Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5192 | 10 Nov 2024
Klinis : Pasien A (66 th), diagnosa medis: gastritis kronis dan Pasien B (46 th), diagnosa medis vertigo. Pasien A sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tersebut. Sudah hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Pasien A memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Pasien B hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya; Pasien B mengeluh tidak bisa tidur di malam hari karena Pasien A setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga, setelah lampu dimatikan (oleh Pasien B) di malam hari, Pasien A sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sampai tertidur dan tidak mematikan lampu. Pasien B berusaha tidur dengan lampu terang, tetapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Pasien B sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Pasien A tentang lampu ini, tetapi Pasien A menjawab, “Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur. Jika kurang tidur, asam lambungku naik.” Pasien B juga terganggu dengan dengkuran Pasien A. Pasien B minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R. VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tetapi Pasien B keberatan karena masalah biaya. Pasien A juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun di malam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh.” Pasien A juga keberatan dengan kebiasaan Pasien B yang suka menyalakan/monton acara musik, sementara Pasien A tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik: Pasien A; TD: 120/90 mmHg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Pasien B; TD: 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali. sebutkan 5 diagnosis dari pasien b
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan 5 diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi Pasien B (46 tahun) dengan vertigo berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
1. Insomnia berhubungan dengan gangguan lingkungan (pencahayaan yang tidak sesuai) yang ditandai dengan pasien sulit memulai dan mempertahankan tidur.
- SDKI: Insomnia
- SLKI: Pola Tidur Teratasi
- SIKI: Manajemen Lingkungan: Nyaman
2. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan dan vertigo yang ditandai dengan pasien mengalami pusing saat berdiri atau bergerak.
- SDKI: Risiko Jatuh
- SLKI: Bebas Jatuh
- SIKI: Manajemen Risiko Jatuh
3. Nyeri berhubungan dengan vertigo yang ditandai dengan pasien mengeluh pusing dan rasa berputar di kepala.
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Nyeri Terkendali
- SIKI: Manajemen Nyeri
4. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakcocokan gaya hidup dengan pasien lain yang ditandai dengan pasien merasa terganggu dengan kebiasaan pasien lain.
- SDKI: Gangguan Interaksi Sosial
- SLKI: Interaksi Sosial Efektif
- SIKI: Fasilitasi Interaksi Sosial
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan vertigo yang ditandai dengan pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- SLKI: Perawatan Diri Adekuat
- SIKI: Pelatihan Perawatan Diri
Dalam memberikan diagnosa keperawatan, perawat harus mempertimbangkan masalah kesehatan yang dialami pasien, tanda dan gejala yang muncul, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diagnosa keperawatan yang tepat akan membantu perawat dalam menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 5193 | 10 Nov 2024
Klinis : Pasien A (66 th), diagnosa medis: gastritis kronis dan Pasien B (46 th), diagnosa medis vertigo. Pasien A sudah lebih dahulu dirawat di ruangan tersebut. Sudah hari ini, mereka sudah 2 hari berturut-turut dirawat di ruangan yang sama. Pasien A memiliki kebiasaan membaca sebelum tidur dan Pasien B hanya bisa tidur nyenyak dalam kondisi ruangan gelap gulita. Suatu pagi, Ns. Dinda mengkaji keduanya; Pasien B mengeluh tidak bisa tidur di malam hari karena Pasien A setelah membaca langsung tertidur dan tidak mematikan lampu. Juga, setelah lampu dimatikan (oleh Pasien B) di malam hari, Pasien A sering menyalakan lampu karena ke toilet, lanjut membaca koran sampai tertidur dan tidak