Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5205 | 10 Nov 2024
Klinis : Tn. Tan Peng Liang (66 th), diagnose medis; gastitris kronis dan Tn Klaus (46 th), diagnose medis vertigo. Tn. Tan Peng Liang sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tsb. Sd. hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Tn. Tan Peng Liang memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Tn Klaus hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya, Tn. Klaus mengeluh tidak bisa tidur dimalam hari karena Tn. Tan Peng Liang setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga setelah lampu dimatikan (oleh Tn. Klaus) dimalam hari Tn. Tan Peng Liang sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sd.tertidur dan tidak mematikan lampu. Tn. Klaus berusaha tidur dengan lampu terang, tapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Tn. Klaus sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Tn.Tan Peng Liang tentang lampu ini, tapi Tn. Tan Peng Liang menjawab “ Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur, kalau kurang tidur, asam lambungku naik” Tn. Klaus juga terganggu dengan dengkuran Tn. Tan Peng Liang. Tn. Klaus minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R.VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tapi Tn.Klaus keberatan karena masalah biaya. Tn. Tan Peng Liang juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun dimalam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh. “ Tn. Tan Peng Liang juga keberatan dengan kebiasaan Tn. Klaus yang suka menyalakan/nonton acara music, sementara Tn. Tan Peng Liang tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik Tn. Tan Peng Liang TD: 120/90 mmhg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Tn. Klaus TD. 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali. Pertanyaan. 1. Sebutkan pengkajian data lebih lanjut yang harus dikaji dari Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus 2. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus 3. Diagnosa keperawatan (minimal 3) yang muncul pada Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus 4. Buat rencana asuhan keperawatan untuk 2 diagnosa keperawatan prioritas untuk Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus, yang tdd 1. Tujuan 2. Rencana intervensi dan rasional tindakan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: 1. Pengkajian Data Lebih Lanjut:
Tn. Tan Peng Liang:
- Kebiasaan tidur dan pola tidur sebelum sakit
- Riwayat penyakit gastritis kronis (durasi, gejala, penanganan sebelumnya)
- Pengaruh kondisi gastritis terhadap pola istirahat/tidur
- Persepsi dan sikap Tn. Tan Peng Liang terhadap masalah tidur dan penerangan lampu
Tn. Klaus:
- Riwayat penyakit vertigo (durasi, gejala, penanganan sebelumnya)
- Pengaruh kondisi vertigo terhadap pola istirahat/tidur
- Persepsi dan sikap Tn. Klaus terhadap masalah tidur dan penerangan lampu
- Kemampuan Tn. Klaus dalam mengatur lingkungan untuk mendukung tidur
2. Masalah Keperawatan:
Tn. Tan Peng Liang:
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan gastritis kronis dan kebiasaan menyalakan lampu
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gastritis kronis
Tn. Klaus:
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan vertigo dan lingkungan kamar yang tidak mendukung
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan vertigo
3. Diagnosa Keperawatan:
Tn. Tan Peng Liang:
1. Gangguan pola tidur
2. Intoleransi aktivitas
3. Risiko jatuh
Tn. Klaus:
1. Gangguan pola tidur
2. Intoleransi aktivitas
3. Ketidaknyamanan lingkungan
4. Rencana Asuhan Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan Prioritas 1: Gangguan Pola Tidur
Tn. Tan Peng Liang:
Tujuan:
- Pasien dapat tidur dengan baik tanpa menyalakan lampu sepanjang malam
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat
Rencana Intervensi:
1. Kaji kebiasaan tidur dan pola tidur pasien sebelum sakit
2. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengatasi gangguan tidur
3. Buat jadwal tidur dan bangun yang teratur
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatur pengobatan gastritis agar tidak mengganggu tidur
