Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6939 | 25 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret di saluran pernapasan, ditandai dengan adanya batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, ditandai dengan kehilangan berat badan.
3. Hipertermia
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, ditandai dengan adanya demam.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
3. Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal akibat peningkatan produksi panas atau penurunan mekanisme pendinginan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas: Kemampuan mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas dari obstruksi.
2. Status Nutrisi: Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi tubuh.
3. Thermoregulasi: Kemampuan tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas: Intervensi untuk mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas terbuka.
2. Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
3. Manajemen Demam: Intervensi untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Dalam kasus ini, pasien dengan dugaan tuberkulosis paru memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, mencakup manajemen jalan napas, nutrisi, dan penanganan demam. Kolaborasi dengan tim medis lainnya, seperti dokter dan ahli gizi, juga diperlukan untuk memastikan penanganan yang optimal. -
Article No. 6940 | 25 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 21 tahun datang keluhan utama demam 38,1 demam sedari 5 hari sebelum, demam dirasa terus menerus nyeri otot mual nyeri ulu hati
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum Wr. Wb., perkenalkan saya adalah perawat profesional yang akan memberikan analisis dan rekomendasi asuhan keperawatan untuk kondisi pasien yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia (00007) berhubungan dengan proses penyakit yang sedang terjadi, ditandai dengan suhu tubuh di atas 38,1°C.
Penjelasan: Diagnosa ini tepat karena pasien mengalami demam dengan suhu tubuh 38,1°C yang berlangsung selama 5 hari. Hipertermia adalah kondisi peningkatan suhu tubuh di atas normal yang dapat disebabkan oleh proses infeksi atau penyakit lain.
2. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan keluhan nyeri otot dan nyeri ulu hati.
Penjelasan: Diagnosa ini tepat karena pasien mengeluhkan nyeri otot dan nyeri ulu hati, yang merupakan gejala umum dari proses penyakit yang sedang terjadi.
3. Mual (00134) berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan mual yang dirasakan pasien.
Penjelasan: Diagnosa ini tepat karena pasien melaporkan adanya mual, yang sering menyertai proses penyakit seperti infeksi atau gangguan pencernaan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas tanda-tanda vital (0802): Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan tanda-tanda vital pasien, terutama suhu tubuh, dapat kembali normal.
2. Kontrol nyeri (1605): Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mengontrol dan mengelola nyeri yang dirasakan, baik nyeri otot maupun nyeri ulu hati.
3. Kontrol mual (1450): Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mengontrol dan mengatasi rasa mual yang dirasakan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk mengatasi Hipertermia (00007):
a. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala, terutama suhu tubuh.
b. Pemberian kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh.
c. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan untuk menjaga keseimbangan cairan.
d. Edukasi pasien dan keluarga mengenai tatalaksana demam.
2. Untuk mengatasi Nyeri akut (00132):
a. Pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, dll).
b. Pemberian analgesik sesuai resep dokter.
c. Terapi relaksasi dan distraksi untuk mengurangi persepsi nyeri.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan nyeri yang efektif.
3. Untuk mengatasi Mual (00134):
a. Pengkajian faktor penyebab mual.
b. Pemberian antiemetik sesuai resep dokter.
c. Pengaturan diet dan asupan makanan yang dapat meminimalkan mual.
d. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen mual.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam merencanakan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamualaikum Wr. Wb. -
Article No. 6941 | 25 Nov 2024
Klinis : Keluhan Klinis Demam terus-menerus selama 5 hari, disertai sakit kepala berat, nyeri otot, nyeri ulu hati, dan mual. Gejala ini sering kali mengarah pada infeksi sistemik atau proses inflamasi. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin WBC (2.57 x 10³/uL): Leukopenia, biasanya ditemukan pada infeksi virus (seperti demam berdarah dengue) atau infeksi bakteri tertentu seperti demam tifoid. PLT (24.5 x 10³/uL): Trombositopenia, umum ditemukan pada infeksi seperti DBD atau komplikasi infeksi bakteri. MCV (79.6 fL): Mikrositosis, tetapi HGB dan HCT normal menunjukkan tidak ada anemia yang signifikan saat ini. LYM (17.6%) dan MONO (23.0%): Penurunan limfosit dan peningkatan monosit, sering kali terkait infeksi virus atau bakteri. EOS (0.043%) dan BASO (1.13%): Penurunan eosinofil dan peningkatan basofil sering kali muncul pada infeksi dan inflamasi kronis. Tes Widal Semua titer berada pada level rendah (tidak signifikan). Hasil ini tidak mendukung diagnosis demam tifoid. Positif titer AH (1/160) dapat muncul karena paparan antigen, tetapi sensitivitas dan spesifisitas tes Widal rendah, sehingga perlu dilakukan kultur darah untuk konfirmasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium yang Anda paparkan, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (SDKI)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
Faktor Terkait: Infeksi sistemik atau proses inflamasi.
2. Nyeri akut (SDKI)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Faktor Terkait: Infeksi sistemik, nyeri otot, nyeri ulu hati.
3. Risiko ketidakstabilan hemodinamik (SDKI)
Definisi: Rentan mengalami perubahan status sirkulasi yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Terkait: Leukopenia, trombositopenia.
