Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5389 | 12 Nov 2024
Klinis : diagnosa keperawatan hipertermi pada pasien meningoencephalitis etiologi, data subjek, data obyektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hipertermi pada pasien meningoencephalitis.
Diagnosa Keperawatan: Hipertermi
Etiologi:
Hipertermi pada pasien meningoencephalitis dapat disebabkan oleh proses inflamasi dan peningkatan metabolisme dalam tubuh akibat infeksi pada susunan saraf pusat.
Data Subjektif:
- Pasien mengeluhkan tubuh terasa panas
- Pasien tampak gelisah dan tidak nyaman
Data Objektif:
- Suhu tubuh pasien di atas 38°C
- Kulit pasien terasa hangat dan kering
- Nadi cepat dan kuat
- Pasien tampak pucat
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Hipertermi didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas normal yang disebabkan oleh peningkatan produksi atau penurunan hilangnya panas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa hipertermi adalah pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, tidak terjadi komplikasi, dan pasien merasa nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermi pada pasien meningoencephalitis meliputi pemberian obat penurun demam, kompres hangat, istirahat yang cukup, dan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
Peran perawat sangat penting dalam mengelola hipertermi pada pasien meningoencephalitis untuk mencegah komplikasi dan memastikan pasien mendapatkan perawatan yang optimal. -
Article No. 5390 | 12 Nov 2024
Klinis : pasien mengatakan kurang mampu berinteraksi dengan teman seruangan selama di Panti
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang mengatakan kurang mampu berinteraksi dengan teman seruangan selama di Panti:
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Isolasi Sosial adalah kondisi di mana individu mengalami atau mempersepsikan diri terisolasi dari orang lain, baik secara emosional, fisik, maupun sosial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Interaksi Sosial Meningkat
2. Harga Diri Meningkat
3. Depresi Menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi Kelompok
2. Terapi Sosialisasi
3. Pengaturan Lingkungan
Isolasi sosial pada pasien di panti dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan lingkungan, penyakit kronis, atau bahkan kurangnya dukungan sosial. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah memfasilitasi interaksi pasien dengan teman seruangan melalui terapi kelompok dan sosialisasi, serta mengatur lingkungan panti agar lebih kondusif bagi interaksi sosial. Tujuannya adalah agar pasien dapat meningkatkan interaksi sosial, harga diri, dan menurunkan depresi. -
Article No. 5391 | 12 Nov 2024
Klinis : diagnosa keperawatan resiko cedera pada pasien meningoencephalitis etiologi, data subjek, data obyektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko cedera pada pasien meningoencephalitis.
Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera
Etiologi:
Pasien dengan meningoencephalitis berisiko mengalami cedera karena adanya perubahan fungsi neurologis, penurunan kesadaran, dan perubahan status mental akibat infeksi pada otak dan selaput otak. Kondisi ini dapat menyebabkan pasien mengalami gangguan koordinasi, keseimbangan, dan refleks yang dapat meningkatkan risiko terjadinya cedera.
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh pusing, sakit kepala, dan leher kaku
- Pasien tampak gelisah, bingung, dan sulit berkomunikasi
- Keluarga melaporkan pasien sering jatuh atau tidak sadarkan diri
Data Objektif:
- Tanda-tanda vital tidak stabil (tekanan darah, nadi, pernapasan)
- Pasien tampak letargis, somnolen, atau penurunan kesadaran
- Ditemukan gejala neurologis seperti rigiditas leher, fotofobia, atau gangguan motorik
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Cedera merupakan diagnosis keperawatan yang menggambarkan keadaan pasien yang berisiko mengalami kerusakan fisik akibat interaksi antara individu dengan lingkungannya.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan pada pasien dengan risiko cedera adalah pasien dapat mempertahankan integritas kulit, mencegah terjadinya cedera, dan mencapai tingkat keamanan yang optimal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko cedera pada pasien meningoencephalitis meliputi pemantauan status neurologis, pencegahan jatuh, manajemen lingkungan yang aman, dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya untuk melakukan perawatan komprehensif guna mencegah terjadinya cedera pada pasien dan meningkatkan keselamatan pasien selama proses pemulihan. -
Article No. 5392 | 12 Nov 2024
Klinis : diagnosa keperawatan resiko infeksi pada pasien bayi dengan meningoencephalitis etiologi, data subjek, data obyektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien bayi dengan meningoencephalitis dan risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Definisi:
Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Etiologi:
Pada kasus meningoencephalitis pada bayi, risiko infeksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- Sistem imun yang belum matang pada bayi
- Paparan terhadap agen infeksius penyebab meningoencephalitis
- Prosedur invasif atau penggunaan alat kesehatan yang terkontaminasi
- Perawatan yang tidak higienis
Data Subjektif:
- Orang tua atau keluarga melaporkan adanya gejala infeksi pada bayi, seperti demam, letargi, atau iritabilitas
