Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 7116 | 26 Nov 2024
Klinis : pemantauan cairan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran asuhan keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pemantauan cairan, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi pemantauan cairan adalah "Risiko Ketidakseimbangan Cairan". Diagnosis ini mencerminkan adanya potensi bahwa pasien dapat mengalami kondisi yang dapat menyebabkan kelebihan atau kekurangan cairan dalam tubuh. Diagnosis ini penting untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko terkait dengan ketidakseimbangan cairan pada pasien.
Luaran Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah "Keseimbangan Cairan Terpelihara". Luaran ini menggambarkan bahwa pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal, dengan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan, dan intake dan output cairan yang seimbang.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran asuhan keperawatan "Keseimbangan Cairan Terpelihara", beberapa intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Pemantauan Cairan: Melakukan pemantauan intake dan output cairan pasien secara rutin, mencatat dan mengevaluasi keseimbangan cairan.
2. Manajemen Cairan: Mengatur pemberian cairan intravena atau oral sesuai dengan kebutuhan pasien, mempertahankan keseimbangan cairan.
3. Edukasi Pasien: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan, tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan, dan cara memonitor intake dan output cairan.
4. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan: Berkolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya untuk mengevaluasi status cairan pasien dan menentukan intervensi yang tepat.
5. Evaluasi dan Penyesuaian Intervensi: Melakukan evaluasi secara berkala dan menyesuaikan intervensi keperawatan sesuai dengan respons pasien untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara holistik, memantau tanda-tanda vital, mengkaji intake dan output cairan, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan keseimbangan cairan pasien terpelihara. -
Article No. 7117 | 26 Nov 2024
Klinis : kateterisasi urine
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi kateterisasi urine.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi kateterisasi urine adalah "Gangguan integritas kulit". Kondisi ini terjadi ketika kateterisasi urine menyebabkan kerusakan pada kulit dan selaput lendir di area sekitar uretra. Gangguan integritas kulit ini dapat menyebabkan risiko infeksi, iritasi, dan bahkan luka pada area tersebut.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Integritas kulit membaik, ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi, iritasi, atau luka di area sekitar uretra.
2. Pasien mampu merawat area kateterisasi dengan benar, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi.
3. Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman terkait prosedur kateterisasi urine dan perawatannya.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Observasi dan Pemantauan:
- Pantau tanda-tanda infeksi, iritasi, atau luka di area sekitar uretra secara berkala.
- Amati karakteristik urine, seperti warna, bau, dan jumlah.
- Pantau tanda-tanda vital pasien, khususnya suhu tubuh.
2. Perawatan Kateter:
- Lakukan perawatan kateter sesuai prosedur yang benar, dengan menjaga kebersihan area dan mencegah kontaminasi.
- Ganti kateter sesuai jadwal atau jika diperlukan.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait perawatan kateter yang tepat.
3. Manajemen Nyeri:
- Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk mengurangi rasa tidak nyaman atau nyeri yang mungkin dirasakan pasien.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk membantu mengelola nyeri.
4. Edukasi dan Konseling:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan area kateterisasi.
- Jelaskan tanda-tanda komplikasi yang harus diperhatikan dan kapan harus segera laporkan ke petugas kesehatan.
- Dorong pasien untuk aktif terlibat dalam perawatan dirinya.
Dengan penerapan diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan kondisi kateterisasi urine dapat mencapai pemulihan yang optimal dan terhindar dari komplikasi yang tidak diinginkan. -
Article No. 7118 | 26 Nov 2024
Klinis : Uraian Kasus Seorang laki-laki (Tn.M), usia 37 tahun dirawat di Unit Perawatan Jantung hari pertama dengan kondisi lemah, sesak nafas dan tampak gelisah. Pasien tampok berbaring dengan posisi semifowler dan terpasang infus NS 10 tetes/mnt serta oksigen nasal canule 2 1pm. Hasil pemeriksaan EKG terbaru menunjukan ST Elevasi I, aVL, V2-V6. Dari dokter yang merawat nuorekomendasikan untuk pasien dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap dan pengukuran enzim jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kasus Tn. M.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Definisi: Aliran darah ke jantung yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan.
- Penyebab: Kerusakan miokard akibat infark miokard akut.