mematikan lampu. Pasien B berusaha tidur dengan lampu terang, tetapi tidak bisa. Cahaya lampu membuat vertigonya tidak berkurang. Pasien B sudah pernah menyampaikan keberatannya kepada Pasien A tentang lampu ini, tetapi Pasien A menjawab, “Kalau aku bergerak untuk mematikan lampu, rasa kantuk ini akan hilang, dan sulit kembali tidur. Jika kurang tidur, asam lambungku naik.” Pasien B juga terganggu dengan dengkuran Pasien A. Pasien B minta pindah kamar. Namun, saat itu ruang rawat kelas 1 sedang penuh. Ns. Dinda menawarkan untuk pindah ke R. VIP supaya bisa beristirahat dengan tenang, tetapi Pasien B keberatan karena masalah biaya. Pasien A juga mengeluh terganggu dengan lampu yang gelap gulita. “Saya kadang terbangun di malam hari karena ingin BAK, saya nyalakan lampu besar karena penglihatan saya sudah berkurang, takut jatuh.” Pasien A juga keberatan dengan kebiasaan Pasien B yang suka menyalakan/monton acara musik, sementara Pasien A tidak suka ada suara-suara. Hasil pemeriksaan fisik: Pasien A; TD: 120/90 mmHg, nadi 88x/menit, rr=20x/menit. Mual (+), muntah (-), makan minum bebas. Mengeluh sulit tidur kembali jika terbangun. Pasien B; TD: 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, pusing (+), kepala berputar (+). Mengeluh dalam 24 jam terakhir, tidak bisa tidur sama sekali. sebutkan 5 diagnosis dari pasien b dengan tepat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan menganalisis kondisi pasien B berdasarkan standar Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien B (46 tahun) dengan diagnosa medis vertigo, mengalami beberapa masalah keperawatan. Lima diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk pasien B adalah:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Pola Tidur Terganggu
- SIKI: Manajemen Gangguan Tidur
Pasien B mengeluh tidak bisa tidur di malam hari karena terganggu oleh cahaya lampu dan suara dari pasien A. Hal ini berdampak pada istirahat dan pemulihan pasien.
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Toleransi Aktivitas Menurun
- SIKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
Pasien B mengalami vertigo yang menyebabkan dirinya tidak dapat beraktivitas secara normal. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Kecemasan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Tingkat Kecemasan Menurun
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Pasien B merasa cemas dengan kondisi vertigo yang dialaminya, terutama saat mencoba tidur dalam kondisi ruangan yang gelap. Hal ini dapat menambah perburukan kondisi pasien.
4. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Gangguan Mobilitas Fisik
- SLKI: Mobilitas Fisik Membaik
- SIKI: Peningkatan Mobilitas
Vertigo yang dialami pasien B dapat membatasi kemampuan mobilitas fisiknya, sehingga ia merasa kesulitan untuk beraktivitas.
5. Perubahan Persepsi Sensori: Pengelihatan
- SDKI: Perubahan Persepsi Sensori: Pengelihatan
- SLKI: Fungsi Sensori Membaik
- SIKI: Manajemen Perubahan Persepsi Sensori
Pasien B merasa terganggu dengan pencahayaan yang terang, yang mempengaruhi kondisi vertigo yang dialaminya. Hal ini perlu dikelola dengan tepat untuk membantu pemulihan pasien.
Dengan mengidentifikasi diagnosis keperawatan yang tepat, Ns. Dinda dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien B mengatasi masalah-masalah yang dialaminya selama perawatan. -
Article No. 5194 | 10 Nov 2024
Klinis : pasien post operasi laparatomi perdarahan hingga 1600ml, tekanan darah 60 per 32 mmhg, nadi 143 kali permenit, irama ekg sinus takikardi, akral dingin, pucat produksi drain 100mlper jam, produksi urin 0.3mlperkgbbperjam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
1. Penurunan Volume Cairan Tubuh Berhubungan dengan Perdarahan Pasca Operasi Laparotomi
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Penurunan volume cairan tubuh adalah berkurangnya cairan intra dan ekstravaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang sesuai.
2. Perfusi Jaringan: Kemampuan untuk mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan: Intervensi untuk mengatur masukan dan pengeluaran cairan tubuh.
