Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7136 | 26 Nov 2024
Klinis : kriteria hasil Perfusi Perifer Tidak Efektif Berhubungan Dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin (SDKI D.0009)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang pakar keperawatan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Perfusi Perifer Tidak Efektif Berhubungan Dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin (SDKI D.0009)".
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif Berhubungan Dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat ke organ dan jaringan.
- Faktor Terkait: Penurunan konsentrasi hemoglobin.
- Karakteristik Utama: Perubahan warna kulit, suhu kulit yang dingin, pembengkakan, capillary refill time yang memanjang.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Perfusi Perifer Efektif
- Kriteria Hasil:
- Warna kulit normal
- Suhu kulit hangat
- Tidak ada pembengkakan
- Capillary refill time normal (< 3 detik)
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Monitoring tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, saturasi oksigen)
- Mengatur posisi pasien untuk meningkatkan aliran darah
- Pemberian oksigen jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi penggantian darah (transfusi) jika diperlukan
Dalam kondisi ini, penurunan konsentrasi hemoglobin dapat menyebabkan perfusi perifer yang tidak efektif. Perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang tepat, serta melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi permasalahan ini dan mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perfusi perifer yang efektif. -
Article No. 7137 | 26 Nov 2024
Klinis : Mula muntah bab cair
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan kondisi "Mula muntah bab cair" dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual dan muntah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.93
- Deskripsi: Endoskopi saluran cerna bagian bawah, tidak dijabarkan lebih lanjut
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R11.0 (Mual dan muntah):
- Kode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi mual dan muntah, yang merupakan gejala umum yang muncul pada "Mula muntah bab cair".
- Kode R11.0 merupakan bagian dari kode kategori R11 (Mual dan muntah), yang termasuk dalam bab XVIII (Gejala, tanda-tanda, dan temuan klinis yang tidak diklasifikasikan di tempat lain) dalam klasifikasi ICD-10.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 45.93 (Endoskopi saluran cerna bagian bawah, tidak dijabarkan lebih lanjut):
- Kode ini dapat digunakan jika pasien menjalani prosedur endoskopi saluran cerna bagian bawah sebagai bagian dari evaluasi atau penanganan kondisi "Mula muntah bab cair".
- Kode 45.93 termasuk dalam kategori 45 (Operasi pada saluran cerna) dalam klasifikasi ICD-9-CM Procedure.
- Prosedur endoskopi saluran cerna bagian bawah dapat dilakukan untuk memeriksa kemungkinan penyebab dari gejala muntah dan diare yang dialami oleh pasien.
Sebagai dokter atau perekam medis, penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan, sehingga dapat menjadi dasar yang akurat bagi perawatan pasien, pengkodean, penagihan, dan analisis epidemiologi. -
Article No. 7138 | 26 Nov 2024
Klinis : Mula muntah bab cair
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Diare
Definisi: Pengeluaran feses cair atau lembek dengan frekuensi yang meningkat (lebih dari 3 kali per hari).
2. Risiko Dehidrasi
Definisi: Berisiko mengalami penurunan cairan dan elektrolit tubuh yang dapat menimbulkan komplikasi.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diare: Karakteristik utama adalah pengeluaran feses cair atau lembek dengan frekuensi yang meningkat.
- Risiko Dehidrasi: Karakteristik utama adalah adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan penurunan cairan dan elektrolit tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Diare: Luaran yang diharapkan adalah pemulihan pola defekasi dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Risiko Dehidrasi: Luaran yang diharapkan adalah tercegahnya dehidrasi dan teratasinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Diare: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen diare, terapi cairan dan elektrolit, serta edukasi terkait diare.
- Risiko Dehidrasi: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan status cairan dan elektrolit, terapi cairan dan elektrolit, serta edukasi terkait pencegahan dehidrasi.
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, saya telah menyampaikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi mual muntah dan diare. -
Article No. 7139 | 26 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi, tidak terspesifikasi lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk pasien dengan tuberkulosis paru yang memiliki konfirmasi bakteriologis atau histologis. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang memiliki gejala batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Kode ICD-9-CM 33.24 (Bronkoskopi, tidak terspesifikasi lainnya) dapat digunakan sebagai prosedur diagnostik untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru. Prosedur ini dapat dilakukan untuk mengambil sampel sputum atau jaringan paru untuk analisis lebih lanjut.