5. Edukasi pasien dan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur (suhu, pencahayaan, ketenangan)
6. Monitor dan evaluasi pola tidur pasien secara berkala
Rasional:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur pasien
- Memberikan intervensi non-farmakologis untuk mengatasi gangguan tidur
- Menjaga konsistensi pola tidur untuk mempertahankan kualitas tidur yang baik
- Mengelola kondisi medis yang mempengaruhi tidur
- Memodifikasi lingkungan untuk mendukung tidur yang nyenyak
- Memantau efektivitas intervensi dalam meningkatkan pola tidur pasien
Tn. Klaus:
Tujuan:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak di lingkungan yang gelap dan tenang
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat
Rencana Intervensi:
1. Kaji pola tidur pasien sebelum sakit dan faktor-faktor yang mengganggu tidur
2. Kolaborasi dengan tim medis untuk menangani kondisi vertigo agar tidak mengganggu tidur
3. Fasilitasi pasien untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tidur (suhu, pencahayaan, ketenangan)
4. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengatasi gangguan tidur
5. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya tidur yang nyenyak
6. Monitor dan evaluasi pola tidur pasien secara berkala
Rasional:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur pasien
- Mengelola kondisi medis yang mempengaruhi tidur
- Memodifikasi lingkungan untuk mendukung tidur yang nyenyak
- Memberikan intervensi non-farmakologis untuk mengatasi gangguan tidur
- Memberikan edukasi untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga
- Memantau efektivitas intervensi dalam meningkatkan pola tidur pasien -
Article No. 5206 | 10 Nov 2024
Klinis : Tn. Tan Peng Liang (66 th), diagnose medis; gastitris kronis dan Tn Klaus (46 th), diagnose medis vertigo. Tn. Tan Peng Liang sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tsb. Sd. hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Tn. Tan Peng Liang memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Tn Klaus hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya, Tn. Klaus mengeluh tidak bisa tidur dimalam hari karena Tn. Tan Peng Liang setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga setelah lampu dimatikan (oleh Tn. Klaus) dimalam hari Tn. Tan Peng Liang sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sd.tertidur dan tidak mematikan lampu. Tn. Klaus berusaha tidur dengan lampu terang, tapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Tn. Klaus sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Tn.Tan Peng Liang tentang lampu ini, tapi Tn. Tan Peng Liang menjawab “ Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur, kalau kurang tidur, asam lambungku naik” Tn. Klaus juga terganggu dengan dengkuran Tn. Tan Peng Liang. Tn. Klaus minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R.VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tapi Tn.Klaus keberatan karena masalah biaya. Tn. Tan Peng Liang juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun dimalam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh. “ Tn. Tan Peng Liang juga keberatan dengan kebiasaan Tn. Klaus yang suka menyalakan/nonton acara music, sementara Tn. Tan Peng Liang tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik Tn. Tan Peng Liang TD: 120/90 mmhg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Tn. Klaus TD. 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali. Pertanyaan. 1. Sebutkan pengkajian data lebih lanjut yang harus dikaji dari Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus 2. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus 3. Diagnosa keperawatan (minimal 3) yang muncul pada Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus dan luaran 4. Buat rencana asuhan keperawatan untuk 2 diagnosa keperawatan prioritas untuk Tn. Tan Peng Liang dan Tn. Klaus, yang tdd 1. Tujuan 2. Rencana intervensi dan rasional tindakan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
1. Pengkajian data lebih lanjut yang harus dikaji:
Tn. Tan Peng Liang:
- Riwayat penyakit gastritis kronis (durasi, gejala, pengobatan sebelumnya)
- Pola tidur (lama tidur, kualitas tidur, kebiasaan sebelum tidur, faktor yang mempengaruhi tidur)