Rencana Keperawatan (SLKI):
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala
- Berikan kompres hangat untuk menurunkan demam
- Berikan analgesik sesuai indikasi untuk mengatasi nyeri
- Pantau laboratorium darah secara berkala
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan dan pengobatan infeksi
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen demam
- Manajemen nyeri
- Pemantauan hemodinamik
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan utama adalah hipertermia, nyeri akut, dan risiko ketidakstabilan hemodinamik. Hal ini terkait dengan infeksi sistemik atau proses inflamasi yang ditandai dengan demam, nyeri, dan perubahan hematologis seperti leukopenia dan trombositopenia. Intervensi keperawatan diarahkan untuk menurunkan demam, mengatasi nyeri, dan memantau status hemodinamik pasien secara saksama. Kolaborasi dengan tim medis juga diperlukan untuk menentukan penyebab dan penanganan infeksi yang sesuai. -
Article No. 6942 | 25 Nov 2024
Klinis : Demam Berdarah Dengue (DBD) Trombositopenia, leukopenia, dan gejala demam mendukung diagnosis ini. Perlu konfirmasi dengan pemeriksaan NS1 antigen dengue atau serologi IgM/IgG dengue.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma.
2. Risiko Dehidrasi berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan melalui kulit, saluran pencernaan, dan perdarahan.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan malaise.
4. Risiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Syok Hipovolemik: Diagnosa keperawatan ini menggambarkan adanya risiko terjadinya syok hipovolemik akibat kebocoran plasma yang dapat menyebabkan penurunan volume darah dan tekanan darah.
2. Risiko Dehidrasi: Diagnosa ini mengindikasikan adanya risiko dehidrasi yang disebabkan oleh peningkatan kehilangan cairan melalui berbagai rute, seperti kulit, saluran pencernaan, dan perdarahan.
3. Intoleransi Aktivitas: Diagnosa ini menunjukkan bahwa pasien mengalami kelemahan dan malaise yang dapat menghambat kemampuan untuk beraktivitas secara normal.
4. Risiko Perdarahan: Diagnosa ini mengidentifikasi adanya risiko perdarahan yang disebabkan oleh penurunan jumlah trombosit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setiap diagnosa keperawatan di atas memiliki luaran keperawatan yang spesifik dan dapat diukur, seperti:
- Stabilitas Hemodinamik, Perfusi Jaringan, Hidrasi, Toleransi Aktivitas, dan Integritas Jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola kondisi Demam Berdarah Dengue (DBD) antara lain:
- Manajemen Cairan, Manajemen Perdarahan, Manajemen Nyeri, Manajemen Demam, dan Peningkatan Toleransi Aktivitas.
Harapan saya, penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai diagnosa keperawatan dan penerapan standar SDKI - SLKI - SIKI dalam pengelolaan pasien dengan Demam Berdarah Dengue (DBD). Silakan tanyakan jika ada hal lain yang ingin Anda ketahui. -
Article No. 6943 | 25 Nov 2024
Klinis : Nyonya V usia 35 tahun dibawa ke rumah sakit jiwa karena sering bicara sendiri, tidur terus, gelisah dan kadang-kadang marah dan mengamuk. Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan bahwa kedua orang tuanya tinggal di luar negeri. Klien terlihat bingung, mondar-mandir sendiri, ± 15 kali ganti pakaian dalam sehari. Klien mengatakan bahwa dia adalah anak tunggal yang disayangi orang tuanya. Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, karena sejak 1 tahun yang lalu klien sudah merasakan gejala-gejala ini. Klien belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya. Sejak kecil klien mengalami trauma karena perpisahan kedua orang tuanya. Ayah klien juga pernah mengalami gangguan jiwa. Saat dirumah klien dilarang keluarganya untuk bekerja dan sering tinggal di rumah. Klien sangat menyukai seluruh bagian tubuhnya karena klien merasa bahwa ia adalah orang luar negeri. Klien dapat menyebutkan identitasnya seperti nama, umur dan alamat dengan baik. Sebelum MRS klien hanya membantu pekerjaan ibunya di rumah seperti memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, karena tidak diizinkan ayahnya untuk bekerja. Klien mengatakan kepada perawat ingin segera sembuh dan cepat pulang ke rumah. Klien yakin bahwa ia akan sembuh karena pertolongan dari Allah SWT. Klien mengatakan bahwa dirinya masih berguna dalam keluarga dan masyarakat. Orang yang paling dekat dengan klien adalah kedua orang tuanya. Aktif dalam mengikuti kegiatan aktivitas kelompok. Tidak memiliki hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain karena sifat klien yang mudah bergaul dengan orang lain. Klien beragam Islam dan yakin akan sembuh karena pertolongan Allah SWT. Jarang mengikuti sholat karena menurutnya ia tidak mempunyai mukenah untuk ke masjid. Klien kooperatif dengan menunjukkan sifat bersahabat dan mau menjawab semua pertanyaan. Klien dapat mengenal orang yang berbicara dengannya, dapat menyebutkan tempat dan waktu tanpa bantuan perawat. Mampu mengambil keputusan dan dapat menghitung dengan benar. Klien menyadari kalau dirinya sedang sakit dan berada di rumah sakit. Pembicaraan klien cepat, suara perlahan, gelisah dan suka mondar-mandir diruangan. Klien selalu mengatakan ingin sembuh dan cepat pulang. Kadang-kadang klien tenang, kadang-kadang gelisah dan suka bertengkar dengan klien lain. Klien mengatakan masih suka mendengar dan melihat bayangan. Klien mengatakan dirinya sedang berada di lingkungan yang tidak aman, banyak orang yang akan melukainya diluar sana. Klien tidak bisa mengingat kejadian dimasa lalu, tetapi masih ingat kejadian sekarang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang disajikan, kondisi Nyonya V dapat didiagnosis dengan diagnosa keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori (halusinasi)