Pemilihan kode ICD-10 dan ICD-9-CM procedure ini harus disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan temuan klinis lainnya oleh dokter yang menangani pasien. Kode-kode ini dapat digunakan untuk keperluan pencatatan dan pelaporan medis yang akurat. -
Article No. 7140 | 26 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Penyebab: Produksi sekret yang berlebihan, kelemahan batuk, dan gangguan neuromuskular.
Tanda dan Gejala: Batuk produktif, wheezing, dispnea, suara napas bronkial, dan adanya lesi di paru.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Malnutrisi, kelemahan, dan gangguan respirasi.
Tanda dan Gejala: Sesak napas saat beraktivitas, fatigue, dan penurunan nafsu makan.
3. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu ventilasi.
Penyebab: Kelelahan otot pernapasan, obstruksi jalan napas, dan gangguan ventilasi.
Tanda dan Gejala: Sesak napas, pernapasan cuping hidung, dan suara napas bronkial.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
Indikator:
a. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
b. Suara napas bronkial berkurang.
c. Oksigenasi darah membaik.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
Indikator:
a. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas.
b. Pasien menunjukkan peningkatan energi dan tidak mudah lelah.
c. Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.
3. Pola Napas Efektif
Indikator:
a. Pasien menunjukkan pola napas yang teratur dan efisien.
b. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda distres pernapasan.
c. Oksigenasi darah membaik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Atur posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
b. Berikan nebulizer dan terapi bronkodilator untuk memperlancar sekresi.
c. Latih teknik batuk efektif dan fisioterapi dada.
d. Motivasi pasien untuk meningkatkan mobilisasi sekresi.
e. Pantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.
2. Intoleransi Aktivitas
a. Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan toleransi pasien.
c. Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengevaluasi status gizi pasien.
e. Berikan dukungan emosional dan edukasi untuk meningkatkan motivasi pasien.
3. Ketidakefektifan Pola Napas
a. Atur posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
c. Lakukan latihan pernapasan untuk memperbaiki pola napas.
d. Pantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengevaluasi dan mengatasi penyebab gangguan pernapasan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat memperoleh perawatan yang komprehensif dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 7141 | 26 Nov 2024
Klinis : Pengkajian Psikososial Identitas Klien Nama : Ny. A Usia : 57 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Wlingi, Blitar Sumber informasi : Pasien, Keluarga, dan RM No. Telepon : - Status pernikahan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Lama bekerja : >10 tahun No. RM : 11599899 Tgl. Masuk : 26 April 2024 Tgl. Pengkajian : 29 April 2024 Nama klg. dekat yg bisa dihubungi: Ny. A Status : Kaka Alamat : Wlingi, Blitar No. Telepon : 08121012xxxx Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pola Toleransi-Koping Stres Pengambilan keputusan: Dibantu oleh suami dan keluarga Masalah utama terkait perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll): Pembayaran memakai JKN Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Bercerita kepada keluarga dan berdoa Harapan setelah menjalani perawatan: Pasien berharap dapat beraktivitas sehari-hari seperti semula Perubahan yang dirasakan setelah sakit: Tidak dapat melakukan aktivitas seperti sebelum sakit Konsep Diri Gambaran diri: Pasien berharap dapat segera sembuh dari penyakitnya Ideal diri: Pasien merasa seharusnya masih bisa bekerja dan beraktivitas secara normal Harga diri: Pasien merasa sakitnya mengganggu aktivitas dan merepotkan keluarga serta orang lain Peran: Pasien adalah seorang istri dan ibu dari dua anak Identitas diri: Tidak ada gangguan orientasi seksual, pasien menyadari dirinya sebagai seorang perempuan Pola Peran dan Hubungan Peran dalam keluarga: Sebagai istri dan ibu. Sistem pendukung: Suami, anak, dan saudara Masalah dalam keluarga: Tidak ada Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Selama sakit pasien dijaga oleh suami dan kakaknya Upaya mengatasi masalah: Tidak ada Pola Komunikasi Kemampuan bicara: Normal Tempat tinggal: Tinggal bersama suami dan anak. Kehidupan keluarga: Adat istiadat yang dianut: Islam Pantangan dalam agama: Tidak ada Penghasilan keluarga: Lebih dari 2 juta per bulan Pola Nilai dan Kepercayaan Pentingnya Tuhan, agama, atau kepercayaan: Pasien menganggap penting Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Sholat Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: - Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: - Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya Keluarga dan pasien memahami kondisi sakitnya saat ini dan berpikir harus diterima dengan sabar karena merupakan cobaan dari Allah Perencanaan Pulang Tujuan Pulang: Perawatan dirumah Transportasi Pulang: Mobil, dijemput keluarga Dukungan Keluarga: Keluarga memperhatikan pasien dan mendukung pasien selama sakit Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: Biaya pengobatan dari BPJS (peserta JKN) diagnosis psikologisnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Situasional
SDKI: Gangguan konsep diri adalah keadaan di mana individu mengalami perubahan dalam persepsi dan penerimaan diri.