- Pemeriksaan fisik lebih lanjut terkait sistem gastrointestinal
Tn. Klaus:
- Riwayat penyakit vertigo (durasi, faktor pencetus, pengobatan sebelumnya)
- Pola tidur (lama tidur, kualitas tidur, faktor yang mempengaruhi tidur)
- Pemeriksaan fisik lebih lanjut terkait sistem neurologis
2. Masalah keperawatan yang muncul:
Tn. Tan Peng Liang:
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan kebiasaan membaca sebelum tidur dan kesulitan untuk mematikan lampu
- Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan mual dan risiko jatuh saat ke toilet di malam hari
Tn. Klaus:
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan pencahayaan yang tidak sesuai dan kebiasaan tidur Tn. Tan Peng Liang
- Distres spiritual berhubungan dengan keterbatasan finansial untuk pindah ruangan
3. Diagnosa Keperawatan dan Luaran:
Tn. Tan Peng Liang:
1. Gangguan pola tidur (SDKI) berhubungan dengan kebiasaan membaca sebelum tidur dan kesulitan mematikan lampu
- Luaran: Pemulihan pola tidur (SLKI)
2. Risiko gangguan integritas kulit (SDKI) berhubungan dengan mual dan risiko jatuh saat ke toilet di malam hari
- Luaran: Pemeliharaan integritas kulit (SLKI)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI) berhubungan dengan mual
- Luaran: Keseimbangan nutrisi (SLKI)
Tn. Klaus:
1. Gangguan pola tidur (SDKI) berhubungan dengan pencahayaan yang tidak sesuai dan kebiasaan tidur Tn. Tan Peng Liang
- Luaran: Pemulihan pola tidur (SLKI)
2. Distres spiritual (SDKI) berhubungan dengan keterbatasan finansial untuk pindah ruangan
- Luaran: Kesejahteraan spiritual (SLKI)
3. Risiko jatuh (SDKI) berhubungan dengan vertigo
- Luaran: Bebas jatuh (SLKI)
4. Rencana Asuhan Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan Prioritas 1: Gangguan pola tidur
Tujuan: Pasien dapat mencapai pola tidur yang adekuat dalam waktu 3 hari.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji pola tidur pasien, durasi tidur, dan faktor-faktor yang mempengaruhi tidur (SIKI)
- Rasional: Untuk mendapatkan data dasar dan mengidentifikasi masalah terkait pola tidur.
2. Atur lingkungan kamar agar kondusif untuk tidur, seperti pencahayaan, suhu, dan kebisingan (SIKI)
- Rasional: Untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan mengurangi faktor-faktor yang dapat mengganggu tidur.
3. Ajarkan teknik relaksasi sebelum tidur, seperti deep breathing atau visualisasi (SIKI)
- Rasional: Untuk membantu pasien lebih rileks dan memfasilitasi tidur yang berkualitas.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologi, jika diperlukan (SIKI)
- Rasional: Untuk membantu memfasilitasi tidur yang adekuat, jika intervensi non-farmakologis tidak cukup.
Diagnosa Keperawatan Prioritas 2: Distres spiritual
Tujuan: Pasien dapat menunjukkan peningkatan kesejahteraan spiritual dalam waktu 3 hari.
Intervensi dan Rasional:
1. Kaji kebutuhan spiritual pasien, keyakinan, dan sumber koping spiritual (SIKI)
- Rasional: Untuk memahami latar belakang dan kebutuhan spiritual pasien.
2. Fasilitasi pasien dalam menjalankan praktik spiritual/keagamaan yang biasa dilakukan (SIKI)
- Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien dan membantu mengatasi distres.
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya rohaniawan) untuk memberikan dukungan spiritual (SIKI)
- Rasional: Untuk memberikan dukungan spiritual yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Berikan informasi dan diskusikan opsi-opsi yang dapat membantu pasien mengatasi masalah finansial (SIKI)
- Rasional: Untuk membantu pasien menemukan solusi atas kendala finansial yang dihadapi. -
Article No. 5207 | 10 Nov 2024
Klinis : kebutuhan nutrisi kurang dari tubuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kebutuhan nutrisi kurang dari tubuh.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Utama: Berat badan di bawah rentang normal, riwayat penurunan berat badan, perubahan fungsi tubuh, dan/atau tanda-tanda kekurangan nutrisi.
- Faktor Terkait: Anoreksia, depresi, mual, dan/atau masalah psikologis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien menunjukkan status nutrisi yang adekuat, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, dan dapat mempertahankan berat badan dalam rentang normal.
