KASUS TUBERKULOSIS PARU Seorang pasien, laki-laki T'n. 1, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan hatuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, hatuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan ohat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan % porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet ТКТР. ТВ: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab "yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena hatuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang Infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak herwarna kuning. Selama di rawat passen mengatakan sudah 5 hari tidak BAR, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6-8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV TD 90/60 mmHg, S 36°C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/dL Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/ul. Ht 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6.4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92% Limfosit: 20.0% Monosit: 7.7% Jumlah Eosinolil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13.0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal: 0,7-1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L. Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 (SP) (normal:-/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB: hasil probe A,B,C,D,E positif (normal: negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven pulmicor/B jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus tuberkulosis paru yang diderita oleh Tn. T, 54 tahun, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan, yaitu:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan proses penyakit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
4. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian kondisi kesehatan.
5. Konstipasi berhubungan dengan kurang asupan cairan dan aktivitas.
Penjelasan singkat dari masing-masing diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan proses penyakit.
- SDKI: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau yang dibutuhkan di lingkungan tempat tinggal atau komunitas.
- SLKI: Peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- SIKI: Manajemen energi, Peningkatan mobilitas.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Keseimbangan nutrisi.
- SIKI: Manajemen nutrisi, Terapi gizi.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan.
- SLKI: Bersihan jalan napas.
- SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen pernapasan.
4. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian kondisi kesehatan.
- SDKI: Respon emosional dan fisiologis terhadap sumber stres atau ancaman yang dirasakan tidak mampu dikelola.
- SLKI: Ketenangan emosi.
- SIKI: Manajemen ansietas, Dukungan emosional.
5. Konstipasi berhubungan dengan kurang asupan cairan dan aktivitas.
- SDKI: Penurunan frekuensi defekasi, pengurangan volume, atau kesulitan mengeluarkan feses.
- SLKI: Eliminasi usus yang teratur.
- SIKI: Manajemen konstipasi, Manajemen nutrisi. -
Article No. 5146 | 09 Nov 2024
Klinis : KASUS TUBERKULOSIS PARU Seorang pasien, laki-laki T'n. 1, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan hatuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, hatuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan ohat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan % porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet ТКТР. ТВ: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab "yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena hatuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang Infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak herwarna kuning. Selama di rawat passen mengatakan sudah 5 hari tidak BAR, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6-8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV TD 90/60 mmHg, S 36°C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/dL Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/ul. Ht 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6.4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92% Limfosit: 20.0% Monosit: 7.7% Jumlah Eosinolil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13.0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal: 0,7-1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L. Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 (SP) (normal:-/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB: hasil probe A,B,C,D,E positif (normal: negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven pulmicor/B jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Tuberkulosis Paru:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Pola Napas Tidak Efektif
b. Intoleransi Aktivitas
c. Kekurangan Volume Cairan
d. Konstipasi
e. Ansietas
2. Penjelasan Singkat:
a. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk mendukung kehidupan.
- SLKI: Peningkatan kemampuan klien untuk mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
b. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan toleransi klien terhadap aktivitas.
c. Kekurangan Volume Cairan
- SDKI: Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- SLKI: Keseimbangan cairan yang memadai.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat.
d. Konstipasi
- SDKI: Pengurangan frekuensi defekasi, disertai pengeluaran feses yang sulit atau tidak teratur.
- SLKI: Pemulihan pola defekasi yang teratur.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pengeluaran feses yang teratur.
e. Ansietas
- SDKI: Respon tidak menyenangkan terhadap ancaman yang diidentifikasi, tidak ditentukan, atau berasal dari dalam diri individu.
- SLKI: Penurunan kecemasan yang dirasakan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan.
Dalam kasus tuberkulosis paru ini, diagnosa keperawatan yang paling relevan adalah pola napas tidak efektif, intoleransi aktivitas, kekurangan volume cairan, konstipasi, dan ansietas. Intervensi keperawatan yang sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia akan membantu memfasilitasi pemulihan pasien. -
Article No. 5147 | 09 Nov 2024
Klinis : KASUS TUBERKULOSIS PARU Seorang pasien, laki-laki T'n. 1, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan hatuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, hatuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan ohat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan % porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet ТКТР. ТВ: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab "yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena hatuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang Infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak herwarna kuning. Selama di rawat passen mengatakan sudah 5 hari tidak BAR, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6-8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV TD 90/60 mmHg, S 36°C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/dL Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/ul. Ht 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6.4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92% Limfosit: 20.0% Monosit: 7.7% Jumlah Eosinolil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13.0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal: 0,7-1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L. Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 (SP) (normal:-/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB: hasil probe A,B,C,D,E positif (normal: negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven pulmicor/B jam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru, dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.02
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 merupakan kode untuk tuberkulosis paru, dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yang menunjukkan hasil positif (+3) dan hasil tes cepat Xpert MTB yang positif.
- Kode ICD-9-CM 99.02 merupakan kode untuk pemberian cairan intravena, yang sesuai dengan terapi cairan infus yang diberikan kepada pasien.