SLKI: Harga diri rendah situasional adalah keadaan di mana individu mengalami penurunan rasa berharga atau penghargaan terhadap diri sendiri yang bersifat sementara akibat situasi atau kondisi tertentu.
SIKI: Pasien mengalami penurunan rasa berharga atau penghargaan terhadap diri sendiri akibat perubahan kondisi kesehatan yang dialami saat ini, sehingga merasa menjadi beban bagi keluarga dan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Manajemen Diri
SDKI: Kesiapan peningkatan manajemen diri adalah suatu keadaan di mana individu memiliki motivasi dan kemampuan untuk meningkatkan pengaturan diri dalam mengelola kondisi kesehatan.
SLKI: Kesiapan peningkatan manajemen diri adalah keadaan di mana individu siap untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola kondisi kesehatan secara mandiri.
SIKI: Pasien memiliki kesiapan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola kondisi kesehatannya secara mandiri, seperti melakukan aktivitas sehari-hari, memanfaatkan sumber daya yang ada, dan berpartisipasi dalam perawatan.
3. Diagnosa Keperawatan: Koping Keluarga Inefektif
SDKI: Koping keluarga inefektif adalah keadaan di mana keluarga menunjukkan respon maladaptif dalam mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
SLKI: Koping keluarga inefektif adalah keadaan di mana keluarga tidak dapat menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dalam mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
SIKI: Keluarga belum mampu menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dalam membantu pasien mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan selama perawatan di rumah sakit.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi berkaitan dengan aspek psikososial pasien, yang meliputi gangguan konsep diri, kesiapan peningkatan manajemen diri, dan koping keluarga inefektif. Pemahaman dan penanganan yang komprehensif terhadap aspek-aspek tersebut penting untuk mendukung pemulihan pasien dan mempersiapkan perawatan yang akan dilanjutkan di rumah. -
Article No. 7142 | 26 Nov 2024
Klinis : Pengkajian Psikososial Identitas Klien Nama : Ny. A Usia : 57 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Wlingi, Blitar Sumber informasi : Pasien, Keluarga, dan RM No. Telepon : - Status pernikahan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Lama bekerja : >10 tahun No. RM : 11599899 Tgl. Masuk : 26 April 2024 Tgl. Pengkajian : 29 April 2024 Nama klg. dekat yg bisa dihubungi: Ny. A Status : Kaka Alamat : Wlingi, Blitar No. Telepon : 08121012xxxx Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pola Toleransi-Koping Stres Pengambilan keputusan: Dibantu oleh suami dan keluarga Masalah utama terkait perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll): Pembayaran memakai JKN Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Bercerita kepada keluarga dan berdoa Harapan setelah menjalani perawatan: Pasien berharap dapat beraktivitas sehari-hari seperti semula Perubahan yang dirasakan setelah sakit: Tidak dapat melakukan aktivitas seperti sebelum sakit Konsep Diri Gambaran diri: Pasien berharap dapat segera sembuh dari penyakitnya Ideal diri: Pasien merasa seharusnya masih bisa bekerja dan beraktivitas secara normal Harga diri: Pasien merasa sakitnya mengganggu aktivitas dan merepotkan keluarga serta orang lain Peran: Pasien adalah seorang istri dan ibu dari dua anak Identitas diri: Tidak ada gangguan orientasi seksual, pasien menyadari dirinya sebagai seorang perempuan Pola Peran dan Hubungan Peran dalam keluarga: Sebagai istri dan ibu. Sistem pendukung: Suami, anak, dan saudara Masalah dalam keluarga: Tidak ada Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Selama sakit pasien dijaga oleh suami dan kakaknya Upaya mengatasi masalah: Tidak ada Pola Komunikasi Kemampuan bicara: Normal Tempat tinggal: Tinggal bersama suami