2. Gangguan Proses Pikir berhubungan dengan deregulasi sistem saraf pusat
3. Isolasi Sosial berhubungan dengan ketakutan akan lingkungan yang tidak aman
Penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang mengidentifikasi masalah kesehatan atau respons klien terhadap masalah kesehatan yang dapat diatasi melalui intervensi keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan SDKI - SLKI - SIKI bertujuan untuk memastikan kesinambungan, keseragaman, dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan di Indonesia sesuai dengan standar profesi. -
Article No. 6944 | 25 Nov 2024
Klinis : Nyonya V usia 35 tahun dibawa ke rumah sakit jiwa karena sering bicara sendiri, tidur terus, gelisah dan kadang-kadang marah dan mengamuk. Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan bahwa kedua orang tuanya tinggal di luar negeri. Klien terlihat bingung, mondar-mandir sendiri, ± 15 kali ganti pakaian dalam sehari. Klien mengatakan bahwa dia adalah anak tunggal yang disayangi orang tuanya. Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, karena sejak 1 tahun yang lalu klien sudah merasakan gejala-gejala ini. Klien belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya. Sejak kecil klien mengalami trauma karena perpisahan kedua orang tuanya. Ayah klien juga pernah mengalami gangguan jiwa. Saat dirumah klien dilarang keluarganya untuk bekerja dan sering tinggal di rumah. Klien sangat menyukai seluruh bagian tubuhnya karena klien merasa bahwa ia adalah orang luar negeri. Klien dapat menyebutkan identitasnya seperti nama, umur dan alamat dengan baik. Sebelum MRS klien hanya membantu pekerjaan ibunya di rumah seperti memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, karena tidak diizinkan ayahnya untuk bekerja. Klien mengatakan kepada perawat ingin segera sembuh dan cepat pulang ke rumah. Klien yakin bahwa ia akan sembuh karena pertolongan dari Allah SWT. Klien mengatakan bahwa dirinya masih berguna dalam keluarga dan masyarakat. Orang yang paling dekat dengan klien adalah kedua orang tuanya. Aktif dalam mengikuti kegiatan aktivitas kelompok. Tidak memiliki hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain karena sifat klien yang mudah bergaul dengan orang lain. Klien beragam Islam dan yakin akan sembuh karena pertolongan Allah SWT. Jarang mengikuti sholat karena menurutnya ia tidak mempunyai mukenah untuk ke masjid. Klien kooperatif dengan menunjukkan sifat bersahabat dan mau menjawab semua pertanyaan. Klien dapat mengenal orang yang berbicara dengannya, dapat menyebutkan tempat dan waktu tanpa bantuan perawat. Mampu mengambil keputusan dan dapat menghitung dengan benar. Klien menyadari kalau dirinya sedang sakit dan berada di rumah sakit. Pembicaraan klien cepat, suara perlahan, gelisah dan suka mondar-mandir diruangan. Klien selalu mengatakan ingin sembuh dan cepat pulang. Kadang-kadang klien tenang, kadang-kadang gelisah dan suka bertengkar dengan klien lain. Klien mengatakan masih suka mendengar dan melihat bayangan. Klien mengatakan dirinya sedang berada di lingkungan yang tidak aman, banyak orang yang akan melukainya diluar sana. Klien tidak bisa mengingat kejadian dimasa lalu, tetapi masih ingat kejadian sekarang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Halusinasi
- Definisi: Persepsi sensori palsu yang terjadi tanpa ada rangsangan eksternal yang sesuai.
- Karakteristik: Klien mengatakan mendengar dan melihat bayangan, klien mengatakan dirinya berada di lingkungan yang tidak aman dan banyak orang yang akan melukainya.
2. Gangguan Proses Pikir
- Definisi: Perubahan dalam proses berpikir yang ditandai dengan distorsi realitas, delusi, dan/atau karakteristik berpikir yang tidak biasa.
- Karakteristik: Klien terlihat bingung, mondar-mandir sendiri, sering ganti pakaian, dan klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang asing.
3. Risiko Perilaku Kekerasan
- Definisi: Potensi untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
- Karakteristik: Klien kadang-kadang gelisah dan suka bertengkar dengan klien lain.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Halusinasi
- Definisi: Kemampuan klien untuk mengendalikan atau mengatasi pengalaman halusinasi.
- Kriteria Hasil:
a. Klien dapat mengenali tanda-tanda awal halusinasi.
b. Klien dapat melakukan strategi untuk mengatasi halusinasi.
c. Klien dapat menjelaskan manfaat obat untuk mengurangi halusinasi.
d. Klien dapat mengatasi halusinasi tanpa perilaku menyimpang.
2. Proses Pikir: Orientasi
- Definisi: Kemampuan klien untuk mengenali diri, waktu, dan tempat secara akurat.
- Kriteria Hasil:
a. Klien dapat menyebutkan identitas diri dengan benar.
b. Klien dapat menyebutkan tempat dan waktu secara benar.
c. Klien dapat mengikuti instruksi dengan baik.
d. Klien dapat membuat keputusan yang sesuai dengan kondisinya.
3. Kontrol Perilaku
- Definisi: Kemampuan klien untuk mengendalikan perilaku agresif atau berpotensi membahayakan diri sendiri atau orang lain.