2. Manajemen Perdarahan: Intervensi untuk mengendalikan dan mencegah perdarahan.
3. Pemantauan Hemodinamik: Intervensi untuk memantau status kardiovaskular.
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami perdarahan pasca operasi laparotomi dengan tanda-tanda hipovolemia (tekanan darah rendah, nadi cepat, akral dingin, pucat, produksi urin rendah), diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Penurunan Volume Cairan Tubuh Berhubungan dengan Perdarahan Pasca Operasi Laparotomi. -
Article No. 5195 | 10 Nov 2024
Klinis : pasien paska operasi laparatomi terdapat perdarahan 1600ml tekanan darah 60/32mmhg nadi 140kali/menit irama ekg sinus takikardi akral dingin pucat produksi drain 100ml/jam produksi urin 0.3ml/kgbb/jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipovolemia
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Hipovolemia adalah kondisi kekurangan cairan dan/atau volume darah dalam tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Jaringan Perifer Membaik
2. Tekanan Darah Meningkat
3. Nadi Membaik
4. Urine Meningkat
5. Nyeri Berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Berikan cairan intravena sesuai indikasi
3. Pantau produksi urin
4. Berikan oksigen sesuai indikasi
5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
Pasien dalam kondisi hipovolemia akibat perdarahan pascaoperasi laparatomi dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, pemantauan produksi urin, pemberian oksigen, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi untuk mengatasi hipovolemia dan mempertahankan perfusi jaringan. -
Article No. 5196 | 10 Nov 2024
Klinis : Penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Curah Jantung
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai "Ketidakcukupan jumlah darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh".
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) adalah sebuah acuan resmi yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai panduan dalam menegakkan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengatur tentang hasil/luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang mengatur tentang intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya dapat menjelaskan bahwa Penurunan Curah Jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti gangguan fungsi jantung, gangguan volume darah, atau gangguan kontraktilitas miokard. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah secara efektif, sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi di seluruh tubuh tidak dapat terpenuhi dengan baik.
Penanganan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, serta intervensi untuk meningkatkan kontraktilitas jantung. Evaluasi hasil asuhan keperawatan dapat dilihat dari perbaikan kondisi hemodinamik pasien dan peningkatan toleransi aktivitas. -
Article No. 5197 | 10 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Penyebab: Produksi mukus yang berlebihan, peningkatan usaha napas, dan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Penyebab: Perubahan fungsi paru-paru, kelelahan, dan malnutrisi.
3. Defisit Nutrisi
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia, mual, dan malabsorpsi.
Penjelasan Singkat Standar SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI oleh perawat profesional di Indonesia bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas, terstandarisasi, dan sesuai dengan praktik keperawatan berbasis bukti. -
Article No. 5198 | 10 Nov 2024
Klinis : Pasien berusia 30 tahun dan dibawa ke rumah sakit oleh warga dan keluarga karena pasien merusak rumah tetangga dengan melempari dengan batu, pasien marah-marah tanpa sebab dan tidak tidur selama 7 hari. Setelah dirawat di rumah sakit pasien tampak malu ketika berinteraksi dengan orang lain serta ketakutan kepada orang asing. Pasien sakit sejak tahun 2020 dan selama ini menjalani rawat jalan akan tetapi satu bulan terakhir obatnya tidak diminum karena dibuang ke tempat sampah. Pasien memiliki riwayat cidera kepala 10 tahun yang lalu. Pasien rutin merokok sampai 2 bungkus per hari sejak usia 13 tahun dan saat SMP dan SMA pernah menggunakan narkoba seperti alkohol, ganja dan lexotan. Pasien pernah mencuri dan ketangkap lalu dipukuli massa. Pasien mengaku mendengarkan bisikan-bisikan ada suara yang menyeramkan yang isinya akan membunuh dirinya sehingga membuat pasien selalu ketakutan. Ketika berbicara pasien selalu berubah-ubah topiknya. Pasien terdiagnosis skizofrenia paranoid dengan pengobatan clozapine 1x25mg, Risperidone 3x5mg, dan trihexyphenidyl 3x2mg. Pasien menjalani terapi dzikir di bangsal bersama pasien lainnya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan gangguan persepsi sensori (halusinasi auditori)
2. Isolasi Sosial berhubungan dengan gangguan kepribadian dan keterbatasan kemampuan berinteraksi
3. Ketidakpatuhan Pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang penyakit dan pengobatan
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Perilaku Kekerasan: Kondisi di mana individu menunjukkan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
2. Isolasi Sosial: Kondisi di mana individu mengalami keinginan atau keadaan terisolasi dari orang lain, kurang berinteraksi sosial, dan merasa terasing.
