Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5287 | 11 Nov 2024
Klinis : Budaya dan adat istiadat bagi sebuah bangsa adalah sebuah ciri khas dan jati diri di mata dunia, bahkan dalam Islam pun terdapat budaya yang sudah ada sejak zaman nabi. Viralnya seorang korban akibat budaya angngaru membuat MUI Sulawesi Selatan turut angkat bicara. Sebuah kejadian yang sedang viral di mana tradisi Angngaru yang dilakukan oleh seorang pemuda yang mengakibatkan korban meninggal atas nama Fajar Usman di sebuah acara pernikahan di Kabupaten Pangkep, Selasa (29/10/2024) menjadi buah bibir di masyarakat. Berbagai kalangan pun tak luput dari pantauannya. Baik kalangan akademisi, budayawan, maupun tokoh agama tak terkecuali lembaga Islam sekelas MUI Sulsel. Kronologi kejadiannya saat Fajar Usman menampilkan budaya Angngaru di hadapan tamu pesta. Ia tampil memakai baju adat dan jas tutup berwarna biru muda, lengkap dengan songkok pabiringnya. Tiba-tiba Fajar Usman terjatuh di hadapan tamu karena badik yang dia gunakan menembus dadanya hingga ia dilarikan ke rumah sakit dan korban meninggal sebelum mendapatkan perawatan medis. Seorang budayawan di Makassar memberikan sedikit penjelasan tentang adat dan budaya Angngaru. Menurutnya, Angngaru itu adalah sebuah ikrar sumpah setia seorang prajurit kepada raja terkhusus jika hendak menuju ke medan perang. Angngaru juga diucapkan oleh seorang punggawa kerajaan yang bersumpah untuk menjunjung tinggi dan menjaga keselamatan kerajaan dari ancaman luar. Tapi saat ini budaya Angngaru telah mengalami pergeseran makna, yang semisal upacara adat pernikahan di kalangan Bugis dan Makassar memanggil orang untuk Angngaru yang sebenarnya bukan untuk peruntukannya. Menanggapi hal ini, tim media MUI Sulsel menelusuri kejadian tersebut dari beberapa media pemberitaan, lalu meminta pendapat pengurus MUI Sulsel khususnya bidang fatwa terkait hal ini. Menurut pendapat Dr KH Nasrullah Sapa, saat dimintai pendapatnya mengatakan dalam Islam keselamatan diri adalah salah satu prinsip utama yang dijunjung tinggi, dan setiap tindakan yang membahayakan diri sendiri atau orang lain adalah tindakan yang dilarang. Tradisi seperti Angngaru yang beresiko pada keselamatan bahkan menyebabkan jatuhnya korban jiwa perlu ditinjau ulang. Berikut beberapa dalil alquran dan hadis, serta pandangan ulama yang menegaskan pentingnya menjaga keselamatan diri. Dalil dari Al-Quran Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 195, yang menekankan larangan terhadap tindakan yang membawa bahaya bagi diri sendiri atau orang lain. Kartini tentu dengan praktek-praktek yang jelas beresiko dapat membahayakan jiwa seseorang bertentangan dengan ajaran Islam. Hadis Nabi Saw Hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas Rasulullah pernah bersabda: Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pulang membahayakan orang lain. (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim). Hadits ini sering dijadikan dasar hukum dalam masalah yang berkaitan dengan tindakan yang membawa moderat atau bahaya baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Tradisi yang membahayakan nyawa seseorang seperti Angngaru ini termasuk tindakan yang perlu dihindari karena dapat menyalahi prinsip. Pendapat Ulama Mayoritas ulama sepakat bahwa tindakan yang mengancam keselamatan diri atau orang lain adalah dilarang dalam islam. Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ mengatakan bahwa tindakan yang dapat menyebabkan hilangnya wa tanpa tujuan yang benar atau alasan syar’i adalah tindakan yang haram dalam Islam. Kaidah Fikih Dalam prinsip Ad-Dhararu Yuzal. Segala sesuatu yang membahayakan harus dihilangkan. Faedah ini menjadi dasar bahwa segala bentuk tradisi atau praktik yang berpotensi membahayakan seharusnya dihentikan atau diubah saja demikian rupa agar tidak lagi membahayakan. Dalam hal ini, Angngaru dapat dimodifikasi sehingga tetap bisa menjadi bagian budaya tanpa melanggar prinsip keselamatan. Dengan dasar dalil-dalil tersebut, maka disarankan agar tradisi seperti ini di Sulawesi Selatan agar dievaluasi dan dilakukan modifikasi atau penggantian dengan bentuk pertunjukan lain yang lebih aman.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera: Terkait dengan praktik budaya Angngaru yang berpotensi membahayakan keselamatan.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko cedera adalah keadaan rentan individu terhadap cedera fisik yang dapat menimbulkan kerusakan atau gangguan struktur dan fungsi tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Hasil yang diharapkan adalah individu bebas dari cedera fisik dan tindakan yang membahayakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Identifikasi faktor risiko terjadinya cedera.