- Orang tua atau keluarga melaporkan adanya riwayat penyakit atau prosedur medis yang dapat meningkatkan risiko infeksi
Data Objektif:
- Tanda-tanda vital yang tidak stabil, seperti suhu tubuh di luar batas normal
- Terdapat tanda-tanda inflamasi atau infeksi pada area tubuh tertentu
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan atau penurunan parameter darah yang mengindikasikan infeksi
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi risiko infeksi
- Faktor risiko yang menunjang diagnosa
- Tanda dan gejala yang mendukung diagnosa
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Bebas infeksi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pengkajian tanda dan gejala infeksi
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Perawatan higienis dan pencegahan kontaminasi
- Pemberian intervensi sesuai dengan kondisi pasien, seperti pemberian antibiotik atau tindakan tertentu.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif, pemantauan ketat, dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan risiko infeksi pada pasien bayi dengan meningoencephalitis. Kolaborasi yang erat dengan tim medis juga sangat penting dalam menangani kondisi ini. -
Article No. 5393 | 12 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan tidak nafsu makan, makan makanan yang diberikan rumah sakit kadang habis kadang tidak, BB: 38kg, IMT: 17,34kg/m2, pasien tampak kurus dan lemas, konjungtiva anemis, kulit dan sklera mata ikterik, bibir pucat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Nutrisi
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami defisit nutrisi yang ditandai dengan penurunan berat badan, IMT di bawah normal, tampak kurus dan lemas, konjungtiva anemis, kulit dan sklera mata ikterik, serta bibir pucat. Pasien juga mengeluhkan penurunan nafsu makan dan tidak menghabiskan makanan yang diberikan secara konsisten.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi
- Definisi: Keadaan ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi yang menyebabkan perubahan komposisi tubuh.
- Karakteristik: Penurunan berat badan, anoreksia, kesulitan mengunyah atau menelan, mual, diare, anoreksia, kelelahan, perubahan tanda-tanda vital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Outcome: Pemulihan Status Nutrisi
- Kriteria Hasil: Asupan nutrisi adekuat, berat badan meningkat, IMT dalam rentang normal, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Nutrisi
- Aktivitas: Mengevaluasi status nutrisi, memantau asupan dan output, memberikan makanan yang sesuai, dan mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi status nutrisi.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai pemulihan status nutrisi yang optimal. -
Article No. 5394 | 12 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan sering terbangun saat malam hari karena ingin buang air kecil, biasanya sebanyak 2-3 kali saat malam hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nokturia (buang air kecil yang sering di malam hari).
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan pola tidur didefinisikan sebagai perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi selama periode terjaga.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi manajemen tidur, manajemen nokturia, dan edukasi tentang pola tidur yang sehat.
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan gangguan pola tidur. Selanjutnya, saya akan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada manajemen nokturia dan promosi pola tidur yang sehat. Tujuannya adalah untuk membantu pasien memperoleh kualitas tidur yang lebih baik dan mengurangi frekuensi terbangun di malam hari. -
Article No. 5395 | 12 Nov 2024
Klinis : Pasien mengatakan sering terbangun saat malam hari karena ingin buang air kecil, biasanya sebanyak 2-3 kali saat malam hari tetapi pasien tidak merasa pola tidurnya terganggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Urin
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan menahan urin yang menyebabkan kebocoran urin.
- Karakteristik Utama: Pasien mengatakan sering buang air kecil di malam hari (2-3 kali).
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat mempertahankan kontinensi urin.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat menahan urin saat malam hari dan tidak mengalami kebocoran urin.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Atur pola eliminasi: Membantu pasien mengatur jadwal buang air kecil yang teratur, terutama di malam hari.
b. Latihan otot dasar panggul: Membimbing pasien melakukan latihan untuk memperkuat otot dasar panggul.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Berkoordinasi dengan dokter atau ahli urologi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Kesimpulan:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Inkontinensia Urin. Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan intervensi yang tepat untuk membantu pasien mempertahankan kontinensi urin dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 5396 | 12 Nov 2024
Klinis : diagnosa keperawatan Nyeri Akut pada pasien dengan hernia scrotalis etiologi, data subjek, data obyektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Nyeri Akut pada pasien dengan hernia scrotalis.
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang diuraikan dalam istilah kerusakan tersebut (dengan onset mendadak atau lambat dan tingkat keparahan bervariasi).