- Kriteria Hasil:
a. Klien dapat mengidentifikasi faktor pencetus perilaku agresif.
b. Klien dapat menerapkan strategi untuk mengendalikan perilaku agresif.
c. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa perilaku agresif.
d. Klien dapat memenuhi kebutuhan diri tanpa perilaku agresif.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Kontrol Halusinasi:
- Terapi Realitas
- Manajemen Halusinasi
- Terapi Kognitif
- Terapi Aktivitas
2. Intervensi untuk Proses Pikir: Orientasi:
- Stimulasi Kognitif
- Orientasi Realitas
- Terapi Reminiscence
- Terapi Aktivitas
3. Intervensi untuk Kontrol Perilaku:
- Manajemen Perilaku
- Terapi Suportif
- Terapi Relaksasi
- Terapi Aktivitas Kelompok
Penjelasan rinci dan terperinci dari setiap poin di atas dapat diberikan dengan nada akademis dan persona pakar perawat. -
Article No. 6945 | 25 Nov 2024
Klinis : STUDI KASUS Seorang Wanita usia 51 tahun, memiliki riwayat hipertensi sejak 15 tahun terkontrol dan infark miokard 2 tahun yang lalu. Pasien sering mengeluhkan sesak nafas terutama saat beraktivitas sedang-berat, kaki tampak bengkak. Sehari-hari dirawat di rumah oleh anaknya, pasien menggunakan nasal kanul 4 lpm dengan frekuensi >50% saat di rumah. Hasil pemeriksaan rontgen thorax terakhir menunjukkan cardiomegaly 68%. Pasien tampak lelah dengan kondisinya, tampak lemah dan sering menanyakan kondisinya pada perawat home care yang berkunjung ke rumahnya. Obat-obatan yang dikonsumsi sehari-hari nifedipine, digoxin, furosemide, simvastatin. PENGKAJIAN Identitas Klien Nama : Ny. M Usia : 51 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Diptomulyo, Malang No. Register : 1146xxxx Tgl. Masuk : 24 November 2024 Tgl. Pengkajian : 24 November 2024 Sumber informasi : Pasien dan anaknya Nama orang tua : Ny.T Status pernikahan : Cerai mati Pekerjaan : Tidak bekerja Pendidikan : SMA Agama : Islam Suku : Jawa Status Kesehatan Sekarang Keluhan utama : Sesak napas terutama saat beraktivitas sedang hingga berat, kaki bengkak. Saat MRS : Pasien mengeluhkan sesak napas berat, terutama saat beraktivitas, disertai kaki bengkak. Saat Pengkajian : Pasien masih merasakan sesak napas, menggunakan nasal kanul dengan aliran 4 Lpm (>50% dalam sehari). Pasien juga mengeluhkan kelelahan, tampak lemah, dan terus menanyakan kondisi kesehatannya. Lama keluhan : Sesak napas sudah berlangsung beberapa hari terakhir, terutama semakin berat setelah aktivitas. Kaki bengkak sudah dirasakan dalam beberapa minggu terakhir. Faktor pencetus : Aktivitas sedang hingga berat. Faktor pemberat : Aktivitas fisik, kondisi medis sebelumnya (riwayat infark miokard dan hipertensi). Upaya yang telah dilakukan : Penggunaan nasal kanul 4 Lpm, konsumsi obat-obatan (nifedipine, digoxin, furosemide, simvastatin). Diagnosa medis : Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure/CHF), Cardiomegaly 68%. Riwayat Kesehatan Saat Ini Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 15 tahun yang terkontrol dengan obat, serta riwayat infark miokard 2 tahun lalu. Keluhan utama adalah sesak nafas, terutama saat melakukan aktivitas sedang hingga berat, disertai dengan pembengkakan di kaki. Pasien merasa lemah dan tampak lelah dengan kondisinya. Saat di rumah, menggunakan nasal kanul 4 Lpm dengan kebutuhan oksigen lebih dari 50% sehari. Pemeriksaan rontgen thorax terakhir menunjukkan kardiomegali dengan ukuran jantung mencapai 68%. Obat-obatan yang dikonsumsi pasien meliputi nifedipine, digoxin, furosemide, dan simvastatin. Pasien dirawat di rumah oleh anaknya dengan kunjungan rutin dari perawat home care. Riwayat Kesehatan Terdahulu Penyakit yang pernah dialami Kecelakaan (jenis dan waktu) : Tidak ada riwayat kecelakaan yang dilaporkan. Operasi (jenis dan waktu) : Tidak ada riwayat operasi yang dilaporkan. Penyakit Akut : Infark miokard 2 tahun lalu. Kronis : Hipertensi (15 tahun), gagal jantung dengan cardiomegaly (68%). Terakhir MRS : Kemungkinan terkait infark miokard, 2 tahun lalu. Alergi : Tidak ada alergi yang dilaporkan. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Prenatal : Tidak ada informasi khusus yang dilaporkan. Natal : Tidak ada komplikasi yang diketahui saat proses persalinan. Postnatal : Tidak ada kelainan yang dilaporkan setelah kelahiran. Imunisasi : Tidak ada informasi mengenai status imunisasi. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan : Tidak ada gangguan pertumbuhan yang dilaporkan, tinggi dan berat badan sesuai dengan usia saat dewasa. Perkembangan : Perkembangan berjalan normal sesuai tahap usia, tidak ada riwayat keterlambatan dalam pencapaian milestone perkembangan. Riwayat Keluarga Hipertensi: Ada riwayat hipertensi pada anggota keluarga, kemungkinan faktor genetik berperan. Penyakit Jantung: Terdapat riwayat penyakit jantung, termasuk infark miokard pada orang tua. Diabetes Mellitus: Tidak ada riwayat diabetes mellitus yang dilaporkan dalam keluarga. Penyakit Lainnya: Tidak ada riwayat penyakit lainnya seperti kanker atau stroke pada keluarga dekat. Genogram @sarah Pola Nutrisi Jenis Rumah Rumah Sakit Jenis makanan Tidak terkaji Tidak terkaji Frekuensi makan Tidak terkaji Tidak terkaji Porsi yang dihabiskan Tidak terkaji Tidak terkaji Komposisi menu Tidak terkaji Tidak terkaji Pantangan Tidak terkaji Tidak terkaji Nafsu makan Tidak terkaji Tidak terkaji Jenis minuman Tidak terkaji Tidak terkaji Frekuensi minum Tidak terkaji Tidak terkaji Jumlah minuman Tidak terkaji Tidak terkaji Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : Pasien tampak lelah, lemah, dan cemas dengan kondisi kesehatannya. Kesadaran : Compos mentis (sadar, orientasi baik) Tanda-tanda vital TD: 140/90 mmHg Nadi : 90 kali/menit, teratur Suhu : 36.8°C RR : 20 kali/menit Tinggi badan : 160 cm Berat badan : 75 kg BMI : 29.3 kg/m² (Obesitas) Kepala dan Leher Kepala Inspeksi: Tidak ada pembengkakan atau deformitas. Palpasi: Tidak ada rasa nyeri atau benjolan Mata Inspeksi: Konjungtiva tampak pucat Palpasi: Tidak ada nyeri atau kelainan. Hidung Inspeksi: Hidung tampak simetris, tidak ada pembengkakan. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada sinus. Mulut & tenggorokan: Inspeksi: Selaput lendir mulut tampak kering, gusi pucat. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar liur atau nyeri. Telinga: Inspeksi: Tidak ada kelainan bentuk. Palpasi: Tidak ada rasa nyeri atau pembengkakan pada telinga. Leher: Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening atau pembengkakan pada leher. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau nyeri tekan. Thorak Paru Inspeksi: Pernapasan tampak agak cepat dengan sesak saat beraktivitas sedang-berat. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada dada. Perkusi: Bunyi pekak pada kedua sisi dada. Auskultasi: Wheezing terdengar pada kedua sisi paru, terutama saat ekspirasi. Jantung Inspeksi: Tidak ada pembesaran jantung yang tampak. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada dada. Perkusi: Cardiomegali terdeteksi (68%). Auskultasi: S1, S2 normal, tidak terdengar murmur atau bunyi jantung tambahan. Payudara dan Ketiak Inspeksi: Tidak ada benjolan atau kelainan pada payudara. Palpasi: Tidak ada pembengkakan atau benjolan pada payudara atau ketiak. Punggung dan Tulang Belakang Inspeksi: Tidak ada kelainan postur atau deformitas. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada tulang belakang atau otot punggung. Abdomen Inspeksi: Abdomen tampak distensi ringan, terutama di area perut bagian bawah. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan atau massa yang teraba. Perkusi: Terdapat bunyi timpani di seluruh perut. Auskultasi: Peristaltik normal, tidak ada suara tambahan. Genetalia dan Anus Inspeksi: Tidak ada kelainan atau luka pada genitalia eksternal. Palpasi: Tidak ada pembengkakan atau nyeri. Ekstremitas Atas: Tidak ada pembengkakan atau deformitas pada tangan atau lengan. Bawah: Kaki tampak bengkak, terutama pada area pergelangan kaki dan betis. Sistem Neurologi Pasien sadar, orientasi baik, respons terhadap rangsang verbal normal, tidak ada kelainan motorik atau sensori. Kulit & Kuku Kulit: Kulit tampak agak pucat dan kering, terutama di sekitar wajah dan tangan. Kuku: Kuku tampak sedikit rapuh, tidak ada kelainan warna atau bentuk.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisiologis.
Ciri-ciri: Sesak nafas saat beraktivitas sedang-berat, keletihan, dan kelemahan.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak
Definisi: Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan jantung yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
Ciri-ciri: Riwayat infark miokard, cardiomegali, penggunaan oksigen, dan pembengkakan ekstremitas.
3. Kelelahan
Definisi: Pengalaman fisik dan mental yang melemahkan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan sumber daya energi.
Ciri-ciri: Pasien tampak lemah dan lelah, sering menanyakan kondisi kesehatannya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas
Kriteria hasil:
a. Mampu melakukan aktivitas tanpa kesulitan bernafas.
b. Tidak mengalami kelelahan yang berlebihan setelah aktivitas.
c. Mempertahankan tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal saat beraktivitas.
2. Perfusi Jaringan Jantung
Kriteria hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda kekurangan oksigen pada jaringan jantung.
b. Tidak ada pembengkakan pada ekstremitas.
c. Tidak terjadi perburukan gejala gagal jantung.
3. Pemulihan Energi
Kriteria hasil:
a. Melaporkan peningkatan energi dan kekuatan.
b. Mampu melakukan aktivitas harian tanpa kelelahan berlebihan.
c. Tampak tidak lemas dan gelisah.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Aktivitas
a. Lakukan pengkajian kemampuan aktivitas klien.
b. Bantu klien merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai toleransinya.
c. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
d. Ajarkan teknik-teknik untuk menghemat energi saat melakukan aktivitas.