- Indikator: Berat badan sesuai standar, asupan makan yang adekuat, tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi, dan tidak ada perubahan fungsi tubuh.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama: Manajemen nutrisi, edukasi gizi, dan pemantauan status nutrisi.
- Tindakan Keperawatan: Mengkaji status nutrisi, menyusun rencana diet yang sesuai, memfasilitasi asupan nutrisi yang adekuat, dan memberikan edukasi tentang kebutuhan nutrisi yang tepat.
Dalam konteks akademis dan sebagai pakar perawat, diagnosa keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh menggambarkan kondisi pasien yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuhnya. Diagnosa ini membutuhkan intervensi keperawatan yang komprehensif, termasuk manajemen nutrisi, edukasi gizi, dan pemantauan status nutrisi, sehingga pasien dapat mencapai status nutrisi yang adekuat dan mempertahankan berat badan dalam rentang normal. -
Article No. 5208 | 10 Nov 2024
Klinis : konstipasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Konstipasi
Sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut penjelasan singkat mengenai kondisi konstipasi:
Definisi:
Konstipasi adalah kondisi di mana seseorang memiliki kesulitan dalam buang air besar, dengan frekuensi yang lebih sedikit dari normal dan konsistensi feses yang keras.
Penyebab:
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan konstipasi antara lain pola makan yang tidak sehat, kurang cairan, kurang aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan tertentu, dan kondisi medis lainnya.
Gejala:
Gejala konstipasi meliputi frekuensi buang air besar yang menurun, feses yang keras dan sulit dikeluarkan, rasa penuh di perut, mual, dan kesulitan dalam buang air besar.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan SDKI, diagnosa keperawatan untuk kondisi konstipasi adalah "Konstipasi".
Luaran Keperawatan (SLKI):
Sesuai SLKI, luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan konstipasi adalah:
1. Frekuensi buang air besar normal
2. Konsistensi feses normal
3. Rasa penuh di perut berkurang
4. Kenyamanan meningkat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi meliputi:
1. Manajemen Konstipasi
2. Peningkatan Aktivitas
3. Edukasi Gizi
4. Terapi Relaksasi
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif, merencanakan intervensi yang sesuai, dan melakukan pemantauan yang ketat untuk memastikan pasien dapat mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. -
Article No. 5209 | 10 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien, laki-laki Tn L, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan batuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, batuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan obat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan ¼ porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet TKTP. TB: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA: 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab “yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena batuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri. Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak berwarna kuning. Selama di rawat pasien mengatakan sudah 5 hari tidak BAB, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6 – 8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV: TD 90/60 mmHg, S 36C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/Dl Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/uL Ht: 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6,4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92 % Limfosit: 20,0% Monosit: 7,7% Jumlah Eosinofil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13,0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal : 0,7 – 1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 ( S,P) (normal : -/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB : hasil probe A,B,C,D,E positif ( normal : negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven + pulmicor/ 8 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Tn. L, berusia 54 tahun, mengalami kondisi yang berkaitan dengan tuberculosis paru (TB paru). Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif (SLKI: Pola Napas)
Ditandai dengan pasien mengalami sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk dengan sedikit lendir keluar.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SLKI: Status Nutrisi)
Ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan (dari 68 kg menjadi 52,2 kg), asupan makanan yang kurang, dan keluhan malas makan.
c. Konstipasi (SLKI: Eliminasi Gastrointestinal)
Ditandai dengan pasien mengeluhkan sudah 5 hari tidak BAB, pengeluaran feses lama dan sulit.
d. Kecemasan (SLKI: Regulasi Emosi)
Ditandai dengan pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat dan tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TB paru.
2. Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan yang teridentifikasi terkait dengan SDKI, luaran yang diharapkan sesuai SLKI, dan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan sesuai SIKI. Setiap diagnosa keperawatan memiliki definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan luaran yang diharapkan, serta intervensi spesifik yang dapat dilakukan oleh perawat. -
Article No. 5210 | 10 Nov 2024
Klinis : resiko kekurangan cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko kekurangan cairan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kekurangan Cairan
Definisi:
Risiko Kekurangan Cairan adalah keadaan di mana individu rentan mengalami pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
Penyebab:
1. Peningkatan kehilangan cairan (misal: diare, muntah, demam, perdarahan, diuresis osmotik)
2. Intake cairan yang tidak adekuat
3. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan (misal: usia lanjut, penyakit kronis, obat-obatan)
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi Metabolisme
- Kelas: Keseimbangan Cairan
- Kode: 00028
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi Metabolisme
- Kelas: Keseimbangan Cairan
- Luaran: Keseimbangan Cairan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi Metabolisme
- Kelas: Keseimbangan Cairan
- Intervensi:
1. Monitor intake dan output cairan
2. Pantau tanda-tanda dehidrasi
3. Fasilitasi asupan cairan yang adekuat
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk terapi cairan jika diperlukan
Sebagai pakar keperawatan, saya memahami bahwa risiko kekurangan cairan merupakan kondisi yang serius dan membutuhkan penanganan yang tepat. Pemantauan keseimbangan cairan, pemberian cairan yang adekuat, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul. Sangat penting bagi perawat untuk memahami dan mengimplementasikan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 5211 | 10 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien, laki-laki Tn L, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan batuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, batuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan obat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan ¼ porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet TKTP. TB: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA: 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab “yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena batuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri. Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak berwarna kuning. Selama di rawat pasien mengatakan sudah 5 hari tidak BAB, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6 – 8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV: TD 90/60 mmHg, S 36C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/Dl Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/uL Ht: 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6,4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92 % Limfosit: 20,0% Monosit: 7,7% Jumlah Eosinofil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13,0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal : 0,7 – 1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 ( S,P) (normal : -/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB : hasil probe A,B,C,D,E positif ( normal : negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven + pulmicor/ 8 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum Wr Wb. Berdasarkan informasi yang Anda berikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Tn L, laki-laki berusia 54 tahun, mengalami kondisi yang sesuai dengan diagnosis keperawatan Tuberkulosis Paru. Berikut adalah penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ini:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan sekret dan inflamasi saluran napas.
2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan.
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan sekret yang berlebihan.
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi terkait penyakit Tuberkulosis Paru.
5. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan oksigenasi.
6. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan gejala sakit.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
2. Kekurangan Volume Cairan: Penurunan jumlah cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran napas.
4. Kurang Pengetahuan: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
5. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
6. Gangguan Pola Tidur: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif, Bersihan Jalan Napas Efektif, Perfusi Jaringan Perifer Efektif.
2. Keseimbangan Cairan, Nutrisi Adekuat.
3. Pengetahuan Perawatan Diri Meningkat, Kepatuhan Pengobatan Meningkat.
4. Pola Tidur Membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas, Manajemen Ventilasi, Manajemen Oksigenasi.
2. Manajemen Cairan, Manajemen Nutrisi.
3. Edukasi Kesehatan, Manajemen Regimen Terapeutik.
4. Manajemen Lingkungan: Tidur, Manajemen Nyeri.
Semoga informasi ini bermanfaat. Apabila ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan. -
Article No. 5212 | 10 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien, laki-laki Tn L, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan batuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, batuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan obat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan ¼ porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet TKTP. TB: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA: 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab “yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena batuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri. Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak berwarna kuning. Selama di rawat pasien mengatakan sudah 5 hari tidak BAB, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6 – 8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV: TD 90/60 mmHg, S 36C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/Dl Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/uL Ht: 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6,4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92 % Limfosit: 20,0% Monosit: 7,7% Jumlah Eosinofil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13,0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal : 0,7 – 1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 ( S,P) (normal : -/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB : hasil probe A,B,C,D,E positif ( normal : negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven + pulmicor/ 8 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Intoleransi aktivitas
3. Kekurangan volume cairan
4. Konstipasi
5. Kecemasan
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif:
SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI: Peningkatan kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi pemeliharaan jalan napas yang terbuka dengan cara membersihkan sekresi atau obstruksi.