b. Edukasi terkait risiko dan bahaya dari praktik budaya Angngaru.
c. Kolaborasi dengan pemangku kepentingan (budayawan, tokoh masyarakat, agama) untuk memodifikasi praktik budaya menjadi lebih aman.
d. Pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap upaya pencegahan cedera akibat praktik budaya.
Secara garis besar, diagnosa keperawatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola risiko cedera yang dapat timbul dari praktik budaya Angngaru yang membahayakan keselamatan. Perawat berperan dalam edukasi, kolaborasi, dan pemantauan untuk menjaga keselamatan individu dan masyarakat. -
Article No. 5288 | 11 Nov 2024
Klinis : Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita.Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat.Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua."Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat pakar, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Bakar Berhubungan dengan Tindakan Tradisional "Panggang"
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Luka Bakar
3. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Luka Bakar
Penjelasan singkat:
1. Risiko Cedera Bakar Berhubungan dengan Tindakan Tradisional "Panggang"
- SDKI: Risiko Cedera Bakar
- SLKI: Tetap Bebas dari Cedera Bakar
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Manajemen Risiko Cedera Bakar
Kondisi ini terjadi karena bayi diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan dengan api selama beberapa waktu, yang dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Perawat perlu melakukan intervensi untuk meminimalkan risiko cedera bakar, seperti mengkaji faktor risiko, memberikan pendidikan kesehatan, dan memantau tanda-tanda cedera bakar.
2. Nyeri Akut Berhubungan dengan Luka Bakar
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Bebas dari Nyeri
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Manajemen Nyeri
Luka bakar yang dialami oleh bayi dapat menyebabkan nyeri akut. Perawat perlu melakukan penilaian nyeri, memberikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengelola nyeri, serta memantau efektivitas pengelolaan nyeri.
3. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Luka Bakar
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Tetap Bebas dari Infeksi
- SIKI: Intervensi Keperawatan - Manajemen Risiko Infeksi
Luka bakar yang dialami oleh bayi dapat meningkatkan risiko infeksi. Perawat perlu melakukan intervensi untuk mencegah dan mengelola risiko infeksi, seperti melakukan perawatan luka yang tepat, memantau tanda-tanda infeksi, dan memberikan edukasi kepada keluarga mengenai perawatan luka.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh bayi dengan luka bakar akibat tradisi "panggang". -
Article No. 5289 | 11 Nov 2024
Klinis : FIE bayi 2 bulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan mengalami luka bakar pada tubuh dan kepala. Selain luka-luka, bayi ini menderita sesak napas, bronkopneumonia dan jamuran di mulut.Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita.Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat.Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua."Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi bayi 2 bulan dengan luka bakar, sesak napas, bronkopneumonia, dan jamuran di mulut dapat diidentifikasi dengan beberapa diagnosa keperawatan menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Gejala/Tanda: Sesak napas, kelelahan.
- Penyebab: Keterbatasan fisik akibat luka bakar dan bronkopneumonia.
- Luaran: Toleransi Aktivitas Meningkat.
- Intervensi: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, Manajemen Jalan Napas.
2. Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
- Gejala/Tanda: Luka bakar pada tubuh dan kepala.
- Penyebab: Paparan api akibat tradisi "panggang".
- Luaran: Integritas Kulit Membaik.
- Intervensi: Perawatan Luka, Manajemen Nyeri, Terapi Nutrisi.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen.
- Gejala/Tanda: Bronkopneumonia, jamuran di mulut.
- Penyebab: Luka terbuka, penurunan sistem imun.
- Luaran: Bebas Infeksi.
- Intervensi: Manajemen Infeksi, Manajemen Jalan Napas, Edukasi Kesehatan.
Secara keseluruhan, penanganan kasus ini memerlukan kolaborasi tim kesehatan, termasuk perawat, untuk memberikan perawatan komprehensif dalam mengatasi luka bakar, masalah pernapasan, dan risiko infeksi. Diperlukan juga dukungan edukasi kepada keluarga mengenai dampak tradisi "panggang" dan pentingnya menjaga kesehatan bayi. -
Article No. 5290 | 11 Nov 2024
Klinis : mual muntah sejak 2 hari lemas tidak nafsu makan sesak nyeri dada ,td 61/33,nadi 108x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan rasa nyaman: Mual
2. Penurunan curah jantung
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan rasa nyaman: Mual
- SDKI: Respon subjektif terhadap sensasi tidak nyaman dan tidak menyenangkan dari perut yang dapat mengarah ke muntah.
- SLKI: Mencegah dan mengatasi mual.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan antiemetik, mengatur pola makan, teknik relaksasi, dan edukasi.
2. Penurunan curah jantung
- SDKI: Kondisi di mana volume darah yang dipompa oleh jantung tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
- SLKI: Menstabilkan dan mempertahankan curah jantung.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatur posisi pasien, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan pemberian cairan intravena.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian nutrisi enteral atau parenteral, edukasi tentang nutrisi yang sesuai, dan pemantauan status nutrisi.
Dalam konteks Anda yang menyebutkan "tone = akademis, persona=pakar,nurse", ini menunjukkan bahwa Anda memiliki pengetahuan yang lebih mendalam dan profesional tentang bidang keperawatan. Oleh karena itu, penjelasan yang diberikan di atas diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih komprehensif dan sesuai dengan standar PPNI. -
Article No. 5291 | 11 Nov 2024
Klinis : FIE bayi 2 bulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan mengalami luka bakar pada tubuh dan kepala. Selain luka-luka, bayi ini menderita sesak napas, bronkopneumonia dan jamuran di mulut.Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita.Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat.Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua."Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan kasus bayi 2 bulan yang mengalami luka bakar, bronkopneumonia, dan jamuran di mulut di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit (Domain 11: Keamanan/Perlindungan, Kelas 1: Integritas Kulit dan Jaringan) berhubungan dengan trauma termal (luka bakar) yang ditandai dengan adanya luka bakar pada tubuh dan kepala bayi.
2. Gangguan Pola Napas (Domain 3: Eliminasi/Pertukaran, Kelas 4: Respiraasi) berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan (bronkopneumonia) yang ditandai dengan sesak napas pada bayi.
3. Risiko Infeksi (Domain 11: Keamanan/Perlindungan, Kelas 2: Infeksi) berhubungan dengan paparan lingkungan yang tidak higienis (jamuran di mulut) yang dapat meningkatkan risiko infeksi pada bayi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kerusakan Integritas Kulit: Keadaan di mana terjadi kerusakan atau gangguan pada lapisan epidermis, dermis, atau lapisan kulit di bawahnya.
- Gangguan Pola Napas: Keadaan di mana individu mengalami perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau efektivitas pernapasan yang dapat mengancam kesehatan.
- Risiko Infeksi: Keadaan di mana individu rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kerusakan Integritas Kulit: Luka bakar akan tertutup, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada komplikasi.
- Gangguan Pola Napas: Frekuensi napas, kedalaman napas, dan oksigenasi berada dalam batas normal.