- Tanda dan gejala: Nyeri dada, sesak napas, cyanosis, denyut nadi lemah, penurunan saturasi oksigen.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Kardiak Membaik
- Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak ada keluhan nyeri dada
c. Tidak ada keluhan sesak napas
d. Saturasi oksigen dalam batas normal
e. Tidak ada tanda-tanda gagal jantung
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Kardiak
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan dan terapi lainnya
- Lakukan pemantauan hasil pemeriksaan laboratorium (enzim jantung)
- Bantu pasien untuk beristirahat dan mempertahankan posisi semifowler
- Berikan dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan pasien
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit jantung, diet, aktivitas, dan gaya hidup yang sehat
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
- Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak dipilih karena kondisi pasien menunjukkan gejala-gejala infark miokard akut, seperti nyeri dada, sesak napas, dan perubahan EKG.
- Penyebab utamanya adalah kerusakan miokard akibat infark, yang menyebabkan aliran darah ke jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
- Perfusi Jaringan Kardiak Membaik adalah luaran yang diharapkan setelah diberikan asuhan keperawatan.
- Kriteria hasil mencakup tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada keluhan nyeri dada dan sesak napas, serta tidak ada tanda-tanda gagal jantung.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
- Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk memantau, mengelola, dan memperbaiki perfusi jaringan kardiak pasien.
- Pemantauan tanda-tanda vital, intake-output, dan hasil pemeriksaan laboratorium penting untuk mengevaluasi efektivitas intervensi.
- Pemberian oksigen, posisi semifowler, dan istirahat membantu meningkatkan oksigenasi jaringan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan dan terapi lainnya juga diperlukan.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan terhadap pengobatan serta gaya hidup yang sehat. -
Article No. 7119 | 26 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki (Tn.M), usia 37 tahun dirawat di Unit Perawatan Jantung hari pertama dengan kondisi lemah, sesak nafas dan tampak gelisah. Pasien tampok berbaring dengan posisi semifowler dan terpasang infus NS 10 tetes/mnt serta oksigen nasal canule 2 1pm. Hasil pemeriksaan EKG terbaru menunjukan ST Elevasi I, aVL, V2-V6. Dari dokter yang merawat nuorekomendasikan untuk pasien dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap dan pengukuran enzim jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. M:
a. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada, sesak napas, dan tampak gelisah.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan penyumbatan aliran darah ke jantung yang ditandai dengan hasil EKG menunjukkan elevasi segmen ST pada lead I, aVL, dan V2-V6.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik yang ditandai dengan pasien tampak lemah dan terbaring di tempat tidur.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pasien melaporkan nyeri dada berkurang.
b. Pasien menunjukkan tanda-tanda perbaikan perfusi jaringan jantung, seperti nadi perifer yang teraba baik, ekstremitas hangat, dan tidak ada keluhan sesak napas.
c. Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri dan aktivitas ringan tanpa kelelahan yang berlebihan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen nyeri:
i. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas).
ii. Berikan obat analgesik sesuai instruksi dokter.
iii. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
b. Peningkatan perfusi jaringan jantung:
i. Monitor tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen.
ii. Pertahankan posisi semi-fowler untuk membantu ekspansi paru.
iii. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
iv. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengoptimalkan pengobatan dan perawatan.
c. Peningkatan aktivitas:
i. Kaji tingkat aktivitas pasien dan toleransinya.
ii. Berikan aktivitas sesuai dengan toleransi pasien, seperti latihan ringan di tempat tidur.
iii. Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
iv. Libatkan keluarga dalam mendukung aktivitas pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, penting untuk mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, dan melibatkan pasien serta keluarganya dalam proses perawatan. Tujuan akhirnya adalah untuk membantu pasien mencapai hasil yang optimal dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 7120 | 26 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki (Tn.M), usia 37 tahun dirawat di Unit Perawatan Jantung hari pertama dengan kondisi lemah, sesak nafas dan tampak gelisah. Pasien tampok berbaring dengan posisi semifowler dan terpasang infus NS 10 tetes/mnt serta oksigen nasal canule 2 1pm. Hasil pemeriksaan EKG terbaru menunjukan ST Elevasi I, aVL, V2-V6. Dari dokter yang merawat nuorekomendasikan untuk pasien dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap dan pengukuran enzim jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Jantung
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jantung yang dapat mengancam kesehatan.