2. Intoleransi aktivitas:
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik atau psikologis.
SLKI: Peningkatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
3. Kekurangan volume cairan:
SDKI: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
SLKI: Peningkatan keseimbangan cairan.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan keseimbangan cairan.
4. Konstipasi:
SDKI: Penurunan frekuensi pengeluaran feses, yang menyebabkan pengumpulan feses.
SLKI: Peningkatan pengeluaran feses.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi peningkatan pengeluaran feses.
5. Kecemasan:
SDKI: Respon emosional dan fisiologis terhadap ancaman yang dirasakan, baik nyata maupun dibayangkan.
SLKI: Peningkatan kemampuan untuk mengatasi kecemasan.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien dalam mengatasi kecemasan.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan ini menggambarkan masalah kesehatan yang dialami oleh pasien Tn. L, yang terkait dengan kondisi pernapasan, aktivitas, keseimbangan cairan, eliminasi, dan aspek psikologis. Intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar PPNI dapat dilakukan untuk membantu pasien dalam mengatasi masalah-masalah tersebut. -
Article No. 5213 | 10 Nov 2024
Klinis : Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka, adanya eksudat, dan gangguan sirkulasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi terkait diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Risiko Infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka, adanya eksudat, dan gangguan sirkulasi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah keadaan rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan Risiko Infeksi antara lain adanya luka terbuka, eksudat, dan gangguan sirkulasi yang dapat menurunkan sistem imun dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Risiko Infeksi adalah pasien dapat mengenali tanda dan gejala infeksi, dapat menjaga kebersihan luka, dan dapat menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mencegah infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Risiko Infeksi antara lain:
1. Manajemen Luka: Melakukan perawatan luka secara aseptik, menggunakan teknik steril, memantau tanda-tanda infeksi, dan mengatur lingkungan yang bersih.
2. Manajemen Infeksi: Memantau tanda-tanda infeksi, memberikan edukasi terkait pencegahan infeksi, dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan.
3. Peningkatan Imunitas: Memantau status imun pasien, memberikan nutrisi yang adekuat, dan memfasilitasi istirahat yang cukup.
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan dan standar PPNI terkait Risiko Infeksi. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 5214 | 10 Nov 2024
Klinis : Gangguan Integritas Kulit / Jaringan berhubungan dengan Neuropati Perifer dan Gangguan Sirkulasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Neuropati Perifer dan Gangguan Sirkulasi, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit / Jaringan
Penjelasan:
Gangguan Integritas Kulit / Jaringan adalah kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit dan jaringan yang dapat disebabkan oleh faktor internal (misalnya neuropati perifer) dan eksternal (misalnya gangguan sirkulasi). Kondisi ini dapat berdampak pada fungsi protektif, sensitif, dan termoregulasi kulit.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kerusakan atau perubahan pada struktur dan fungsi kulit atau jaringan yang dapat berdampak pada fungsi protektif, sensitif, dan termoregulasi.
Karakteristik Definisi: Perubahan warna, tekstur, dan integritas kulit/jaringan; Ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri; Nyeri; Perubahan suhu kulit; Pembentukan luka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Integritas Kulit / Jaringan Membaik, Nyeri Berkurang, Kemampuan Perawatan Diri Meningkat, Sirkulasi Membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Perawatan Luka, Manajemen Nyeri, Peningkatan Sirkulasi, Peningkatan Perawatan Diri.
Secara umum, penanganan keperawatan untuk kondisi ini ditujukan untuk memperbaiki integritas kulit/jaringan, mengurangi nyeri, meningkatkan kemampuan perawatan diri, dan memperbaiki sirkulasi, yang dapat dilakukan melalui kombinasi intervensi keperawatan yang komprehensif.