dan anak. Kehidupan keluarga: Adat istiadat yang dianut: Islam Pantangan dalam agama: Tidak ada Penghasilan keluarga: Lebih dari 2 juta per bulan Pola Nilai dan Kepercayaan Pentingnya Tuhan, agama, atau kepercayaan: Pasien menganggap penting Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Sholat Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: - Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: - Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya Keluarga dan pasien memahami kondisi sakitnya saat ini dan berpikir harus diterima dengan sabar karena merupakan cobaan dari Allah Perencanaan Pulang Tujuan Pulang: Perawatan dirumah Transportasi Pulang: Mobil, dijemput keluarga Dukungan Keluarga: Keluarga memperhatikan pasien dan mendukung pasien selama sakit Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: Biaya pengobatan dari BPJS (peserta JKN) Buatkan diagnosis keperawatan bagian psikologi berdasarkan sdki dalam bentuk tabel mencakup analasisi diagnosis etiologi dan urut berdasarkana prioritas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pengkajian psikososial yang Anda berikan:
| Diagnosa Keperawatan | Etiologi |
| --- | --- |
| 1. Gangguan Konsep Diri | - Perubahan status kesehatan (sakit) |
| - Harga Diri Rendah | - Pasien merasa sakit mengganggu aktivitas dan merepotkan keluarga |
| - Ideal Diri Terganggu | - Pasien merasa seharusnya masih bisa bekerja dan beraktivitas secara normal |
| 2. Kesiapan Meningkatkan Peran | - Pasien membutuhkan bantuan suami dan keluarga dalam pengambilan keputusan |
| Perawatan Diri | - Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit |
| 3. Kesiapan Meningkatkan Koping | - Pasien dapat bercerita kepada keluarga dan berdoa saat mengalami stres/masalah |
| dan Toleransi Stres | |
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Konsep Diri:
- Harga Diri Rendah: Pasien merasa sakit mengganggu aktivitas dan merepotkan keluarga serta orang lain.
- Ideal Diri Terganggu: Pasien merasa seharusnya masih bisa bekerja dan beraktivitas secara normal.
2. Kesiapan Meningkatkan Peran Perawatan Diri:
- Pasien membutuhkan bantuan suami dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
- Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit.
3. Kesiapan Meningkatkan Koping dan Toleransi Stres:
- Pasien dapat bercerita kepada keluarga dan berdoa saat mengalami stres/masalah. -
Article No. 7143 | 26 Nov 2024
Klinis : Pengkajian Psikososial Identitas Klien Nama : Ny. A Usia : 57 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Wlingi, Blitar Sumber informasi : Pasien, Keluarga, dan RM No. Telepon : - Status pernikahan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Lama bekerja : >10 tahun No. RM : 11599899 Tgl. Masuk : 26 April 2024 Tgl. Pengkajian : 29 April 2024 Nama klg. dekat yg bisa dihubungi: Ny. A Status : Kaka Alamat : Wlingi, Blitar No. Telepon : 08121012xxxx Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pola Toleransi-Koping Stres Pengambilan keputusan: Dibantu oleh suami dan keluarga Masalah utama terkait perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll): Pembayaran memakai JKN Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Bercerita kepada keluarga dan berdoa Harapan setelah menjalani perawatan: Pasien berharap dapat beraktivitas sehari-hari seperti semula Perubahan yang dirasakan setelah sakit: Tidak dapat melakukan aktivitas seperti sebelum sakit Konsep Diri Gambaran diri: Pasien berharap dapat segera sembuh dari penyakitnya Ideal diri: Pasien merasa seharusnya masih bisa bekerja dan beraktivitas secara normal Harga diri: Pasien merasa sakitnya mengganggu aktivitas dan merepotkan keluarga serta orang lain Peran: Pasien adalah seorang istri dan ibu dari dua anak Identitas diri: Tidak ada gangguan orientasi seksual, pasien menyadari dirinya sebagai seorang perempuan Pola Peran