Gejala dan Tanda:
- Sesak napas
- Gelisah
- Posisi semi-fowler
- Hasil EKG menunjukkan elevasi segmen ST
2. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Gejala dan Tanda:
- Tampak gelisah
- Pasien dapat menggambarkan rasa nyeri
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Gejala dan Tanda:
- Lemah
- Sesak napas saat aktivitas
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- Standar-standar ini dikembangkan oleh PPNI untuk memastikan keseragaman dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 7121 | 26 Nov 2024
Klinis : Anak usia 3 tahun, malu ketika bertemu dengan orang lain karena takut diculik walaupun tidak ada pengalaman diculik. Suara rendah ketika berbicara dan jarang menatap lawan bicara namun tetap mendengarkan aktif dan konsentrasi. Pasien mengatakan sering dimarahi orang tuanya dan ibu pasien masih mencoba untuk memarahi dengan bahasa lebih baik. Pasien menyukai mata dan mulutnya. Memiliki teman dan senang bermain. Orang tuanya mendukung penuh jika anak ingin bereksplorasi dengan sekitarnya dan memasukkan pasien ke dalam les renang dan nari. Pasien dapat mengenali warna dan menentukan warna favoritnya. Menggambar, mewarnai, membaca dan menyusun puzzle dengan sangat baik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Harga Diri Rendah, Situasional
- Definisi: Penilaian negatif yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri secara situasional.
- Karakteristik: Malu, takut, ragu-ragu, menghindari kontak mata, menarik diri dari interaksi sosial.
2. Komunikasi Verbal Terganggu
- Definisi: Keterbatasan dalam penggunaan bahasa lisan untuk bertukar informasi.
- Karakteristik: Suara rendah, jarang menatap lawan bicara.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Harga Diri Meningkat
- Definisi: Penilaian positif yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri.
- Kriteria hasil:
- Pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri
- Pasien dapat menerima pujian dan kritik secara konstruktif
- Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa malu atau takut
2. Komunikasi Verbal Efektif
- Definisi: Kemampuan individu untuk menggunakan bahasa lisan secara efektif dalam bertukar informasi.
- Kriteria hasil:
- Pasien dapat berbicara dengan nada suara yang wajar
- Pasien dapat mempertahankan kontak mata selama berkomunikasi
- Pasien dapat mendengarkan dan menanggapi dengan aktif
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Harga Diri Meningkat:
- Identifikasi faktor penyebab rendahnya harga diri
- Kembangkan komunikasi yang terbuka dan jujur dengan pasien
- Berikan pujian dan penguatan positif secara spesifik
- Libatkan orang tua dalam proses peningkatan harga diri
- Bantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri
- Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang menyenangkan
2. Untuk Komunikasi Verbal Efektif:
- Latih teknik berbicara dengan nada suara yang wajar
- Minta pasien untuk berlatih mempertahankan kontak mata saat berbicara
- Dorong pasien untuk aktif mendengarkan dan menanggapi dalam komunikasi
- Berikan umpan balik positif saat pasien menunjukkan komunikasi verbal yang efektif
- Libatkan orang tua dalam proses peningkatan komunikasi verbal
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosis Keperawatan SDKI yang dipilih berdasarkan kondisi pasien adalah Harga Diri Rendah, Situasional dan Komunikasi Verbal Terganggu. Pasien mengalami penilaian negatif terhadap diri sendiri secara situasional, ditandai dengan rasa malu, takut, dan menghindari interaksi sosial. Selain itu, pasien juga mengalami keterbatasan dalam penggunaan bahasa lisan, seperti suara rendah dan jarang menatap lawan bicara.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Harga Diri Meningkat dan Komunikasi Verbal Efektif. Untuk Harga Diri Meningkat, diharapkan pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, menerima pujian dan kritik secara konstruktif, serta berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa malu atau takut. Untuk Komunikasi Verbal Efektif, diharapkan pasien dapat berbicara dengan nada suara yang wajar, mempertahankan kontak mata selama berkomunikasi, serta mendengarkan dan menanggapi dengan aktif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi:
1. Untuk Harga Diri Meningkat:
- Identifikasi faktor penyebab rendahnya harga diri, seperti perlakuan orang tua yang kurang baik.