3. Ketidakpatuhan Pengobatan: Kondisi di mana individu tidak mengikuti atau mematuhi pengobatan yang direkomendasikan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Perilaku Kekerasan: Stabilitas perilaku, kontrol perilaku, dan tidak terjadi perilaku kekerasan.
2. Isolasi Sosial: Partisipasi dalam aktivitas sosial, interaksi sosial, dan harga diri.
3. Ketidakpatuhan Pengobatan: Pemahaman tentang pengobatan, kepatuhan terhadap pengobatan, dan tidak terjadi komplikasi akibat ketidakpatuhan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Perilaku Kekerasan: Manajemen perilaku, terapi psikososial, dan terapi lingkungan.
2. Isolasi Sosial: Terapi sosialisasi, terapi kelompok, dan terapi aktivitas.
3. Ketidakpatuhan Pengobatan: Edukasi kesehatan, manajemen pengobatan, dan kolaborasi. -
Article No. 5199 | 10 Nov 2024
Klinis : ulkus diabetikum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ulkus diabetikum.
Diagnosa Keperawatan:
1. Integritas Kulit Terusik berhubungan dengan Neuropati Perifer dan Gangguan Sirkulasi pada Pasien dengan Diabetes Melitus
Penjelasan Singkat:
Integritas Kulit Terusik adalah gangguan pada struktur dan fungsi kulit yang menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan diabetes melitus yang mengalami neuropati perifer dan gangguan sirkulasi. Neuropati perifer menyebabkan hilangnya sensasi pada ekstremitas, sehingga pasien tidak dapat merasakan luka atau trauma pada kulit. Gangguan sirkulasi dapat menghambat penyembuhan luka, sehingga menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Neuropati Perifer, Gangguan Sirkulasi
- Karakteristik: Kerusakan Jaringan Kulit, Luka Terbuka, Nyeri
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Integritas Kulit Membaik, Luka Sembuh, Nyeri Menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Perawatan Luka, Manajemen Nyeri, Peningkatan Sirkulasi, Edukasi Perawatan Kaki
Dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat membantu dalam penanganan pasien dengan ulkus diabetikum secara komprehensif dan sesuai dengan praktik keperawatan yang berpusat pada pasien. -
Article No. 5200 | 10 Nov 2024
Klinis : diagnosa kedua untuk pasien ulkus diabetiku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan, disebabkan keterbatasan fisik dan/atau psikologis. Pada pasien dengan ulkus diabetik, intoleransi aktivitas dapat terjadi akibat adanya luka, nyeri, dan pembatasan mobilitas.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan untuk mempertahankan atau mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
- Karakteristik Utama: Keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari, keterbatasan dalam mobilitas, kelelahan saat beraktivitas.
- Faktor Berhubungan: Penyakit kronis, adanya komplikasi, nyeri, malnutrisi, dan faktor psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan, tidak ada tanda kelelahan berlebih, dan pasien mampu beradaptasi dengan pembatasan aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen aktivitas, peningkatan mobilitas, manajemen nyeri, dan konseling.
Dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas pada pasien dengan ulkus diabetik. -
Article No. 5201 | 10 Nov 2024
Klinis : diagnosa ketiga untuk pasien ulkus diabetikum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan ulkus diabetikum.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah keadaan rentan individu terhadap invasi dan multiplikasi mikroorganisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah diberikan intervensi keperawatan, pasien dengan ulkus diabetikum diharapkan dapat menunjukkan:
a. Tanda-tanda infeksi minimal
b. Proses penyembuhan ulkus yang membaik
c. Tidak terjadi komplikasi infeksi yang dapat membahayakan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi risiko infeksi pada pasien dengan ulkus diabetikum meliputi:
a. Perawatan luka yang tepat, seperti debridement, irigasi, dan aplikasi balutan yang sesuai.
b. Pemberian antibiotik sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas.
c. Pemantauan tanda-tanda infeksi secara berkala.
d. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan dan perawatan luka yang benar.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, ahli gizi, dan ahli kaki diabetik, untuk penanganan komprehensif.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat berperan sebagai pakar dalam mengelola risiko infeksi pada pasien dengan ulkus diabetikum, sehingga dapat mencegah komplikasi yang dapat membahayakan kondisi pasien.