- Risiko Infeksi: Tidak terjadi infeksi pada bayi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kerusakan Integritas Kulit: Perawatan luka bakar, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi.
- Gangguan Pola Napas: Terapi oksigen, manajemen jalan napas, dan monitor pernapasan.
- Risiko Infeksi: Pencegahan infeksi, manajemen lingkungan, dan edukasi keluarga.
Dalam menangani kasus ini, perawat perlu memberikan perawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memulihkan kondisi bayi dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 5292 | 11 Nov 2024
Klinis : sesak nyeri dada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sesak nyeri dada.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyakit jantung [SDKI]
2. Nyeri akut berhubungan dengan kondisi kardiovaskular [SDKI]
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyakit jantung:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan nyaman yang disebabkan oleh penyakit jantung.
- Karakteristik: Sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan, dispnea, takipnea, hipoksemia.
2. Nyeri akut berhubungan dengan kondisi kardiovaskular:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang berkaitan dengan kondisi kardiovaskular.
- Karakteristik: Nyeri dada, penurunan kemampuan fungsional, gelisah, takikardi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola napas efektif
2. Pengendalian nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen jalan napas
2. Manajemen nyeri
Dalam konteks akademis dan sebagai pakar, perawat perlu melakukan pengkajian yang komprehensif, mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang bertujuan untuk memulihkan pola napas yang efektif dan mengendalikan nyeri pasien. -
Article No. 5293 | 11 Nov 2024
Klinis : sesak napas nyeri dada
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi sesak napas dan nyeri dada.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mencapai oksigenasi yang adekuat.
Gejala dan tanda: Sesak napas, takipnea, bunyi napas tambahan, sianosis, oksigenasi darah arteri yang menurun.
2. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan.
Gejala dan tanda: Keluhan nyeri pada dada, ekspresi wajah yang menunjukkan rasa nyeri, peningkatan tanda-tanda vital.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pertukaran Gas: Penilaian status pernapasan, pemantauan oksigenasi, intervensi untuk meningkatkan pertukaran gas.
- Nyeri Akut: Penilaian nyeri, manajemen nyeri, edukasi pasien dan keluarga.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pertukaran Gas: Perfusi jaringan yang adekuat, status pernapasan yang membaik, oksigenasi yang membaik.
- Nyeri Akut: Kontrol nyeri yang efektif, pasien dan keluarga mampu mengelola nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pertukaran Gas: Terapi oksigen, suction, latihan pernapasan, pengaturan posisi.
- Nyeri Akut: Pemberian analgesik, teknik nonfarmakologis (distraksi, relaksasi), kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
Dalam konteks akademis dan sebagai pakar dalam bidang keperawatan, saya telah memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari PPNI untuk kondisi sesak napas dan nyeri dada. Semoga informasi ini bermanfaat. -
Article No. 5294 | 11 Nov 2024
Klinis : FIE bayi 2 bulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan mengalami luka bakar pada tubuh dan kepala. Selain luka-luka, bayi ini menderita sesak napas, bronkopneumonia dan jamuran di mulut.Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita.Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat.Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua."Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya. buatkan gejala mayor dan minor untuk diagnosa gangguan integritas kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi bayi 2 bulan yang mengalami luka bakar, sesak napas, bronkopneumonia, dan jamuran di mulut setelah mengikuti tradisi "panggang".
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Kulit
Gejala Mayor:
1. Adanya luka bakar pada tubuh dan kepala bayi.
2. Kulit merah, bengkak, dan blistering (terbentuk gelembung/lepuh) pada area yang terkena.
3. Rasa nyeri pada area yang terluka.
4. Perubahan warna kulit menjadi kemerahan, kehitaman, atau pucat.
Gejala Minor:
1. Adanya tanda-tanda infeksi, seperti keluarnya eksudat, peningkatan suhu tubuh, dan pembengkakan.
2. Terjadinya gangguan proses penyembuhan luka.
3. Perubahan sensasi pada area yang terluka.
4. Perubahan pada tekstur kulit.
Penjelasan Singkat Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menyediakan definisi, karakteristik, dan faktor yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan "Gangguan Integritas Kulit". Standar ini membantu perawat dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan menetapkan diagnosa keperawatan yang akurat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menyediakan luaran atau hasil yang diharapkan dalam penatalaksanaan masalah keperawatan "Gangguan Integritas Kulit". Standar ini dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan yang dilakukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyediakan panduan dalam melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi "Gangguan Integritas Kulit". Standar ini membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam menangani kasus luka bakar pada bayi 2 bulan ini. -
Article No. 5295 | 11 Nov 2024
Klinis : FIE bayi 2 bulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan mengalami luka bakar pada tubuh dan kepala. Selain luka-luka, bayi ini menderita sesak napas, bronkopneumonia dan jamuran di mulut.Korban diketahui tiba di IGD RSUD SoE pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 22.00 Wita.Kasus ini terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, di mana seorang bayi berusia dua bulan mengalami luka-luka setelah mengikuti tradisi "panggang." Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan memperkuat fisik bayi. Bayi tersebut diletakkan di atas daun kelapa dan didekatkan ke api selama beberapa waktu. Ibu bayi, Anisa, menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk menjalani tradisi adat yang dipercaya mampu meningkatkan kesehatan anaknya. Namun, setelah mengikuti ritual, bayi tersebut mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuhnya. Pihak keluarga langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa bayi tersebut ke puskesmas terdekat.Dia menjelaskan FIE adalah anak kedua."Dulu anak pertama tidak dipanggang karena lahir di Kupang. Waktu itu tidak ada luka-luka. Baru sekarang saja ada luka-luka di anak kedua," katanya. buatkan gejala mayor dan minor untuk diagnosa gangguan integritas kulit sesuai sdki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bayi 2 bulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang mengalami luka bakar pada tubuh dan kepala, serta menderita sesak napas, bronkopneumonia, dan jamuran di mulut.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit
Gejala Mayor:
1. Adanya luka bakar pada tubuh dan kepala bayi.
2. Terdapat kerusakan atau hilangnya lapisan epidermis, dermis, atau jaringan subkutan.
3. Kulit tampak kemerahan, bengkak, dan blistering.
4. Kulit terasa nyeri.
Gejala Minor:
1. Suhu tubuh meningkat.
2. Edema di area luka.
3. Perubahan warna kulit di sekitar luka.
4. Drainase atau eksudat dari luka.
5. Tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu, kemerahan, dan pembengkakan.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah panduan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan penilaian klinis perawat terhadap respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses hidup. Dalam kasus ini, diagnosa "Gangguan Integritas Kulit" dipilih karena sesuai dengan gejala-gejala yang dialami oleh bayi, yaitu adanya luka bakar pada tubuh dan kepala.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Dalam kasus ini, luaran yang diharapkan adalah perbaikan integritas kulit, pengurangan nyeri, dan pencegahan infeksi.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) memberikan panduan mengenai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi perawatan luka, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi.
Dengan memahami SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, sehingga dapat membantu pemulihan bayi dari luka bakar, sesak napas, bronkopneumonia, dan jamuran di mulut. -
Article No. 5296 | 11 Nov 2024
Klinis : sesak napas nyeri dada nadi 108x/ menit td 61/33
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu sesak napas, nyeri dada, dan nadi 108 kali per menit dengan tekanan darah 61/33, maka diagnosa keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Pola napas tidak efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola pernapasan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Faktor yang berhubungan: Gangguan mekanis, kecemasan.
2. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Faktor yang berhubungan: Agen fisik (contoh: penyakit jantung).
Penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
SDKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan yang didasarkan pada penilaian dan analisis data pasien. SDKI terdiri dari definisi, penyebab, dan karakteristik diagnosis keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI mencakup indikator, kriteria hasil, dan batas nilai untuk setiap diagnosis keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. SIKI terdiri dari definisi, tujuan, aktivitas, dan indikasi untuk setiap intervensi keperawatan.
Dalam konteks kondisi yang Anda sampaikan, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan pasien.