2. Manajemen Perfusi
a. Kaji sirkulasi dan perfusi jaringan klien.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan kardiovaskular.
d. Ajarkan klien dan keluarga tentang perawatan mandiri.
3. Manajemen Energi
a. Kaji pola tidur, istirahat, dan aktivitas klien.
b. Bantu klien menyusun rencana istirahat yang adekuat.
c. Anjurkan klien melakukan aktivitas fisik sesuai toleransi.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun diet yang mendukung pemulihan energi.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan klien dapat meningkatkan toleransi aktivitas, perfusi jaringan jantung yang adekuat, serta pemulihan energi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. -
Article No. 6946 | 25 Nov 2024
Klinis : STUDI KASUS Seorang Wanita usia 51 tahun, memiliki riwayat hipertensi sejak 15 tahun terkontrol dan infark miokard 2 tahun yang lalu. Pasien sering mengeluhkan sesak nafas terutama saat beraktivitas sedang-berat, kaki tampak bengkak. Sehari-hari dirawat di rumah oleh anaknya, pasien menggunakan nasal kanul 4 lpm dengan frekuensi >50% saat di rumah. Hasil pemeriksaan rontgen thorax terakhir menunjukkan cardiomegaly 68%. Pasien tampak lelah dengan kondisinya, tampak lemah dan sering menanyakan kondisinya pada perawat home care yang berkunjung ke rumahnya. Obat-obatan yang dikonsumsi sehari-hari nifedipine, digoxin, furosemide, simvastatin. PENGKAJIAN Identitas Klien Nama : Ny. M Usia : 51 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Diptomulyo, Malang No. Register : 1146xxxx Tgl. Masuk : 24 November 2024 Tgl. Pengkajian : 24 November 2024 Sumber informasi : Pasien dan anaknya Nama orang tua : Ny.T Status pernikahan : Cerai mati Pekerjaan : Tidak bekerja Pendidikan : SMA Agama : Islam Suku : Jawa Status Kesehatan Sekarang Keluhan utama : Sesak napas terutama saat beraktivitas sedang hingga berat, kaki bengkak. Saat MRS : Pasien mengeluhkan sesak napas berat, terutama saat beraktivitas, disertai kaki bengkak. Saat Pengkajian : Pasien masih merasakan sesak napas, menggunakan nasal kanul dengan aliran 4 Lpm (>50% dalam sehari). Pasien juga mengeluhkan kelelahan, tampak lemah, dan terus menanyakan kondisi kesehatannya. Lama keluhan : Sesak napas sudah berlangsung beberapa hari terakhir, terutama semakin berat setelah aktivitas. Kaki bengkak sudah dirasakan dalam beberapa minggu terakhir. Faktor pencetus : Aktivitas sedang hingga berat. Faktor pemberat : Aktivitas fisik, kondisi medis sebelumnya (riwayat infark miokard dan hipertensi). Upaya yang telah dilakukan : Penggunaan nasal kanul 4 Lpm, konsumsi obat-obatan (nifedipine, digoxin, furosemide, simvastatin). Diagnosa medis : Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure/CHF), Cardiomegaly 68%. Riwayat Kesehatan Saat Ini Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 15 tahun yang terkontrol dengan obat, serta riwayat infark miokard 2 tahun lalu. Keluhan utama adalah sesak nafas, terutama saat melakukan aktivitas sedang hingga berat, disertai dengan pembengkakan di kaki. Pasien merasa lemah dan tampak lelah dengan kondisinya. Saat di rumah, menggunakan nasal kanul 4 Lpm dengan kebutuhan oksigen lebih dari 50% sehari. Pemeriksaan rontgen thorax terakhir menunjukkan kardiomegali dengan ukuran jantung mencapai 68%. Obat-obatan yang dikonsumsi pasien meliputi nifedipine, digoxin, furosemide, dan simvastatin. Pasien dirawat di rumah oleh anaknya dengan kunjungan rutin dari perawat home care. Riwayat Kesehatan Terdahulu Penyakit yang pernah dialami Kecelakaan (jenis dan waktu) : Tidak ada riwayat kecelakaan yang dilaporkan. Operasi (jenis dan waktu) : Tidak ada riwayat operasi yang dilaporkan. Penyakit Akut : Infark miokard 2 tahun lalu. Kronis : Hipertensi (15 tahun), gagal jantung dengan cardiomegaly (68%). Terakhir MRS : Kemungkinan terkait infark miokard, 2 tahun lalu. Alergi : Tidak ada alergi yang dilaporkan. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Prenatal : Tidak ada informasi khusus yang dilaporkan. Natal : Tidak ada komplikasi yang diketahui saat proses persalinan. Postnatal : Tidak ada kelainan yang dilaporkan setelah kelahiran. Imunisasi : Tidak ada informasi mengenai status imunisasi. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan : Tidak ada gangguan pertumbuhan yang dilaporkan, tinggi dan berat badan sesuai dengan usia saat dewasa. Perkembangan : Perkembangan berjalan normal sesuai tahap usia, tidak ada riwayat keterlambatan dalam pencapaian milestone perkembangan. Riwayat Keluarga Hipertensi: Ada riwayat hipertensi pada anggota keluarga, kemungkinan faktor genetik berperan. Penyakit Jantung: Terdapat riwayat penyakit jantung, termasuk infark miokard pada orang tua. Diabetes Mellitus: Tidak ada riwayat diabetes mellitus yang dilaporkan dalam keluarga. Penyakit Lainnya: Tidak ada riwayat penyakit lainnya seperti kanker atau stroke pada keluarga dekat. Genogram @sarah Pola Nutrisi Jenis Rumah Rumah Sakit Jenis makanan Tidak terkaji Tidak terkaji Frekuensi makan Tidak terkaji Tidak terkaji Porsi yang dihabiskan Tidak terkaji Tidak terkaji Komposisi menu Tidak terkaji Tidak terkaji Pantangan Tidak terkaji Tidak terkaji Nafsu makan Tidak terkaji Tidak terkaji Jenis minuman Tidak terkaji Tidak terkaji Frekuensi minum Tidak terkaji Tidak terkaji Jumlah minuman Tidak terkaji Tidak terkaji Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : Pasien tampak lelah, lemah, dan cemas dengan kondisi kesehatannya. Kesadaran : Compos mentis (sadar, orientasi baik) Tanda-tanda vital TD: 140/90 mmHg Nadi : 90 kali/menit, teratur Suhu : 36.8°C RR : 20 kali/menit Tinggi badan : 160 cm Berat badan : 75 kg BMI : 29.3 kg/m² (Obesitas) Kepala dan Leher Kepala Inspeksi: Tidak ada pembengkakan atau deformitas. Palpasi: Tidak ada rasa nyeri atau benjolan Mata Inspeksi: Konjungtiva tampak pucat Palpasi: Tidak ada nyeri atau kelainan. Hidung Inspeksi: Hidung tampak simetris, tidak ada pembengkakan. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada sinus. Mulut & tenggorokan: Inspeksi: Selaput lendir mulut tampak kering, gusi pucat. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar liur atau nyeri. Telinga: Inspeksi: Tidak ada kelainan bentuk. Palpasi: Tidak ada rasa nyeri atau pembengkakan pada telinga. Leher: Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening atau pembengkakan pada leher. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau nyeri tekan. Thorak Paru Inspeksi: Pernapasan tampak agak cepat dengan sesak saat beraktivitas sedang-berat. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada dada. Perkusi: Bunyi pekak pada kedua sisi dada. Auskultasi: Wheezing terdengar pada kedua sisi paru, terutama saat ekspirasi. Jantung Inspeksi: Tidak ada pembesaran jantung yang tampak. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada dada. Perkusi: Cardiomegali terdeteksi (68%). Auskultasi: S1, S2 normal, tidak terdengar murmur atau bunyi jantung tambahan. Payudara dan Ketiak Inspeksi: Tidak ada benjolan atau kelainan pada payudara. Palpasi: Tidak ada pembengkakan atau benjolan pada payudara atau ketiak. Punggung dan Tulang Belakang Inspeksi: Tidak ada kelainan postur atau deformitas. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada tulang belakang atau otot punggung. Abdomen Inspeksi: Abdomen tampak distensi ringan, terutama di area perut bagian bawah. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan atau massa yang teraba. Perkusi: Terdapat bunyi timpani di seluruh perut. Auskultasi: Peristaltik normal, tidak ada suara tambahan. Genetalia dan Anus Inspeksi: Tidak ada kelainan atau luka pada genitalia eksternal. Palpasi: Tidak ada pembengkakan atau nyeri. Ekstremitas Atas: Tidak ada pembengkakan atau deformitas pada tangan atau lengan. Bawah: Kaki tampak bengkak, terutama pada area pergelangan kaki dan betis. Sistem Neurologi Pasien sadar, orientasi baik, respons terhadap rangsang verbal normal, tidak ada kelainan motorik atau sensori. Kulit & Kuku Kulit: Kulit tampak agak pucat dan kering, terutama di sekitar wajah dan tangan. Kuku: Kuku tampak sedikit rapuh, tidak ada kelainan warna atau bentuk.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan studi kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan/dibutuhkan akibat keterbatasan energi.
Faktor Berhubungan: Penyakit kardiovaskular (gagal jantung kongestif), pembatasan aktivitas, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Karakteristik Definisi: Letargi, kelelahan, sesak napas saat beraktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
SDKI: Akumulasi cairan isotonik di dalam ruang intravaskular, interstisial, dan/atau rongga tubuh.
Faktor Berhubungan: Penyakit kardiovaskular (gagal jantung kongestif), penurunan kemampuan tubuh dalam membuang kelebihan cairan.
Karakteristik Definisi: Pembengkakan pada ekstremitas, sesak napas, peningkatan berat badan.
3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
Faktor Berhubungan: Perubahan kondisi kesehatan, hospitalisasi, ketidakpastian mengenai penyakit.
Karakteristik Definisi: Ketakutan, kekhawatiran, frekuensi bertanya mengenai kondisi kesehatan.
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Napas
SDKI: Ketidakmampuan mempertahankan pola napas yang efektif.
Faktor Berhubungan: Penyakit kardiovaskular (gagal jantung kongestif), ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Karakteristik Definisi: Sesak napas, penggunaan otot-otot bantu napas, irama napas tidak teratur.
Penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Merupakan panduan yang mengidentifikasi masalah/diagnosa keperawatan berdasarkan analisis data pengkajian pasien. Meliputi definisi, faktor berhubungan, dan karakteristik definisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Menggambarkan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Terdiri dari domain, kelas, dan luaran keperawatan yang terukur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Berisi rekomendasi aktivitas keperawatan untuk mengatasi masalah/diagnosa keperawatan. Mencakup definisi, aktivitas, dan rasional intervensi.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 6947 | 25 Nov 2024
Klinis : An. A, berusia 34 bulan mengalami kesulitan untuk menaikkan tinggi badan sejak An. A berusia 12 bulan. An. A rutin melakukan kontrol setiap bulan ke posyandu. Sejak usia 12 bulan, ibu pasien melihat TB dan BB pasien lambat bertambah (setiap bulan kontrol ke posyandu). TB pasien pada saat usia 12 bulan sama dengan TB pasien ketika usia 9 bulan yaitu 67 cm. BB pasien pada saat usia 12 bulan sama dengan BB pasien ketika usia 9 bulan yaitu 6,5 kg. An. A memiliki riwayat susah makan dan biasanya makan 3 kali sehari, namun hanya mau memakan 2-3 kepalan suapan tangan ibunya saja. An. A lebih menyukai jajanan dan minuman kemasan dibandingkan nasi, lauk, dan juga sayuran. Anak A juga tampak lebih kecil dari teman-teman seusianya. Didapatkan data bahwa An. A dalam keadaan umum baik, composmentis, nadi 92 x/menit, suhu 36,5 °C, pernafasan 25 x/menit, serta hasil pemeriksaan laboratorium normal. Status gizi An. A adalah stunting dan gizi kurang dimana berat badan An. A 9,6 kg, tinggi badan 78 cm, lingkar kepala 50 cm, lingkar lengan 12 cm, lingkar dada 46,5 cm, dan lingkar perut 50 cm. An. A didiagnosis stunting dan gizi kurang. Riwayat imunisasi tidak dilakukan karena tidak mendapatkan izin dari ayah pasien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi An. A.
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Pertumbuhan Fisik Anak Berhubungan dengan Asupan Nutrisi Tidak Adekuat
Penjelasan:
- SDKI: Defisit Pertumbuhan Fisik Anak adalah ketidakmampuan anak untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan tahapan perkembangan.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah anak dapat mencapai pertumbuhan fisik sesuai usia, jenis kelamin, dan tahapan perkembangan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah mengkaji asupan nutrisi, mengoptimalkan asupan nutrisi, memantau pertumbuhan fisik, dan memberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya nutrisi seimbang.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Asupan Makan Kurang
Penjelasan:
- SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah konsumsi nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah anak dapat mencapai status gizi optimal sesuai usia dan jenis kelamin.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah mengkaji asupan nutrisi, mengoptimalkan asupan nutrisi, memberikan edukasi kepada keluarga tentang nutrisi seimbang, dan memantau status gizi anak.
Kesimpulan:
Berdasarkan kondisi An. A, diagnosa keperawatan yang muncul adalah Defisit Pertumbuhan Fisik Anak Berhubungan dengan Asupan Nutrisi Tidak Adekuat dan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Asupan Makan Kurang. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengkajian asupan nutrisi, optimalisasi asupan nutrisi, edukasi kepada keluarga, serta pemantauan pertumbuhan dan status gizi anak. -
Article No. 6948 | 25 Nov 2024
Klinis : Seorang Wanita usia 51 tahun, memiliki riwayat hipertensi sejak 15 tahun terkontrol dan infark miokard 2 tahun yang lalu. Pasien sering mengeluhkan sesak nafas terutama saat beraktivitas sedang-berat, kaki tampak bengkak. Sehari-hari dirawat di rumah oleh anaknya, pasien menggunakan nasal kanul 4 lpm dengan frekuensi >50% saat di rumah. Hasil pemeriksaan rontgen thorax terakhir menunjukkan cardiomegaly 68%. Pasien tampak lelah dengan kondisinya, tampak lemah dan sering menanyakan kondisinya pada perawat home care yang berkunjung ke rumahnya. Obat-obatan yang dikonsumsi sehari-hari nifedipine, digoxin, furosemide, simvastatin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan fungsi jantung dan ginjal, ditandai dengan edema pada tungkai, sesak napas, dan cardiomegaly.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kelebihan Volume Cairan adalah kondisi di mana individu mengalami kelebihan cairan tubuh yang ditandai dengan edema, kongesti paru, dan peningkatan berat badan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan status cairan yang seimbang, bebas dari edema, dan memiliki pola napas yang normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan intake dan output cairan, pembatasan asupan cairan, pemberian diuretik, serta latihan fisik untuk meningkatkan fungsi kardiovaskular.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi kardiopulmonal, ditandai dengan mudah lelah, sesak napas, dan kelemahan saat beraktivitas.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas adalah kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang baik, bebas dari kelelahan, dan tidak mengalami sesak napas.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian oksigen, pengaturan aktivitas, latihan fisik yang terencana, dan manajemen gejala.
3. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan penurunan fungsi kardiopulmonal, ditandai dengan penggunaan alat bantu oksigen dan sesak napas saat beraktivitas.
Penjelasan singkat:
- SDKI: Ketidakefektifan Pola Napas adalah kondisi di mana individu mengalami perubahan frekuensi, kedalaman, atau pola pernapasan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif, bebas dari sesak napas, dan mampu bernapas dengan bantuan oksigen.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan respirasi, pemberian oksigen, latihan napas pursed-lip, dan manajemen gejala.