dan Hubungan Peran dalam keluarga: Sebagai istri dan ibu. Sistem pendukung: Suami, anak, dan saudara Masalah dalam keluarga: Tidak ada Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Selama sakit pasien dijaga oleh suami dan kakaknya Upaya mengatasi masalah: Tidak ada Pola Komunikasi Kemampuan bicara: Normal Tempat tinggal: Tinggal bersama suami dan anak. Kehidupan keluarga: Adat istiadat yang dianut: Islam Pantangan dalam agama: Tidak ada Penghasilan keluarga: Lebih dari 2 juta per bulan Pola Nilai dan Kepercayaan Pentingnya Tuhan, agama, atau kepercayaan: Pasien menganggap penting Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Sholat Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: - Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: - Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya Keluarga dan pasien memahami kondisi sakitnya saat ini dan berpikir harus diterima dengan sabar karena merupakan cobaan dari Allah Perencanaan Pulang Tujuan Pulang: Perawatan dirumah Transportasi Pulang: Mobil, dijemput keluarga Dukungan Keluarga: Keluarga memperhatikan pasien dan mendukung pasien selama sakit Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: Biaya pengobatan dari BPJS (peserta JKN) Buatkan diagnosis keperawatan bagian psikologi berdasarkan sdki dalam bentuk tabel mencakup analasisi diagnosis etiologi dan urut berdasarkana prioritas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan pengkajian psikososial yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai, diurutkan berdasarkan prioritas:
| Diagnosis Keperawatan | Analisis | Etiologi |
| --- | --- | --- |
| 1. Gangguan Citra Tubuh | Pasien merasa sakitnya mengganggu aktivitas dan merepotkan keluarga serta orang lain. Pasien belum dapat menerima kondisi tubuhnya saat ini. | Perubahan fungsi tubuh akibat penyakit |
| 2. Kesiapan Peningkatan Konsep Diri | Pasien berharap dapat segera sembuh dan kembali beraktivitas seperti semula. Namun, pasien merasa tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit. | Perubahan peran dan fungsi akibat penyakit |
| 3. Kesiapan Peningkatan Ketenangan Spiritual | Pasien menganggap Tuhan dan agama penting dalam hidupnya. Pasien berdoa untuk mengatasi masalah yang dihadapi. | Penyakit yang dirasakan sebagai cobaan dari Tuhan |
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Citra Tubuh:
- Pasien dapat menerima perubahan kondisi tubuhnya.
- Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan citra tubuh.
- Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk pemulihan.
2. Kesiapan Peningkatan Konsep Diri:
- Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan potensi dirinya.
- Pasien dapat mengekspresikan perasaan positif terhadap diri sendiri.
- Pasien dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan diri.
3. Kesiapan Peningkatan Ketenangan Spiritual:
- Pasien dapat mengekspresikan keyakinan dan nilai-nilai spiritual.
- Pasien dapat menemukan makna dan tujuan hidup.
- Pasien dapat merasakan dukungan spiritual dari orang-orang terdekat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Citra Tubuh:
- Fasilitasi diskusi tentang perubahan citra tubuh akibat penyakit.
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran terkait perubahan citra tubuh.
- Kolaborasi dengan ahli gizi dan fisioterapis untuk membantu pasien beradaptasi dengan perubahan.
2. Kesiapan Peningkatan Konsep Diri:
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan dirinya.
- Dorong pasien untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan diri.
- Libatkan keluarga dalam mendukung peningkatan konsep diri pasien.
3. Kesiapan Peningkatan Ketenangan Spiritual:
- Fasilitasi pasien untuk mengekspresikan keyakinan dan nilai-nilai spiritualnya.
- Kolaborasi dengan pemuka agama untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan spiritual kepada pasien.