- Kembangkan komunikasi yang terbuka dan jujur dengan pasien untuk memahami perasaan dan pemikirannya.
- Berikan pujian dan penguatan positif secara spesifik untuk meningkatkan penilaian positif terhadap diri.
- Libatkan orang tua dalam proses peningkatan harga diri, agar dapat memberikan dukungan yang tepat.
- Bantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, sehingga dapat menerima diri secara utuh.
- Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang menyenangkan dan dapat meningkatkan kepercayaan diri.
2. Untuk Komunikasi Verbal Efektif:
- Latih teknik berbicara dengan nada suara yang wajar, agar dapat berkomunikasi dengan baik.
- Minta pasien untuk berlatih mempertahankan kontak mata saat berbicara, untuk menunjukkan keterlibatan dalam komunikasi.
- Dorong pasien untuk aktif mendengarkan dan menanggapi dalam komunikasi, agar terjadi pertukaran informasi yang efektif.
- Berikan umpan balik positif saat pasien menunjukkan komunikasi verbal yang efektif, untuk memperkuat perilaku yang diinginkan.
- Libatkan orang tua dalam proses peningkatan komunikasi verbal, agar dapat memberikan dukungan dan contoh yang tepat.
Dengan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu Harga Diri Meningkat dan Komunikasi Verbal Efektif. -
Article No. 7122 | 26 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki (Tn.M), usia 37 tahun dirawat di Unit Perawatan Jantung hari pertama dengan kondisi lemah, sesak nafas dan tampak gelisah. Pasien tampok berbaring dengan posisi semifowler dan terpasang infus NS 10 tetes/mnt serta oksigen nasal canule 2 lpm. Hasil pemeriksaan EKG terbaru menunjukan ST Elevasi I, aVL, V2-V6. Dari dokter yang merawat nuorekomendasikan untuk pasien dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap dan pengukuran enzim jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Tn. M, laki-laki usia 37 tahun, dirawat di Unit Perawatan Jantung dengan kondisi lemah, sesak napas, dan tampak gelisah. Berdasarkan informasi yang diberikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Penurunan Kemampuan Pernafasan Sekunder Akibat Sindrom Koroner Akut
SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- Faktor yang berhubungan: Penurunan kemampuan pernafasan, peningkatan kebutuhan oksigen.
- Gejala dan tanda: Sesak napas, napas cepat, ritme napas tidak teratur.
SLKI:
- Luaran: Pola Napas Efektif.
- Kriteria hasil: Frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, tidak ada tanda-tanda distres napas.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Oksigen, Pemantauan Respirasi.
- Tindakan: Mengatur posisi semi-fowler, memantau tanda-tanda vital, pemberian oksigen, memantau pola napas.
2. Kecemasan Berhubungan dengan Ancaman Terhadap Status Kesehatan
SDKI:
- Definisi: Kekhawatiran yang tidak dapat dikendalikan atau diredakan terkait sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui yang dapat memengaruhi kesejahteraan fisik dan emosional.
- Faktor yang berhubungan: Ancaman atau persepsi ancaman terhadap status kesehatan.
- Gejala dan tanda: Gelisah, cemas, khawatir.
SLKI:
- Luaran: Tingkat Kecemasan Terkendali.
- Kriteria hasil: Pasien dapat mengidentifikasi sumber kecemasan, mampu mengontrol kecemasan, menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang menurun.
SIKI:
- Intervensi: Manajemen Kecemasan, Dukungan Emosional.
- Tindakan: Mendengarkan dengan aktif, memberikan informasi yang jelas dan akurat, mengajarkan teknik relaksasi.
Semoga penjelasan ini membantu memberikan gambaran umum tentang diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI yang sesuai untuk kondisi Tn. M. Silakan sampaikan jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 7123 | 26 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki gejala yang mengarah pada diagnosis tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 "Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif" sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan radiologis.
- Kode ICD-9-CM 87.44 "Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis" dapat digunakan untuk prosedur pengambilan dan pemeriksaan sputum pasien, yang merupakan salah satu langkah penting dalam penegakan diagnosis tuberkulosis paru.