Etiologi:
Penyebab nyeri akut pada pasien dengan hernia scrotalis adalah adanya gangguan pada struktur anatomi skrotum yang mengalami penonjolan dan dapat menyebabkan rasa sakit atau tidak nyaman. Kondisi ini dapat dipicu oleh aktivitas fisik, perubahan posisi, atau adanya tekanan pada area yang terkena hernia.
Data Subjektif:
- Pasien mengeluhkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan di area skrotum.
- Pasien dapat mendeskripsikan karakteristik nyeri, seperti lokasi, onset, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
- Pasien dapat menunjukkan ekspresi wajah yang menggambarkan rasa sakit.
- Pasien dapat mengeluhkan gangguan tidur atau aktivitas akibat nyeri.
Data Objektif:
- Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penonjolan pada area skrotum (hernia).
- Tanda-tanda vital dapat menunjukkan peningkatan, seperti nadi yang cepat, tekanan darah yang meningkat, atau pernapasan yang lebih cepat.
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang mengindikasikan rasa sakit, seperti meringis, mengeluh, atau memegang area yang sakit.
Dengan demikian, diagnosa keperawatan yang tepat untuk pasien dengan hernia scrotalis yang mengalami nyeri akut adalah "Nyeri Akut" dengan etiologi adanya gangguan pada struktur anatomi skrotum yang mengalami penonjolan. -
Article No. 5397 | 12 Nov 2024
Klinis : diagnosa keperawatan Ansietas pada pasien dengan hernia scrotalis etiologi, data subjek, data obyektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasannya sesuai dengan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan hernia scrotalis dan diagnosis keperawatan Ansietas.
Diagnosis Keperawatan: Ansietas
Definisi:
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons autonom, perasaan tegang yang disadari, dan sumber yang spesifik yang dapat diidentifikasi.
Etiologi:
1. Perubahan status kesehatan
2. Hospitalisasi
3. Ketidakpastian prognosis
Data Subjektif:
1. Pasien mengungkapkan perasaan cemas, gelisah, atau takut.
2. Pasien mengeluh sulit tidur.
3. Pasien menunjukkan perilaku gelisah.
Data Objektif:
1. Pasien tampak tegang.
2. Pasien tampak tremor.
3. Pasien tampak berkeringat berlebihan.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
2. Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang kondisi dan rencana perawatan.
3. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
4. Ajarkan teknik relaksasi.
5. Berikan dukungan emosional dan spiritual.
Hasil yang Diharapkan (SIKI):
1. Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas dengan baik.
2. Pasien dapat menunjukkan perilaku yang tenang.
3. Pasien dapat beristirahat dengan baik.
Sebagai perawat, saya berkomitmen untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. Saya akan bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 5398 | 12 Nov 2024
Klinis : diagnosa keperawatan Gangguan mobilitas fisik pada pasien dengan hernia scrotalis etiologi, data subjek, data obyektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
Etiologi:
Gangguan mobilitas fisik pada pasien dengan hernia scrotalis dapat disebabkan oleh adanya pembengkakan atau penonjolan pada skrotum yang mengganggu pergerakan dan aktivitas fisik pasien. Hernia scrotalis dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, nyeri, dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Data Subyektif:
1. Pasien mengeluhkan adanya pembengkakan atau penonjolan di area skrotum.
2. Pasien merasakan nyeri atau rasa tidak nyaman saat bergerak atau melakukan aktivitas.
3. Pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, duduk, atau bekerja.
Data Obyektif:
1. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya pembengkakan atau penonjolan pada area skrotum.
2. Pasien mengalami keterbatasan dalam jangkauan gerak dan mobilisasi.
3. Postur tubuh pasien tampak terganggu atau tidak nyaman saat bergerak.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan mobilitas fisik ditandai dengan keterbatasan dalam jangkauan gerak, koordinasi, atau kekuatan otot yang memengaruhi pergerakan tubuh atau bagian tubuh tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan gangguan mobilitas fisik pada pasien dengan hernia scrotalis adalah:
1. Pasien dapat melakukan aktivitas fisik secara mandiri.
2. Pasien dapat meningkatkan jangkauan gerak dan kekuatan otot.
3. Pasien dapat beradaptasi dengan keterbatasan mobilitas yang ada.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik pada pasien dengan hernia scrotalis meliputi:
1. Manajemen nyeri untuk mengurangi rasa tidak nyaman saat bergerak.
2. Latihan mobilisasi dan rentang gerak untuk meningkatkan kemampuan pergerakan.
3. Edukasi dan konseling bagi pasien dan keluarga terkait penatalaksanaan hernia scrotalis dan perawatan diri.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk penanganan medis hernia scrotalis.