Dengan pendekatan holistik mencakup aspek psikologis, sosial, dan spiritual, diharapkan asuhan keperawatan dapat membantu pasien mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 7144 | 26 Nov 2024
Klinis : Pengkajian Psikososial Identitas Klien Nama : Ny. A Usia : 57 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Wlingi, Blitar Sumber informasi : Pasien, Keluarga, dan RM No. Telepon : - Status pernikahan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Lama bekerja : >10 tahun No. RM : 11599899 Tgl. Masuk : 26 April 2024 Tgl. Pengkajian : 29 April 2024 Nama klg. dekat yg bisa dihubungi: Ny. A Status : Kaka Alamat : Wlingi, Blitar No. Telepon : 08121012xxxx Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pola Toleransi-Koping Stres Pengambilan keputusan: Dibantu oleh suami dan keluarga Masalah utama terkait perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll): Pembayaran memakai JKN Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Bercerita kepada keluarga dan berdoa Harapan setelah menjalani perawatan: Pasien berharap dapat beraktivitas sehari-hari seperti semula Perubahan yang dirasakan setelah sakit: Tidak dapat melakukan aktivitas seperti sebelum sakit Konsep Diri Gambaran diri: Pasien berharap dapat segera sembuh dari penyakitnya Ideal diri: Pasien merasa seharusnya masih bisa bekerja dan beraktivitas secara normal Harga diri: Pasien merasa sakitnya mengganggu aktivitas dan merepotkan keluarga serta orang lain Peran: Pasien adalah seorang istri dan ibu dari dua anak Identitas diri: Tidak ada gangguan orientasi seksual, pasien menyadari dirinya sebagai seorang perempuan Pola Peran dan Hubungan Peran dalam keluarga: Sebagai istri dan ibu. Sistem pendukung: Suami, anak, dan saudara Masalah dalam keluarga: Tidak ada Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: Selama sakit pasien dijaga oleh suami dan kakaknya Upaya mengatasi masalah: Tidak ada Pola Komunikasi Kemampuan bicara: Normal Tempat tinggal: Tinggal bersama suami dan anak. Kehidupan keluarga: Adat istiadat yang dianut: Islam Pantangan dalam agama: Tidak ada Penghasilan keluarga: Lebih dari 2 juta per bulan Pola Nilai dan Kepercayaan Pentingnya Tuhan, agama, atau kepercayaan: Pasien menganggap penting Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Sholat Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: - Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: - Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya Keluarga dan pasien memahami kondisi sakitnya saat ini dan berpikir harus diterima dengan sabar karena merupakan cobaan dari Allah Perencanaan Pulang Tujuan Pulang: Perawatan dirumah Transportasi Pulang: Mobil, dijemput keluarga Dukungan Keluarga: Keluarga memperhatikan pasien dan mendukung pasien selama sakit Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: Biaya pengobatan dari BPJS (peserta JKN) Buatkan diagnosis keperawatan bagian psikologi urut prioritas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan pengkajian psikososial yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan bagian psikologi yang dapat dirumuskan sesuai dengan urutan prioritas, serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
1. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik akibat penyakit.
- SDKI: Defisit Perawatan Diri adalah ketidakmampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan satu atau lebih aktivitas perawatan diri.
- SLKI: Perawatan Diri adalah kemampuan individu untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- SIKI: Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan adalah Bantuan Perawatan Diri, Latihan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari, dan Edukasi Perawatan Diri.
2. Perubahan Konsep Diri berhubungan dengan penurunan kemampuan fungsional akibat penyakit.
- SDKI: Perubahan Konsep Diri adalah persepsi individu yang berubah tentang dirinya sendiri.
- SLKI: Konsep Diri adalah gambaran atau persepsi individu tentang dirinya sendiri.
- SIKI: Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pengkajian Konsep Diri, Terapi Aktivitas Kelompok, dan Bimbingan Konseling.
3. Risiko Ketidakefektifan Koping berhubungan dengan masalah kesehatan dan keterbatasan dalam aktivitas.
- SDKI: Risiko Ketidakefektifan Koping adalah risiko individu untuk mengalami kesulitan dalam mengadaptasi diri terhadap stressor.
- SLKI: Koping Efektif adalah kemampuan individu untuk beradaptasi secara efektif terhadap stressor.
- SIKI: Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan adalah Dukungan Emosional, Terapi Relaksasi, dan Manajemen Stres.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang digunakan di Indonesia.
Ketiga sistem ini dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 6938 | 25 Nov 2024
Klinis : pasien dhf dengan diagnosis risiko pendarahan b.d Gangguan koagulasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan demam berdarah dengue (DHF) dengan risiko perdarahan terkait gangguan koagulasi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Pendarahan berhubungan dengan Gangguan Koagulasi
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Risiko Pendarahan: Keadaan di mana individu rentan mengalami kehilangan darah yang tidak terkendali.
- Penyebab: Gangguan Koagulasi, yang merupakan kondisi di mana terjadi gangguan pada sistem pembekuan darah.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi pendarahan, Tanda-tanda vital dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Pemantauan tanda-tanda vital, Pemantauan perdarahan, Pemberian terapi antikoagulan jika diperlukan, Edukasi tentang risiko pendarahan dan pengendaliannya.
Kesimpulan:
Pasien dengan demam berdarah dengue memiliki risiko pendarahan yang terkait dengan gangguan koagulasi. Perawat perlu melakukan pemantauan ketat, intervensi yang tepat, serta edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mencegah dan mengendalikan risiko pendarahan yang dapat terjadi.