Dalam praktik klinis, diagnosis tuberkulosis paru juga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan radiologis, bakteriologis (pemeriksaan sputum), dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk memastikan diagnosis dan rencana tatalaksana yang tepat bagi pasien. -
Article No. 7124 | 26 Nov 2024
Klinis : Aritresia ani diagnosa keperawatan nya apa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya jelaskan secara rinci dan terperinci mengenai kondisi atresia ani dari perspektif keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi atresia ani adalah Gangguan eliminasi urin dan feses. Atresia ani adalah kelainan kongenital di mana terdapat tidak adanya lubang anus atau saluran pencernaan bagian bawah tidak terbentuk dengan sempurna. Hal ini menyebabkan gangguan dalam eliminasi urin dan feses, yang perlu ditangani melalui asuhan keperawatan yang tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien dengan atresia ani diharapkan dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fungsi eliminasi: Pasien dapat mempertahankan fungsi eliminasi urin dan feses yang adekuat sesuai kebutuhan.
2. Pengendalian gejala: Pasien dapat mengendalikan gejala-gejala yang timbul akibat atresia ani, seperti konstipasi, impaksi feses, dan inkontinensia.
3. Integritas kulit perianal: Pasien dapat mempertahankan integritas kulit di area perianal.
4. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan kenyamanan dalam proses eliminasi.
5. Kemandirian: Pasien dapat mandiri dalam melakukan aktivitas eliminasi sesuai kemampuannya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen eliminasi:
a. Lakukan pemantauan eliminasi urin dan feses secara rutin.
b. Berikan edukasi tentang pentingnya eliminasi yang adekuat.
c. Ajarkan teknik latihan otot dasar panggul untuk meningkatkan fungsi eliminasi.
d. Berikan intervensi untuk mengatasi masalah eliminasi, seperti pemberian laksatif atau enema jika diperlukan.
2. Perawatan kulit perianal:
a. Lakukan perawatan kulit perianal secara rutin untuk menjaga kebersihan dan integritas kulit.
b. Berikan pelembab atau krim barrier untuk mencegah iritasi kulit.
c. Pantau tanda-tanda infeksi atau kerusakan kulit dan berikan intervensi yang tepat.
3. Manajemen kenyamanan:
a. Berikan analgesik atau obat penghilang rasa sakit jika pasien mengalami nyeri saat eliminasi.
b. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang saat proses eliminasi.
c. Berikan dukungan psikologis dan emosional untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
4. Peningkatan kemandirian:
a. Ajarkan teknik eliminasi yang aman dan sesuai dengan kondisi pasien.
b. Berikan edukasi dan latihan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas eliminasi secara mandiri.
c. Kolaborasi dengan tim multidisiplin (misalnya fisioterapis) untuk membantu meningkatkan kemandirian pasien.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terencana dengan baik, diharapkan pasien dengan atresia ani dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan memperoleh peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 7125 | 26 Nov 2024
Klinis : Ny. Luna, 29 tahun, G1P0A0, datang ke igd bersalin jam 08.00. Hasil pengkajian: HPL 4 September 2024. Vital sign dalam batas normal, kontraksi 4x/10 menit, lamanya 20 detik, pembukaan 6 cm, presentasi kepala, uuk kiri depan, ketuban sudah pecah jam 03.00 wib. Ibu tampak meringis kesakitan saat kontraksi timbul, terlihat sesekali mengedan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. Luna.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Persalinan (Pain related to uterine contractions as evidenced by patient's facial expressions, moaning, and bearing down efforts)
2. Risiko Perdarahan (Risk for Bleeding related to uterine atony, cervical laceration, or perineal trauma)
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Persalinan: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait kontraksi uterus selama proses persalinan.
2. Risiko Perdarahan: Keadaan dimana individu rentan mengalami kehilangan darah yang berlebihan dari saluran genital selama atau setelah proses persalinan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Persalinan: Pasien melaporkan nyeri terkontrol, tidak ada tanda-tanda komplikasi, dan mampu beradaptasi dengan nyeri.
2. Risiko Perdarahan: Pasien tidak mengalami perdarahan yang berlebihan, tanda-tanda vital stabil, dan tidak ada tanda-tanda komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Persalinan: Manajemen nyeri, teknik relaksasi, terapi komplementer, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
2. Risiko Perdarahan: Pemantauan tanda-tanda vital dan perdarahan, manajemen uterus, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Diharapkan dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk membantu Ny. Luna selama proses persalinan.